Anda di halaman 1dari 11

PENELITIAN KUANTITATIF

Metode Teknik Sampling


Probability Sampling dan Non-Probability Sampling

Dosen pengampu : Alvin Eryanda,M.Si.

DISUSUN OLEH :
Azzahra Sri Ayuningtyas (1808015074)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2022
TEKNIK SAMPLING

Teknik sampling adalah merupakan Teknik pengambilan sample untuk menentukan


sample yangb akan digunakan dalam penelitian. Secara skematis Teknik sampling adalah
merupakan Teknik pengambilan sample (Sugiyono,2001 : 56). Margono (2004 : 125)
menyatakan bahwa yang di maksud dengan Teknik sampling adalah cara menentukan sample
yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sample yang akan di jadikan sumber data sebenarnya,
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif.
Dalam menentukan sampel yang akan di gunakan dalam peneltian , terdapat berbagai
Teknik sampling yang digunakan ada probability Sampling dan Non probability Sampling.
Probablity Sampling di bagi menjadi 4 yaitu Simple Random Sampling , Proportianote
Startified Random Sampling, Disproportionate Stratified Random Sampling, dan Area
( Cluster ) Sampling. Sedangkan Non Probability Sampling dibagi menjadi 6 yaitu Sampling
Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Aksidental,Purposive Sampling, Sampling Jenuh, dan
Snowball Sampling.
1. Probability Sampling
Teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini merupakan teknik yang
memungkinkan peneliti atau evaluator untuk membuat generalisasi dari karakteristik
sampel menjadi karakteristik populasi. Yang termasuk ke dalam kelompok probability
sampling antara lain: simple random sampling, Stratified Random Sampling,
Sistematic Sampling dan Cluster Sampling (Sugiyono, 2012).
A. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Berikut gambar teknik
simple random sampling.

Kelebihan Random Sampling


1. Mudah Diterapkan Terhadap Populasi Kecil, simple random sampling sering
digunakan oleh para peneliti karena mudah untuk digunakan,
khususnya pada populasi kecil.
2. Mengurangi Bias, penelitian dilakukan untuk menemukan sebuah
jawaban dari fakta yang masing simpang siur terkait sesuatu. Dalam penelitian tidak
boleh ada suatu makna yang bias, terlebih terhadap suatu data. Jika terdapat data yang
bias, maka penelitian dapat dikatakan memiliki atau menggunakan sampel dengan
kesalahan.

Kekurangan Random Sampling


1. Butuh Waktu Lama, penerapan pengambilan sampel model ini membutuhkan
waktu yang lama dalam prosesnya.
2. Biaya Cukup Mahal, biaya yang dibutuhkan cukup mahal. Karena itu
setiap unsur harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum dilakukan
pengambilan sampel.
3. Syarat Jadi Anggota Sulit, kekurangan selanjutnya dari random sampling
adalah untuk menjadi anggota, karena syarat yang ditetapkan sulit untuk dipenuhi.
Karena itu, seorang peneliti yang ingin menjadi anggota pengambilan random
sampling harus berpikir dua kali.

b. Proportionate Stratified Random Sampling


Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan
berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang
pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai
yang lulus S1=45, S2=30, STM=800, ST=900, SMEA=400, SD=300 Jumlah sampel yang harus
diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proporsional Misalnya pegawai dan unit kerja tertentu mempunyai, 3 orang lulusan S. 4 orang
lulusan S, 90 orang S. 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S, dan empat
orang S itu diambil semuanya sebagai sampel Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila
dibandingkan dengan kelompok S., SMU, dan SMP.

d. Cluster Sampling (Area Sampling)


Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara,
propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber
data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi
maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random Tetapi perlu diingat, karena
propinsi-propinsi di Indonesia i berstrata indak sama) maka pengambilan sampelnys pertu
menggunakan wwed random sampling Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat,
ada yang tidak, ada yang mempunyai hutan banyak yang tidak, ada yang kaya bahan tambang
ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingas pengambilan sampel
meturat strata populasi dapat ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang- orang yang ada pada
daerah itu secara sampling juga.
2. Non – Probability Sampling
Non-probability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan
yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
(Sugiyono, 2012). yang termasuk ke dalam jenis non-probability sampling antara lain
sampling incidental, sampling bertujuan, sampling bola salju (snowball sampling),
dan sampling kuota. Non probability sampling ini tidak bisa digunakan untuk
membuat generalisasi.

 Sampling Insidental (Reliance Available Sampling) : Teknik sampling ini


mengandalkan pada keberadaan subjek untuk dijadikan sampel yaitu siapa saja
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai
sumber data maka subjek tersebut dijadikakan sampel. Sebagai contoh
misalnya suatu penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pemanfaatan media
computer pada proses pembelajaran. Sampel yang akan diambil yaitu guru
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dianggap cocok oleh
peneliti untuk dijadikan sumber data. Pengambilan sampling semacam ini
tidak dapat digunakan untuk membuat generalisasi sifat sampel menjadi sifat
populasi.

 Sampling Purposive (Purposive or Judgment Sampling) : Sampling purposive


adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti atau
evaluator tentang sampel mana yang paling bermanfaat dan representative
(Babbie, 2004: 183). Terkadang sampel yang akan diambil ditentukan
berdasarkan pengetahuan tentang suatu populasi, anggota- anggotanya dan
tujuan dari penelitian. Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk
studi penjajagan (studi awal untuk penelitian atau evaluasi), yang kemudian
diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random).
Contoh: Suatu evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi pembiasaan pola hidup
sehat yang digunakan di SLB-B (tunarungu). Dalam hal ini, sekolah-sekolah
yang dijadikan sampel yakni SLB-B, yang ditetapkan sesuai tujuan evaluasi.

 Sampling Bola Salju (Snowball Sampling) : Sampling snowball dapat


dilakukan jika keberadaan dari suatu populasi sulit untuk ditemukan. Dengan
kata lain, cara ini banyak dipakai ketika peneliti atau evaluator tidak banyak
tahu tentang populasi penelitian aau evaluasinya. Pada sampling bola salju,
peneliti mengumpulkan data dari beberapa sampel yang dapat ditemukan oleh
peneliti sendiri, selanjutnya peneliti meminta individu yang telah dijadikan
sampel tersebut untuk memberitahukan keberadaan anggota yang lainnya yang
tidak dapat ditemukan oleh peneliti untuk dapat melengkapi data (Babbie, 2004:
184). Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan
snowball.
Contoh : evaluasi dilakukan untuk mengetahui efekivitas bidan desa yang
diprogramkan di suatu daerah. Salah satu orang yang dapat dijadikan sumber
data adalah salah satu tetua adat atau sesepuh dari masyarakat tersebut, dan
ditanyai perlunya bidan desa. Selanjutnya dari tetua adat atau sesepuh yang
dijadikan sampel tersebut diminta untuk memberikan informasi tentang
keberadaan anggota masyarakat yang lain yang dapat dijadikan sumber data.

 Sampling Quota : Teknik sampling kuota adalah teknik menentukan sampel


dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan. Pada sampling kuota, dimulai dengan membuat tabel atau matriks
yang berisi penjabaran karakteristik dari populasi yang ingin dicapai atau
karakteristik populasi yang sesuai dengan tujuan daripenelitian untuk
selanjutnya ditentukan sampel yang memenuhi ciri-ciri dari populasi tersebut.
Prosedur yang dalam sampling kuota:
a. Pertama, populasi dibagi-bagi menjadi strata yang relevan seperti usia, jenis
kelamin,lokasi, dsb
b. Proporsi tiap strata diperkirakan atau ditentukan berdasarkan data eksternal
kemudiantotal sampel dibagi-bagi sesuai proporsi ke tiap strata (kuota).
c. Untuk memenuhi jumlah sampel untuk tiap strata, peneliti menggunakan
expert judgement-nya
VALIDITAS DAN REABILITAS

Validitas dalam pengertiannya menyangkut 2 hal yaitu, validitas alat ukur berkaitan
dengan seberapa besar suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur, sedangkan
validitas penelitian berkaitan dengan hubungan sebab akibat yang dihasilkan. Validitas
penelitian tidak berkaitan dengan perhitungan statistik seperti pada validitas alat ukur,
melainkan berkaitan dengan kontrol terhadap variabel sekunder.
Ada dua macam validitas dalam penelitian yaitu, validitas internal berkaitan dengan
sejauhmana hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat yang di
temukan dalam penelitian. Semakin kuat hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan
variabel terikat maka semakin besar validitas internal suatu penelitian. Validitas eksternal
berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian, yaitu sejauh mana hasil penelitian dapat
diterapkan pada subjek, situasi, dan waktu diluar situasi penelitian.

Factor yang mempengaruhi validitas internal :

Proactive history
Factor yang perbedaan individual yang di bawa ke dalam penelitian, yang merupakan factor
bawaan maupun suatu yang telah dipelajari sebelumnya. Misalnya adalah seperti usia jenis
kelamin, kepribadian, sikap, intelegensi. Faktor ini dapat mempengaruhi varible terikat, baik
secara sendiri maupun berinteraksi dengan varible bebas

Retroactive history
Factor ini hanya terjadi pada penelitian yang menggunakan pretest-posttest dimana setiap
subjek mengalami pengukuran variable terikat sebanyak dua kalisebelum dan sesudah
dilakukan ekperment dan juga jarak waktu diantara pengukuran tersebut.

Maturation
Atau kematangan adalah perubahan biologis dan atau perubahan psikologis yang di sistematis
pada organisme dalam suatu waktu tertentu. Factor ini lebih mungkin terjadi pada penelitian
jangka Panjang baik menggunakan pretest-postest atau pun tidak.
Testing
Peneliti memberikan protest -posttest kepada responden dalam waktu yangberbeda dengan
soal atau pertanyaan yang sama. Menyebabkan responden dapat menduga masalah yang
sedang di teliti atau perilaku yang akan di berikan.

Statistical regression
Factor ini hanya terjadi pada penelitian yang menggunakan pretest-posttest karena
pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang akan menyebabkan nilai ektrem yaitu nilai
tertinggi dan nilai terendah cenderung mendekati nlai rata-rata meskipun tidak di perlakukan
apapun.

Experimental mortality
Jumlah subjek ada akhir penelitian bisa berkurang dibanding dengan awal penelitian,
validitas internal penelitian menjadi rendah seiring semakin berkurangnya subjek yang
digunakan, karena memperkecil kemungkinan signifikansi hasil penelitian. Tidak ada cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi
faktor ini.
· Interaction effect
Dapat terjadi pada rancangan penelitian eksperimen within-subject dimana setiap subjek
mendapat lebih dari satu perlakuan. Diatasi dengan counterbalancing yakni memberikan
urutan variasi variabel bebas yang berbeda pada subjek
penelitian.
· Instrumentation effect
Alat ukur yang tidak akurat dapat mempengaruhi validitas internal sehingga harus digunakan
alat ukur yang valid dan reliabel. Diatasi dengan melakukan uji coba sebelum alat ukur
digunakan, melatih menggunakan instrumen yang digunakan.
· Experimenter effect
Experimenter berlaku yang secara sengaja atau tidak sengaja akan mempengaruhi keakuratan
penelitian. Atribut dan harapan experimenter dpt menimbulkan bias.Atribut seperti usia, ras,
jenis kelamin,agama, kecerdasan, dan harapan,memiliki harapan tertentu terhadap hasil
penelitian.Diatasi dengan
“double-blind procedure”
· Efek partisipan
Subjek dpt memberikan respon yang tidak disebabkan oleh manipulasi VB, namun
termotivasi oleh hal lain seperti misalnya subjek mencari tahu apa yang akan mereka alami,
apa yang harus dilakukan.
3 faktor yang memepengaruhi validitas eksternal :
1. Validitas populasi
2. Validitas ekologis
3. Validitas temporal

Reliabilitas
Reliablitias merupakan sebuah kata dari reliability diartikan sebagai sejuah mana suatu
hasil pengukuran dapat dipercaya. Yang dimana hasil pengukuran tersebut dapat dipercaya
apabila proses dalam pelaksanaan tersebut dilakukan beberapa kali terhadap kelompok
subyek yang sama, maka dapat diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek
penelitian yang diukur dalam diri subyek tidak berubah. Beberapa para ahli menyatakan
bahwa reliabilitas menyangkut sejauh mana ukuran atau bentuk skor simpangan dari individu,
atau skor-z, relative konsisten jika dilakukan pengulangan yang secara proses dengan hasil
tes yang sama atau tes yang tidak berubah (Nur, 1987: 47). Lalu, ada juga yang menjelaskan
bahwa reliabilitas merupakan salah-satu ciri atau karakteristik utama sebuah instrument
pengukuran yang baik (Azwar, 2003: 176). Lain halnya dengan Arifin (1991: 122) ia
berpendapat bahwa suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu membuahkan hasil yang
sama apabila diteskan pada suatu organisasi yang sama pada waktu atau kesempatan yang
berbeda. Djali (2000: 81) berpendapat bahwa reliabilitas merupakan suatu bentuk konsistensi
gabungan antara butir yang berkaitan dengan kemantapan suatu tes. Hasil ini dapat
diungkapkan dengan pertanyaan, apakah terhadap suatu obyek ukur yang sama, butir yang
satu menunjukkan hasil ukur yang sama dengan butir yang lainnya atau tidak? Maka dari itu
terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur butir yang satu tidak kontradiksi
dengan hasil ukur butir yang lainnya. Jika demikian hasil bagian obyek ukur yang sama,
dengan hasil ukur melalui butir yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur
butir yang lain maka pengukuran (alatukur) sebagai suatu bentuk kesatuan itu tidak dapat
dipercaya. Oleh karena itu, koefisien reliabilitas konsisten gabungan butir antara skor butir
dikotomi dapat dihasilkan denganmenggabungkan rumus Kuder-Richardson yang dikenal
sebagai KR-20 (Djaali, 2000: 77).
Alpha If Item Deleted
Alpha if item deleted merupakan sebuah penghapusan item apapun dalam setiap domain yang
tidak akan meningkatkan konsistensi internal. Karena semua item dari setiap
domainmempunyai sebuah korelasi yang masuk akal. Akan tetapi dalam Alpha Cronbach
akan terjadikeliruan jika Alpha if item deleted terjadi.Korelasi Item-Total Teknik Korelasi
Item-Total (item-total correlation)
atau disingkat sebagai “ITC”
adalah Teknik analisis untuk mengevaluasi validitas item. Pada dasarnya analisis item ini
adalah memilih item-item yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur test yang sesuai
pembuatnya. Maka itu memilih item yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur
oleh tes secara menyeluruh. Uji keselarasan fungsi item dengan fungsi ukur tes dilakukan
untuk menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan distribusi
skor total tes. Aturan ini dapat memperoleh koefisien korelasi item total (r it) yang sering
disebut dengan sebutan parameter daya beda item (item discrimination). Azwar (2012)
berpendapat, sebagai criteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total, biasanya
digunakan sebagai batasan koefiensi > 0.30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi
minimal 0.30 data pembedanya dijelaskan sebagai bentuk untuk memenuhi syarat psikometrik
sebagi bagian dari test. Akan tetapi criteria ini tentunya tidak menjadi sebuah rata-rata
tunggal dalam menentukan item mana yang akhirnya diikutkan sebagai bagian test final.
Perlu dilihat lebih dalam mengenai cakupan isi domain (content of the test domain) dan
tujuan pemakaian hasil test (Azwar, 2012).
Inter-Item Total Corelation (Batas Kritis 0,3)
Analisis inter item-total correlation merupakan metode yang digunakan untuk memberikan
sebuah penilaian terhadap validitas kuesioner, singkatnya disebut sebagai korelasiproduk
moment (moment product correlation, pearson correlation) antara skor pada setiap
butirpertanyaan dengan skor total. Lalu, nilai korelasi yang didapat bisa dibandingkan dengan
label korelasi (r). Kemudian, product moment digunakan sebagai nilai korelasi yang
diperoleh signifikan atau tidak. Beberapa ahli menyatakan bahwa ketentuan validitas
instrument dapat dinyatakan sah apabila r dihitung lebih besar dari r kritis (0,30) (Sugiyono et
al., 2009: 94). Pendapat lain dinyatakan oleh Suyuthi dalam Sujianto (2009: 96), item
pernyataan bisa divaliditasikan jika mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r standar
(0,3). Analisa faktor
Menurut Arikunto (2010) menjelaskan bahwa analisis faktor dapat dilakukan dengan
menggunakan cara korelasi skor faktor dengan skor total, sesudah terlebih dahulu mengetahui
kekhususan tiap faktor. Pada konsep Miles and Huberman (Herdiansyah, 2012) terdapat tiga
tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Dari tiga tahap
tersebut dapat dijabarkan dalam Analisa actor sebagai berikut, yaitu:
3. Menilai apakah semua sub-variabel atau item atau actor ng pembentuk actor layak
untuk diikutkan pada analisis actor atau tidak
4. Item-item yang tidak layak untuk difaktorkan, maka dilakukan actor ng atau
mereduksi item dengan jalan sub-variabel, yang tidak layak difaktorkan dikeluarkan
dari analisis actor
5. Setelah faktornya terbentuk, maka dapat dilakukan analisis data lanjutan dengan
menggunakan nilai skor actor (SF).
DAFTAR PUSTAKA

Herlina, H. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan


Pemerintahan Daerah Dalam Implementasi PP 71 Tahun 2010 (Studi Empiris: Kabupaten
Nias
Selatan). Jurnal Akuntansi, 1(3).
Murnisari, R. (2014). ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN MELALUI AUDIT
SISTEM KEPASTIAN KUALITAS PADA PDAM KOTA BLITAR. Jurnal Kompilasi Ilmu
Ekonomi (KOMPILEK), 6(2), 147-163.
Li, K., Kay, N. S., & Nokkaew, N. (2009). The performance of the World Health
Organization’s WHOQOL-BREF in assessing the quality of life of Thai college
students. Social indicators research, 90(3), 489-501.
DAFTAR PUSTKA

Arieska, Permadina Kalah. Herdiani, Novera. (2018). Pemilihan Teknik Sampling Berdasarkan
Perhitungan Efisiensi Relatif. Jurnal Statistika : Vol. 6, No. 2, November 2018.
Imran, Hasyim Ali. (2017). PERAN SAMPLING DAN DISTRIBUSI DATA DALAM PENELITIAN
KOMUNIKASI PENDEKATAN KUANTITATIF. Jurnal Studi Komunikasi dan Media : Vol. 21 No.
1 (Januari - Juni 2017) Hal : 111 – 126.
Sugiyono, P. D. (n.d.).
Sugiyono, P. D. (2015). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai