DISUSUN OLEH :
Azzahra Sri Ayuningtyas (1808015074)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2022
TEKNIK SAMPLING
Validitas dalam pengertiannya menyangkut 2 hal yaitu, validitas alat ukur berkaitan
dengan seberapa besar suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur, sedangkan
validitas penelitian berkaitan dengan hubungan sebab akibat yang dihasilkan. Validitas
penelitian tidak berkaitan dengan perhitungan statistik seperti pada validitas alat ukur,
melainkan berkaitan dengan kontrol terhadap variabel sekunder.
Ada dua macam validitas dalam penelitian yaitu, validitas internal berkaitan dengan
sejauhmana hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat yang di
temukan dalam penelitian. Semakin kuat hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan
variabel terikat maka semakin besar validitas internal suatu penelitian. Validitas eksternal
berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian, yaitu sejauh mana hasil penelitian dapat
diterapkan pada subjek, situasi, dan waktu diluar situasi penelitian.
Proactive history
Factor yang perbedaan individual yang di bawa ke dalam penelitian, yang merupakan factor
bawaan maupun suatu yang telah dipelajari sebelumnya. Misalnya adalah seperti usia jenis
kelamin, kepribadian, sikap, intelegensi. Faktor ini dapat mempengaruhi varible terikat, baik
secara sendiri maupun berinteraksi dengan varible bebas
Retroactive history
Factor ini hanya terjadi pada penelitian yang menggunakan pretest-posttest dimana setiap
subjek mengalami pengukuran variable terikat sebanyak dua kalisebelum dan sesudah
dilakukan ekperment dan juga jarak waktu diantara pengukuran tersebut.
Maturation
Atau kematangan adalah perubahan biologis dan atau perubahan psikologis yang di sistematis
pada organisme dalam suatu waktu tertentu. Factor ini lebih mungkin terjadi pada penelitian
jangka Panjang baik menggunakan pretest-postest atau pun tidak.
Testing
Peneliti memberikan protest -posttest kepada responden dalam waktu yangberbeda dengan
soal atau pertanyaan yang sama. Menyebabkan responden dapat menduga masalah yang
sedang di teliti atau perilaku yang akan di berikan.
Statistical regression
Factor ini hanya terjadi pada penelitian yang menggunakan pretest-posttest karena
pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang akan menyebabkan nilai ektrem yaitu nilai
tertinggi dan nilai terendah cenderung mendekati nlai rata-rata meskipun tidak di perlakukan
apapun.
Experimental mortality
Jumlah subjek ada akhir penelitian bisa berkurang dibanding dengan awal penelitian,
validitas internal penelitian menjadi rendah seiring semakin berkurangnya subjek yang
digunakan, karena memperkecil kemungkinan signifikansi hasil penelitian. Tidak ada cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi
faktor ini.
· Interaction effect
Dapat terjadi pada rancangan penelitian eksperimen within-subject dimana setiap subjek
mendapat lebih dari satu perlakuan. Diatasi dengan counterbalancing yakni memberikan
urutan variasi variabel bebas yang berbeda pada subjek
penelitian.
· Instrumentation effect
Alat ukur yang tidak akurat dapat mempengaruhi validitas internal sehingga harus digunakan
alat ukur yang valid dan reliabel. Diatasi dengan melakukan uji coba sebelum alat ukur
digunakan, melatih menggunakan instrumen yang digunakan.
· Experimenter effect
Experimenter berlaku yang secara sengaja atau tidak sengaja akan mempengaruhi keakuratan
penelitian. Atribut dan harapan experimenter dpt menimbulkan bias.Atribut seperti usia, ras,
jenis kelamin,agama, kecerdasan, dan harapan,memiliki harapan tertentu terhadap hasil
penelitian.Diatasi dengan
“double-blind procedure”
· Efek partisipan
Subjek dpt memberikan respon yang tidak disebabkan oleh manipulasi VB, namun
termotivasi oleh hal lain seperti misalnya subjek mencari tahu apa yang akan mereka alami,
apa yang harus dilakukan.
3 faktor yang memepengaruhi validitas eksternal :
1. Validitas populasi
2. Validitas ekologis
3. Validitas temporal
Reliabilitas
Reliablitias merupakan sebuah kata dari reliability diartikan sebagai sejuah mana suatu
hasil pengukuran dapat dipercaya. Yang dimana hasil pengukuran tersebut dapat dipercaya
apabila proses dalam pelaksanaan tersebut dilakukan beberapa kali terhadap kelompok
subyek yang sama, maka dapat diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek
penelitian yang diukur dalam diri subyek tidak berubah. Beberapa para ahli menyatakan
bahwa reliabilitas menyangkut sejauh mana ukuran atau bentuk skor simpangan dari individu,
atau skor-z, relative konsisten jika dilakukan pengulangan yang secara proses dengan hasil
tes yang sama atau tes yang tidak berubah (Nur, 1987: 47). Lalu, ada juga yang menjelaskan
bahwa reliabilitas merupakan salah-satu ciri atau karakteristik utama sebuah instrument
pengukuran yang baik (Azwar, 2003: 176). Lain halnya dengan Arifin (1991: 122) ia
berpendapat bahwa suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu membuahkan hasil yang
sama apabila diteskan pada suatu organisasi yang sama pada waktu atau kesempatan yang
berbeda. Djali (2000: 81) berpendapat bahwa reliabilitas merupakan suatu bentuk konsistensi
gabungan antara butir yang berkaitan dengan kemantapan suatu tes. Hasil ini dapat
diungkapkan dengan pertanyaan, apakah terhadap suatu obyek ukur yang sama, butir yang
satu menunjukkan hasil ukur yang sama dengan butir yang lainnya atau tidak? Maka dari itu
terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur butir yang satu tidak kontradiksi
dengan hasil ukur butir yang lainnya. Jika demikian hasil bagian obyek ukur yang sama,
dengan hasil ukur melalui butir yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur
butir yang lain maka pengukuran (alatukur) sebagai suatu bentuk kesatuan itu tidak dapat
dipercaya. Oleh karena itu, koefisien reliabilitas konsisten gabungan butir antara skor butir
dikotomi dapat dihasilkan denganmenggabungkan rumus Kuder-Richardson yang dikenal
sebagai KR-20 (Djaali, 2000: 77).
Alpha If Item Deleted
Alpha if item deleted merupakan sebuah penghapusan item apapun dalam setiap domain yang
tidak akan meningkatkan konsistensi internal. Karena semua item dari setiap
domainmempunyai sebuah korelasi yang masuk akal. Akan tetapi dalam Alpha Cronbach
akan terjadikeliruan jika Alpha if item deleted terjadi.Korelasi Item-Total Teknik Korelasi
Item-Total (item-total correlation)
atau disingkat sebagai “ITC”
adalah Teknik analisis untuk mengevaluasi validitas item. Pada dasarnya analisis item ini
adalah memilih item-item yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur test yang sesuai
pembuatnya. Maka itu memilih item yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur
oleh tes secara menyeluruh. Uji keselarasan fungsi item dengan fungsi ukur tes dilakukan
untuk menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan distribusi
skor total tes. Aturan ini dapat memperoleh koefisien korelasi item total (r it) yang sering
disebut dengan sebutan parameter daya beda item (item discrimination). Azwar (2012)
berpendapat, sebagai criteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total, biasanya
digunakan sebagai batasan koefiensi > 0.30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi
minimal 0.30 data pembedanya dijelaskan sebagai bentuk untuk memenuhi syarat psikometrik
sebagi bagian dari test. Akan tetapi criteria ini tentunya tidak menjadi sebuah rata-rata
tunggal dalam menentukan item mana yang akhirnya diikutkan sebagai bagian test final.
Perlu dilihat lebih dalam mengenai cakupan isi domain (content of the test domain) dan
tujuan pemakaian hasil test (Azwar, 2012).
Inter-Item Total Corelation (Batas Kritis 0,3)
Analisis inter item-total correlation merupakan metode yang digunakan untuk memberikan
sebuah penilaian terhadap validitas kuesioner, singkatnya disebut sebagai korelasiproduk
moment (moment product correlation, pearson correlation) antara skor pada setiap
butirpertanyaan dengan skor total. Lalu, nilai korelasi yang didapat bisa dibandingkan dengan
label korelasi (r). Kemudian, product moment digunakan sebagai nilai korelasi yang
diperoleh signifikan atau tidak. Beberapa ahli menyatakan bahwa ketentuan validitas
instrument dapat dinyatakan sah apabila r dihitung lebih besar dari r kritis (0,30) (Sugiyono et
al., 2009: 94). Pendapat lain dinyatakan oleh Suyuthi dalam Sujianto (2009: 96), item
pernyataan bisa divaliditasikan jika mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r standar
(0,3). Analisa faktor
Menurut Arikunto (2010) menjelaskan bahwa analisis faktor dapat dilakukan dengan
menggunakan cara korelasi skor faktor dengan skor total, sesudah terlebih dahulu mengetahui
kekhususan tiap faktor. Pada konsep Miles and Huberman (Herdiansyah, 2012) terdapat tiga
tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Dari tiga tahap
tersebut dapat dijabarkan dalam Analisa actor sebagai berikut, yaitu:
3. Menilai apakah semua sub-variabel atau item atau actor ng pembentuk actor layak
untuk diikutkan pada analisis actor atau tidak
4. Item-item yang tidak layak untuk difaktorkan, maka dilakukan actor ng atau
mereduksi item dengan jalan sub-variabel, yang tidak layak difaktorkan dikeluarkan
dari analisis actor
5. Setelah faktornya terbentuk, maka dapat dilakukan analisis data lanjutan dengan
menggunakan nilai skor actor (SF).
DAFTAR PUSTAKA
Arieska, Permadina Kalah. Herdiani, Novera. (2018). Pemilihan Teknik Sampling Berdasarkan
Perhitungan Efisiensi Relatif. Jurnal Statistika : Vol. 6, No. 2, November 2018.
Imran, Hasyim Ali. (2017). PERAN SAMPLING DAN DISTRIBUSI DATA DALAM PENELITIAN
KOMUNIKASI PENDEKATAN KUANTITATIF. Jurnal Studi Komunikasi dan Media : Vol. 21 No.
1 (Januari - Juni 2017) Hal : 111 – 126.
Sugiyono, P. D. (n.d.).
Sugiyono, P. D. (2015). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.