Anda di halaman 1dari 129

PENDIDIKAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS
DWI SARI USOP
SEMESTER 4
PGSD
KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERMANEN

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TEMPORER

ABK Permanen : anak yang memiliki kelainan (anak berkelainan)


atau anak yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat
istimewa

ABK Temporer : anak pada umumnya, namun karena situasi dan


kondisi lingkungan, budaya, sosial, ekonomi, politik, dan
kebudayaan mengakibatkan mereka memerlukan pendidikan
khusus. Misalnya, anak dari daerah terpencil atau terbelakang,
anak yang mengalami bencana alam, bencana sosial, anak yang
tidak mampu dalam bidang ekonomi, seperti anak jalanan, pekerja
anak
ABK PERMANEN
Anak yang memerlukan perhatian dan pelayanan
khusus, seperti anak yang mengalami hambatan
penglihatan, pendengaran, kecerdasan, fisik,
emosional, sosial, atau kecelakaan sejak di dalam
kandungan atau setelah lahir mengalami
kecacatan
Pendidikannya tidak harus di SLB tetapi bisa di
sekolah umum/kejuruan secara inklusif di tempat
terdekat anak
Klasifikasi anak berkebutuhan khusus permanen
Tuna Netra
Tuna Rungu
Tuna Wicara
Tuna Grahita
Tuna Daksa
Tuna Laras
Tuna Ganda
Anak Berkesulitan Belajar Spesifik
Anak Lamban Belajar
Autisme
Anak dengan Gangguan Konsentrasi
ABK yang memiliki potensi kecerdasan / bakat
istimewa
PENGELOMPOKAN DALAM SLB
Tuna Netra = SLB A
Tuna Rungu = SLB B
Tuna Grahita = SLB C
Tuna Daksa = SLB D
Tuna Laras = SLB E
Autis = SLB F
Tuna Ganda = SLB G
Anak Berkesulitan Belajar Spesifik = SLB H
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TEMPORER

Anak yang memiliki hambatan sementara dan hambatan


perkembangan dikarenakan faktor-faktor eksternal, yaitu :
Anak yang mengalami trauma akibat bencana
Anak korban kerusuhan
Anak yang memiliki kesulitan berkonsentrasi karena sering
diperlakukan kasar
Anak yang tidak bisa membaca dikarenakan kekeliruan guru
anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu dari segi
ekonomi
Anak di daerah terpencil atau terbelakang atau masyarakat
terpencil
PENDIDIKAN
Pendidikan Khusus
Pendidikan Layanan Khusus
Pendidikan Khusus
1. Peserta didik yang memiliki kelainan
2. Peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan atau bakat istimewa
PENDIDIKAN KHUSUS

Peserta Didik yang memiliki


kelainan.
Peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan dan atau
bakat istimewa.
PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS
Memberikan pendidikan pada masyarakat di
daerah terpencil atau daerah yang mengalami
bencana alam, tidak mampu secara ekoniomi
Berada pada jalur pendidikan formal yang
diselenggarakan dengan menyesuaikan waktu,
tempat, sarana dan prasarana pembelajaran,
pendidik, tenaga kependidikan dan lain
sebagainya dengan kondidsi kesulitan peserta
didik
Model/Bentuk Penyelenggaraan
Sekolah (SD/MI, SMP, SMA, Madrasah) kecil
Sekolah terbuka, terdiri dari SD sampai SMA
Pendidikan jarak jauh
Pemindahan peserta didik ke daerah lain
Guru kunjung
Rumah singgah (boarding house)
TUNA NETRA
(Anak Berkelainan Penglihatan)
Klasifikasi Tuna Netra
Bukan Tuna Netra
Tuna Netra Ringan
Tuna Netra Berat
Bukan Tuna Netra
Anak yang mempunyai kelainan penglihatan
yang masih dapat disembuhkan melalui
pengobatan atau alat optik tertentu.
Anak masih memiliki kemampuan untuk
mengikuti pelajaran dengan baik.
Tuna Netra Ringan
Anak yang mempunyai kelainan yang masih
mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di
kelas regular walaupun sudah diberi
pengobatan atau dibantu dengan alat optik
tertentu.
Disebut juga anak tunanetra sebagian
(partially seeing-children)
Tuna Netra Berat (buta)
Anak yang mengalami kelainan penglihatan
yang tidak dapat dibantu melalui pengobatan
maupun alat optik apa pun karena anak tidak
mampu lagi memanfaatkan penglihatannya.
Dapat dididik melalui saluran lain selain mata
Penyebab Tuna Netra
Berdasarkan etiologi, faktor penyebab
tunanetra adalah
Faktor Endogen : herediter
Faktor Eksogen : penyakit, kecelakaan
Lanjutan
Berdasarkan kurun waktu terjadinya, faktor
penyebab tunanetra
Prenatal
Natal
Postnatal
Anak Tuna Netra
Lebih mengoptimalkan alat indera lain selain
mata
Pengenalan benda melalui kontak langsung
dengan benda
Perabaan dengan dua cara.
Cara 1 : persepsi sintetik
Cara 2 : persepsi analitik
Persepsi Sintetik
Pengenalan benda pada anak tunanetra
melalui perabaan pada obyek secara
keseluruhan, baik diraba dengan satu tangan
maupun dua tangan, baru kemudian diuraikan
perbagian.
Contoh : mengenali handpone, sisir, buah,
pensil, bolpoin
Persepsi Analitik
Persepsi perabaan pada benda / obyek yang
tidak dapat tercakup dengan dua tangan
dikarenakan bentuknya besar sehingga perlu
menelusuri bagiannya satu persatu
Contoh : mobil, motor, orang, papan tulis,
pakaian
Lanjutan anak tunanetra
Memahami benda secara verbalisme :
memahami benda melalui kata-kata yang
disampaikan
Berdasarkan kecerdaan, anak tuna netra dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :
kecerdasan di bawah rata-rata (subnormal),
kecerdasan rata-rata (normal), dan kecerdasan di
atas rata-rata (supernormal)
Terhambat dalam fungsi orientasi dan mobilitas
Untuk memudahkan dalam bergerak, anak tuna
netra dapat menggunakan tongkat.
Tongkat yang digunakan biasanya berwarna
putih dengan fungsi : a). memberi tahu bahwa
pemakainya adalah tunanetra, b). Menambah
rasa percaya diri
Menurut Lowenveld (dalam Effendi, 2009),
kualitas kemampuan orientasi dan mobilitas
anak tunanetra sangat dipengaruhi oleh
locomotion dan orientasi mental
Locomotion, gerakan individu dari satu tempat ke
tempat lain atas usaha sendiri
Orientasi mental, kemampuan individu untuk
mengenali lingkungan sekitarnya serta
kemampuan indidvidu untuk menjalin hubungan
dengan lingkungannya
Menurut Gutsforth (dalam Effendi, 2009),
kemampuan bahasa anak tuna netra disebut
dengan unverbal reality, sebab anak tunanetra
hanya mengenal nama-nama tanpa memiliki
pengalaman untuk memahami hakikat secara
langsung obyeknya, interpretasinya hanya
menurut gagasannya dan cenderung verbalistik
Kemampuan bicara menurut Brieland
Memiliki sedikit variasi vokal
Modulasi suara kurang bagus
Memiliki kecenderungan bicara keras
Memiliki kecenderungan bicara lambat
Penggunaan gerakan tubuh dan mimik kurang
efektif
Menggunakan sedikit gerakan bibir dalam
mengartikan suara
Membaca dengan huruf Braile
Ada yang memiliki kemampuan dalam
menyesuaikan sosial, ada pula yang
mengalami kesulitan
Dalam peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba,
seperti suara tabrakan, genteng jatuh dari
atap, terjadi konfrontasi dalam diri anak
antara hasrat untuk mengetahui dan perasaan
cemas akan peristiwa tersebut.
Kemampuan anak tunanetra dalam
menyesuaikan diri tidak lepas dari peranan
lingkungan (keluarga, masyarakat, sekolah).
Bila memandang anak tunanetra secara
negatif berhubungan dengan kelemahannya,
maka hal tersebut dapat menyebabkan anak
menjadi semakin tidak berdaya dalam
melawan hambatan yang dialami
METODE PEMBELAJARAN
Metode Ceramah
Metode Tanya Jawab
Metode Demonstrasi
Metode Latihan
Metode Pemberian Tugas
(di SLB Negeri 1 Pemalang)
Metode Pembelajaran Lanjutan
Metode Diskusi
Karyawisata
Metode Jarimatika
Metode Ceramah
Guru memberikan materi secara lisan
Guru dituntut untuk lebih rinci dan jelas
dalam mejelaskan materi dengan harapan
guru dapat memberikan bayangan mengenai
hal yang dijelaskan.
Misal : menjelaskan tentang alat musik.
Bagaimana bentuknya, terbuat dari apa,
fungsinya, cara menggunakan dan sebagainya
Metode Tanya Jawab
Melalui metode tanya jawab dapat terjadi
komunikasi dua arah.
Guru dapat mengetahui sejauh mana daya
tangkap peserta didik terhadap materi yang
telah dijelaskan.
Metode Demonstrasi
Guru mempraktekkan materi yang telah
dijelaskan kepada siswa.
Misalnya dalam menggunakan alat musik
Sebelumnya guru memberi arahan pada siswa
mengenai bagaimana cara memainkan alat
musik dengan benar. Hal pertama apa yang
harus dilakukan terlebih dahulu.
Metode Latihan
Setelah peserta didik memahami alat musik
yang telah dijelaskan oleh guru, bagaiman
cara memainkannya, peserta didik berlatih
bermain alat musik tersebut.
Metode Pemberian Tugas
Tugas diberikan untuk memberi kesempatan
kepada peserta didik agar mampu melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan
pembelajaran dan agar guru mengetahui
sejauh mana kemampuan peserta didik.
Metode Jarimatika
Diciptakan oleh Septi Peny Wulandari
Tahun 2004
Alasan :
Media yang murah dan dapat dibawa ke mana
saja
TUNA RUNGU
kondisi ketidakfungsian organ pendengaran
atau telinga seseorang anak
menyebabkan mereka mengalami hambatan
atau keterbatasan dalam merespon bunyi-
bunyi yang ada di sekitarnya
kLASIFIKASI
Menurut International Standard Organization,
klasifikasi tuna rungu ada dua :
= 70 dB ke atas
Hard of hearing (kurang dengar) = tuna rungu
ringan-sedang = 35-69
Klasifikasi khusus
Ringan
Sedang
Berat
Sangat berat

Slight losses 20-30 dB


Mild losses 30-40 dB
Moderate losses 40-60 dB
Severe losses 60-70 dB
Profound losses 70 dB ke atas
ringan
Derajat ketulian25 30

sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf


ringan, dimana ia mengalami kesulitan untuk
merespon suara-suara yang datangnya agak jauh.
Pada kondisi yang demikian, seseorang anak
secara pedagogis sudah memerlukan perhatian
khusus dalam belajarnya di sekolah, misalnya
dengan menempatkan tempat duduk di bagian
depan, yang dekat dengan guru.
sedang
Derajat ketulian : 46 70 db

seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf


sedang, dimana ia hanya dapat mengerti
percakapan pada jarak 3-5 feet secara
berhadapan, tetapi tidak dapt mengikuti diskusi-
diskusi di kelas. Untuk anak yang mengalami
ketunarunguan taraf ini memerlukan adanya alat
bantu dengar (hearing aid), dan memerlukan
pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama
berat
Derajat ketulian : 71 90 db

Sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf


berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam
jarak yang sangat dekat dan diperkeras.
Siswa dengan kategori ini juga memerlukan alat
bantu dengar dalam mengikuti pendidikannya di
sekolah. Siswa juga sangat memerlukan adanya
pembinaan atau latihan-latihan komunikasi dan
pengembangan bicaranya.
Sangat berat (profound)
Derajat ketulian : 90 db ke atas

Pada taraf ini, mungkin seseorang sudah tidak


dapat merespon suara sama sekali, tetapi
mungkin masih bisa merespon melalui getaran-
getaran suara yang ada.
Untuk kegiatan pendidikan dan aktivitas lainnya,
penyandang tunarungu kategori ini lebih
mengandalkan kemampuan visual atau
penglihatannya.
Faktor penyebab
Pre natal
Natal
Post natal
Pre natal
Hereditas
Penyakit yang diderita ibu selama kehamilan /
terinfeksi virus)
Keracunan obat-obatan saat ibu hamil
Ibu seorang pecandu alkohol
Ibu pernah minum obat penggugur
kandungan
Natal
Kesulitan saat kelahiran sehingga memerlukan
bantuan alat
Post natal
Kecelakaan
Infeksi
Pemakaian obat-obatan ototoksi yang mampu
merusak pendengaran
Hearing aid
Alat bantu dengar
Harga bervariasi
Tergantung dari tingkat kerusakan
pendengaran
Ketulian bisa menyerang kaum muda

Penyebabnya ?
Gaya hidup modern : Mendengarkan
earphone
Efek bising di pusat permainan anak-anak di
mall : tingkat kebisingan antara 90-95 desibel
Proses pengaliran suara
Saat suara masuk, tulang-tulang pendengaran
bergetar.
Suara lalu diteruskan ke koklea (rumah siput), yang
terletak di bagian tengah telinga.
Pada koklea terdapat sel-sel rambut yang berfungsi
menangkap rangsangan atau frekuensi suara.
Sel rambut juga berfungsi mengubah energi akustik
menjadi rangsang listrik untuk dapat diteruskan ke
pusat persepsi pendengaran di
otak..
Suara yang berfrekuensi 80 db dapat
menyebabkan sel-sel rambut mengalami
kelelahan
Sel rambut yang mengalami kelelahan terus-
menerus, lama- kelamaan akan rusak
TUNA GRAHITA
Pengertian
Individu dengan kecerdasan mental di bawah normal
Mengacu pada fungsi intelektual umum secara nyata
berada di bawah rata-rata disertai dengan kekurangan
dalam penyesuaian diri dan berlangsung pada masa
perkembangan
Tunagrahita sering disebut dengan beberapa istilah, yaitu :
Retardasi mental
Lemah ingatan
Feebleminded
Mental Subnormal
Psudofeebleminded
Istilah yang dikenakan pada anak normal yang
keadaannya menyerupai anak tuna grahita jika dilihat
sepintas. Tetapi, setelah mendapat perawatan atau
terapi tertentu, perlahan-lahan tanda ketunagrahitaan
yang tampak berangsur-angsur hilang dan menjadi
normal
Faktor yang menyebabkan :
Gangguan emosi pada masa kanak-kanaksehingga
menghambat perkembangan kognitif
Keadaan lingkungan yang kurang baik dan tidak
memberikan perangsang pada kecerdasan anak
sehingga perkembangan kognitif terhambat
Klasifikasi anak tuna grahita
Ada perbedaan di antara para ahli di dalam
mengklasifikasikan anak tuna grahita
Dokter : mengklasifikasikan anak tuna grahita
didasarkan pada kelainan fisiknya, sseperti tipe
mongoloid, microcephalon, microcephalon, cretinism
Pekerja Sosial : berdasarkan derajat penyesuaian diri
dan ketidakbergantungan
Psikolog berdasarkan aspek indeks mental
inteligensinya melalui angka hasil tes IQ, yakni, IQ 0-25
= idiot, IQ 25-50 = imbecil, IQ 50-75 = debil/moron
Pedagog : berdasarkan program pendidikan
yang disajikan, terbagi atas tiga yaitu :
Mampu didik
Mampu latih
Mampu rawat
Mampu didik
Tidak mampu mengikuti program sekolah
biasa tetapi masih mempunyai kekmampuan
yang dapat dikembangkan walau tidak
maksimal, yaitu :
Membaca, menulis, mengeja, berhitung
Menyesuaikan diri dan tidak bergantung pada
orang lain
Kemampuan yang sedehana untuk
kepentingan pekerjaan di kemudian hari
Mampu latih
Tidak mampu mengikuti program pendidikan
seperti anak tuna grahita mampu didik, sehingga
kemampuannya perllu diberdayakan dengan :
Belajar mengurus diri sendiri : makan, tidur,
mandi, berpakaian sendiri
Belajar menyesuaikan di lingkungan rumah dan
sekitarnya
Mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di
bengkel kerja, dan di lembaga lain
Mampu rawat
Kecerdasan sangat rendah sehingga tidak
mampu untuk mengurus diri sendiri dan
bersosialisasi sehingga membutuhkan
perawatan dari orang lain sepanjang hidupnya
Etiologi anak tuna grahita
Ada beberapa faktor penyebab anak tuna grahita :
Kurun waktu terjadinya
Pertumbuhan dan perkembangan
Radang otak : pendarahan dalam otak (intracarnial
baemorhage), penyakit, seperti measles, scarlet
fever, meaningitis, encephalitis, diphteria, cacar
Gangguan fisiologis : yang berasal dari virseperti
rubella (campak jerman), rhesus factor, mongoloid
sebagai akibat ganggguan genetik, dan cretinism
sebagai akibat gangguan kelenjar tiroid
Hereditas : para ahli mempunyai perbedaan dalam
pemikiran mengenai hereditas sebagai faktor
penyebab tuna grahita
Berdasarkan kurun waktu terjadinya
Faktor endogen (dibawa sejak lahir)
Fakltor eksogen (faktor dari luar seperti
penyakit
Faktor etiologi biomedik
Menurut Kenner
6,4% : trauma lahir dan anoxia prenatal
(keracunan)
35,61 % : faktor genetik
6,2 % : penyakit infeksi prenatal
5,0 % infeksi otak setelah lahir
2 % : lahir prematur
Faktor :
Kelainan kromosom
Waktu hamil ibu sakit / jatuh
Kelainan letak janin
Trauma kelahiran
Persalinan abnormal / sukar / lama
Kembar
Malnutrisi berat
Epilepsi
Dehidrasi berat dengan kejang
Lanjutan
Usia ibu : lebih dari 40 tahun / kurang dari
16 tahun
Panas tinggi disertai kejang
Sakit berat dan lama
Panas tinggi dan tidak sadarkan diri
Dampak ketunagrahitaan
Ingatan yang lemah sehingga mengalami
kesulitan dalam pemangilan kembali ingatan
Berhubungan dengan tahap perkembangan
kognitif
Menurut Inhelder, anak tuna grhahita berat
perkembangan kognitifnya terhambat pada
tingkat perkembangan sensori motorik.
Sedangkan anak tuna grahita ringan,
perkembangan kognitifnya terhenti sampai tahap
perkembangan operasional konkret.
PEMBELAJARAN UNTUK SISWA
TUNAGRAHITA
MODEL PPI
ANALISIS TUGAS
TEMATIK
MODEL PPI (PROGRAM
PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
Program Pembelajaran Individual adalah
program yang disusun dimana kedalaman dan
keluasannya sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan tiap individu.
Memiliki ciri dalam satu kelas siswa belajar
bersama-sama dengan bidang studi yang sama
dalam jam yang sama tetapi materi atau
metode maupun media berbeda-beda sesuai
dengan kemampuan tiap siswa.
ANALISIS TUGAS
Adalah merinci atau memecah suatu
pekerjaan menjadi bagian-bagian kecil
mengingat kemampuan anak tunagrahita
Analisis tugas terbagi dua :
Analisis tugas diskriminasi
Analisis tugas berurutan
ANALISIS TUGAS DISKRIMINASI
Merinci atau memecah suatu pekerjaan
menjadi bagian-bagian kecil sesuai dengan
kemampuan anak tunagrahita di mana mereka
diajarkan untuk mampu membedakan hal-hal
yang dapat dilakukan pada satu benda atau
suatu hal
Contoh :
Menggergaji tripleks
Mengampelas tripleks
Meniru pola tripleks
ANALISIS TUGAS BERURUTAN
Menggosok gigi
Memegang sikat gigi
Menaruh pasta gigi pada sikat
Berkumur
Sikat diarahkan ke mulut
Mulai menggosok gigi
dst
TEMATIK
Materi pelajaran dikemas ke dalam tema-tema
tertentu
Contoh :
TEMA KETRAMPILAN
Bahasa Indonesia
Membaca dan menulis
Cara membuat telur asin :
. Memilih telur
. Mengampelas telur
Memcampur abu gosok, garam., air
. Menempel abu gosok pada telur

Membuat
Telur
Ketrampilan tata
Matematika boga
.Menimbang ab gosok, . Memilih telur
garam dan air sesuai
dengan jumlah telur . Mengampelas telur
.Menyebutkan alokasi . Mencampur abu
waktu sampai telur siap gosok, garam, air
panen
. Menempel abu
gosok pada telur
Bahasa Indonesia
Membaca dan menulis
TEMA BINA
. Memegang sendok
DIRI
. Menyendok makanan
. Mengangkkat sendok ke mulut
. Mengunyah makanan
. Menelan makanan IPA
.
Matematika
. Mengambil
Menyebutkan
makanan 1 sendok ciri makanan
makan/ 1 sendok teh sehat (basi,
Mengunyah makanna busuk)
kurang lebih 20 x
. Menata
Bina diri (Merawat diri) makanan
sendiri
. Memegang sendok
. Menyendok makanan
. Mengangkat sendok ke mulut
. Zmengunyah makanan
. Menelan makanan
Komponen-komponen pembelajaran
Identitas siswa
Kemampuan siswa saat ini
Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka pendek
Materi pembelajaran
Strategi pembelajaran
Media
Evaluasi
Permainan yang menekankan pada pengembangan
kecerdasan dan motorik halus

Latihan menuangkan air


Bermain pasir
Bermain tanah liat
Meronce manik-manik
Latihan melipat
Mengelem dan menempel
Menggunting dan memotong
Latihan menyobek
Jarum dan benang
Olahraga
TUNA DAKSA
Pengertian
Individu yang mengalami kelainan pada
daerah otot, tulang, persendian
Disebut juga cacat tubuh atau cacat orthopedi
(Orthopedically handicapped)
Physically Disabled
Tuna raga
Penyebabnya
Kongenital / bawaan
Kecelakaan
Klasifikasi tuna daksa
Tuna daksa ortopedi
Tuna daksa saraf
Tuna daksa ortopedi
Kelainan pada bagian tulang, otot tubuh, ataupun
daerah persendian, baik yang dibawa sejak lahir
(congenital) maupun yang diperoleh kemudian
(karena penyakit atau kecelakaan)
Berdasarkan insiden terjadinya, tuna daksa
ortopedi dapat diklasifikasikan ke dalam tuna
daksa karena
Peperangan
Kecelakaan lalu lintas
Penyakit
Dibawa sejak lahir
Tuna daksa saraf (neurilogically
handicapped)
Disebut pula cerebral palsy
Mengalami kelainan akibat gangguan pada
susunan saraf di otak
The American Academy of Cerebral palsy
mendefinisikan : berbagai perubahan atau
fungsi motor yang tidak normal timbul sebagai
akibat kecelakaan , luka, atau penyakit pada
susunan saraf yang terdapat pada rongga
tengkorak
The United Cerebral palsy Association
mengemukakan bahwa cerebral palsy
disebabkan luka pada otak terutama yang
berhubungan dengan fungsi gerak (motorik).
Selain itu, cerebral palsy juga terjadi pada
individu semenjak kanak-kanak dengan
kondisi seperti lumpuh, lemah, tidak adanya
koordinasi atau ada penyimpangan fungsi
gerak yang disebabkan oleh patologi gerak di
otak.
Dengan terganggunya fungsi motorik, maka
anak dengan cerebral palsy akan mengalami
berbagai macam kesulitan atau terganggunya
pula fungsi-fungsi yang lain seperti :
Kesulitan belajar
Kejang-kejang
Aphasia
Disleksia
Ketidakmampuan memahami kata-kata
Ketidakmampuan berbicara
Ketidakmampuan berhitung
Klasifikasi cerebral palsy
Spasticity (little)
Athetosis
Ataxia
Tremor
rigidity
Spasticity
Gangguan yang terjadi pada lapisan luar otak
yang nmenyebabkan penderita mengalami
kejang-kejang / kelumpuhan pada otot
Beberapa otot yang mengalami kelumpuhan :
Monoplegia : kejang yang terjadi pada salah satu
anggota badan
Hemiplegia : Jika alah satu anggota tubuh, seperti
kaki atau tangan mengalami kejang
Triplegia : bila tiga di antara anggota tubuh
mengalami kekejangan
Paraplegia : kejang terjadi pada kedua kaki
Quadriplegia : kejang yang muncul pada
keempat anggota tubuh, sebagian di kepala
dan anggota tubuh lainnya.
Athetosis
Luka pada piramida pada otak depan maupun
tengah
Anak tampak susah payah untuk berjalan,
menggeliat-geliat, dan terhuyung-huyung
Gerakan tidak berima dan tidak mengikuti urutan
yang wajar, sehingga perilaku sering tidak
terkontrol
Karakteristik : mengalami masalah pada daerah
sejumlah besar tangan, lidah, bibir, dan sejumlh
kecil kaki
Ataxia
Luka pada otak kecil yang bekerja sebagai
pengontrol keseimbangan dan koordinasi
pada otot
Gerakan tidak teratur, berjalan dengan
langkah yang tinggi dan dengan mudah
menjatuhkannya
Gerakan seperti tersentak-sentak
Etiologi anak tuna daksa
Pre natal
Neonatal
Post natal
Prenatal
Pemisahan bayi dari plasenta
Anemia
Kondisi jantung yang gawat
Shock
Percobaan abortus
Gangguan metabolisme
Gangguan rhesus
neonatal
Bayi sungsang
Kesulitan lahir krn pinggul ibu terlalu kecil
Pendarahan pada otak saat kelahiran
Prematur
Gangguan plasenta yang menguranmgi
oksigen shingga menyebabkan anoxia
Post natal
Penyakit
kecelakaan
Rehabilitasi
Medis
Vokasional / karya : memberikan kesempatan
untuk bekerja
psikososial
TUNA LARAS
Anak berkelainan perilaku
Mengalami masalah intrapersonal dan
interpersonal yang ekstrim sehingga kesulitan
dalam menyelaraskan perilaku dengan norma
yang umum berlaku di masyarakat
Anak yang mengalami gangguan/hambatan
emosi sehingga tidak/kurang dapat
menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat
Mempunyai kebiasaan melanggar norma yang
berlaku di masyarakat
Melakukan kejahatan
Klasifikasi
Penyimpangan tingkah laku yang ekstrim
sebagai
bentuk kelainan emosi
Bentuk kelainan penyesuaian sosial
Bentuk kelainan emosi
Kesulitan menyesuaikan diri karena adanya
tekanan dari dalam
Bentuk-bentuk kelainan penyesuaian
perilaku sosial dan emosi
Penysuaian perilaku sosial
Anak agrsif yang sukar bersosialisasi : tidak
dapatmenyesuaikan diri,m baik dirumah, sekolah
dan masyarakat. Sikapnya : memusuhi otoritas
(guru,orang tua, polisi), suka balas dendam, curang,
senang berkelahi, mencela, dll
Anak agresif yang mampu bersosialisasi : hanya
mampu bersosialisasi dengan teman sebaya yang
senasib (gang). Sikap :memusuhi otoritas, setia pada
kelompok, melakukan pengeroyokan, pembunuhan
Anak yang menutup diri berlebihan
Sikap : sangat pemalu, menarik diri dari
pergaulan, mudah tertekan, rendah diri
Bentuk kelainan penyesuaian sosial
Tl. Tidak sesuai dengan adat kebiasaan di
rumah, di sekolah, dan di masyarakat
Lebih ditekankan dilakukan oleh anak berusia
11 tahun hingga 18 tahun, dengan asumsi jika
dilakukan oleh anak di bawah 11 tahun, anak
tersebut belum memahami mnakna perilaku
yang dilakukan apakah benar atau salah
Ada dua tipe pelanggaran atau kejahatan :
Perilaku kriminal seperti orang dewasa
Perilaku menentang atau membangkang guru
atau orang tua
Perilaku kriminal seperti orang dewasa
Membunuh
Memperkosa
Mencuri
Merampok
dll
Perilaku pembangkangan
Membolos
Lari dari rumah
Bentuk kelainan emosi
Kecemasan mendalam tetapi kabur dan tidak
menentu arah sebagai alat untuk
mempertahankan diri
Kelemahan seluruh jasmani da rohani disertai
keluhan sakit pada beberapa bagian badan,
sebagai akibat konflik batin atau tekanan emosi
yang sukar diselesaikan. Akibatnya, menarik diri
dari pergaulan
Gejala yang merupakan tantangan balas
dendam karena adanya perlakuan kasar.
Perilaku : berlaku kasar pada orang yang telah
kasar sebagai balas dendam untuk
kepuasannya
Etiologi (faktor penyuebab)
Internal : keturunan, kondisi fisik dan psikisnya
Eksternal : lingkungan
keturunan
Kawin sedarah
Seks maniak
Alkoholisme
Kleptomania
dll
Faktor psikologis
Stabilitas emosi/kepribadian rendah
Akibatnya muncul defence mechanism : suka
memberontak, mencela, memukul, merusak
baran, perilaku kekanak-kanakan
Faktor biologis
Gen
Kerusakan pada otak
lingkungan
Rumah : rasa aman, broken home, teladan,
hubungan antar orang tua atau saudara
Sekolah : hubungan guru dengan peserta didik
: kurang harmonis atau hubungan dengan
yang kurang harmonis, disiplin sekolah yang
terlalu kaku atau longgar
Masyarakat : contoh yang kurang baik,
tayangan atau hiburan yang bernafaskan
kekerasan
Kesulitan belajar
Pengertian
Merupakan hambatan atau gangguan belajar
pada anak yang dapat mempengaruhi hasil
belajar
Gejala yang tampak pada anak yang kesulitan
belajar adalah prestasi belajar yang rendah :
Di bawah norma yang telah ditetapkan
Dibandingkan teman-teman
Dibandingkan prestasi belajar sebelumnya
Lambat mengerjakan tugas dan tertinggal dari
teman-temannya dari waktu yang disediakan
PENGENALAN DIAGNOSIS
KESULITAN BELAJAR
Observasi
Wawancara
tes hasil belajar
tes inteligensi
Pemeriksaan kesehatan
Prosedur diagnosis kesulitan belajar
Mengidentifikasi siswa yang mengaklmai
kesulitan belajar
Melokalisasi letak kesulitan belajar
Menentukan faktor penyebab kesulitan
belajar
Memperkirakan alternatif bantuan
Menetapkan cara mengatasinya
Tindak lanjut
Ragam kesulitan belajar
Disleksia
Diskalkulia
Disgrafia
DISLEKSIA (DYSLEXIA)

Berasal dari bahasa Yunani : dys dan lexis


Dys : gangguan
Lexis : bahasa atau kata-kata
Anak yang mengalami kesulitan dalam membaca
Bukan suatu penyakit, melainkan adalah suatu kondisi yang dibawa sejak lahir
Memiliki tingkat inteligensi normal, dan ada pula yang di atas rata-rata
Sering disebut dengan sebutan malas dan
bodoh, akan tetapi tidaklah demikian sebab
untuk dapat membaca mereka melakukannya
dengan kerja keras
Karakteristiknya :
Kesulitan membaca
Memahami bacaan
Kesulitan membedakan huruf, seperti b, d, q,
p, v, u, n, dll
Misal membaca :
Now = won
Left = felt
Palu -= lupa
Sir = ris
Abi = iba
Tapi = tadi
Karakteristik anak dengan disleksia
Perilaku :
Menunjukkan sikap berpura-pura, acuh tak
acuh, menentang, berdusta, dll
Membolos
Tidak mengerjakan tugas
Menunjukkan gejala emosional yang berbeda :
pemurung, mudah tersinggung, pemarah,
kurang gembira
Bentuk-bentuk kesulitan yang dialami
Dalam berbahasa :
Mengalami kesulitan dalam membaca dan
mengeja
Salah menulis dan meletakkan gambar
Sulit menghafal alfabet
Huruf terbalik-balik
Tidak mengerti apa yang dibaca
Menulis lama sekali
Bentuk kesulitan lain
Mengenakan tali sepatu
Menyebutkan urutan nama hari atau bulan
DISKALKULIA
Kesulitan dalam kemampuan kalkulasi dalam
matematis
Sulit mengartikan angka ke dalam simbol,
misal Satu = 1
Sulit memahami urutan angka, mis : setelah 5
adalah 6
Sulit mengartikan nilai sebuah angka, mis :
angka 6 apakah lebih besar dari angka 2
Sulit mengenal urutan tanggal, bulan hari
Menjumlahkan benda-benda
Menyebutkan waktu
Menentukan arah kiri dan kanan
Menghitung uang kembalian
Bingung mengurut suatu peristiwa
Sulit membedakan tanda-tanda +, -, x, :, <, >
Sulit membedakan bangun geometri
Sering salah membedakan 17 dng 71, 2 dgn 5,
3 dng 8, 9 dng 6
Disorientasi waktu (masa sekarang dan
lampau)
Salah dalam mengingat dan menyebut nama
orang
DISGRAFIA
Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide,
pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya
memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel
dengan kertas.
Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu
memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan
proporsional (naik turun)
Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh
tulisan yang sudah ada.
Akibatnya
Anak dapat takut memegang uang

Anda mungkin juga menyukai