Anda di halaman 1dari 10

BAB I

HAKEKAT PENELITIAN

Selain pengajaran dan pengabdian masyarakat,


penelitian merupakan salah satu karya ilmiah yang wajib
dilakukan oleh civitas akademika. Oleh karena itu, para
dosen maupun mahasiswa harus memahami tentang ragam
penelitian beserta ciri-cirinya, dan prosedur masing-masing
jenis penelitian. Pada bab I ini membahas pemahaman
tentang penelitian dan ciri-cirinya sebagai suatu karya
ilmiah.

A. PEMAHAMAN TENTANG PENELITIAN


Penelitian merupakan langkah-langkah sistematis dan
objektif yang bertujuan untuk menjawab suatu
permasalahan dengan mengumpulkan dan menganalisis
data melalui metode yang tepat sesuai peruntukkannya.
Dalam penelitian, peneliti menguraikan masalahnya,
menyusun rumusan masalah dan menentukan
(merumuskan) tujuan penelitiannya, selanjutnya menyusun
langkah-langkah dan menerapkannya untuk mencapai
tujuan penelitian tersebut (Soesilo, 2015).
Sedangkan menurut Furchan (dalam Soesilo, 2015),
penelitian dapat dirumuskan sebagai penerapan
pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Ini
adalah cara untuk memperoleh informasi yang berguna dan
dapat dipertanggungjawabkan. Sesuai pandangan Soesilo,
Azwar (dalam Soesilo, 2010) juga menyatakan bahwa
penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah
dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.

1
Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa pada


hakekatnya penelitian berfungsi untuk mencari jawaban
terhadap suatu permasalahan beserta penjelasannya. Selain
itu, penelitian juga berfungsi untuk memberikan alternatif
sumbangan pemecahan masalah dari rumusan masalah
penelitian. Bukan suatu keharusan bahwa hasil penelitian
sebagai suatu pemecahan (solusi) langsung bagi
permasalahan yang dihadapi, tetapi sebagai informasi dalam
upaya untuk memecahkan masalah yang lebih besar.
Karya ilmiah yang dihasilkan peneliti (antara lain
dosen) sangatlah beragam, tergantung jenis penelitian yang
dilakukan peneliti. Hasil penelitian dapat berupa tentang
deskripsi mengenai suatu hal, tetapi juga dapat untuk
menguji kebenaran suatu hipotesis, atau bahkan untuk
memperbaiki kondisi subjek yang diteliti.
Menurut Azwar (dalam Soesilo, 2010), penjelasan dan
jawaban terhadap permasalahan yang dimaksud dapat
bersifat abstrak dan umum sebagaimana halnya dalam
penelitian dasar (basic research). Selain itu, jawaban
permasalahan dapat pula sangat konkret dan spesifik
seperti biasanya ditemui pada penelitian terapan (applied
research). Dengan demikian, pemahaman masalah yang
dimaksudkan di sini bukan hanya bersifat problem solving,
bukan hanya masalah konkrit yang dialami oleh diri subjek,
tetapi dapat berupa kesenjangan (gap) antara harapan atau
teori dan kondisi nyata yang ada.

B. CIRI KEGIATAN ILMIAH


Setiap kegiatan penelitian selalu memiliki
karakteristik kerja ilmiah. Karakteristik kerja ilmiah
berfungsi sebagai ciri keilmiahan suatu penelitian. Dengan
demikian, setiap kegiatan penelitian harus memiliki ciri-ciri

2
Hakekat Penelitian

keilmiahan tersebut. Menurut Azwar (dalam Soesilo, 2010),


karakteristik kerja ilmiah sebagai ciri penelitian antara lain
bertujuan, sistematik, terkendali, objektif, dan tahan uji
(verifiable).

1. Bertujuan.
Tidak ada satupun penelitian yang tidak memiliki
tujuan penelitian. Peneliti selalu merumuskan tujuan
penelitiannya. Penelitian selalu memiliki tujuan
maksudnya bahwa setiap kegiatan penelitian tidak
dapat terlepas dari kerangka tujuan pemecahan
permasalahan. Sebelum pelaksanaan penelitian
dilakukan, peneliti harus merumuskan tujuan
penelitiannya, yang terkait dengan permasalahan
penelitian. Dengan demikian, rumusan tujuan harus
berkaitan dengan rumusan masalahnya. Hasil
penelitian diharapkan memberikan penjelasan
mengenai fenomena yang menjadi pertanyaan
penelitian dan dapat melandasi keputusan serta
tindakan pemecahan permasalahan.
Setiap penelitian harus memiliki tujuan yang jelas,
karena tanpa ada tujuan maka peneliti dapat
kehilangan arah mau dikemanakan arah
penelitiannya. Ada beragam tujuan penelitian antara
lain bertujuan untuk mendeskripsikan suatu variabel
saja, atau menguji suatu hipotesis, atau bertujuan
untuk memperbaiki kondisi atau masalah yang
dialami oleh subjek penelitian, maupun bertujuan
untuk mengembangkan suatu model pembelajaran
misalnya. Melalui rumuan tujuan penelitian tersebut
maka peneliti dapat menentukan langkah-langkah

3
Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

penelitiannya, antara lain jenis dan metode yang


akan dilakukan serta rancangan penelitiannya.

2. Sistematik.
Sistematik menekankan pentingnya suatu langkah-
langkah atau tahap-tahap yang teratur dan
berkesinambungan. Berdasar aspek sistematik,
langkah-langkah yang ditempuh peneliti sejak dari
persiapan, pelaksanaan, sampai kepada penyelesaian
laporan penelitian harus terencana secara baik dan
mengikuti metodologi yang benar. Menurut Azwar
(dalam Soesilo, 2010) kegiatan penelitian bukan
merupakan kegiatan sambil lalu dan sama sekali
bukan kegiatan kasual.
Penelitian juga bukan merupakan kegiatan yang
munculnya secara ‘dadakan’ (tiba-tiba), tetapi harus
terancang dan mengikuti aturan-aturan atau kaidah
sesuai jenis penelitiannya. Kualitas penelitian banyak
ditentukan oleh ketepatan langkah metodologik yang
digunakan. Oleh karena itu, setiap penelitian harus
memiliki perencanaan yang baik dan sistematik,
sesuai standar metodologisnya.
Setiap penelitian memiliki langkah-langkah yang
bersifat umum, tetapi dalam hal metodologi (antara
lain penentuan subjek, teknik analisis) setiap jenis
penelitian memiliki karakteristik tersendiri. Hal
tersebut tergantung jenis penelitian dan skala data
yang digunakan.

3. Terkendali.
Pengertian terkendali dalam kegiatan penelitian
adalah bahwa dalam batas-batas tertentu peneliti

4
Hakekat Penelitian

harus dapat menentukan fenomena-fenomena yang


akan diamatinya, dan memisahkannya dari fenomena
lain yang mengganggu (tidak perlu). Tidak jarang
hasil suatu penelitian terlalu ‘nggedabyah’ (ke sana
kemari atau tidak terfokus) akibat tanpa adanya
pengendalian oleh si peneliti. Akibat tanpa ada
pengendalian oleh peneliti, maka banyak
diketemukan hasil penelitian yang melaporkan
berbagai data yang seharusnya tidak perlu dinalisis.
Bahkan, tanpa ada pengendalian maka data yang
penting ternyata tidak dianalisis bahkan tidak
dicantumkan. Selain itu, jika pemilihan subjek
penelitiannya tidak tepat atau asal saja maka
berakibat pada kesalahan informasi yang
dikumpulkan.
Dalam penelitian terdapat dua hal yang perlu
dikendalikan. Pengendalian terutama dalam hal a)
data (data utama apa saja yang perlu dikumpulkan),
dan pengendalian terhadap b) subjek, yakni siapa
saja yang menjadi sumber utama informasi, atau
yang menjadi responden atau subjek yang diteliti.
a. Pengendalian terhadap Data
Pengendalian terhadap data terkait erat dengan
langkah awal penelitian yakni melakukan definisi
operasional variabel penelitian. Setiap variabel
penelitian harus memiliki pemahaman yang jelas;
oleh karena itu, harus didefinisikan secara
operasional. Melalui definisi operasional tersebut,
peneliti merumuskan kisi-kisi instrumennya terlebih
dahulu, dan dilanjutkan dalam penyusunan
(pengembangan) instrumennya.

5
Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

b. Pengendalian terhadap diri Subjek


Pada umumnya subjek penelitian ditentukan secara
sampel (acak) sehingga pemilihan tersebut
diharapkan bersifat representatif (mewakili ciri-ciri
dari satu populasi). Namun, dalam penelitian yang
tergolong penelitian eksperimen maupun penelitian
tindakan, pengendalian terutama terhadap variabel
dan subjek yakni melalui pengkondisian situasi dan
penentuan diri subjek harus menjadi perhatian bagi
peneliti. Sebagai penelitian yang menekankan adanya
suatu tindakan maka aspek terkendali terhadap
variabel-variabel dalam eksperimen menjadi
semakin penting. Hal ini terkait dengan adanya
hubungan sebab-akibat antara suatu gejala dengan
gejala lain yang diharapkan oleh si peneliti.
Dalam eksperimen, si peneliti perlu merumuskan
dan melakukan suatu tindakan sehingga dapat
memunculkan suatu kondisi yang diharapkannya.
Sebaliknya, dalam eksperimen si peneliti perlu
mengendalikan kondisi lain yang tidak diharapkan,
agar tidak muncul dan tidak berpengaruh terhadap
hasil eksperimennya. Oleh karena itu, dalam
eksperimen si peneliti perlu mengamati dan
melangkah secara hati-hati, agar pencapaian tujuan
penelitian – berupa pengatasan permasalahan yang
konkrit – di atas memang benar-benar merupakan
keberhasilan dari implementasi rancangan yang
dirumuskannya.
Dalam penelitian tindakan maupun eksperimen,
peneliti menentukan subjek penelitiannya dengan
karakteristik khusus, biasanya disebut purposive
sampling. Subjek penelitian ditentukan oleh peneliti

6
Hakekat Penelitian

dengan memiliki ciri-ciri khusus, misalnya siswa


yang memiliki prestasi rendah, memiliki motivasi
rendah, memiliki tingkat pro-sosial rendah atau ciri-
ciri lain yang perlu diperbaiki oleh si peneliti.

4. Objektif.
Pengertian aspek objektif di sini adalah bahwa
semua pengamatan, telaah yang dilakukan, dan
kesimpulan yang disusun si peneliti tidak boleh
didasari oleh subjektivitas pandangan pribadi dan
pengaruh kepentingan pihak lain. Menurut Azwar
(dalam Soesilo, 2010), hasil penelitian tidak boleh
tercemar oleh pandangan subjektif peneliti ataupun
oleh tekanan dari luar. Pengamatan dan telaah
terhadap fenomena dan fakta yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti haruslah
dilakukan secara objektif. Peneliti tidak boleh hanya
mengumpulkan fakta yang mendukung praduga,
asumsi, dan teorinya saja. Sebaliknya, peneliti harus
juga menelaah dan mengumpulkan berbagai fakta
yang terkait - bahkan tidak jarang fakta tersebut
saling berlawanan – sehingga arah analisis dan
kesimpulan penelitian berdasar pada temuan fakta
yang ada.
Objektivitas peneliti dalam pelaksanaan
penelitiannya sangat diperlukan, sehingga analisis
dan penyimpulan hasil penelitian harus berdasar
fakta yang telah terjadi. Oleh karena itu, orisinalitas
data yang diperoleh dari tes atau observasi atau
angket sangat diperlukan dalam menentukan
keberhasilan tujuan penelitian.

7
Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

5. Tahan uji.
Menurut Azwar (dalam Soesilo, 2010), kesimpulan
penelitian merupakan hasil telaah yang didasari oleh
teori yang solid dan metode yang benar sehingga
siapapun yang akan melakukan replikasi penelitian
termaksud tentu akan sampai pada kesimpulan yang
serupa. Hasil penelitian menjadi lemah apabila
berlakunya secara kondisional dalam situasi tertentu
yang sempit. Namun demikian, penelitian yang tahan
uji tidak berarti harus memiliki generalisasi yang
luas.
Tahan uji dari suatu penelitian dapat diwujudkan
sejak penggunaan teori yang relevan, sehingga
melalui teori tersebut dapat disusun suatu instrumen
yang tepat. Selain itu, penerapan metode yang tepat
juga mendukung kepada keberadaan penelitian yang
bersifat tahan uji (veriable).
Karateristik atau ciri-ciri ilmiah kegiatan penelitian
seperti yang sudah dijelaskan di atas, hendaknya menjadi
perhatian bagi setiap peneliti. Bagi penulis, ciri-ciri kegiatan
ilmiah ini merupakan landasan kualitas isi satu penelitian.
Jika ingin ciri-ciri kegiatan ilmiah tersebut menjadi landasan
kegiatan ilmiah dalam penelitiannya maka si peneliti
memang menghendaki hasil penelitiannya memiliki bobot
kualitas yang tinggi.

Tugas 1.
1. Jelaskan secara ringkas, apa fungsi dari suatu
penelitian?
2. Sistematis merupakan salah satu ciri dari suatu
penelitian. Carilah 1 hasil penelitian, dan jelaskan
sistematis dari penelitian tersebut!

8
Hakekat Penelitian

3. Dalam penelitian terdapat pengendalian terhadap


subjek, dan pengendalian terhadap data. Jelaskan
makna pengendalian terhadap subjek dan
pengendalian terhadap data!
4. Setiap penelitian selalu bersifat objektif. Menurut
anda, bagaimana cara agar penelitian tersebut
menjadi objektif?
5. Menurut anda, bagaimana cara membuktikan bahwa
suatu penelitian sudah memiliki objektivitas yang
tinggi?

9
Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan

Karya tulis merupakan bagian dari perwujudan eksistensi


pemikiran seseorang pada tingkatan yang tertinggi (tahap
aktualisasi diri) berdasar teori A Maslow. Pemikiran dalam
karya tulis tidak dapat musnah oleh apapun dan oleh
siapapun, bahkan tidak musnah oleh waktu. Oleh karena itu,
karya tersebut perlu dihargai, bukan dengan memberi
finansial berlebihan apalagi suatu piagam, tetapi perlu
dihargai dengan semakin banyaknya karya tulis tersebut
dicetak dan disebarkan supaya dapat dibaca oleh banyak
orang. (Soesilo, 2017)

10

Anda mungkin juga menyukai