Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

METODE PENARIKAN SAMPEL

Makalah ini disusun dan disajikan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata

kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu:

Eko Waluyo , M.Pd

Disusun Oleh:

Gilang Fathurrohman Fattah (211210490061)

Lady’s Intana Virnanda (211210490065)

Moh Efendi (211210490066)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TADRIS UMUM

UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN

GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji
bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita, Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni Bapak
Eko Waluyo, M.Pd yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung kami
sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “Metode Penarikan Sampel” dan juga terima
kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami
sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur dengan
tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi selama penyusunan
makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik secara moril maupun materil,
terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman sekalian.

Kraksaan, 04 Oktober 2023

Penyusun
A. PENDAHULUAN
Dalam suatu penelitian survei, dalam pengambilan data, tidak perlu untuk meneliti
semua individu dalam suatu populasi, sebab di samping memakan biaya yang banyak,
juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi, diharapkan
hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Untuk
dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap
satuan unsur mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih, dan besarnya
peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol.
Dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang akan diterapkan dalam suatu
penelitian, seorang peneliti harus memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga, dan
waktu di satu pihak, serta tingkat presisi di pihak lain. Di samping itu, perlu diperhatikan
pula masalah “efisiensi” dalam memilih teknik pengambilan sampel. Menurut Teken
(1965:39), metode A dikatakan lebih efisien daripada metode B, jika untuk sejumlah
biaya, tenaga, dan waktu yang sama, metode A dapat memberikan tingkat presisi yang
lebih tinggi; atau untuk tingkat presisi yang sama diperlukan biaya, tenaga, dan waktu
yang lebih rendah.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi (universe) adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya
akan diduga. Anggota (unit) populasi disebut elemen populasi. Sebagai contoh,
individu penderita penyakit TBC, virus HIV, hasil produksi sawah, dan polutan di
suatu industri.
Di dalam suatu penelitian mungkin hanya terdapat satu macam unit analisis,
tetapi dapat juga lebih. Populasi dapat dibagi lagi menjadi populasi samping dan
populasi sasaran/target.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur. Unit
sampel dapat sama dengan unit populasi, tetapi dapat juga berbeda. Sebagai
contoh, unit analisis atau populasi suatu penelitian adalah bayi berumur di bawah
tiga tahun, hal yang akan diteliti adalah kebiasaan makannya, unit sampelnya
adalah ibu yang mempunyai anak berumur di bawah tiga tahun karena tidak
mungkin pertanyaan tentang makanan bayi dapat ditanyakan langsung kepada
bayi tersebut.
Di dalam suatu penelitian sering kali dilakukan pengambilan sampel. Hal ini
tidak hanya disebabkan biaya penelitian yang besar, tetapi juga karena penelitian
populasi mungkin akan memakan waktu penelitian yang panjang dan
menimbulkan kesalahan yang besar dalam pengukuran (bias).
2. Alasan Penarikan Sampel
Berikut ini beberapa alasan mengapa di dalam suatu penelitian lebih sering ditarik
sampel, adalah:
a. Adanya populasi yang sangat besar (infinite population), di dalam populasi
yang sangat besar dan tidak terbatas tidak mungkin seluruh populasi diperiksa
atau diukur karena akan memerlukan waktu yang lama.
b. Homogenitas, tidak perlu semua unit populasi yang homogeny diperiksa
karena akan membuang waktu serta tidak aka nada gunanya karena variabel
yang akan diteliti telah terwakili oleh sebagian populasi tersebut.
c. Penarikan sampel menghemat biaya dan waktu.
d. Ketelitian/ketepatan pengukuran, meneliti yang sedikit (sampel) tentu akan
lebih teliti dibandingkan dengan meneliti jumlah yang banyak (populasi).
e. Adanya penelitian yang untuk melakukannya objek penelitian tersebut harus
dihancurkan (destruktif), misalnya darah yang sudah diambil dari orang yang
menjadi objek penelitian tidak mungkin lagi dipakai.
3. Syarat-Syarat Sampel yang Ideal
Penarikan sampel dalam suatu penelitian harus dapat menggambarkan
populasinya atau dengan kata lain karakter yang akan kita ukur di dalam sampel sama
dengan karakter populasi. Sampel yang ideal adalah yang memenuhi syarat-syarat
berikut:
a. Dapat menghasilkan gambaran karakter populasi yang tepat.
b. Dapat menentukan presisi (ketepatan) hasil penelitian dengan menentukan
simpangan baku dari taksiran yang diperoleh.
c. Sederhana, mudah dilaksanakan.
d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah
mungkin.
Apabila syarat-syarat di atas tidak dapat dipenuhi, kesimpulan yang
digeneralisasikan untuk populasi akan menjadi bias (bias conclusion).
4. Kerangka Sampel (Sampling Frame)
Kerangka sampling merupakan daftar dari semua unsur sampling dalam populasi
sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai jumlah penduduk, jumlah
bangunan, dan mungkin berupa peta yang unit-unitnya tergambar secara jelas. Sebuah
kerangka sampling yang baik harus memenuhi syarat-syarat (1) meliputi seluruh
unsur sampel, (2) tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali, (3) up to date , (4)
batas-batasnya jelas, misalnya batas wilayah, rumahtangga; dan (5) dapat dilacak di
lapangan.
5. Teknik Pengambilan Sampel
Penarikan atau pengambilan sampel dibagi menjadi dua, yaitu pengambilan
sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak
(non probability sampling). Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
a. Penarikan Sampel Secara Acak (Probability Sampling)
Dikenal pula dengan nama Random Sampling. Pada saat memilih unit
sampling sangat diperhatikan besarnya peluang satuan sampling untuk terpilih ke
dalam sampel, dan peluang itu tidak boleh sama dengan nol. Sampling tipe ini
bisa dipakai untuk melakukan generalisasi hasil penelitian terhadap populasi
walaupun data yang didapat hanya berasal dari sampel. Ciri-ciri dari probability
sampling ini adalah setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk terpilih sebagai sampel, pemilihan sampel bersifat objektif, estimasi
parameter dapat dilakukan, bias dapat diperkirakan.

Keuntungan pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai


berikut; (1) derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan, (2) beda
penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat diperkirakan, dan
(3) besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik. Analisis tidak
hanya menggunakan statistika deskriptif, juga bisa memakai statistika inferensial
baik yang termasuk kelompok statistika parametrik maupun non parametrik.
Beberapa teknik penarikan sampel dengan probability sampling adalah sebagai
berikut:
1) Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Satuan sampling dipilih secara acak. Suatu sampel yang diambil
sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian dari suatu populasi (N)
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipiih sebagai sampel (n). Cara
ini dapat dilaksanakan apabila populasi tidak bergitu banyak variasinya
dan secara geografis tidak terlalu menyebar, di samping itu harus ada
daftar populasi (sampling frame). Caranya adalah: dengan melakukan
undian, memakai tabel bilangan random, memakai paket computer (kalau
sudah mempunyai kerangka sampel).
2) Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
Suatu metode pengambilan sampel dimana sampel yang diambil secara
acak hanya unsur pertama, selanjutnya diambil secara sistematik sesuai
langkah yang sudah ditetapkan. Syarat penarikan sampel secara sistematis
ini adalah tersedianya kerangka sampling; populasinya mempunyai pola
peraturan seperti blok-blok rumah; nomor urut pasien; dan populasi sedikit
homogen. Sampel sistematis seringkali menghasilkan kesalahan sampling
(sampling error) yang lebih kecil, disebabkan anggota sampel menyebar
secara merata.
3) Sampling Acak Berlapis (Stratified Random Sampling)
Dalam praktek sering dijumpai populasi yang tidak homogen. Makin
heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat antara lapisan-
lapisan tersebut. Presisi dan hasil yang dapat dicapai dengan penggunaan
suatu metode pengambilan sampel, antara lain dipengaruhi oleh derajat
keseragaman dari populasi yang bersangkutan. Untuk dapat
menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen,
maka populasi yang bersangkutan dibagi ke dalam lapisan-lapisan
(stratum) yang seragam dan dari setiap lapisan diambil sampel secara
acak, misalnya pendidikan (tinggi, sedang, kurang), dan ekonomi (kaya,
sedang, miskin). Di dalam melakukan stratifikasi dan pengambilan sampel
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut; unsur populasi di dalam strata
tersebut diusahakan sehomogen mungkin, antarstrata diusahakan
seheterogen mungkin, sampel diambil proporsional menurut besarnya unit
yang ada di dalam masing-masing strata dan antarstrata, di dalam masing-
masing strata unit sampel diambil secara acak.
4) Sampling Acak Kelompok (Clustered Random Sampling)
Populasi dibagi ke dalam satuan-satuan sampling yang besar, disebut
Cluster. Berbeda dengan pembentukan strata, satuan sampling yang ada
dalam tiap kluster harus relatif heterogen. Populasi dibagi ke dalam
gugus/kelas yang diasumsikan di dalam setiap kelas/gugus sudah terdapat
semua sifat/variasi yang akan diteliti. Selanjutnya kelas yang akan diacak
dan unit sampel akan diambil dari kelas yang sudah ditarik. Syarat-syarat
untuk pengambilan sampel ini adalah; di dalam kelas sehomogen mungkin,
antarkelas seheterogen mungkin, disebut juga area sampling.
5) Sampel Acak Bertingkat/Bertahap (Multistage Sampling)
Pengambilan sampel bertingkat dilakukan kalau secara geografis populasi
sangat menyebar dan meliputi area yang sangat luas. Misalnya, kita akan
meneliti puskesmas di Indonesia yang terdiri dari 27 provinsi. Tahap
pertama diacak dulu 5 provinsi (tahap I) dari 27 provinsi itu, selanjutnya di
masing-masing provinsi diacak lagi kabupaten mana yang akan ditarik
sebagai sampel (tahap II). Setelah kabupaten ditarik, tahap III diacak lagi
puskesmas mana yang akan menjadi sampel dari penelitian itu.
b. Penarikan Sampel Secara Tidak Acak (Non Probability Sampling)
Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip
probability, sehingga tidak diketahui besarnya peluang sesuatu unit sampling
terpilih ke dalam sampel. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang
diharapkan hanya merupakan gambaran kasar tentang suatu keadaan. Cara ini
dapat dipergunakan apabila biaya sangat sedikit, hasilnya diminta segera, tidak
memerlukan ketepatan yanq tinggi, karena hanya sekedar gambaran umum saja.
Sampling tipe ini tidak boleh dipakai untuk menggeneralisasi hasil penelitian
terhadap populasi, karena dalam penarikan sampel sama sekali tidak ada unsur
probabilitas. Dalam analisis selanjutnya hanya diperkenankan menggunakan
analisis statistika deskriptif, dan tidak boleh memakai alat analisis statistika
inferensial, baik yang termasuk kelompok statistika parametrik maupun non
parametrik, sebab statistika inferensial pada prinsipnya juga harus melibatkan
unsur probabilitas ketika kita melakukan pengambilan sampel. Beberapa teknik
penarikan sampel dengan non probability sampling adalah sebagai berikut:
1) Purposive Sampling
Disebut juga Judgment Sampling. Satuan sampling dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling
yang memiliki karakteristik yang dikehendaki. Sampel ditentukan oleh
orang yang telah mengenal betul populasi yang akan diteliti. Dengan
demikian, sampel tersebut mungkin representative untuk populasi yang
sedang diteliti.
2) Insidental Sampling
Sampel tersebut tidak terencana dan diambil atas dasar seandainya saja.
Penggambaran hasil dari pengumpulan data tersebut tidak didasarkan pada
suatu metode yang baku. Misalnya, terjadi suatu keadaan luar biasa, data
yang sudah terkumpul disajikan secara deskriptif dan hasil tersebut tidak
dapat digeneralisasi. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan
sementara saja.
3) Quota Sampling
Sampel yang akan diambil ditentukan oleh pengumpul data dan
sebelumnya telah ditentykan jumlah yang akan diambil. Kalau jumlah
tersebut sudah dicapai, si pengumpul data berhenti, selanjutnya hasil itu
dipresentasikan. Misalnya sampel yang akan diambil berjumlah 100 orang
dengan perincian 50 laki dan 50 perempuan, apabila peneliti sudah
memenuhi jumlah tersebut maka peneliti akan berhenti kemudian menulis
hasil temuannya.
4) Snowball Sampling
Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari
responden sebelumnya. Misalnya ada penelitian yang bertujuan untuk
mencari cara yang efektif dalam mensosialisasikan program-program
kemahasiswaan. Sampel pertama barangkali bisa dipilih adalah Ketua
BEM, kepada dia kita bertanya, siapa lagi (sebagai sampel ke-2) yang kira-
kira bisa diwawancara untuk diambil pendapatnya, dan seterusnya hingga
informasi dianggap memadai.
1. Penyimpangan (Error)
Dari hasil pengukuran terhadap unit-unit dalam sampel diperoleh nilai-nilai
statistik. Nilai statistik ini tidak akan persis sama dengan nilai parameternya.
Perbedaan inilah yang disebut sebagai Penyimpangan. Penyimpangan hasil yang
diperoleh dari pengukuran sampel dapat terjadi dalam dua jenis sebagai berikut:
a. Sampling error, sebenarnya hal ini bukan merupakan kesalahan yang
sebenarnya, tetapi merupakan variasi dari konsekuensi pengambilan sampel.
Maksudnya bahwa setiap sampel yang akan diambil dari suatu populasi akan
berdistribusi sekitar nilai proporsi.
b. Non sampling error, yaitu error yang tidak disebabkan oleh sampel, tetapi
disebabkan pelaksanaan dalam pengambilan sampel sampai analisisnya seperti
pada saat perencanaan, pelaksanaan, pengolahan, analisis dan interpretasi.
2. Besar Sampel
Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel (sample size) yang harus
diambil untuk mendapatkan data yang representatif. Ada empat faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dari suatu penelitian, yaitu:
a. Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi. Makin seragam
populasi, makin kecil sampel yang bisa diambil. Jika populasi seragam penuh
(completely homogenous), maka satu satuan elemen saja sudah cukup
representatif untuk diteliti. Sebaliknya, apabila populasi itu secara sempurna
tidak seragam (completely heterogeneous), maka hanya pencatatan lengkap
yang dapat memberikan gambaran secara representatif.
b. Presisi yang dikehendaki dari penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang
dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil. Jadi, sampel
yang besar cenderung memberikan penduga yang lebih mendekati nilai
sesungguhnya (true-value). Pada sensus lengkap, tingkat presisi ini menjadi
mutlak, karena nilai taksiran statistik sama dengan nilai parameter. Dengan
perkataan lain, antara besarnya sampel yang diambil dengan besarnya
kesalahan (error) terdapat hubungan yang negatif.
c. Rencana analisis. Adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai
dengan tingkat presisi yang dikehendaki, akan tetapi jika dikaitkan dengan
kebutuhan analisis, jumlah sampel tersebut kurang mencukupi. Kalau analisis
hanya manual tidak mungkin menganalisis data yang banyak sekali, berbeda
dengan analisis memakai perangkat lunak computer.
d. Tenaga, waktu, dan biaya. Jika diinginkan tingkat presisi yang tinggi, maka
jumlah sampel harus besar. Tetapi jika dana, waktu, dan tenaga yang tersedia
sangat terbatas, tidak mungkin untuk mengambil sampel yang besar; dan ini
berarti tingkat presisinya akan menurun.

C. PENUTUP
Dalam melakukan suatu penelitian, umumnya peneliti mempunyai biaya, waktu dan
man power yang terbatas. Karena itu peneliti tidak dapat meneliti semua unit dari
populasi, cukup hanya sebagian saja (sampel). Dalam hal ini peneliti perlu lebih dahulu
menetapkan sifat dari populasi, apakah homogen atau heterogen. Berdasarkan ini peneliti
dapat mengambil salah satu cara tersebut di atas, juga dengan memperhatikan tujuan
penelitian. Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk cara pengambilan sampel, sampel akan
menggambarkan karakteristik dari populasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Sabri, Luknis, Hastono, Sutanto Priyo. 2014. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rozaini.pdf.
https://www.researchgate.net/publication/
324029597_TEKNIK_SAMPLING_DALAM_PENELITIAN.
http://old.unas.ac.id/download.php?file=Basis_Data_Vol_3_No_1_2008_list3.pdf.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/teknik_sampling1.pdf.

Anda mungkin juga menyukai