Anda di halaman 1dari 28

TEKNIK SAMPLING DALAM PENELITIAN

Oleh: Rostina Sundayana Abstrak Tidak semua penelitian dapat dilakukan secara populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dll. Sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian secara sampel. Ada beberapa keuntungan dari penelitian yang dilakukan secara sampel antara lain (1) memudahkan jalannya penelitian, (2) penelitian lebih efisien, (3) lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, dan (4) lebih efektif. Dalam menentukan sampel mana yang akan dijadikan sebagai objek penelitian tidaklah mudah, karena sampel yang kita ambil harus dapat mewakili semua karakteristik dari populasinya. Jika sampel yang kita gunakan tidak dapat mewakili semua karakteristik populasinya (tidak representatif), maka hasil penelitian tersebut tidak dapat dibuatkan generalisasinya. Untuk mendapatkan sampel yang refresentatif tersebut, maka diperlukan teknik sampling yang tepat, sehingga sampel yang kita gunakan benar-benar mewakili semua karakteristik populasi penelitian. A. Pendahuluan Pada hakekatnya, perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mengemban tiga tugas pokok yang lebih dikenal dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus dilakukan oleh seluruh sivitas akademika. Ketiga dharma tersebut adalah: pendidikan dan pengajaran, melaksanakan penelitian, dan melakukan pengabdian pada masyarakat. Pada bidang penelitian, baik mahasiswa maupun dosen dituntut untuk melakukan penelitian secara ilmiah. Adapun bentuk penelitian yang dilaksanakan disesuaikan dengan jenjang dan bidang kajian masing-masing. Bentuk penelitian yang dilakukan mahasiswa dapat berupa makalah, tugas akhir (TA), ataupun skripsi; sedangkan penelitian yang dilakukan dosen dapat berupa penelitian pengembangan keilmuan dan teknologi, supaya dapat meningkatkan mutu pendidikan, serta memungkinkan penerapan dan pemanfaatan hasilnya bagi kepentingan dan usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bagi seorang dosen, penelitian merupakan salah satu syarat mutlak untuk kenaikan pangkat. Sebelum seseorang akan melakukan penelitian, sebaiknya harus menyusun rencana penelitian, yang dikenal dengan usulan/proposal penelitian. Kegunaan dari proposal penelitian tersebut adalah sebagai pedoman rencana awal yang akan dilakukan peneliti, baik mengenai masalah, ruang lingkup, metode penelitian yang dipakai, populasi dan sampel penelitian, perencanaan tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian, sampai pada perencanaan anggaran (jika diperlukan). Dalam melakukan penelitian, tidak semua penelitian dapat dilakukan secara populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dll. Lebih lanjut Riduan dan Akdon (2006:240) mengatakan bahwa keuntungan menggunakan sampel antara lain (1) memudahkan jalannya penelitian, (2) penelitian lebih efisien, (3) lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, dan

(4) lebih efektif. Dari berbagai alasan di atas, sangat beralasan jika penelitian dilakukan hanya terhadap sampel saja. Dalam menentukan sampel mana yang akan dijadikan sebagai objek penelitian tidaklah mudah, karena sampel yang kita ambil harus dapat mewakili semua karakteristik dari populasinya. Jika sampel yang kita jadikan tidak dapat mewakili semua karakteristik populasinya, maka hasil penelitian tersebut tidak dapat dibuatkan generalisasinya. B. Menentukan Populasi dan Ukuran Sampel yang Representatif Populasi ialah Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 1997:59). Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara jelas yaitu yang berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan diketahunya ukuran populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya ukuran sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi. Ditinjau dari ukuran anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas/ terhingga (Finite Population)., dan populasi tak terbatas / tak terhingga (Infinite Population). Namun dalam kenyataannya populasi terhingga selalu menjadi populasi yang tak terhingga. Ditinjau dari sudut sifatnya, maka populasi dapat bersifat homogen, dan heterogen. Bersifat homogen artinya populasi tersebut mempunyai karakteristik yang sama, sehingga tidak perlu mempersoalkan berapa banyak jumlah ukuran sampel harus diambil. Sedangkan bersifat heterogen artinya setiap anggota sampel dari populasi tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga perlu ditetapkan batasan-batasannya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total atau sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil. Untuk anggota populasi yang relatif besar, maka diperlukan mengambil sebagian anggota populasi yang dijadikan sampel. Pengambilan anggota sampel yang merupakan sebagian dari anggota populasi tadi harus dilakukan dengan teknik tertentu dengan yang disebut teknik sampling. Berkenaan dengan teknik pengambilan sampel, Nasution (2003: 53) mengatakan bahwa Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya,serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel adalah sebagai berikut: 1. Berilah batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat / karakteristik populasi, sehingga dapat menghindari kekaburan dan kebingungan. 2. Tentukan sumber-sumber informasi tentang populasi. Ada beberapa sumber informasi yang dapat memberi petunjuk tentang karakteristik suatu populasi. Umpamanya didapat dari dokumen-dokumen. 3. Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai dengan tujuan penelitiannya. 4. Tentukan ukuran sampel yang akan dianalisis. Supaya sampel yang dijadikan penelitian representatif, maka diperlukan jumlah sampel minimal yang digunakan dalam penelitian. Dalam penentukan ukuran sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara praktis (tidak menggunakan rumus atau hitungan) dan cara perhitungan dengan menggunakan rumus. Banyak sekali model rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimum, salah satunya rumus empiris dianjurkan oleh Issac dan Michael (1981:192) dalam Sukardi (2004:55) sebagai berikut:

Keterangan: S = jumlah sampel yang dicari; N = Jumlah populasi; P = proporsi populasi, asumsi diambil P = 0,50 d = derajat ketepatan, biasanya diambil d = 0,05 2 = 3,8412 = nilai tabel Sebagai contoh, jika banyakya populasi diketahui = 500, maka banyaknya sampel minimum yang harus diambil adalah: Jadi minimal sebanyak 217. Supaya dalam pelaksanaan penelitian tidak terlalu banyak perhitungan, maka Issac dan Michael (1981:192) menuangkan rumus tersebut ke dalam bentuk tabel, sehingga kita tinggal memakai tabel tersebut. Tabel 1 : Menentukan Jumlah sampel dengan Taraf Signifikansi 5% NSNSNSNS 10 10 90 73 300 169 1900 320 15 14 95 76 400 196 2000 322 20 19 100 80 500 217 2200 327 25 24 120 92 600 234 2400 331 30 28 130 97 700 248 2600 335 35 32 140 103 800 260 2800 338 40 36 150 108 900 269 3000 341 45 40 160 113 1000 278 3500 346 50 44 170 118 1100 285 4000 351 55 48 180 123 1200 291 4500 354 60 52 190 127 1300 297 5000 357 65 56 200 132 1400 302 10000 370 70 59 220 140 1500 306 15000 375 75 63 240 148 1600 310 20000 377 80 66 260 155 1700 313 50000 381 85 70 280 162 1800 317 100000 384 Sumber : Sugiono (1997 : 67) Sebagai contoh, untuk populasi yang berjumlah 100, dengan taraf signifikasi 5% ukuran sampelnya 80, sedangkan untuk populasi yang berjumlah 3500 taraf signifikansi 5% sebanyak 346. C. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : sampling random (probability sampling) dan sampling nonrandom (nonprobability sampling). Sampling random yaitu pengambilan sampel secara acak yang dilakukan dengan cara undian, atau tabel bilangan acak/random atau dengan menggunakan kalkulator/komputer. Sedangkan sampling nonrandom atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan sampel tidak secara acak. 1. Teknik Sampling Random Teknik sampling random terdiri atas tiga jenis, yaitu sampling random sederhana (Simple

Random Sampling), sampling bertingkat (Stratified Sampling), dan sampling kluster/area (Cluster Sampling) a. Sampling Random Sederhana Digunakan jika populasi bersifat homogen. Dikatakan sederhana karena cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu. b. Teknik Sampling Bertingkat Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis, berjenjang, dan petala. Teknik ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat. Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya : menurut usia, pendidikan, golongan pangkat, dan sebagainya. Teknik ini akan semakin baik jika dilengkapi dengan penggunaan proporsional, sehingga setiap tingkat diwakili oleh jumlah yang sebanding. Sampling bertingkat yang dilengkapi dengan proposional ini disebut proportional stratified random sampling. Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya. Jika banyaknya ukuran dari masing-masing tingkatan/kelompok tidak proporsional maka disebut dengan disproportional stratified random sampling. Contoh Teknik sampling proporsional : Misalnya populasi untuk A = 25, B = 60, C = 15. Jadi, jumlah anggota populasi = 100. Sedangkan besar anggota sampel = 80 sehingga besar masing-masing sampel untuk A, B, dan C dapat dihitung sebagai berikut : untuk A : (25/100) x 80 = 20 orang, untuk B : (60/100) x 80 = 48 orang, dan untuk C : (15/100) x 80 = 12 orang. Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang. Contoh Teknik sampling yang tidak proporsional: Misalnya populasi untuk A = 3, B = 4, C = 33, D = 60. Jadi, jumlah anggota populasi = 100. Sedangkan besar anggota sampel sebanyak 80 sehingga besar masing-masing sampel untuk A, B, C dan D dapat dihitung sebagai berikut : Untuk A dan B diambil semuanya sebagai sampel, sedangkan untuk C dan D diambil secara proporsi dengan perhitungan sebagai berikut: Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang. c. Teknik Sampling Kluster Teknik sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah, conditional sampling/restricted sampling/area sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan seterusnya. Pada peta daerah diberi petak-petak dan setiap petak diberi nomor. Nomor-nomor itu kemudian ditarik secara acak untuk dijadikan anggota sampelnya. Pada penggunaan teknik sampling kluster, biasanya digunakan dua tahapan, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap kedua menentukan orang/orang atau objek yang dijadikan penelitian pada daerah yang terpilih yang dilakukan secara random.

Keuntungan menggunakan teknik ini ialah : (1) dapat mengambil populasi besar yang tersebar diberbagai daerah, dan (2) pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan teknik lainnya. Sedangkan kelemahannya ialah (1) jumlah individu dalam setiap pilihan tidak sama, karena itu teknik ini tidaklah sebaik teknik lainnya; (2) ada kemungkinan penduduk satu daerah berpindah kedaerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel penelitian. 2. Teknik Sampling Nonrandom Teknik sampling nonrandom terdiri atas lima macam yaitu: Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling), Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling), Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling), Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling), dan Teknik Bola Salju (Snowball Sampling) a. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling) Teknik ini sebenarnya dapat termasuk kepada teknik random sampling sederhana yang digunakan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu. Misalnya setiap kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor, pengambilan sampel hanya nomor genap atau yang ganjil saja, dll. Keuntungan teknik ini ialah lebih cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya adalah kadang-kadang kurang mewakili populasinya. b. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling) Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai dan dipandang orang yang dijumpai tsb. cocok dijadikan sumber data. Misalnya kita ingin meneliti pendapat masyarakat tentang kenaikan harga atau keluarga berencana, maka pertanyaan diajukan kepada mereka yang kebetulan dijumpai dipasar atau ditempat-tempat lainnya. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya ialah kurang representatif. c. Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling) Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Sebagai contoh : untuk meneliti tentang disiplin siswa maka yang dipilih adalah orang yang aahli dalam kesiswaan seperti kepala sekolah, PKS urusan kesiswaan, ketua osos, yang dijadikan anggota sampel. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan kerugiannya ialah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi). d. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling) Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, Jemaah haji yang berangkat ke tanah suci sudah diberi jatah (kuota) oleh Persatuan Haji Indonesia (PHI) bekerjasama dengan Pemerintah Arab Saudi, yaitu sebanyak 250.000 orang haji dari populasi 250.000.000 jiwa penduduk Indonesia. Artinya satu orang calon haji mewakili 1000 orang penduduk. (Riduan dan Akdon, 2006 : 246247). e. Teknik Bola Salju (Snowball Sampling) Teknik penentuan sampel bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel yang diketahui hanya

sedikit. Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah sampelnya makin banyak. Seperti bola salju yang menggelinding makin lama bola salju tersebut makin besar. D. Penutup Dari uraian di atas, banyak teknik sampling yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan sampel yang representatif, baik secara sampling random (probability sampling) maupun secara sampling nonrandom (nonprobability sampling). Kesalahan-kesalahan umum yang sering dijumpai dalam menentukan besarnya anggota sampel diantaranya: (1) Peneliti mengubah prosedur teknik sampling; (2) Peneliti memilih anggota sampel yang tidak sesuai dengan tujuan penelitiannya, (3) Peneliti mengurangi anggota sampel yang telah ditentukan oleh perhitungannya; (4) Peneliti tidak memberikan alasan-alasan mengapa rumus dan teknik sampling tertentu yang ia gunakan didalam penelitiannya itu; Selain hal tersebut, kekeliruan non sampling ini dapat terjadi dalam setiap penelitian, apakah itu berdasarkan sampling atau berdasarkan sensus, penyebabnya adalah: (1) populasi tidak didefinisikan sebagaimana mestinya, (2) Kuesioner tidak dirancang sesuai dengan keperluan. (3) Peneliti kurang memahami isi dari kuesioner sehingga jawaban responden kurang sesuai dengan keinginan. (4) Responden tidak memberikan jawaban yang objektif atau menolak untuk memberikan jawaban. Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003).

Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No 20/ 2003.

Menurut UU RI No 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional jenis dari pendidikan menengah salah satunya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK). Penjelasan pasal 15 menjelaskan bahwa Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta diklat terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pemberlakuan kurikulum 2004 dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan upaya antisipatif untuk mencegah kesenjangan antara hasil pendidikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang akan selalu berkembang. Kesenjangan antara hasil pendidikan kejuruan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terlihat dari tingkat pengetahuan dan penguasaan ketrampilan lulusan SMK yang masih belum sepadan dengan tuntutan dunia kerja, serta belum sesuainya bidang keahlian mereka dengan bidang-bidang pekerjaan yang dibutuhkan dunia kerja. Masalah tersebut menjadi sebab meningkatnya jumlah lulusan SMK yang mengganggur dan mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan ijasah kejuruannya. Sejalan dengan pemberlakuan kurikulum SMK edisi 2004 dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kejuruan, masalah yang harus mendapat perhatian adalah masalah cara belajar siswa. Mengingat keberhasilan pencapaian tujuan belajar tidak hanya semata-mata ditentukan faktor kurikulum melainkan factor cara belajar yang juga sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan pendidikan. Thabrany(1993) mengemukakan bahwa cara belajar merupakan faktor kunci yang menentukan berhasil tidaknya belajar. Hal ini sangat penting mengingat siswa SMK disiapkan sebagai tenaga kerja terampil guna memasuki dunia kerja. Dalam hal ini agar tujuan tersebut tercapai maka tingkat penguasaan dan keterampilan serta bidang keahlian lulusan SMK harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja. Cara belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa melaksanakan kegiatan belajar misalnya bagaimana mereka mempersiapkan belajar, mengikuti pelajaran, aktivitas belajar mandiri yang dilakukan, pola belajar mereka, cara mengikuti ujian. Kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar yang diperoleh. Cara belajar yang baik akan menyebabkan berhasilnya belajar, sebaliknya cara belajar yang buruk akan menyebabkan kurang berhasil atau gagalnya belajar [The Liang Gie (1984)]. Masalah cara belajar dewasa ini perlu mendapat perhatian karena kualitas cara belajar siswa SMK cukup memprihatinkan. Dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada siswa SMK PGRI 2 Malang khususnya kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran umumnya mereka kurang memiliki kemauan bekerja keras untuk meraih keberhasilan/ prestasi belajar. Mereka umumnya hanya belajar saat menghadapi ujian, jarang sekali melakukan studi atau belajar secara rutin. Sukir (1995) mengemukan bahwa masih cukup banyak siswa yang mempunyai cara belajar kurang baik seperti belajar dengan waktu yang tidak teratur (tidak memiliki jadwal), belajar sambil menontonTV atau mendengarkan radio, melakukan belajar dengan berpindah-pindah, sering terlambat masuk sekolah, dan hanya belajar pada waktu menghadapi ujian saja. Buruknya cara belajar merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar sehingga menyebabkan menurunnya mutu pendidikan. Slameto (2002) mengemukakan bahwa faktor cara belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang

sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik. Aspek lain yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan cara belajara siswa adalah karakteristik mata diklat yang dipelajari. Setiap mata diklat memiliki sifat maupun ciri khusus yang berbeda dengan mata diklat lainnya. Menurut Winkel (1996: 245) dilihat dari segi sasaran belajar karakteristik mata diklat dibedakan menjadi 1) Menuntut kemampuan pengetahuan, 2) Mengutamakan aspek sikap, 3) Mengutamakan aspek ketrampilan. Dari hasil observasi awal di SMK PGRI 2 Malang saat penulis menjalani Program Praktek Lapangan (PPL) diperoleh data bahwa sebagian siswa mengalami kesulitan dalam menerima dan mempelajari materi pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam materi tersebut mungkin disebabkan oleh cara belajar yang kurang sesuai. Dimana pada akhirnya masalah ini berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa dilihat dari nilai Ulangan Harian siswa. Cara belajar bukanlah satu-satunya variabel yang berhubungan dengan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Masih banyak variabel lain yang mempengaruhi antara lain motivasi dan minat belajar, lingkungan, sarana, prasarana, guru, dan lain sebagainya. Jadi dalam penelitian ini hanya meneliti tentang cara belajar siswa, sehubungan dengan masih rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pola-pola cara belajar siswa kelas 1 dalam mempelajari mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ? 3. Adakah pengaruh cara belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu: 1. Mengetahui tentang pola-pola cara belajar siswa kelas 1 dalam mempelajari mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang. 2. Mengetahui prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang. 3. Mengetahui pengaruh cara belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang. D. Hipotesis Penelitian Menurut PPKI (2000: 12) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis diangggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai ada tidaknya pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006 hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/ 2006. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/ 2006. Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik dengan data-data yang terkumpul. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi Universitas Negeri Malang. Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan tentang prestasi belajar yang ada hubungannya dengan cara belajar yang dimiliki siswa. 2. Bagi Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2

Dengan mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan sekolah yang bersangkutan. 3. Bagi Guru Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran. Dengan mengetahui pola-pola cara belajar siswa maka guru dapat menyesuaikan proses belajar mengajar yang diciptakan. 4. Bagi Siswa Dengan mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyesuaikan cara belajar sehingga dapat diperoleh prestasi yang memuaskan. 5. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji. F. Asumsi Penelitian Menurut PPKI (2000: 13) asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan dalam melakukan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa asumsi dasar sebagai berikut: 1. Perbedaan tingkat intelegensi dianggap tidak mempunyai pengaruh yang berarti. 2. Masing-masing siswa belajar menurut caranya sendiri. 3. Semua siswa memperoleh fasilitas dan kesempatan yang sama dalam menerima pelajaran mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi. Sekolah telah melaksanakan evaluasi belajar secara benar sehingga nilai-nilai hasil belajar siswa pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi yang tercantum didalam buku raport semester gasal merupakan pencerminan prestasi belajar siswa yang sesungguhnya.

4.

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup ini meliputi cara belajar dan prestasi belajar mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang. Penjabaran variabel, sub variabel dan indikator pada tabel 1. 2. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian di SMK PGRI 2 Malang ini peneliti hanya membatasi pada hal-hal tertentu saja yaitu: 1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel siswa kelas 1 jurusan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Malang tahun pelajaran 2005/2006. 2. Prestasi belajar siswa pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai raport semester gasal 2005/2006. H. Definisi Operasional Untuk menghindari persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah maka perlu ditegaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Pengaruh adalah hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan oleh dua variabel (variabel bebas dan variabel terikat). 2. Cara belajar siswa adalah cara atau strategi siswa dalam usahanya mencapai prestasi belajar yang diharapkannya. Pada penelitian ini penulis membagi cara belajar menjadi 5 yaitu persiapan belajar, cara mengikuti pelajaran, aktifitas belajar, pola belajar dan cara mengikuti ujian. 3. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu. Dalam hal ini prestasi belajar siswa diukur berdasarkan nilai raport siswa kelas 1 jurusan Adminstrasi Perkantoran semester gasal tahun pelajaran 2005/ 2006 dengan alasan data mudah didapat serta obyek yang akan diteliti masih berada di sekolah tersebut sehingga dapat mengisis angket yang disebarkan.

4.

KAJIAN PUSTAKA A. Temuan Penelitian yang Relevan

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan dua penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Muhyono(2001) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Minat dan Cara Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas 1 Cawu 2 SMU N 6 Malang Tahun Pelajaran 2000/ 2001 dan Kholifah (2003) dalam penelitiaannya yang berjudul Pengaruh Cara dan Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar siswa mata pelajaran Akuntansi di Madrasah Aliyah Al-Azhar Pasuruan . Persamaan tersebut terdapat pada pengkajian topik yang sama tentang cara belajar siswa terhadap prestasi belajar, metode pengumpulan datanya dengan instrument angket dan dokumentasi , jenis penelitian ex post facto, dalam teknik analisis datanya menggunakan analisis deskriptif korelasional. Sedangkan perbedaannya terletak pada dua penelitiannya sebelumnya tidak hanya meneliti cara belajar tetapi juga minat dan kebiasaan belajar, selain itu lokasi penelitian, bidang studi, subyek serta hasil penelitian yang disesuaikan dengan judul yang dibahas. Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan dua penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Persamaan dan perbedaan penelitian dengan dua penelitian yang relevan Persamaan dan perbedaan Topik Penelitian Muhyono Minat dan cara belajar tehadap prestasi belajar fisika Ex post facto Angket dan tes Analisis Regresi SMU N 6 Malang Fisika Siswa kelas 1 Cawu 2 Tapel 2000/2001 Kholifah Cara dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar Akuntansi Ex post facto Angket dan dokumentasi Prosentase dan regresi berganda Madrasah Aliyah AlAzhar Pasuruan Akuntansi Siswa Madrasah Aliyah kelas 1, 2, dan 3 Penelitian ini Cara Belajar terhadap prestasi belajar melakukan prosedur administrasi Ex post facto Angket, dokumentasi dan wawancara Deskriptif korelasional SMK PGRI 2 Malang Melakukan Prosedur Administrasi Siswa kelas 1 Jurusan Administrasi perkantoran Tapel 2005/2006 semester gasal Mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi terhadap prestasi belajar -

Jenis penelitian Instrumen penelitian Teknik Analisis Data Lokasi penelitian Bidang studi/ Mata Diklat Subyek/ sampel

Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan minat dan cara belajar fisika terhadap prestasi belajar

Mengetahui pengaruh cara dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar

Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian

(Sumber: Peneliti, 2005)

B. Pengertian Belajar Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis adalahSuatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Skinner dalam Dimyati(2002:9) menyatakan belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). C. Cara belajar 1. Pengertian Cara Belajar

Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie (1987:48) yang mengemukakan bahwa cara belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya. Hamalik (1983: 38) secara lebih jelas mengemukakan bahwa cara belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan situasi belajarnya, misalnya kegiatan-kegiatan dalam mengikuti pelajaran, menghadapi ulangan/ ujian dan sebagainya. Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang dilakukannya. 2. Aspek-aspek Cara Belajar Aspek-aspek yang diteliti dalam cara belajar menurut Thabarany (1994: 43) adalah: (1) Persiapan belajar Siswa Pada hakekatnya setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus dipersiap kan terlebih dahulu.Dengan persiapan sebaik-baiknya maka kegiatan/pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, beberapa persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut Thabrany (1994:49) adalah: a. Persiapan mental

Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar benar-benar sudah siap. Menurut Gie (1987:58) persiapan mental merupakan upaya menumbuhkan sikap mental yang diperlukan dalam belajar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persiapan mental yang perlu dilakukan adalah: 1. 2. 3. 4. Memahami arti/ tujuan belajar Kepercayaan pada diri sendiri Keuletan Minat terhadap pelajaran

b. Persiapan sarana Thabrany (1994: 48) mengemukakansarana yang dibutuhkan dalam belajar yaitu ruang belajar dan perlengkapan belajar 1. Ruang Belajar Menurut Thabrany (1994: 48) Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan hasil belajar seseorang. Persyaratan yang diperlukan untuk ruang belajar adalah: bebas dari gangguan, sirkulasi dan suhu udara yang baik, penerangan yang memadai. 2. Perlengkapan belajar Thabrany (1994:53) menjelaskan perlengkapan belajar yang perlu disiapkan dalam belajar adalah: a. Perabot belajar seperti meja, kursi, dan rak buku b. Buku pelajaran c. Buku catatan d. Alat-alat tulis (2) Cara mengikuti pelajaran Langkah-langkah dalam mengikuti pelajaran yang perlu dilakukan adalah melakukan persiapan-persiapan dengan mempelajari materi-materi yang akan dibahas dan meninjau kembali materi sebelumnya, bersikap afektif selama kegiatan belajar sampai KBM berakhir. Menurut Hamalik (1983:50) langkah-langkah/cara mengikuti pelajaran yang baik adalah: 1. Persiapan, yang harus dilakukan adalah mempelajari bahan pelajaran yang sebelumnya diajarkan, mempelajari bahan yang akan dibahas dan merumuskan pertanyaan tentang materi/ bahan pelajaran yang belum dipahami.

2.

Aktivitas selama mengikuti pelajaran, hal yang perlu diperhatikan selama mengikuti pelajaran antara lain kehadiran, konsentrasi, catatan pelajaran, dan partisipasi terhadap belajar. Memantapkan hasil belajar, Suryabrata (1989:37) mengemukakan bahwa untuk memantapkan hasil belajar maka harus membaca kembali catatan pelajaran

3.

(3) Aktivitas belajar mandiri Bentuk aktivitas belajar mandiri yang dilakukan siswa dapat berupa kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegitan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegiatan belajar yang dilakukan secara berkelompok. 1. Aktivitas belajar sendiri Yang dapat dilakukan berupa, membaca bahan-bahan pelajaran dari berbagai sumber informasi selain buku-buku pelajaran, membuat ringkasan bahn-bahan pelajaran yang telah dipelajari, menghafalkan bahan-bahan pelajaran, mengerjakan latihan soal dan lain sebagainya. 2. Aktivitas belajar kelompok Adapun yang dapat dilakukan dalam belajar antara lain, mendiskusiakn bahan-bahan pelajaran yang belum dimengerti, membahas penyelesaian soal-soal yang sulit dan saling bertanya jawab untuk memperdalam penguasaan bahan-bahan pelajaran. (4) Pola belajar Siswa Pola belajar adalah cara siswa melaksanakan suatu kegiatan belajar yaitu bagaimana siswa mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya. Pola belajar siswa menunjukkan apakah siswa membuat perencanaan belajar, bagaimana mereka melaksanakan dan menilai kegiatan belajarnya. (5) Cara siswa mengikuti ujian Agar mendapatkan hasil yang baik dalam ulangan baik ulangan harian maupun ulangan semester sebagai modal utama adalah penguasaan materi-materi pelajaran yang baik. Oleh karena itu sejak awal siswa harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar mendapatkan hasil baik dalam ulangan adalah: a. Persiapan menghadapi ulangan; kegiatan belajar untuk menghadapi ulangan, dan mempelajari/ mengauasai materi ulangan serta mempersiapkan perlengkapan ulangan seperti alat-alat tulis.

b. Saat ulangan berlangsung; harus benar-benar memahami soal, tenang, mengerjakan dari hal yang termudah dan meneliti setelah selesai. c. Setelah ulangan selesai; Hamalik (1983: 62) mengemukakan yang perlu dilakukan setelah ulangan berakhir adalah memeriksa kembali jawaban-jawaban yang dibuat dalam ulangan.

D. Prestasi Belajar Menurut Djalal (1986: 4) bahwa prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran . Sedangkan menurut Kamus bahasa Indonesia Millenium (2002: 444)prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dikerjakan. Prestasi belajar menurut Hamalik (1994: 45) adalah prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Berdasarkan pengertian diatas maka yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil belajar/ nilai pelajaran sekolah yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuannya/usahanya dalam belajar. Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran. Pengukuran adalah proses penentuan luas/ kuantitas sesuatu (Nurkancana, 1986: 2). Dalam kegiatan pengukuran hasil belajar, siswa dihadapkan pada tugas, pertanyaan atau persoalan yang harus dipecahkan/ dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah yang belum dapat memberikan informasi kemampuan siswa. Agar dapat memberikan informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan penilaian terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan memperlihatkan banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar. Misalnya pencapaian aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar menurut Bloom meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah aspek kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan keadaan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang melalui nilai raport semester gasal tahun ajaran 2005/2006 mata diklat melakukan prosedur administrasi. E. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Cara Belajar Belajar dan cara belajar memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Belajar sebagai proses atau aktivitas yang diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar siswa tersebut.

Menurut Suryabrata(2002:233) adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara belajar adalah: Faktor dari dalam diri siswa meliputi: (1) Faktor psikis yaitu: IQ, kemampuan belajar, motivasi belajar, sikap dan perasaan , minat dan kondisi akibat keadaan sosiokultural. (2) Faktor fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu: 1). Keadaan tonus jasmani pada umumnya, hal tersebut melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, 2). Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Faktor dari luar diri siswa: (1) Faktor pengatur belajar mengajar di sekolah yaitu kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar, pengelompokan siswa (2) Faktor-faktor sosial di sekolah yaitu sistem sekolah, status sosial siswa, interaksi guru dengan siswa. (3) Faktor situasional yaitu keadaan sosial ekonomi, keadaan waktu dan tempat, dan lingkungan. F. Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi dalam Kurikulum SMK Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 Dalam KBK SMK 2004 mata diklat melakukan prosedur administrasi merupakan mata diklat produktif . 1. Pengertian Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Melakukan prosedur administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan surat menyurat atau korespodensi di dalam dunia kerja. Surat menyurat memegang peranan yang penting di dalam dunia kerja sehingga surat harus ditangani secara khusus dan profesional dan oleh orang yang betul- betul mampu menangani secara baik dan terorganisir. 2. Fungsi dan Tujuan Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Fungsi Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi adalah mengembangkan kemampuan siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik tentang kegiatan korespodensi yang sangat penting dikuasai oleh lulusan SMK dalam dunia kerja juga kehidupan sehari-hari. 3. Ruang Lingkup Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi
Sub Kompetensi Lingkup Belajar

1. Proses dokumen-dokumen kantor

a. Tata persuratan b. Tata naskah/ dokumen kantor

2. Dasar Surat Menyurat

a. Bahasa Surat Bisnis b. Bahasa Surat Dinas

3. Mengurus/ menjaga sistem dokumen

a. Macam-macam dokumen-dokumen kantor b. Referensi dan sistem indeks c. Sistem penomoran surat

(Sumber: KBK SMK 2004)

4. Sistem Evaluasi Hasil Belajar Menurut Ralph Tyler (dalam Arikunto, 2002: 3)evaluasi merupakan sebuah prosentase pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Menurut Dimyati (2002:200) yang dimaksud dengan evaluasi hasil belajar adalah proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau penguluran hasil belajar. Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita dapat ketahui bahwa tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Menurut Dimyati (2002:200) hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut ini: a) Untuk diagnostik dan pengembangan, b) Untuk seleksi, c) Untuk kenaikan kelas, d) Untuk penempatan . Sistem evaluasi hasil belajar yang digunakan di SMK PGRI 2 Malang yaitu menggunakan tes formatif dan tes sumatif. Menurut Arikunto (2002:47-48) tes sumatif adalah tes yang memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan atau kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai. Sedangkan tes formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar(PBM) untuk melihat tingkat keberhasilan PBM itu sendiri G. Pengaruh Cara belajar Terhadap Prestasi Belajar Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa sebagai usaha belajarnya dalam rangka mencapai prestasi yang diinginkan. Penilaian baik buruknya usaha yang dilakukan akan tergambar dalam bentuk prestasi. Usaha atau cara belajar seseorang akan terlihat dari prestasi yang diperoleh oleh siswa tersebut. Sehingga prestasi belajar yang baik juga dipengaruhi oleh cara belajar yang baik pula.Sedangkan Slameto (2003: 73) berpendapat bahwaBanyak siswa dan atau mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik

dalam belajar karena tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Semakin baik siswa dalam mengetahui cara belajar yang baik maka kan baik pula prestasinya. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamalik (1983: 1) yang mengemukakan cara dan kebiasaan belajar yang tepat akan menentukan hasil yang memuaskan, sebaliknya cara belajar yang buruk akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Dengan memiliki cara belajar yang baik nanti akan terasa bahwa setiap usaha belajar selalu memberikan hasil yang sangat memuaskan, ilmu yang dipelajari dapat dikuasai sehingga ujian dapat dilakukan dengan berhasil. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan secara teoritis bahwa Ada Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rencana dan sruktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya (Kerlinger, 1990: 483). Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan penelitian Ex-Post Facto atau pengukuran sesudah kejadian dan deskriptif korelasional. Metode ini dipergunakan karena penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara cara belajar terhadap prestasi belajar melakukan prosedur administrasi siswa kelas 1 jurusan ADP SMK PGRI 2 Malang. Deskriptif korelasional dipandang sesuai dengan penelitian ini karena bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang variabel yang diteliti dan bersifat korelasi karena penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.(Arikunto, 1993: 215). Pada penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara cara belajar terhadap prestasi belajar mata diklat melakukan prosedur administrasi siswa kelas 1 Jurusan ADP SMK PGRI 2 Malang. Variabel dalam penelitian ini adalah cara belajar sebagai variabel bebas (X) terhadap prestasi belajar sebagai variabel terikat (Y), hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Cara Belajar (X) -----> Prestasi Belajar (Y)


Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

B. Populasi dan Sampel Arikunto (1998: 115) berpendapat Populasi merupakan subyek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (1997: 57) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang semester gasal tahun pelajaran 2005/ 2006 yang berjumlah 88 orang. Menurut Arikunto (2002:10) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Agar sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka perlu adanya perhitungan besar kecilnya populasi. Arikunto (1998:112) menyatakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebihtergantung setidak-tidaknya dari a. Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, keuangan, dan dana b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah population sampling yang teknik pelaksanaanya dilakukan dengan mengambil semua sampel yang ada di dalam populasi, karena jumlah sampel/subyek penelitian yang tidak mencapai 100 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah populasi dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Rincian jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini No. 1. 2. Kelas 1 ADP I 1 ADP II Jumlah Jumlah Siswa 44 44 88

Sumber: SMK PGRI 2 Malang

C. Instrumen Penelitian

Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah: 1. Pengembangan instrumen Dalam penelitian ini, untuk mencapai hasil yang diharapkan maka dalam pengembangan instrumennya dengan mengemukakan kisi-kisi instrumennya.

2. Uji coba instrumen Sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data, maka instrumen tersebut diujicobakan pada 20 siswa SMK PGRI 2 Malang yang akan dijadikan sampel. Uji coba instrumen dimaksudkan agar instrumen yang berupa angket harus valid dan reliabilitas sebelum disebarluaskan kepada responden. Kevaliditasan instrumen, apabila mempunyai validitas tinggi jika butir-butir yang membentuk instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen. Untuk mendapatkan instrumen yang valid, maka peneliti akan menguji angket melalui analisis butir soal. Mengenai hal tersebut Arikunto (2002:169) menyatakan bahwa untuk menguji validitas setiap butir soal maka skorskor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Teknik validitas melalui analisis butir soal dengan rumus korelasi product moment dari pearson. Kriteria butir soal yang valid adalah jika rxy r tabel dan butir instrumen yang dikatakan tidak valid jika rxy r tabel. Arikunto (2002:170) menjelaskan reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sehingga alat pengumpul data karena instrumen sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabilitas akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Untuk mencari reliabilitas kebiasaan belajar dan prestasi belajar menggunakan rumus alpha. Bila instrumen reliabel berdasarkan uji coba, maka instrumen tersebut dapat digunakan sebagai insrtumen pengumpulan data. Berikut klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:
Reliabilitas 0,9 < rh 0,7 < rh 0,4 < rh 0,2 < rh 0,0 < rh 1 0,9 0,7 0,4 Sangat rendah 0,2 Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Klasifikasi

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah: 1. Penggalian data Mendapatkan data maka diperlukan adanya instrumen pengumpulan data yaitu indikator ditransformasikan menjadi item pertanyaan yang kemudian dikelompokkan menjadi instrumen pertanyaan sesuai dengan variabelnya. Penelitian ini menggunakan metode statistik maka optionoption dalam angket harus diberi bobot berupa angka-angka seperti dikemukakan oleh Arikunto (2002). Datanya berupa data kuantitatif yaitu angka-angka, data penelitian yang kualitatif harus diubah menjadi data kuantitatif (berupa angka-angka yaitu dengan cara memberi skor). 2. Teknik pemberian skor Sehubungan dengan pemakaian angket dalam pengumpulan data, maka angket tersebut diskalakan dalam bentuk skor dengan menggunakan skala likert, dimana penyusunan angket ini dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan ganda, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari jumlah jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor terhadap alternatif jawaban yang ada dalam angket adalah sebagai berikut: 1. Jawaban A diberi skor 5 2. Jawaban B diberi skor 4 3. Jawaban C diberi skor 3 4. Jawaban D diberi skor 2 5. Jawaban E diberi skor 1 Kemudian skor tersebut diklasifikasikan menjadi 5 yaitu: Sangat sering, sering, jarang, sangat jarang, tidak pernah.

D. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Angket Sugiyono (1997: 96) menyatakan metode ini digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai cara belajar siswa berupa pertanyaan dalam pilihan ganda kepada siswa kelas 1 SMK PGRI 2 Jurusan Administrasi Perkantoran. 2. Metode Dokumentasi

Arikunto (2002: 135) mengatakan Dokumentasi asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang yang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, menyelidiki bendabenda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, dengan catatan harian, serta dokumen. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa, gambaran umum SMK PGRI 2 Malang, data prestasi belajar nilai semester gasal tahun ajaran 2005/2006 mata diklat melakukan prosedur administrasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Persipan mengisi angket, dengan memberikat angket kebiasaan belajar kepada responden untuk diisi secara lengkap dan tidak lupa dengan mengisi identitas responden tersebut seperti: nama dan kelas. b. Setelah pengisian angket kemudian pengumpulan data prestasi belajar dengan melihat nilai raport mata diklat melakukan prosedur administrasi di SMK PGRI 2 Malang. c. Instrumen siap untuk diolah, dimana pengambilan data tersebut akan dibantu oleh pihak sekolah SMK PGRI 2 Malang. Proses pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama dengan pengumpulan data tentang cara belajar siswa dan tahap kedua dengan pengumpulan data tentang prestasi belajar siswa.

E. Teknik Analisis Data Arikunto (1998: 236) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Terkait dengan hal itu maka diperlukan adanya tehnik analisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ada dua macam, yaitu: (1) Teknik analisis deskriptif yaitu dengan perolehan persentase karena penelitian ini bersifat deskriptif dan mendeskripsikan tentang variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Nurkancana (1992: 22) langkah-langkah yang digunakan adalah: a. Menentukan interval, dengan menggunakan rumus interval hitung sebagai berikut:

Data terbesar data terkecil Panjang kelas interval = --------------------------------------Jumlah kelas

b. Menentukan prosentase variabel, untuk mengetahui jumlah perbandingan skor masing-masing variabel yaitu variabel cara belajar yang diklasifikasikan menjadi sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang dan untuk prestasi belajar diklasifikasikan menjadi istimewa, sangat baik, baik, cukup, dan kurang dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus prosentase adalah sebagai berikut:

P = F x 100% N keterangan: F= frekwensi N= jumlah subyek penelitian P= Prosentase

(2) Analisis korelasional. Dalam penelitian ini digunakan rumus statistik Regresi Linier Sederhana dan teknik ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dengan persamaan Regresi Linier seperti yang disebutkan oleh Sudjana (1996:312) sebagai berikut: Y = a + bx Regresi dengan x merupakan variabel bebasnya dan y variabel tak bebasnya dinamakan regresi y atas x. Adapun perhitungan analisis regresi seperti yang tersebut diatas, peneliti menganalisisnya dengan bantuan SPSS 10.0 For Windows.

Teknik Pengambilan Sampel

Dalam bukunya Riduwan (Skala pengukuran variabel-variabel penelitian, Bandung, CV Alfabeta, cetakan ke-2) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau hasil unit pengukuran yang menjadi obyek penelitian. Nawawi menyebutkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik yang diperoleh dari hasil menghitung maupun mengukur. Nazir menambahkan bahwa populasi adalah data, bukan orang tau bendanya.

Berkaitan dengan jumlah populasi, maka populasi dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama :populasi terbatas dimana batasnya secara kuantitatif dapat dihitung. Misalnya jumlah siswa SMA Negeri 8 Jakarta, jumlah penduduk desa tambakmekar dan jumlah guru SMAN 8 Jakarta. Kedua: populasi tak terbatas dimana banyak populasinya tidak bisa dinyatakan dengan jumlah misalnya kandungan emas di sungai X, berapa liter pasang surut air laut pada bulan purnama. Berdasarkan sifatnya maka populasi dibagi menjadi dua bagian yaitu 1. populasi homogen, sumber data memiliki sifat yang sama 2. populasi heterogen, sumber datanya memiliki sifat yang berbeda. Apabila kita telah menetapkan masalah penelitian dan kita sudah membatasi populasi,maka masalah berikutnya yang muncul adalah kita memiliki keterbatasan dalam mengakses seluruh populasi, sehingga dikembangkanlah teknik untuk dapat mengambil keseimpulan berkaitan dengan populasi tetapi dengan data yang lebih terbatas. Data terbatas tetapi masih memiliki sifat atau karakteristik populasi tersebut dinamakan sampel. Keuntungan menggunakan sampel adalah 1. memudahkan peneliti 2. Penelitian lebih efisien (penghematan uang, waktu dan tenaga) 3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data. 4. penelitian lebih efektif, sehingga menghemat penggunaan specimen, mengurangi atau melokalisir efek destruktifd dari perlakuan. Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Ada dua macam teknik pengambilan sampel yaitu: Untuk menentukan jumlah sampel (n) digunakan ketentuan sebagai berikut : Jumlah sampel menggunakan rumus dari Taro Yamate : N n= -----------N*d^2 + 1 dimana N adalah jumlah populasi dan d adalah tingkat presisi yang ditetapkan.

Misalnya jika diketahui jumlah populasi guru SD sebesar 138 orang dan akan dilakukan penelitian dengan tingkat presisi 10% maka jumlah sampel yang harus diambil adalah 58 orang. Surakhmad berpendapat bahwa apabila ukuran populasi kurang lebih 100, maka jumlah sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi lebih dari 1000, maka jumlah sampel sekurang-kurangnya 15%.

1. probability sampling probability sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk terambil sebagai sampel, yang tergolong teknik ini adalah 1.a simple random sampling Teknik pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata/tingkatan anggota populasi tersebut. 1.b Proportionate stratified random samplng Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, teknik ini digunakan apabila anggota populasi tidak homogen berkaitan dengan karakteristik yang diteliti. Contohnya guru DKI jakarta yang mengikuti ujian sertifikasi : guru bahasa Indonesia : 100 orang guru bahasa Inggris : 70 orang guru Matematika : 120 orang guru Biologi : 30 oang guru Fisika : 50 orang Jumlah : 370 orang Jumlah sampel yang diambil harus sama porsinya dengan jumlah guru sesuai dengan bidang studi. Contohnya jumlah sampel guru bahasa Indonesia menjadi pertama : tentukan dahulu jumlah sampel dengan presisi 10% menjadi 370 -------------- = 77.24 = 77 orang 370*0.1^2 + 1 kedua : tentukan jumlah sampel untuk masing-masing strata 100 --- x 77 = 20,8 = 21 orang 370 1.c Disproportionate random sampling Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi sebagian ada yangn kurang proporional, contohnya guru BP : 1 orang

guru bahasa Indonesia : 100 orang guru bahasa Inggris : 70 orang guru Matematika : 120 orang guru Biologi : 30 oang guru Fisika : 50 orang Jumlah : 371 orang jumlah sampel untuk guru BP satu orang. 1.d Area sampling (sampel kluster ) Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari tiap wilayah gewografis yang ada. Misalnya penelitian tentang tingkat pendidikan warga di desa tambakmekar RW 04. RW 04 terdiri dari 5 RT misalnya, maka sampel harus memuat warga dari tiap RT. 2. non propability sampling Teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk terambil sebagai sampel. 2.a Sampling sistematis Pengambilan sampel yang didasarkan pada urutan anggota dalam populasi secara seragam. Misalnya Diketahui daftar pelanggan PT Telkom yang telah diberi nomor dari 1 sampai 1000. Pelanggan yang diambil sebagai sampel adalah mereka yang memilki no urut kelipatan 1, 10, 20, 30, dan seterusnya. 2.b Sampling kuota Teknik pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah (jatah ) sesaui dengan pertimbanga peneliti. Selanjnya jatah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil sampel. Contohnya untuk menentukan kuota haji penduduk indonesia yang berjumlah 250 jt orang maka diambil jatah 250.000 orang. 2.c sampling aksidental Teknik pengambilan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yangsecara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dijadikan sampel. Misalnya untuk meneliti produk sabun yang diminati konsumen pada supermarket X, maka diambil sampel pelanggan yang datang dan ditemui peneliti di hari tersebut. 2.d Purposive sampling Pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Misalnya peneliti ingin mengetahui tentang jenis penyakit warga desa tambakmekar maka yang dipilih menjadi sampel adalah para dokter, bidan atau mantri di puskesmas desa. 2.e sampling jenuh Yaitu pengambilan sampel dengan cara menjadikan seluruh anggota populasi menjadi sampel.

2.f Snowball sampling (getuk tular) Teknik pengambilan sampel dengan cara mengambil jumlah sampel sedikit terlebih dahulu, lalu dari jumlah yang sedikit tersebut berkembang menjadi banyak. Misalnya peneliti ingin mengetahui latar belakang keluarga para pecandu narkoba di suatu tempat, maka peneliti dapat memulai dari satu atau dua orang responden dahulu, selanjutnya dari informasi responden tersebut peneliti dapat menambah jumlah respondennya.

Anda mungkin juga menyukai