Pendahuluan
Penelitian merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia
dewasa ini. Terlebih bagi kehidupan akademis di perguruan tinggi. Pada tingkatan yang
lebih strategis, kegiatan penelitian termasuk salah satu dari tiga tugas utama (tri dharma)
sebuah lembaga pendidikan tinggi. Dengan demikian, pemahaman tentang penelitian
yang baik dan benar memegang peranan penting dalam menentukan kemajuan sebuah
lembaga pendidikan.
Ada banyak faktor yang menentukan penelitian yang baik. Diantaranya adalah
penggambaran secara jelas tujuan dan masalah yang dibahas dalam penelitian serta teknik
dan prosedur penelitian. Salah satu prosedur penelitian yang berpengaruh langsung
terhadap hasil penelitian adalah pengambilan sampel (sampling).
Pengertian Sampling
Sebelum membahas lebih lanjut tentang sampling, ada baiknya terlebih
dahulu dipahami tentang konsep sampel dan populasi. Populasi adalah totalitas
semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif
maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan
yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Sedangkan sampel
adalah bagian dari populasi yang diteliti. (Sudjana 1989: 6). Dengan kata lain,
sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi
sehingga
hasil
penelitian
yang
berhasil
diperoleh
dari
sampel
dapat
Keterangan:
S = jumlah sampel yang dicari;
N = Jumlah populasi;
P = proporsi populasi, asumsi diambil P = 0,50
d = derajat ketepatan, biasanya diambil d = 0,05
2 = nilai tabel
Untuk memudahkan menerapkan rumus di atas, maka rumus tersebut telah
ditransferkan kedalam bentuk tabel, sehingga kita tinggal memakai tabel tersebut.
Tabel 1 :
10
10
90
73
300
169
1900
320
15
14
95
76
400
196
2000
322
20
19
100
80
500
217
2200
327
25
24
120
92
600
234
2400
331
30
28
130
97
700
248
2600
335
35
23
140
103
800
260
2800
338
40
36
150
108
900
269
3000
341
45
40
160
113
1000
278
3500
346
50
44
170
118
1100
285
4000
351
55
48
180
123
1200
291
4500
354
60
52
190
127
1300
297
5000
357
65
56
200
132
1400
302
10000
370
70
59
220
140
1500
306
15000
375
75
63
240
148
1600
310
20000
377
80
66
260
155
1700
313
50000
381
85
70
280
162
1800
317
100000
384
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
D2 = Presisi yang ditetapkan
= ukuran sampel
N = ukuran populasi
= tingkat signifikansi yang digunakan. misalnya 1%,
5% atau 10%
random
yaitu
pengambilan
sampel
yang
dilakukan
dengan
mengundi,
yaitu
No
Kelas
Jumlah
% dalam
siswa
populasi
Jumlah sampel
Satu
25
25%
20
Dua
60
60%
48
Tiga
15
15%
12
Jumlah
100
100%
80
Pada kasus-kasus tertentu, terkadang, jumlah populasi yang tersebar dalam strata
tertentu memiliki jumlah yang tidak proporsional. Dalam contoh diatas misalnya,
jumlah siswa yang ada di kelas 3 hanya 5 orang. Maka jika pada teknik sampling
proporsional, sampel dari siswa kelas 3 h.
dilakukan secara random. Misalnya pada kasus diatas, tahap pertama dapat
dilakukan dengan membuat klaster berupa sekolah di desa/kelurahan, kecamatan
atau kabupaten dan sebagainya. Selanjutnya diambil secara random, daerah yang
akan kita jadikan sampel penelitian. langkah selanjutnya adalah mengambil sampel
secara random seperti pada teknik random sampling dari daerah yang telah kita
tetapkan sebelumnya.
Keuntungan menggunakan teknik ini ialah : (1) dapat mengambil populasi besar
yang tersebar diberbagai daerah, dan (2) pelaksanaannya lebih mudah dan murah
dibandingkan teknik lainnya. Sedangkan kelemahannya ialah (1) jumlah individu
dalam setiap pilihan tidak sama, karena itu teknik ini tidaklah sebaik teknik
lainnya; (2) ada kemungkinan penduduk satu daerah berpindah kedaerah lain
tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk tersebut mungkin menjadi
anggota rangkap sampel penelitian.
2. Teknik Sampling Nonrandom
Tidak ada prinsip kerandoman (prinsip teori peluang) pada teknik sampling
nonrandom. Dasar penentuannya adalah pertimbangan-pertimbangan tertentu dari
peneliti atau dari penelitian. Tanpa prinsip ini, konsekuensinya penelitian dari
sampel nonrandom tidak dapat digunakan pada sebuah penelitian eksplanatif yang
menguji hipotesis tertentu, misalnya penelitian korelasional. Hal ini dikarenakan
rumus uji statistik inferensial memiliki syarat normalitas dan homogenitas. Akan
tetapi, teknik sampling ini secara luas sering digunakan untuk penelitian-penelitian
kualitatif atau penelitian deskriptif.
Ada beberapa jenis sampel nonrandom yang sering digunakan dalam
penelitian sosial/penelitian komunikasi, di antaranya adalah:
a.
c.