Anda di halaman 1dari 36

7 Klasifikasi Penggunaan Obat Therapeutic Menurut Good Administration Australia (TGA)

Obat-obat ini telah dikonsumsi oleh sejumlah besar wanita hamil dan wanita subur Tanpa adanya bukti memiliki efek yg berbahaya Tidak ada bukti yang menunjukkan peningkatan frekuensi gangguan janin pada efek penelitian dengan binatang coba. Penelitian pada binatang jumlahnya sangat sedikit, tetapi dari hasil penelitian yang ada, tidak menunjukkan peningkatan frekuensi gangguan janin binatang coba.
Penelitian pada hewan menunjukkan bukti peningkatan angka kejadian gangguan janin hewan coba. Pada manusia, gangguan janin akibat obat kategori ini masih belum dapat ditentukan.

B-1

B-2

B-3

Obat-obat, karena efek farmakologinya, menyebabkan atau dicurigai menyebabkan efek berbahaya pada janin tanpa menyebabkan cacat lahir. Efek tersebut mungkin reversibel (dapat kembali normal).
Obat-obat yang dicurigai atau diperkirakan menyebabkan peningkatan angka kejadian cacat lahir atau kerusakan yang irreversibel (tidak bisa diperbaiki lagi).

Obat-obat yang berisiko tinggi menyebabkan kerusakan permanen pada janin

Contoh Obat
No 1 2 3 Generik Acarbose Asiklovir Albendazole Cara pemberian Oral Oral Oral Kategori B B C No 11 Generik Furosemid Cara pemberian Oral, parenteral Kategori C,D

12
13 14 15 16 17

Lansoprazol
loperamid Metformin Metoklopramid Metronidazol Omeprazol

Oral
Oral Oral Oral Oral Oral

B
B B B B C

4
5

Alupurinol
Al(OH)3

Oral
Oral

C
C

6
7

Amiodaron
Aminofilin

Oral
Oral

D
C

8
9 10

Amoxicillin
Ampicilin Carbamazepin

Oral
Oral Oral

B
B D

18
19

Pioglitazone
Pseudoefedrin

Oral
Oral

C
C

Contoh Obat yang Terbukti Teratogenik pada Manusia


Nama Obat Kategori FDA Efek Teratogenik Waktu Resiko

ACE Inhibitor
(kaptopril, enalapril,

Gagal ginjal, tengkorak,


hipoplasia pulmonary

Trimester 2 - 3

lisinopril)
Aminoglikosida D

Cacat pendengaran, kerusakan telinga bagian dalam, kerusakan janin

Tidak konsisten

Anti konvulsan (Fenitoin)

Fetal hidantoin sindrom, terhambatnya pertumbuhan, mikrosefali, hipoplasia, fitur wajah yang spesifik, retardasi mental

Trimester 1 3

Atenolol

Pertumbuhan terhambat dan abnormal,

Trimester 1 - 3

penurunan ukuran fetal


Karbamazepin D Penampilan wajah yang unik, Trimester 1 - 3

pembentukan jari tangan, jari kaki dan


kuku yang tidak sempurna, cacat tabung

saraf

Nama Obat
Metotreksat

Kategori FDA
X

Efek Teratogenik
Malformasi skeletal

Waktu Resiko
Trimester 1 - 3

termasuk wajah,
tengkorak, tungkai, vertebral column, kematian fetal Misoprostol X Mobius syndrom, neural tube defects Statin (Inhibitor HMGX Spina Bifida Trimester 1 - 3 Trimester 1 - 3

CoA reduktase)
Thalidomide X Kematian janin, Bulan pertama

abnormalitas fisik dan


mental, penyakit

kehamilan

jantung bawaan,
hemangioma, kelainan tungkai Warfarin X Tulang rangka, SSP Trimester 1 - 3

Rasio manfaat dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat dinilai dari:
Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki Adanya metabolit aktif Polifarmasi: adisi efek samping Dosis dan lamanya terapi Umur bayi Pengalaman/bukti klinik

MASALAH KEHAMILAN Infeksi TORCH


Penyakit infeksi lebih berbahaya pada wanita hamil transmisi vertikal penyakit pada fetus. mengganggu kelahiran janin, kecacatan, kematian pada janin TORCH Toksoplasmosis, Other (Hepatitis B, Epstein-Barr Virus, Sifilis, Coxsackie Virus, human parvovirus, dan Varicella Zoster), Rubella (German Measles), Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex Virus (HSV).

Toksoplasmosis
Penyebab protozoa Toxoplasma gondii. Transmisi konsumsi daging yang kurang matang, dari telur toksoplasma dari tanah, kontak dengan feses kucing yang terinfeksi. Transmisinya ialah melalui plasenta (transplasenta) pada wanita hamil. Toksoplasmosis merupakan penyebab utama dari kebutaan pada fetus. Ibu hamil pada masa trimester pertama 20% janin terinfeksi toksoplasma/kematian janin, bila ibu hamil trimester ke tiga 65% janin akan terinfeksi. Penanganan penyakit. Ibu hamil yang baru terinfeksi atau yang immunecompromised dapat diberikan terapi dengan pyrimethamine dan sulfadiazine.

Hepatitis B(HBV)
HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik dengan gejala demam dan kelemahan. Ditularkan melalui kontak darah yang terinfeksi, sekresi tubuh. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBV + akan langsung tertular Bila terjadi pada wanita hamil fase maternal, maka berpotensi bayi akan lahir premature, sirosis dan kanker hati. Penanganan penyakit: Wanita hamil yang terekspos dengan virus ini harus menerima vaksin HBV dan HBIG, bagi wanita yang telah terinfeksi harus makan teratur dan berizi, istirahat yang cukup, menghindari stres dan alkohol. Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir. Selain itu, bayi harus menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG)

Varicella Zoster
Virus Varicella zoster virus penyebab cacar air.Pada cacar air, lesi bermula dari leher atau tenggorokan dan kemudian menyebar ke bagian wajah, kulit kepala, membran mukosa dan ekstremitas. Penanganan penyakit:
Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada bayi. Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan :
ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami lesi. jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak dihentikan.

Sifilis
Oleh infeksi Treponema pallidum. Penyakit ini dapat ditularkan melalui plasenta selama masa kehamilan. Biasanya respon janin yang hebat akan terjadi setelah pertengahan kedua kehamilan dengan manifestasi klinik berupa hepatosplenomegali, ikterus, meningoensefalitis, dan lesi tulang. Dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah/kematian janin.

Rubela (German Messles)


Oleh virus Rubella yang termasuk famili Tgaviridae, genus Rubivirus. Pada wanita hamil, penularan virus kepada janin terjadi secara intrauterin. Makin awal (trimester pertama) ibu hamil terinfeksi rubella, maka makin serius akibatnya pada bayi yaitu kematian janin intrauterin, abortus spontan, atau malformasi kongenital pada sebagian besar organ tubuh bayi (kelainan bawaan seperti kebutaan, katarak, hilangnya pendengaran, retardasi mental, kecacatan jantung, dan lain-lain). Penanganan penyakit. Untuk ibu hamil: analgesik ringan dan dengan istirahat. Pencegahan vaksinasi pada wanita sebelum hamil (vaksinasi tidak boleh dilakukan selama kehamilan), dan saat menyusui.

Cytomegalovirus (CMV)
CMV adalah hal yang umum, di mana 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV di dalam darahnya. Dapat dijumpai dalam saliva, urin dan ASI. Janin mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah kongenital yang paling serius terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang memiliki CMV primer selama kehamilan. Penanganan penyakit Ibu terbukti seropositif selama kehamilan Menyusui memberikan imunitas pasif CMV pada bayi. Anak yang disusui, yang diimunisasi CMV melalui ASI akan terlindungi dari gejala infeksi nantinya

Herpes Simplex Virus (HSV)


Virus ini mengakibatkan penyakit herpes simplex (Herpesvirus hominis). Pada bayi infeksi ini didapat secara perinatal akibat persalinan yang lama sehingga virus ini mempunyai kesempatan naik melalui mukosa yang robek untuk menginfeksi janin. Gejala pada bayi biasanya mulai timbul pada minggu pertama kehidupan tetapi kadang-kadang juga baru muncul pada minggu ke dua atau ketiga. Penanganan penyakit. Operasi cesar. Asiklovir oral pada ibu hamil di akhir kehamilan. Asiklovir dan vidarabin dapat digunakan untuk mengobati bayi baru lahir dengan HSV.

Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi pada bagian saluran kemih yang biasanya disebabkan oleh naiknya flora normal ke dalam saluran kemih. Klasifikasinya adalah sebagai berikut
Kantung kemih (sistitis) Uretra (uretritis) Saluran bawah Epididimis ISK Saluran Atas Kelenjar prostat (prostatitis)

Melibatkan ginjal (pielonefritis)

Infeksi Saluran Kemih (cont)


Saat kehamilan uterus terletak tepat di atas kantung kemih dan uterus tersebut terus berkembang selama kehamilan sehingga terjadi pemblokan aliran urin pada kantung kemih resiko ISK meningkat. Bila infeksi mencapai ginjal kelahiran prematur /berat badan bayi rendah. Pada wanita hamil, penyakit ini ada yang memberikan simtom (17-20% insiden), namun adapula yang asimptomatik.

Infeksi Saluran Kemih (cont)


Sebagian besar penyebab infeksi saluran kemih pada ibu hamil adalah E. coli dan S. saprophyticus, Penanganan dengan antibiotik sbb: Amoksisilin klavulanat x 7 hari Sefalosporin x 7 hari Trimetoprim sulfametoksazol x 7 hari (hindari penggunaan pada trimester ketiga) Sedangkan antibiotik yang dikontraindikasikan untuk ibu hamil adalah : Tetrasiklin Doksisiklin Aminoglikosida (Parenteral) Aztreonam

Obat

Indikasi

KI

Amoksisilin

ISK, otitis media, susitis, bronkhitis kronis, salmonelosis invasif, gonore Infeksi kuman Gram positif dan negatif (infeksi saluran napas, kemih, dan gonore) Infeksi Gram positif dan negatif, anaerob dan anaerob Infeksi Gram positif dan negatif, aerobik dan anaerobik, profilaksis bedah

Hipersensitif terhadap Penisilin -

Fluorokinolon Siprofloksasin
Karbapenem -Meropenem -Imipenem

Hipersensitif meropenem Hipersensitif terhadap imipenem,ibu menyusui

B C

Diagnosis Hipertensi pada Ibu Hamil


Hipertensi gestational jika
terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum. Hipertensi kronik, jika terjadi sebelum kehamilan 20 minggu

Penyebab : kombinasi peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total. Selama kehamilan volume darah meningkat drastis. Keadaan normal : peningkatan volume darah penurunan respon vaskuler terhadap hormon vasoaktif resistensi perifer total menurun pada kehamilan normal dan tekanan darah menjadi menurun. Keadaan hipertensi : tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap hormon vasoaktif peningkatan besar volume darah secara langsung akan meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. Efek : morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal dapat menyebabkan eklampsia.

Penanganan Hipertensi pada Ibu Hamil


Jika kehamilan kurang dari 35 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalan. Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap minggu. Jika tekanan darah meningkat, kelola sebagai preeklamsia. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan.

Preeklampsi sendiri dibagi menjadi 2, yakni preeklampsi ringan dan berat.

Penanganan Preeklampsi Ringan


Jika usia kehamilan kurang dari 35 minggu :
Lakukan penilaian dua kali seminggu secara rawat jalan lebih banyak istirahat, diet biasa, dan tidak perlu pemberian obat. Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin (uji antepartum dan evaluasi maternal setiap 2 4 minggu, serta amniocentesis untuk memeriksa kematangan paru janin)

Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit (diet biasa, pemantauan tekanan darah dua kali sehari, tidak memerlukan pengobatan) tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi jantung, atau gagal ginjal akut. Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan dan rawat jalan.
Jika kondisi ibu dan janin stabil, persalinan ditargetkan dilakukan pada usia kehamilan 37 minggu. Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.

Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklamsia berat.

Jika usia kehamilan lebih 35 minggu, status serviks diperiksa untuk mempertimbangkan terminasi kehamilan.

Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin atau dengan prostaglandin
Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol, atau kateter foley untuk preinduksi pematangan serviks; atau lakukan terminasi dengan seksio sesarea.

Penanganan Preeklampsi Berat


Membutuhkan hospitalisasi
Jika usia kehamilan kurang dari 34 minggu : Studi amniocentesis : Jika paru telah matang, persalinan direkomendasikan (harus terjadi dalam 24 jam). Jika belum, kortikosteroid diberikan dan persalinan ditunda 24 48 jam. Terapi antihipertensi dimulai, kortikosteroid diberikan dan konseling ibu ekstensif, meliputi konsultasi neonatologi, dilakukan untuk mengklarifikasi risiko dan keuntungan prolongasi kehamilan.

Jika usia kehamilan lebih dari 34 minggu, Persalinan biasanya direkomendasikan Untuk menjaga tekanan sistolik < 160 mmHg dan tekanan diastolik < 105 mmHg, maka dapat diberi obat : o Hidralazin adalah vasodilator perifer yang diberikan dalam dosis 5 10 mg IV. Onset aksi adalah 10 20 menit dan dosis dapat diulang bila perlu. o Labetalol dapat diberikan dalam dosis 5 20 mg dengan IV secara perlahan. Dosis dapat diulang dalam 10 20 menit. o Nifedipin digunakan dalam dosis 5 10 mg secara oral. Dosis dapat diulang dalam 20 30 menit, bila perlu. * Pengukuran tekanan darah yang berlebihan dapat mengganggu perfusi darah dan dapat berefek pada oksigenasi janin.

EKLAMPSIA
Kondisi yang ditandai oleh gejala preeklampsia berat disertai kejang, di mana : Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada beratnya hipertensi Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsi grand mal Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa jam)

Penanganan Eklampsi
Penanganan preeklamsi berat dan eklamsi sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklamsia.

Pengelolaan kejang :
Pada kebanyakan kasus, kejang terbatas dan berakhir dalam 1 2 menit. Prioritas utama adalah meyakinkan bahwa saluran pernapasan bersih dan menghindari cedera dan aspirasi isi lambung. Beri obat anti konvulsan : magnesium sulfat (MgSO4). Alternatif lain jika kejang bertahan : diazepam atau lorazepam (risiko terjadinya depresi neonatal). Kebanyakan kejang tonik klonik disertai perpanjangan penurunan laju jantung janin, yang dapat dihentikan bila kejang berakhir. Jika mungkin, periode 10 20 menit resusitasi in utero perlu diizinkan untuk persalinan. Perlengkapan untuk penangananan kejang (jalan nafas, penghisap lender, masker oksigen, oksigen) Aspirasi mulut dan tengorokan. Berikan oksigen 4-6 liter. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

Pengelolaan umum :
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik antara 90 100 mmHg. Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5 10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali / 24 jam. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg Nifedipin sublingual. Selain nifedipin, pilihan lain ialah labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan lagi Labetolol 20 mg oral. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih, dan dipertahankan 1.5 2 liter/24 jam (ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload) Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria

Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru (krepitasi) jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.

Persalinan

Pada eklampsia, persalinan harus berlangsung dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul.
Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam, lakukan seksio sesarea. Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa :

Tidak terdapat koagulopati (koagulopati merupakan kontra indikasi anestesi spinal). Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi.
Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin 25 IU dalam 500 ml Dekstrose 10 tetes / menit , atau dengan cara pemberian prostaglandin / misoprostol.

Perawatan post partum


Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg Lakukan pemantauan jumlah urin

Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, jika: Terdapat oliguria (< 400 ml/24 jam) Terdapat sindroma HELLP (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Platellets count) Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang

Kasus Swamedikasi (Kel 4)


Diare rehidrasi oral dgn oralit, beri minum yg banyak. Tujuan tidak mengurangi lamanya diare tapi frekuensi diare dalam satu hari Mual muntah ibu hamil vit B6 (daftar OWA) atau primperan kalau udah ga mempan (ada ES ekstrapirimidal) atau ondansentron (ga masuk dowa, yg masuk: metoklopramid HCl). HINDARI domperidon! kategori C!

Maag
pasien ga bisa mendeskripsikan?
Kanan atas hati, kiri atas lambung, bagian bawah usus

Lg ujian stress ulcer Jangan rekomendasikan minum teh! asam Polysilane suspensi kocok dahulu! Kalau udah parah famotidin/ranitidin (masuk DOWA)

Kandidiasis
Anak nistatin oral drop tidak diabsorpsi sistemik makin lama kontak dgn lesi makin efektif jangan langsung ditelan, tahan dulu, kumur2 10-15 menit baru boleh makan Ibu (kena karena menyusui) mycostatin salep dioles pd kulit bersih

Batuk pilek
Tanya dahak tidak? Ya, ga bisa tidur kasih mukolitik, jangan ekspektoran! Dekongestan utk hidung mampet vasodilatasi PD jd nutup rongga berikan simpatomimetik vasokonstriktif hati-hati utk pasien TD tinggi : pseudoefedrin, PPA, phenilephrin Dekongestan diteteskan langsung ke hidung oksometazolin kerja lokal lebih aman utk TD tinggi tapi ada efek rebound (hari ke-5 ga mempan lagi. solusi hentikan sementara) Batuk+flu+demam virus boleh rekomendasi fitofarmaka (ekstrak meniran, vitamin yg mgd Zn)

Iritasi mata telinga


Tetrahidrozolin antiseptik Tidak kesat/tidak moist variasi lain Ada exp date 30 hari setelah dibuka

Anda mungkin juga menyukai