Obat-obat ini telah dikonsumsi oleh sejumlah besar wanita hamil dan wanita subur Tanpa adanya bukti memiliki efek yg berbahaya Tidak ada bukti yang menunjukkan peningkatan frekuensi gangguan janin pada efek penelitian dengan binatang coba. Penelitian pada binatang jumlahnya sangat sedikit, tetapi dari hasil penelitian yang ada, tidak menunjukkan peningkatan frekuensi gangguan janin binatang coba.
Penelitian pada hewan menunjukkan bukti peningkatan angka kejadian gangguan janin hewan coba. Pada manusia, gangguan janin akibat obat kategori ini masih belum dapat ditentukan.
B-1
B-2
B-3
Obat-obat, karena efek farmakologinya, menyebabkan atau dicurigai menyebabkan efek berbahaya pada janin tanpa menyebabkan cacat lahir. Efek tersebut mungkin reversibel (dapat kembali normal).
Obat-obat yang dicurigai atau diperkirakan menyebabkan peningkatan angka kejadian cacat lahir atau kerusakan yang irreversibel (tidak bisa diperbaiki lagi).
Contoh Obat
No 1 2 3 Generik Acarbose Asiklovir Albendazole Cara pemberian Oral Oral Oral Kategori B B C No 11 Generik Furosemid Cara pemberian Oral, parenteral Kategori C,D
12
13 14 15 16 17
Lansoprazol
loperamid Metformin Metoklopramid Metronidazol Omeprazol
Oral
Oral Oral Oral Oral Oral
B
B B B B C
4
5
Alupurinol
Al(OH)3
Oral
Oral
C
C
6
7
Amiodaron
Aminofilin
Oral
Oral
D
C
8
9 10
Amoxicillin
Ampicilin Carbamazepin
Oral
Oral Oral
B
B D
18
19
Pioglitazone
Pseudoefedrin
Oral
Oral
C
C
ACE Inhibitor
(kaptopril, enalapril,
Trimester 2 - 3
lisinopril)
Aminoglikosida D
Tidak konsisten
Fetal hidantoin sindrom, terhambatnya pertumbuhan, mikrosefali, hipoplasia, fitur wajah yang spesifik, retardasi mental
Trimester 1 3
Atenolol
Trimester 1 - 3
saraf
Nama Obat
Metotreksat
Kategori FDA
X
Efek Teratogenik
Malformasi skeletal
Waktu Resiko
Trimester 1 - 3
termasuk wajah,
tengkorak, tungkai, vertebral column, kematian fetal Misoprostol X Mobius syndrom, neural tube defects Statin (Inhibitor HMGX Spina Bifida Trimester 1 - 3 Trimester 1 - 3
CoA reduktase)
Thalidomide X Kematian janin, Bulan pertama
kehamilan
jantung bawaan,
hemangioma, kelainan tungkai Warfarin X Tulang rangka, SSP Trimester 1 - 3
Rasio manfaat dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat dinilai dari:
Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki Adanya metabolit aktif Polifarmasi: adisi efek samping Dosis dan lamanya terapi Umur bayi Pengalaman/bukti klinik
Toksoplasmosis
Penyebab protozoa Toxoplasma gondii. Transmisi konsumsi daging yang kurang matang, dari telur toksoplasma dari tanah, kontak dengan feses kucing yang terinfeksi. Transmisinya ialah melalui plasenta (transplasenta) pada wanita hamil. Toksoplasmosis merupakan penyebab utama dari kebutaan pada fetus. Ibu hamil pada masa trimester pertama 20% janin terinfeksi toksoplasma/kematian janin, bila ibu hamil trimester ke tiga 65% janin akan terinfeksi. Penanganan penyakit. Ibu hamil yang baru terinfeksi atau yang immunecompromised dapat diberikan terapi dengan pyrimethamine dan sulfadiazine.
Hepatitis B(HBV)
HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik dengan gejala demam dan kelemahan. Ditularkan melalui kontak darah yang terinfeksi, sekresi tubuh. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBV + akan langsung tertular Bila terjadi pada wanita hamil fase maternal, maka berpotensi bayi akan lahir premature, sirosis dan kanker hati. Penanganan penyakit: Wanita hamil yang terekspos dengan virus ini harus menerima vaksin HBV dan HBIG, bagi wanita yang telah terinfeksi harus makan teratur dan berizi, istirahat yang cukup, menghindari stres dan alkohol. Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir. Selain itu, bayi harus menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
Varicella Zoster
Virus Varicella zoster virus penyebab cacar air.Pada cacar air, lesi bermula dari leher atau tenggorokan dan kemudian menyebar ke bagian wajah, kulit kepala, membran mukosa dan ekstremitas. Penanganan penyakit:
Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada bayi. Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan :
ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami lesi. jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak dihentikan.
Sifilis
Oleh infeksi Treponema pallidum. Penyakit ini dapat ditularkan melalui plasenta selama masa kehamilan. Biasanya respon janin yang hebat akan terjadi setelah pertengahan kedua kehamilan dengan manifestasi klinik berupa hepatosplenomegali, ikterus, meningoensefalitis, dan lesi tulang. Dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah/kematian janin.
Cytomegalovirus (CMV)
CMV adalah hal yang umum, di mana 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV di dalam darahnya. Dapat dijumpai dalam saliva, urin dan ASI. Janin mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah kongenital yang paling serius terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang memiliki CMV primer selama kehamilan. Penanganan penyakit Ibu terbukti seropositif selama kehamilan Menyusui memberikan imunitas pasif CMV pada bayi. Anak yang disusui, yang diimunisasi CMV melalui ASI akan terlindungi dari gejala infeksi nantinya
Obat
Indikasi
KI
Amoksisilin
ISK, otitis media, susitis, bronkhitis kronis, salmonelosis invasif, gonore Infeksi kuman Gram positif dan negatif (infeksi saluran napas, kemih, dan gonore) Infeksi Gram positif dan negatif, anaerob dan anaerob Infeksi Gram positif dan negatif, aerobik dan anaerobik, profilaksis bedah
Fluorokinolon Siprofloksasin
Karbapenem -Meropenem -Imipenem
B C
Penyebab : kombinasi peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total. Selama kehamilan volume darah meningkat drastis. Keadaan normal : peningkatan volume darah penurunan respon vaskuler terhadap hormon vasoaktif resistensi perifer total menurun pada kehamilan normal dan tekanan darah menjadi menurun. Keadaan hipertensi : tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap hormon vasoaktif peningkatan besar volume darah secara langsung akan meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. Efek : morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal dapat menyebabkan eklampsia.
Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit (diet biasa, pemantauan tekanan darah dua kali sehari, tidak memerlukan pengobatan) tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi jantung, atau gagal ginjal akut. Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan dan rawat jalan.
Jika kondisi ibu dan janin stabil, persalinan ditargetkan dilakukan pada usia kehamilan 37 minggu. Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.
Jika usia kehamilan lebih 35 minggu, status serviks diperiksa untuk mempertimbangkan terminasi kehamilan.
Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin atau dengan prostaglandin
Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol, atau kateter foley untuk preinduksi pematangan serviks; atau lakukan terminasi dengan seksio sesarea.
Jika usia kehamilan lebih dari 34 minggu, Persalinan biasanya direkomendasikan Untuk menjaga tekanan sistolik < 160 mmHg dan tekanan diastolik < 105 mmHg, maka dapat diberi obat : o Hidralazin adalah vasodilator perifer yang diberikan dalam dosis 5 10 mg IV. Onset aksi adalah 10 20 menit dan dosis dapat diulang bila perlu. o Labetalol dapat diberikan dalam dosis 5 20 mg dengan IV secara perlahan. Dosis dapat diulang dalam 10 20 menit. o Nifedipin digunakan dalam dosis 5 10 mg secara oral. Dosis dapat diulang dalam 20 30 menit, bila perlu. * Pengukuran tekanan darah yang berlebihan dapat mengganggu perfusi darah dan dapat berefek pada oksigenasi janin.
EKLAMPSIA
Kondisi yang ditandai oleh gejala preeklampsia berat disertai kejang, di mana : Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada beratnya hipertensi Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsi grand mal Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa jam)
Penanganan Eklampsi
Penanganan preeklamsi berat dan eklamsi sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklamsia.
Pengelolaan kejang :
Pada kebanyakan kasus, kejang terbatas dan berakhir dalam 1 2 menit. Prioritas utama adalah meyakinkan bahwa saluran pernapasan bersih dan menghindari cedera dan aspirasi isi lambung. Beri obat anti konvulsan : magnesium sulfat (MgSO4). Alternatif lain jika kejang bertahan : diazepam atau lorazepam (risiko terjadinya depresi neonatal). Kebanyakan kejang tonik klonik disertai perpanjangan penurunan laju jantung janin, yang dapat dihentikan bila kejang berakhir. Jika mungkin, periode 10 20 menit resusitasi in utero perlu diizinkan untuk persalinan. Perlengkapan untuk penangananan kejang (jalan nafas, penghisap lender, masker oksigen, oksigen) Aspirasi mulut dan tengorokan. Berikan oksigen 4-6 liter. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
Pengelolaan umum :
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik antara 90 100 mmHg. Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5 10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali / 24 jam. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg Nifedipin sublingual. Selain nifedipin, pilihan lain ialah labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan lagi Labetolol 20 mg oral. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih, dan dipertahankan 1.5 2 liter/24 jam (ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload) Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru (krepitasi) jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
Persalinan
Pada eklampsia, persalinan harus berlangsung dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul.
Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam, lakukan seksio sesarea. Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa :
Tidak terdapat koagulopati (koagulopati merupakan kontra indikasi anestesi spinal). Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi.
Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin 25 IU dalam 500 ml Dekstrose 10 tetes / menit , atau dengan cara pemberian prostaglandin / misoprostol.
Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, jika: Terdapat oliguria (< 400 ml/24 jam) Terdapat sindroma HELLP (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Platellets count) Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang
Maag
pasien ga bisa mendeskripsikan?
Kanan atas hati, kiri atas lambung, bagian bawah usus
Lg ujian stress ulcer Jangan rekomendasikan minum teh! asam Polysilane suspensi kocok dahulu! Kalau udah parah famotidin/ranitidin (masuk DOWA)
Kandidiasis
Anak nistatin oral drop tidak diabsorpsi sistemik makin lama kontak dgn lesi makin efektif jangan langsung ditelan, tahan dulu, kumur2 10-15 menit baru boleh makan Ibu (kena karena menyusui) mycostatin salep dioles pd kulit bersih
Batuk pilek
Tanya dahak tidak? Ya, ga bisa tidur kasih mukolitik, jangan ekspektoran! Dekongestan utk hidung mampet vasodilatasi PD jd nutup rongga berikan simpatomimetik vasokonstriktif hati-hati utk pasien TD tinggi : pseudoefedrin, PPA, phenilephrin Dekongestan diteteskan langsung ke hidung oksometazolin kerja lokal lebih aman utk TD tinggi tapi ada efek rebound (hari ke-5 ga mempan lagi. solusi hentikan sementara) Batuk+flu+demam virus boleh rekomendasi fitofarmaka (ekstrak meniran, vitamin yg mgd Zn)