Resep 2
dr. Hendra SP,Pd
SIP: 30/SP/2004
Alamat praktek
Jl.merpati kota kendari
Kendari,25 november 2005
R/ bismut sub salisilat 500 mg no.xx
S 2 dd 1 tab
Omeprazole 20 mg No. x
S 2 dd 1 tab
Tetrasiklin 500 mg No. xx
S 3 dd 1 tab
Ampisillin 500 mg No. xx
S 3 dd 1 tab
V. Patofisiologi Penyakit
1. Penyebab Umum
Penyebab umum dari userasi peptikum adalah ketidakseimbangan
antara kecepatan sekresi dan lambung dan derajat perlindungan yang
diberikan oleh sawar mukosa gastroduodenal dan netralisasi asam lambung
oleh cairan duodenum. Semua daerah yang secara normal terpapar oleh
cairan lambung dipasok dengan baik oleh kelenjar mukus, antara lain
kelenjar ulkus campuran pada esophagus bawah dan meliputi sel mukus
penutup pada mukosa lambung: sel mukus pada leher kelenjar lambung;
kelenjar pilorik profunda (menyekresi sebagian besar mukus): dan akhirnya
kelenjar Brunner pada duodenum bagian atas yang menyekresi mukus yang
sangat alkali (Guyton, 1996).
Sebagian tambahan terhadap perlindungan mukus dari mukosa,
duodenum dilindungi oleh sifat alkali dari sekresi usus halus, terutama adalah
sekresi pancreas yang mengandung sebagian besar natrium bikarbonat,
berfungsi menetralisir asam klorida cairan lambung sehingga menginaktifkan
pepsin untuk mencegah pencernaan mukosa. Sebagai tambahan, ion-ion
bikarbonat disediakan dalam jumlah besar oleh sekresi kelenjar Brunner yang
terletak pada beberapa inci pertama dinding duodenum dan didalam empedu
yang berasal dari hati (Lewis,2000). Akhirnya, dua mekanisme kontrol
umpan balik memastikan bahwa netralisasi cairan lambung ini sudah
sempurna, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Jika asam yang berlebihan memasuki duodenum, secara refleks
mekanisme ini menghambat sekresi dan peristaltic lambung baik secara
persarafan maupun secara hormonal sehingga menurunkan kecepatan
pengosongan lambung.
2) Adanya asam pada usus halus memicu pelepasan sekretin pada mukosa
usus, kemudian melalui darah menuju pancreas untuk menimbulkan
sekresi yang cepat dari cairan pancreas- yang mengandung natrium
bikarbonat berkonsentrasi tinggi - sehingga tersedia natrium bikarbonat
untuk menetralisir asam.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ulkus peptikum dapat
disebabkan oleh salah-satu dari dua judul (10 sekresi asam dan pepsin yang
berlebihan oleh mukosa lambung, atau (2) berkurangnya kemampuan sawar
mukosa gastroduodenalisn untuk berlindung dari sifat pencernaan dari
kompleks asam –pepsin.
2. Penyebab khusus
1) Infeksi bakteri H. pylori
Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling sedikit 75% pasien
ulkus peptikum menderita infeksi kronis pada bagian akhir mukosa
lambung, dan bagian mukosa duodenumoleh bakteri H.pylori. Sekali
pasien terinfeksi, maka infeksi dapat berlangsung seumur hidup kecuali
bila kuman diberantas dengan obat anti bacterial. Lebih lanjut lagi,
bakteri dapat melakukan penetrasi sawar mukosa lambung, baik dengan
kemampuanya sendiri untuk menembus sawar maupun dengan
melepaskan enzin-enzim pencernaan yang mencairkan sawar. Akibatnya,
cairan asam kuat pencernaan yang disekresi oleh lambung dapat
berpenetrasi kedalam jaringan epithelium dan dapat mencernakan epitel,
bahkan juga jaringan-jaringan di sekitarnya. Keadaan ini dapat menuju
pada kondisi ulkus peptikum (Sibernagl, 2007).
2) Peningkatan sekresi asam
Pada kebanyakan pasien yang menderita ulkus peptikum dibagian
awal duodenum, jumlah sekresi asam lambung lebih banyak dari normal,
bahkan sering dua kali lipat dari normal. Walaupun setengah dari
peningkatan asam ini mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri,
percobaan pada hewan ditambah bukti adanya perangsangan berlebihan
sekresi asam lambung oleh saraf pada manusia yang menderita
ulkuspeptikum mengarah kepada sekresi cairan yang berlebihan (Guyton,
1996).
3) Konsumsi obat-obatan.
Obat-obat seperti OAINS/obat anti-inflamasi, nonsteroid- seperti
Indometasin, Ibupropen, Asam Salisilat- mempunyai efek penghambatan
siklo-oksigenase sehingga menghambat sintesis prostaglandin dari asam
arakhidonat secara sistemik- termasuk pada epitel lambung dan
duodenum. Pada sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi HCO3
sehingga memperlemah perlindungan mukosa(Sibernagl, 2007). Efek lain
dari obat ini adalah merusak mukosa local melalui difusi non-ionik ke
dalam sel mukosa. Obat ini juga berdampak terhadap agregasi trombosit
sehingga akan meningkatkan bahaya pendarahan ulkus (Kee, 1995).
4) Stress fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan syaraf
pusat (Lewis, 20000. Bila kondisi stress ini berlanjut, maka kerusakan
epitel akan meluas dan kondisi ulkus peptikum menjadi lebih parah.
VI. Manifestasi Klinik
Secara umum pasien tukak gaster biasanya mengeluh dispesia.
Dispesia adalah suatu sindroma klinik / kumpulan keluhan, beberapa penyakit
saluran cerna seperti, mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa/terapan,
rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Dispesia secara
klinis dibagi atas : 1) Dispesia akibat gangguan motilitas, 2). Dispesia akibat
tukak: 3). Dispesia akibat refluks 4). Dispesia tidak spesifik.
Pasien tukak peptic memberikan ciri ciri keluhan seperti nyeri ulu hati,
rasa tidak nyaman/discomfort, disertai muntah. Pada tukak duodeni rasa sakit
timbul waktu pasien merasa lapar, rasa sakit bisa membangunkan pasien tengah
malam, rasa sakit hilang setelah pasien makan dan minu obat antasida ( Hunger
pain Food Relief = HPFR). Rasa sakit tukak gaster yang timbul setelah makan,
berbeda dengan tukak duodeni yang merasa enak setelah makan, rasa sakit
gaster sebelah kiri dan rasa sakit tukak gaster sebelah kanan, garis tengah perut.
Rasa sakit bermula pada satu titik ( pointing sign) akhirnya difus bisa menjalar
ke punggung. Ini kemungkinan disebabkan penyakit bertambah berat atau
mengalami komplikasi berupa penetrasi tukak ke organ pancreas.
DRP
No Keterangan Solusi
(Drug Related Problem)
1 Ada obat tidak indikasi Tidak ada -
2 Ada indikasi tidak ada obat Tidak ada -
3 Pemilihan obat yang tidak Ada Tertrasiklin,ampisillin dan bismuth sub
tepat salisilat diganti dengan metronidazole 500
mg
4 Gagal terapi obat Ada Ranitidine dan anatasida diganti dengan
omeprazole 20 mg 2 x sehari.
Tertrasiklin,ampisillin dan bismuth sub
salisilat diganti dengan metronidazole 500
mg
5 Dosis subterapeutik Tidak ada -
6 Overdosis atau dosis toksik ada Omeprazole 3 kali sehari diganti menjadi 2
kali sehari
7 Reaksi efek samping obat Tidak ada -
8 Interaksi obat Tidak ada -
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Grace, Pierce & Neil Borley. 2005. At a glance ilmu bedah edisi ketiga.Jakarta
:Erlangga
Mutaqqin, Arif dan Kumala sari. 2011. Gangguan gastrointestinal Aplikasi Asuhan
keperawatan medikal bedah. Jakarta :Salemba Medika.
W. Sutoyo, Aru. 2006. Ilmu penyakit dalam jilid 1 edisi keempat. Jakarta
:Kedokteran indonesia