: Angiospermae
Subfilum
: Dicotyledonae
Divisi
: Lignosae
Famili
: Rubiaceae
Genus
: Morinda
Spesies
: Morinda citrifolia
dimanfaatkan sebagai tanaman obat yaitu sekitar 6,04 kg/m (2006) dan pada tahun
2
laut dengan curah hujan 1500 3500 mm/tahun, pH tanah 5-7, suhu 22-30 C dan
kelembaban 50-70% (Rukmana, 2002). Buah mengkudu memiliki bentuk bulat
sampai lonjong, panjang 10 cm, berwarna kehijauan tetapi menjelang masak menjadi
putih kekuningan (Djauhariya, 2003). Menurut Heyne (1987), daun mengkudu
merupakan daun tunggal berwarna hijau kekuningan, bersilang hadapan, ujung
meruncing dan bertepi rata dengan ukuran panjang 10-40 cm dan lebar 15-17 cm.
Bunga mengkudu berwarna putih, berbau harum dan mempunyai mahkota berbentuk
terompet.
Kandungan Senyawa Kimia Mengkudu
Senyawa kimia dalam tanaman terdiri dari dua bagian, yaitu senyawa
metabolit primer atau yang disebut dengan senyawa bermolekul besar dan senyawa
metabolit sekunder atau yang disebut dengan senyawa bermolekul kecil (Sirait,
2007). Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman mengkudu
diantaranya alkaloid dan antrakuinon yang berfungsi sebagai antibakteri dan anti
kanker (Rukmana, 2002). Menurut Solomon (2002) senyawa antrakuinon, alkaloid
dan glikosida terdapat hampir pada semua bagian tanaman mengkudu terutama
bagian daun dan buahnya yang berfungsi untuk mengobati masalah pencernaan dan
gangguan jantung. Senyawa aktif tersebut bersifat bakterisidal pada bakteri
Staphylococcus yang menyebabkan infeksi pada jantung dan Shigella yang
menyebakan disentri, selain itu juga dapat mematikan bakteri penyebab infeksi
diantaranya Salmonella sp, E. Coli dan Bacillus sp. (Solomon, 2002).
Sirait (2007) menyatakan bahwa alkaloid adalah hasil senyawa metabolisme
sekunder terbesar dalam tumbuhan yang mengandung atom nitrogen basa sebagai
gabungan dari sistem heterosiklik. Senyawa alkaloid sering digunakan dalam bidang
4
pengobatan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram
negatif (Karou et al., 2006). Robinson (1995) menyatakan bahwa senyawa alkaloid
dapat mengganggu terbentuknya jembatan seberang silang komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
utuh dan menyebabkan kematian sel. Struktur kimia alkaloid dapat dilihat pada
Gambar 2.
bahwa
saponin
memiliki
kemampuan
untuk
meningkatkan
permeabilitas membran sel usus, sehingga akan memudahkan molekul besar terserap
dalam tubuh dan terjadi peningkatan nutrien yang dideposit oleh tubuh serta
berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan. Struktur kimia saponin dapat dilihat
pada Gambar 3.
ayam dalam kondisi stres dan akan mengurangi konsumsi ransumnya (Leeson dan
Summers, 2000). Menurut Appleby et al. (2004), suhu lingkungan normal dalam
0
pemeliharaan ayam broiler adalah 19-28 C, diatas suhu tersebut ayam akan
mengalami stres dan melakukan proses homeostatis dengan cara panting, sehingga
mengurangi konsumsi ransum dan meningkatkan konsumsi air minum. Bobot badan,
konsumsi ransum dan konversi ransum ayam broiler (NRC, 1994) disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan Konversi Ransum Ayam
Broiler Umur 1-5 Minggu
Umur
(minggu)
1
Bobot Badan
(g/ekor/minggu)
146
Konsumsi Ransum
(g/ekor/minggu)
133
Konversi Ransum
360
282
1,13
653
467
1,33
1025
673
1,49
1460
849
1,64
0,89
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan dalam waktu
tertentu yang akan digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup (Wahju,
2004). Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ransum adalah besar tubuh
hewan, makanan yang diberikan dan lingkungan tempat hewan tersebut dipelihara
(Parrakasi, 1999). Konsumsi ransum dipengaruhi pula oleh bentuk ransum,
kandungan energi ransum, kesehatan ternak, suhu lingkungan, zat makanan dalam
ransum, kecepatan pertumbuhan dan stres (Leeson dan Summers, 2001). Tingkat
energi dalam ransum menentukan banyaknya ransum yang dikonsumsi, semakin
tinggi energi ransum maka konsumsi akan semakin menurun (Scott et al., 1982).
Tingginya energi dalam ransum harus diimbangi dengan protein, mineral dan vitamin
(Scanes et al., 2004).
Konversi Ransum
Konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang
dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu (North
dan Bell, 1990). Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau
7
menyusun ransum yang berkualitas. Nilai konversi ransum merupakan suatu ukuran
untuk menilai efisiensi dalam penggunaan ransum, semakin rendah konversi ransum
maka akan semakin efisien karena semakin sedikit jumlah ransum yang dibutuhkan
untuk menghasilkan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu (Lacy
dan Vest, 2004). Nilai konversi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
dasar genetik, tipe pakan yang digunakan, temperatur, feed additive yang digunakan
dalam ransum dan manajemen pemeliharaan (James, 2004). Scanes et al. (2004)
menyatakan bahwa pemberian pakan unggas dalam bentuk crumble dan pellet
memiliki nilai konversi ransum yang lebih baik dibandingkan dengan pakan
berbentuk mash, karena dapat mengurangi jumlah kehilangan pakan dalam litter.
Ayam broiler yang diberikan ampas mengkudu dengan taraf 4,8 g/kg ransum dapat
meningkatkan konversi ransum hingga 5% (Bintang et al., 2007).
Konsumsi Air Minum
Air merupakan senyawa yang penting dalam tubuh makhluk hidup. Fungsi air
diantaranya untuk mengatur suhu tubuh karena air bersifat mudah menguap,
mentransformasikan zat makanan dan metabolit dari semua sel dalam tubuh,
membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan
fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmotik dan konsentrasi elektrolit (Scott et
al., 1982). Pada ayam broiler konsumsi air minum berhubungan erat dengan
konsumsi
ransum.
Menurut
Ensminger
(1992),
umumnya
ayam
broiler
mengkonsumsi air minum dua kali lebih banyak dari bobot ransum yang dikonsumsi.
Konsumsi air minum tersebut juga akan meningkat pada saat ayam berada pada
temperatur lingkungan yang tinggi (Leeson dan Summer, 2001). Jumlah kebutuhan
air minum ayam broiler umur 1-5 minggu (NRC, 1994) disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Kebutuhan Air Minum Ayam Broiler Umur 1-5 Minggu
Minggu ke-
225
480
725
1000
1250
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah suatu proses peningkatan dalam ukuran tulang, otot,
organ dalam dan bagian tubuh lainnya (Scanes et al., 2004). Menurut North (1984),
kecepatan pertumbuhan pada ayam broiler mempunyai variasi yang cukup besar
tergantung pada tipe ayam, strain, jenis kelamin, umur hewan dan keseimbangan
ransum. Rasyaf (2003) menyatakan bahwa faktor lingkungan seperti suhu, mutu
makanan, sistem perkandangan dan pengendalian penyakit juga sangat berpengaruh
penting pada kecepatan pertumbuhan ayam broiler. Pertumbuhan broiler pada
minggu-minggu terakhir sebanyak 50 sampai 70 gram per hari, sehingga
pertumbuhan yang cepat tersebut harus diimbangi dengan ketersediaan pakan yang
cukup (Amrullah, 2004).
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses yang secara selektif mengambil zat terlarut
dari campuran dengan bantuan pelarut. Menurut Bombardelli (1991), ekstraksi
senyawa aktif tanaman obat adalah pemisahan secara fisik atau kimiawi dengan
menggunakan cairan atau padatan. Pemikiran metode ekstraksi disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif dan sifat
kelarutan dalam pelarut yang akan digunakan (Harbone, 1987). Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah selektifitas, kemampuan mengekstrak,
toksisitas, kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut. Achmadi (1992)
menyatakan beberapa pertimbangan dalam memilih pelarut yaitu:
1. Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan
melarutkan senyawa non polar.
2. Air cenderung melarutkan senyawa anorganik dan garam dari asam maupun basa
organik.
Harbone (1987) menyatakan bahwa maserasi adalah metode ekstraksi dengan
cara merendam sampel menggunakan pelarut dengan atau tanpa pengadukan dan
biasanya dilakukan selama sehari semalam (24 jam) tanpa menggunakan pemanas.
Tujuan dari maserasi atau perendaman adalah agar zat aktif yang terdapat di dalam
tumbuhan akan lepas dan mudah masuk ke dalam pelarut, sehingga senyawa yang
diharapkan dalam tanaman dapat terekstrak secara sempurna (Howard, 1989).
Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sering digunakan dibanding
9
adalah di saluran pencernaan, dapat tumbuh pada suhu antara 5-47 C dan suhu
0
10
penurunan nafsu makan, dehidrasi, lesu, sayap terkulai dan juga terjadi gangguan
syaraf
Salmonellosis pada unggas tergantung dari serotif dan strain bakteri, umur dan
genetik inang serta pintu masuk infeksi. Pada anak ayam umur lebih dari 3 minggu
yang terinfeksi Salmonella biasanya tidak menimbulkan gejala klinis dan tidak
mematikan, tetapi ayam yang sembuh dari infeksi dapat menjadi karier menahun
yang sewaktu-waktu dapat mengekskresikan bakteri Salmonella pada fesesnya
(Poernomo et al., 1997).
Antibiotik Tetrasiklin
Antibiotik adalah komponen kimia yang diproduksi secara biologi oleh
organisme seperti jamur atau fungi, bakteri dan tumbuhan yang mempunyai sifat
bakteriostatik atau bakteriosidal (Scanes et al., 2004). Menurut Siswandono dan
Soekardjo (1995), cara kerja antibiotik adalah sebagai berikut : (1). Menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi toksin diantaranya menghalangi
atau membunuh mikroorganisme yang menimbulkan infeksi subklinis dan yang
bersaing dengan induk semang dalam menyediakan nutrien; (2). Meningkatkan
kapasitas daya serap usus, hal tersebut berdasarkan pada pengamatan bahwa
pemberian antibiotik menyebabkan dinding usus menjadi tipis, sehingga daya serap
usus akan zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh semakin meningkat. Efek dari
penggunaan antibiotik antara lain: (1). Antibiotik dapat mencegah penyakit terutama
dalam
saluran
pencernaan;
(2).Antibiotik
dapat
menghambat
pertumbuhan
12