DINDA FEBRIANI
P07539021048
2B
LATAR BELAKANG
Obat dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa
kehamilan. Selama kehamilan dan menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai
keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu hamil
menggunakan obat dan suplemen pada periode organogenesis sedang berlangsung
sehingga risiko terjadi cacat janin lebih besar. Di sisi lain, banyak ibu yang sedang
menyusui menggunakan obat-obatan yang dapat memberikan efek yang tidak
dikehendaki pada bayi yang disusui.
Pada proses menyusui, pemberian beberapa obat (misalnya ergotamin) untuk perawatan
si ibu dapat membahayakan bayi yang baru lahir, sedangkan pemberian digoxin sedikit
pengaruhnya. Beberapa obat yang dapat menghalangi proses pengeluaran ASI antara lain
misalnya estrogen.
Keracunan pada bayi yang baru lahir dapat terjadi jika obat bercampur dengan ASI
secara farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi obat pada ASI (misalnya
iodida) dapat melebihi yang ada di plasenta sehingga dosis terapeutik pada ibu dapat
menyebabkan bayi keracunan. Beberapa jenis obat menghambat proses menyusui bayi
(misalnya phenobarbital). Obat pada ASI secara teoritis dapat menyebabkan
hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam konsentrasi yang sangat kecil pada efek
farmakologi.
KEHAMILAN
Proses kehamilan di dahului oleh proses pembuahan satu sel telur yang
bersatu dengan sel spermatozoa dan hasilnya akan terbentuk zigot. Zigot
mulai membelah diri satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat
sel dan seterusnya.
Toksoplasmosis
Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik yang disebabkan
oleh Toxoplasma gondii. Pola transmisinya ialah transplasenta pada Bila infeksi ini
mengenai ibu hamil trimester pertama akan menyebabkan 20 % janin terinfeksi
toksoplasma atau kematian janin, sedangkan bila ibu terinfeksi pada trimester ke
tiga 65 % janin akan terinfeksi. Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan
cara : memasak daging sampai matang, menggunakan sarung tangan baik saat
memberi makan maupun membersihkan kotoran hewan ternak, dan menjaga
tempat bermain anak tidak tercemar kotoran hewan ternak.
Sifilis
Penyakit ini disebabkan infeksi Treponema pallidum. Penyakit ini dapat ditularkan
melalui plasenta sepanjang masa kehamilan. Infeksi penyakit ini juga dapat
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah, atau bahkan kematian
janin. Pencegahan antara lain dengan cara : promosi kesehatan tentang penyakit
menular seksual, mengontrol prostitusi bekerjasama dengan lembaga sosial,
memperbanyak pelayanan diagnosis dini dan pengobatannya, untuk penderita
yang dirawat dilakukan isolasi terutama terhadap sekresi dan ekresi penderita.
HIV/AIDS
Penyakit ini terjadi karena infeksi retrovirus. Pada janin penularan terjadi
secara transplasenta, tetapi dapat juga akibat pemaparan darah dan sekret
serviks selama persalinan. Kebanyakan bayi terinfeksi HIV belum
menunjukan gejala pada saat lahir. Pencegahan antara lain dengan cara :
menghindari kontak seksual dengan banyak pasangan terutama hubungan
seks anal, skrining donor darah lebih ketat dan pengolahan darah dan
produknya dengan lebih hati – hati.
MASTITIS
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis, Dua penyebab utama mastitis adalah
stasis ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah
staphilokokus aureus. Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat
kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI.
Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.
Pengobatan :
• Lanjutkan menyusui
• Berikan kompres panas pada area yang sakit
• Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
• Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik
(Ibuprofen, asetaminofen) untuk mangurangi demam dan nyeri
• Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (<390C),
periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
• Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam
dan gejala berkurang.
KANDIDA/SARIAWAN
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah
pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang
menyolok menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan
setelah menyusui.
Bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah,
tampak luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-
kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat
merasakan nyeri dan menolak untuk mengisap.
Pengobatan :
• Obati ibu dan bayinya
• Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan
payudara setiap kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan
gusi bayi setiap kali sehabis menyusui
• Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum
menyusui untuk mengurangi nyeri
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV di dalam
darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva, urin dan ASI. Janin
mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah kongenital yang paling
serius terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang memiliki CMV primer selama
kehamilan
Perawatan :
Bayi cukup bulan
Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah terbukti seropositif
selama kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang terinfeksi akan mengarah pada
infeksi CMV dan sero-konversi dari bayi tanpa akibat yang merugikan.
Bayi preterm
Pertimbangkan dengan hati-hati faktor risiko pemberian ASI dari ibu yang
terinfeksi CMV pada bayi prematur khususnya jika bayi seronegatif. Segera ke
neonatolog untuk evaluasi dan pembuatan keputusan
HEPATITIS B (HBV)
HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan) dan ditularkan
melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi tubuh atau transfusi darah.
Bayi yang lahir dari ibu dengan HBV + langsung tertular, kebanyakan terinfeksi di
dalam rahim.
Perawatan :
• Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir.
Selain itu, bayi harus menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
• Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV
HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5-10%),
persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%). Karena mayoritas pengguna
narkoba suntukan yang terinfeksi HIV berusia reprodukasi aktif (15-24 tahun),
maka diperkirakan jumlah kehamilan dengan HIV positif akan meningkat. Dengan
intervensi yang tepat maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 25-45%
bisa ditekan menjadi kurang dari 2%
FARMAKOKINETIKA PADA KEHAMILAN
Gerakan saluran cerna menurun pada kehamilan tetapi tidak menimbulkan efek
yang bermakna pada absorpsi obat. Walau demikian kenaikan kadar estrogen
dan progesteron akan dapat secara kompetitif menginduksi metabolisme obat
lain, misalnya fenitoin atau menginhibisi metabolisme obat lain misalnya teofilin.
Peningkatan aliran darah ke ginjal dapat mempengaruhi bersihan (clearance)
ginjal obat yang eliminasi nya terutama lewat ginjal, contohnya penicilin.
Metabolisme obat di plasenta dan di janin.
Dua mekanisme yang ikut melindungi janin dari obat disirkulasi ibu adalah.
Plasenta yang berperan sebagai penghalang semipermiabel juga sebagai tempat
metabolisme beberapa obat yang melewatinya. Sebaliknya, kapasitas
metabolisme plasenta ini akan menyebabkan terbentuknya atau meningkatkan
jumlah metabolit yang toksik, misalnya etanol dan benzopiren.
Obat-obat yang melewati plasenta akan memasuki sirkulasi janin lewat vena
umbilikal. Sekitar 40-60% darah yang masuk tersebut akan masuk hati
janin, sisanya akan langsung masuk ke sirkulasi umum janin. Obat-obat yang
bersifat teratogenik adalah asam lemah, misalnya talidomid, asam
valproat, isotretinoin, warfarin. Hal ini diduga karena asam lemah akan mengubah
pH sel embrio.
FARMAKODINAMIK PADA KEHAMILAN
FARMAKOKINETIKA BAYI
Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda.
Sedangkan farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari.
Kemungkinan sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh, dari
hasil penelitian bahwa sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi.