Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan


rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan
kokoh. Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala
melalui cara tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya,
informasi tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang dipertanyakan
sebelumnya.

Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan populasi


dan sampel penelitian. Kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan penarikan
sampel, karena metode penarikan sampel lebih praktis, biayanya lebih hemat,
serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan dengan
metode sensus. Penentuan sampel dari suatu populasi, disebut sebagai penarikan
sampel.

Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti atau menyelidiki


karakteristik objek penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan antara lain objek
yang diteliti sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti bersifat homogen, tidak
mungkin meneliti secara fisik seluruh objek dalam populasi, untuk menghemat
biaya, untuk menghemat waktu dan tenaga, serta keakuratan hasil sampling.

Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis, baik


pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian dengan pendekatan
kualitatif, setidaknya terdapat dua hal yang menjadi masalah atau persoalan yang
dihadapi, yaitu pertama, bahwa persoalan sampling adalah proses untuk
mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini sampel harus benar-benar bisa
mencerminkan keadaan populasi, artinya kesimpulan hasil penelitian yang
diangkat dari sampel harus merupakan kesimpulan atas populasi. Sehingga
masalah yang dihadapi adalah bagaimana memperoleh sampel yang representatif,
yaitu sampel yang dapat mewakili elemen lain dalam populasi atau
mencerminkan keadaan populasi. Kedua, masalah yang dihadapi dalam penelitian
yang menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah tentang bagaimana proses

1
pengambilan sampel dan berapa banyak unit analisis yang akan diambil. Sehingga
masalah yang dihadapi diantaranya teknik penarikan sampel manakah yang cocok
dengan karakteristik populasi, tujuan dan masalah penelitian yang akan dikaji.
Selain itu berapa banyak unit analisis atau ukuran sampel (sample size) yang akan
dilibatkan dalam kegiatan penelitian.

Berdasarkan pengertian diatas, maka makalah ini membahas materi


mengenai populasi dan sampel dalam penelitian kuantitatif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pengertian populasi?


2. Apa yang dimaksud pengertian sampel?
3. Apa saja teknik pengambilan sampel?
4. Bagaimana Besarnya Sampel dalam penelitian?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian populasi.


2. Untuk mengetahui pengertian sampel.
3. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam pengambilan sampel.
4. Untuk mengetahi ukuran besarnya sampel dalam penelitian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN POPULASI
Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang
menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian.Objek penelitian dapat
berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup,
dan sebagainya.Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan
menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi.
Apabila kita lihat definisi tersebut, pengertian populasi bisa sangat beragam
sehingga kita harus mendefinisikan populasi tersebut dengan jelas dan tepat. Dilain
pihak, sampel yang merupakan pewakil dari populasi harus dapat menggambarkan
karakteristik populasi tersebut karena sampel digunakan untuk menggeneralisasi
suatu populasi. Dengan demikian, sampel harus betul-betul bersifat representatif
sehingga dapat mewakili dan mencerminkan karakteristik populasi dari mana
sampel itu diambil.
Berikut ini adalah contoh suatu populasi:

1. Populasi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad)


2. Populasi Mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta)
3. Populasi Mahasiswa Agroteknologi, Faperta, Unpad
4. Populasi Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta, Unpad
5. Populasi Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta,
Unpad

Apabila kita perhatikan contoh populasi di atas, pengertian populasi di sana


bersifat relatif, pendefinisiannya tergantung dari si Peneliti, apakah dia ingin
mengetahui Populasi Mahasiswa Unpad secara keseluruhan ataukah hanya tertarik
pada populasi mahasiswa Agroteknologi angkatan 2009 saja.
Kita harus hati-hati dalam mendefinisikan suatu populasi. Populasi harus
didefinisikan dengan jelas dan tepat. Misalnya, kita ingin mengetahui rata-rata
nilai IPK mahasiswa Unpad. Berarti parameter/sifat/ciri yang ingin diketahui
adalah rata-rata nilai IPK mahasiswa dan obyek yang ditelitinya
adalah Mahasiswa Unpad. Jika kita merumuskan populasi seperti ini, rumusannya
sudah jelas tapi belum tepat. Jelas maksudnya: (1) parameter yang ingin diteliti
sudah jelas, yaitu Nilai IPK mahasiswa Unpad dan bukan parameter lain, seperti
tinggi, nilai IQ dan sebagainya (2) populasinya hanya mahasiswa Unpad bukan
nilai IPK mahasiswa dari universitas lain. Belum tepat maksudnya, apabila kita

3
berbicara tentang mahasiswa Unpad cakupannya cukup luas. Apakah kita akan
mendata nilai IPK semua mahasiswa Unpad dari semua angkatan, baik yang masih
aktif, non aktif, meninggal, DO, maupun yang sudah lulus?
Dengan demikian, batasan ruang lingkup dari populasi yang akan diteliti harus
didefinisikan dengan jelas dan tepat, karena semua kesimpulan yang nantinya akan
diperoleh dari hasil penarikan contoh (sampel) hanya berlaku untuk populasi yang
dimaksud, bukan untuk populasi yang berada diluar batasan ruang lingkup yang
diberikan.
Perhatikan pendefinisian populasi berikut:
"Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009,
Faperta Unpad, yang masih aktif"
Pendefinisian populasi seperti ini sudah jelas batas ruang lingkupnya, sehingga
kesimpulan apapun yang diberikan terhadap suatu sampel yang diambil dari
populasi tersebut hanya berlaku untuk populasi yang dibatasi oleh Mahasiswa
Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta, Unpad, yang masih aktif kuliah dan tidak
berlaku untuk mahasiswa lainnya yang berada diluar ruang lingkup tersebut. Jadi
hanya menggambarkan keadaan rata-rata nilai IPK mahasiswa pada ruang lingkup
tersebut.
Populasi dapat dibagi berdasarkan keadaan (kompleksitasnya) dan berdasarkan
ukurannya. Menurut keadaannya populasi dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu Populasi Homogen, dan Populasi Heterogen. Berdasarkan ukurannya,
populasi juga dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi Terhingga, dan Populasi
Tak Terhingga.
Populasi berdasarkan keadaannya:
1. Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari
populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama
lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan di bidang eksakta,
misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui manis tidaknya
secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes
cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut.
2. Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari
populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama
lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian sosial
dan perilaku, yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan
manusia yang bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita ingin
mengetahui rata-rata IQ mahasiswa Unpad angkatan 2009 (berarti rata-rata
dari semua Fakultas). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas
kemungkinan besar bervariasi, IQ mahasiswa Fakultas Kedokteran relatif

4
lebih tinggi dibanding dengan rata-rata IQ mahasiswa Fakultas lainnya,
sehingga kita bisa mengatakan bahwa populasi tersebut keadaannya
heterogen. Untuk mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan
penelitian, perlu adanya pengelompokan berdasarkan karakteristiknya,
sehingga dari populasi yang ada digrupkan dalam beberapa kelompok, yang
nantinya kelompok-kelompok tersebut akan hogomen dalam kelompoknya,
tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat heterogen diantara kelompkonya.
Pada pemisalan sebelumnya, kelompok identik dengan Fakultas.
Populasi berdasarkan ukurannya:
1. Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota
populasi dapat diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan
kata lain, jelas batas-batasnya secara kuantitatif, misalnya:

a) Banyaknya Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta,


Unpad
b) Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu
c) Panjang ikan di sebuah danau

2. Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hinggabilamana anggota


populasinya tidak dapat diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya,
dengan kata lain, batas-batasnya tidak dapat ditentukan secara kuantitatif,
misalnya:

a) Air di lautan
b) Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.
c) Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi
d) Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik

Namun demikian, dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai


adanya populasi terhingga dianggap sebagai populasi tak terhingga, dan hal
seperti ini dibenarkan secara statistika, misalnya banyaknya orang Indonesia yang
merokok, banyaknya penduduk Indonesia sekarang, dan sebagainya.
B. SAMPEL
Dalam statistik inferensial, kita ingin mengetahui gambaran karakteristik
tertentu dari suatu populasi, namun terkadang hal tersebut terkadang tidak
mungkin dan tidak praktis untuk mengamati seluruh obyek/individu yang
menyusun suatu populasi. Pedagang eceran beras hanya meneliti segenggam beras
untuk menentukan kualitas sekarang beras. Pedagang emas hanya meneliti bekas
gosokan dari perhiasan tersebut untuk menentukan kualitas emas perhiasan

5
tersebut. Peneliti lingkungan hanya meneliti beberapa milliliter air untuk
menentukan kualitas air pada suatu sungai atau danau. Pertanyaannya, mengapa
tidak meneliti secara keseluruhan, bukankah hasilnya akan lebih baik dan lebih
tepat?
Mengingat seorang peneliti dalam melakukan penelitian penuh dengan
keterbatasan baik dari segi biaya, waktu, dan lain sebagainya maka penelitian yang
dilakukan untuk mengumpulkan informasi atau data yang diinginkan sesuai
dengan permasalah yang diteliti ditempuh dengan mengambil sebagian dari
populasi, dengan mempertimbangkan ketebatasan yang ada dari peneliti. Bagian
dari populasi tersebut sebagai tempat untuk mengumpulkan informasi dinamakan
contoh (sampel).
Dengan demikian, sampel merupakan bagian dari populasiyang dipilih
dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang
dimiliki populasi.
Dari definisi tersebut jelas bahwa sampel yang kita ambil digunakan untuk
menggambarkan karakteristik suatu populasi, atau dengan kata lain, sampel
digunakan untuk menggeneralisasi suatu populasi. Dengan demikian, sampel harus
betul-betul bersifat representatif sehingga dapat mewakili dan mencerminkan
karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil.
Perhatikan gambaran sampel representatif pada gambar di bawah ini. Area yang
berwarna lebih muda menggambarkan konsentrasi/nilai rendah dan yang berwarna
tua menggabarkan konsentrasi/nilai yang tinggi. Sampel yang refresentatif harus
bisa mewakili nilai dari populasi sehingga peluang terambilnya warna muda,
menengah, atau warna tua harus sama atau proporsional.

Seorang peneliti, jarang mengamati keseluruhan populasi karena dua alasan:

1. Biaya terlalu tinggi


2. Populasi bersifat dinamis, yaitu unsur-unsur populasi bisa berubah dari waktu
ke waktu.

Ada tiga keuntungan utama pengambilan sampel:

1. Biaya lebih rendah,


2. Pengumpulan data lebih cepat, dan

6
3. Hal ini mungkin untuk memastikan keseragaman dan untuk meningkatkan
akurasi dan kualitas data karena kumpulan data lebih kecil .

Jenis-Jenis sampel
Dalam proses pemilihan sampel ada dua faktor penentu yang berperan yaitu:

1. Ada atau tidak adanya faktor pengacakan, dan


2. Peran orang yang memilih (mengambil) sampel tersebut.

Pada proses pengambilan sampel dengan menggunakan faktor pengacakan


didalamnya termasuk unsur-unsur peluang, sedangkan peran dari orang pemilih
sampel dapat bersifat obyektif dan dapat pula bersifat subyektif.
1. Sifat obyektif dalam memilih sampel adalah suatu cara pemilihan sampel
yang menggunakan metode tertentu yang jelas, sehingga penarikan sampel
tersebut bila dilakukan oleh orang lain akan diperoleh hasil yang tidak jauh
berbeda dari penarikan sampel sebelumnya, dalam menduga sifat atau ciri
populasinya. Jadi dengan pengambilan sampel dengan menggunakan metode
tertentu dan jelas, akan diperoleh sampel yang konsisten, artinya bila
pengambilan sampel dilakukan secar berulang-ulang terhadap populasi yang
sama hasilnya tetap terkendali dalam arti tetap menggambarkan sifat atau ciri
dari populasinya, walaupun hasilnya tidak persis sama antara yang satu
dengan yang lainnya.
2. Sifat subyektif dalam memilih sampel adalah suatu pemilihan sampel dengan
melibatkan pertimbangan pribadi dari pengambil sampel untuk mengambil
sampel yang baik menurut versinya sendiri (versi peneliti). Dengan demikian
sampel yang diperoleh merupakan sampel yang berbias, apalagi orang yang
memilih cotnoh sampel mempunyai latar belakang yang kurang terhadap
konsep statistika khususnya konsep tentang teori penarikan sampel.

C. TEKNIK SAMPLING/ SAMPEL

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk


menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan. Dalam penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d,
Prof. Dr. Sugiyono (2010) menyatakan Secara skematis, teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non
probability Sampling.

7
1. Probabillity Sampling (pengambilan sampel bardasarkan peluang)

Probabillity Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan


peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini meliputi:

a. Simple Random Sampling (pengambilan sampel secara acak)

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel


dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Prosedur pengambilan sampel dalam suatu survei
biasanya dilakukan tanpa pengembalian. Pengambilan sampel tanpa
pengembalian seperti ini disebut simple random sampling (Bailey, 1982).

Misalnya : “Populasi adalah siswa SD XX Jakarta yang berjumlah 500


orang, jumlah sampel ditentukan dengan tabel solvin, dengan tingkat
kesalahan sebesar 5 % sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 217.
Jumlah sampel 217 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa
memerhatikan kelas, usia, dan jenis kelamin.

b. Stratified Random Sampling

Teknik ini membantu menaksir parameter populasi mungkin terdapat


sub kelompok elemen yang bisa di identifikasikan dalam populasi yang
dapatdiperkirakan memiliki parameter yang berbeda pada suatu variabel
yang diteliti.

Misalnya populasi adalah mahasiswa fakultas ekonomi perguruan tinggi X


berjumlah 365. Peneliti membagi dua grup (pria dan wanita), 146
mahasiswa (40%) dan 219 mahasiswi (60%) dari dua grup ini peneliti
mengambil 66 responden darimaha siswi (60%) dan 44 responden
mahasiswa (40%).

c. Propotionate Stratified Random Sampling

Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun


penentuan sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam
populasi.

Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 150. Dengan


rumus Slovin (lihat contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh

8
besar sampel adalah 108. Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian
(marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing berjumlah

Marketing : 25

Produksi : 85

Penjualan : 40

Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng


bagian tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml
populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan

Marketing : 25 / 150 x 108 = 17,9 dibulatkan 18

Produksi : 85 / 150 x 108 = 61,19 dibulatkan 61

Penjualan : 40 / 150 x 108 = 28,79 dibulatkan 29

Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 18 + 61 + 29 = 108


sampel.

Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah


heterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja
sehingga besaran sampel pada masing-masing strata atau kelompok diambil
secara proporsional untuk memperoleh besaran sampel pada masin-masing
kelompok.

d. Disproportionate Stratified Random Sampling

Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir


mirip dengan proportionate stratified random sampling dalam hal
heterogenitas populasi. Namun, ketidak proporsionalan penentuan sample
didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata namun
kurang proporsional pembagiannya.

Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang


berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2.
Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :

SMP : 100 orang

9
SMA : 700 orang

DIII : 180 orang

S1 : 10 orang

S2 : 10 orang

Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak


seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua
kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel.

e. Cluster sampling (Area Sampling)

Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau
populasi sangat luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau
karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh provinsi. Untuk menentukan
mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi terlebih dahulu
ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample yang digunakan
pada masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik
proporsional stratified random sampling mengingat jumlahnya yang bisa
saja berbeda.

Misalnya: Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar


mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh
Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam berbagai
provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai
berikut :

Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan


secara acak 10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.

Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak


yang selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari
Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU tingkat Kabupaten yang
akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan
seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel.
Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini
diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.

10
2. Non Probabilty Sampel

Non Probabilty Sampel adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap


anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai
sempel. Teknik sampel ini meliputi:

a. Sampling sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampil berdasarkan urutan


dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya, penelitian
tentang kinerja karyawan bagian marketing di suatu perusahaan. Maka kita
buat daftar nama karyawan lalu ambil sampel, misalnya berdasarkan no.
Ganjil, no. Genap, kelipatan 2,5 dan lain-lain.

b. Sampling Kuota

Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi


yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap
kemampuan mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota
dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per sekolah.

c. Sampling Insidential

Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau


siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang
dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan
dijadikan sampel.Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada
pelayanan Mall A. Sampel ditentukan berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15
tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa saja yang kebetulan
bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun)
akan dijadikan sampel.

d. Sampling Purposive

Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan


pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti
ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin tertentu. Maka
sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui
dengan jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang pola pembinaan
olahraga renang. Maka sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih renang

11
yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya
dilakukan pada penelitian kualitatif.

e. Sampling Jenuh (Boring Sampling)

Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya


dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Saya sendiri
lebih senang menyebutnya total sampling.Misalnya akan dilakukan
penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru
hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula


kecil kemudian terus membesar ibarat bola salju (seperti Multi Level
Marketing….). Misalnya akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran
narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian
terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden
terus berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas
permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian
kualitatif.

D.UKURAN SAMPEL
Beberapa pendapat ahli mengenai ukuran sampel adalah sebagai berikut :
Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya.
Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel
yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digenelisir.
Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis
penelitiannya.
Jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka sampel minimunya adalah 10%
dari populasiJika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30
subjekApabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per
groupApabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per
group
Tidak jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga memberikan
beberapa panduan untuk menentukan ukuran sampel yaitu :

12
Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitianJika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita,
junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori
adalah tepatDalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam
penelitianUntuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen
yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil
antara 10 sampai dengan 20
Slovin (1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan formula
N = n/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki
adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum untuk :
Penelitian deskriptif sebanyak 100Penelitian korelasional sebanyak
50Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/groupPenelitian eksperimental
sebanyak 30/15 per group
Malhotra (1993) memberikan panduan ukuran sampel yang diambil dapat
ditentukan dengan cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah
variabel. Dengan demikian jika jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka
sampel minimalnya adalah 5 x 20 = 100
Rumus Pengambilan Sampel
Banyak rumus pengambilan sampel penelitian yang dapat digunakan untuk
menentukan jumlah sampel penelitian. Pada prinsipnya penggunaan rumus-rumus
penarikan sample penelitian digunakan untuk mempermudah teknis penelitian.
Sebagai misal, bila populasi penelitian terbilang sangat banyak atau mencapai
jumlah ribuan atau wilayah populasi terlalu luas, maka penggunaan rumus
pengambilan sample tertentu dimaksudkan untuk memperkecil jumlah
pengambilan sampel atau mempersempit wilayah populasi agar teknis penelitian
menjadi lancar dan efisien.Contoh-contoh praktis pengambilan sampel yang paling
banyak digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Ukuran sampel dengan teori slovin (1960)

13
Salah satu literatur yang paling banyak digunakan adalah penentuan ukuran
sampel menggunakan rumus slovin (1960). Seorang ahli yang bernama slovin
ini ternyata sampai saat ini belum diketahui Siapa nama aslinya, bahkan
pernah menjadi perdebatan mengenai tahun terbit dari naskah yang ditulis
oleh slovin ini yaitu tahun 1960 dan 1843.
RUMUS SAMPEL : RUMUS SLOVIN
Slovin (1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan formula
N = n/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95.
2. Ukuran sampel penelitian berdasarkan proporsi (tabel isaac dan michael)
Menentukan ukuran sampel penelitian menggunakan tabel Isaac dan Michael
sedikit lebih mudah, dimana sudah ditentukan tingkat kesalahan untuk 1%,
5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan
besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki.
3. Menentukan ukuran sampel penelitian dengan formula lemeshow untuk
populasi tidak diketahui
Formula Limeshow ini memang mirip dengan formula penentuan sampel
kategori Cochran.
n=z2P(1−P)d2
dimana
n = jumlah sampel yang dicari
z = nilai tabel normal dengan alpha tertentu
p = fokus kasus
d = alpha (0.05) atau 5% dari tingkat kepercayaan 95% yang umum
digunakan dalam penelitian-penelitian.
4. Yang perlu diperhatikan dalam penentuan ukuran sampel

14
Ada dua hal yang menjadi pertimbannga dalam menentukan ukuran sample.
Pertama ketelitian (presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).
Ketelitian mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik
populasi. Keyakinan adaah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi
pengambilan sampel dari rata-rata sampel. Variabilitas ini disebut dengan
standar error, disimbolkan dengan S-x
Semakin dekat kita menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili
karakteristik populasi, maka semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan.
Semakin tinggi ketelitian, maka semakin besar ukuran sampel yang
diperlukan, terutama jika variabilitas dalam populasi tersebut besar.
Sedangkan keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita
benar-benar berlaku bagi populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari
0 – 100%. Keyakinan 95% adalah tingkat lazim yang digunakan pada
penelitian sosial / bisnis. Makna dari keyakinan 95% (alpha 0.05) ini adalah
“setidaknya ada 95 dari 100, taksiran sampel akan mencerminkan populasi
yang sebenarnya”.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.

Sampel adalah bagian darui populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama
dari objek yang merupakan sumber data. Secara sederhana sampel dapat
dikatakan, bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan
mewakili populasi tersebut.

Jenis-jenis populasi diantaranya Populasi berdasarkan atas jumlah,


dibedakan menjadi: Populasi terbatas (definite), dan Populasi tak terbatas
(indefinite). Populasi berdasarkan atas turunan dari populasi terbatas tetapi
dengan ruang lingkupyang lebih diersempit, yang digolongkan menjadi: Populasi
teoritis, dan populasi tersedia. Populasi berdasarkan atas variasi unsur pembentuk
sumber data yaitu: Populasi bersifat homogen, dan populasi bersifat heterogen.

Cara pengambilan sampel atau teknik sampling secara garis besar dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu Probabillity Sampling (pengambilan sampel
bardasarkan peluang), dan Nonprobability sampling (pengambilan sampel tidak
berdasarkan peluang).

B. Saran
Besar harapan kami pembaca dapat merasakan manfaat dari hasil kerja
kami dan kritik pembaca yang bersifat membangun dapat menjadi pelajaran
berharga untuk kami menjadi lebih baik lagi mambuat suatu makalah selanjutnya.
Dan kami berharap dalam melakukan penelitian, mahasiswa diharuskan
mengikuti aturan-aturan dan juga prosedur-prosedur, agar penelitian yang
dilakukan diharapkan memiliki jawaban yang akurat terhadap suatu
permasalahan.

16
DAFTAR RUJUKAN

http://eki-blogger.blogspot.com/2016/12/populasi-dan-sampel.html
http://sandimilzam.blogspot.com/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo_71.html
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/populasi-dan-sampel-2/
http://ismail6033.blogspot.com/2017/10/makalah-populasi-dan-sampel.html
http://ilyas-atsary.blogspot.com/2015/11/makalah-populasi-sampel-dosen-hm.html
http://osukmana.blogspot.com/2015/12/penentuan-populasi-dan-sampel-dalam.html
http://bintorobagus.blogspot.com/2012/09/jenis-jenis-populasi-dan-sempel.html
https://lauraerawardani.blogspot.com/2014/05/populasi-dan-sampel.html

17

Anda mungkin juga menyukai