Anda di halaman 1dari 16

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

TENTANG
MENCARI INFORMASI TENTANG POPULASI, SAMPEL, DAN SAMPLING

DISUSUN OLEH:
ARFIAN JEFRI ARDIYANTO
1714201144

DOSEN PEMBIMBING:
YANDRIZAL JAFRI, S,Kep, M.Biomed

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
T.A 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat dan KaruniaNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
waktu yang telah ditentukan .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan
teman–teman, disamping itu penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membantu
dari pembaca untuk kesempurnaannya. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat disajikan sebagai bahan bacaan, wassalam.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas kepada pembaca. Akhir kata
kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah SWT senantiasa meridhoi usaha kita.

Merangin, september 2020

Arfian jefri ardiyanto

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam melakukan penelitian, populasi dan sampel merupakan satu komponen yang
sangat diperlukan. Dalam menentukan populasi dan sampel penelitian, sudah barang tentu
haruslah sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan serta haruslah tepat dan efisien.
Kendala-kendala yang timbul selayaknya dapat diantisipasi oleh peneliti. Oleh karenanya, dalam
menentukan populasi dan sampel peneliti hendaklah memperhatikan hal-hal yang memang
berkaitan dengan populasi dan sampel, sehingga didapatkan sampel yang tepat. Istilah populasi,
sampel dan teknis sampling sering kali kita dengar, namun terkadang istilah-istilah ini ada yang
tidak dipahami betul.  Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas mengenai populasi, sampel
dan teknik sampling. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-
benda alam yang lain.  Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek
tersebut.  Bahkan satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain-lain.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 
Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi, hal ini
dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut.  Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan diberlakukan untuk populasi.  Oleh karena itu sampel yang akan diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (dapat mewakili).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan populasi, sampel, dan sampling
2. Apa yang dimaksud dengan alasan pemilihan sampel
3. Apa yang dimaksud dengan karakteristik sampel yang baik
4. Bagaimana dengan kesalahan yang biasa terjadi
5. Bagaimana proses pemilihan sampel
6. Apa factor yang mempengaruhi penetapan jumlah sampel
7. Bagaimana menghitung besar sampel ( sample size)
8. Bagaimana desain sampel

1.3 TUJUAN PENULISAN


a) Tujuan umum
Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan mencari informasi tentang
populasi, sampel, dan sampling
b) Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan populasi, sampel, dan sampling
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan alasan pemilihan sampel
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan karakteristik sampel yang baik
4. Untuk mengetahui Bagaimana kesalahan yang biasa terjadi
5. Untuk mengetahui Bagaimana proses pemilihan sampel
6. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi penetapan jumlah sampel
7. Untuk mengetahui bagaimana menghitung besar sampel (sampel size)
8. Untuk mengetahui Apa bagaimana desain sampel

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN POPULASI, SAMPEL, SAMPLING


a. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
memiliki kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya oleh peneliti (Sugiono, 2009). Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh tanaman Lumut Kerak (Lichenes) yang berada pada
pohon Angsana di kawasan Universitas Sebelas Maret, Kentingan, Surakarta.
b. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah Lichenes yang berasal dari kawasan Universitas
Sebelas Maret, Kentingan, Surakarta.
c. Sampling Teknik pengambilan sampling pada penelitian ini dilakukan secara
Purposive Random Sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan menetapkan
ciri-ciri morfologi, habitat dan habitus yang sesuai dengan tujuan penelitian yang
dilakukan di Kawasan Universitas Sebelas Maret, Kentingan, Surakarta

2. ALASAN PENGAMBILAN SAMPLE


Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang harus dipilih,
(tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) misalnya:
 Meneliti air sungai
 Mencicipi rasa makanan didapur
 Mencicipi duku yang hendak dibeli
Pengambilan sampel dalam statistika diperlukan dengan alasan antara lain:
 Tidak mungkin mengamati seluruh objek yang akan diselidiki, misalnya dengan
alasan biaya, tenaga dan waktu. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
 Lebih cepat dan lebih mudah.
 Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
 Dapat ditangani lebih teliti.
 Pengamatan terhadap seluruh populasi dihawatirkan dapat merusak populasi itu
Misalnya ingin mengetahui rasa sekarung duku dengan merasakan seluruh duku
yang ada tersebut tentunya akan sangat merugikan.
3. KARAKTERITIS SAMPEL YANG BAIK
Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel,
yaitu representatif (dapat mewakili karakteristik populasi) dan besamya memadai
(Atherton. dan Clemmack, 1982 dalam Busnawir). Dikatakan representatif apabila ciri-
ciri sampel sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasi. Dengan sampel yang
representatif, maka informasi yang dihasilkan relatif sama dengan informasi yang
dikandung populasinya. Sehingga kesimpulan dari hasil penelitian sampel dapat berlaku
bagi populasi. Sebagaimana yang dikemukakan Vockel & Asher (1995) dalam Setyosari
(2007:143), “the sample must be representative of the population about which we wish to
make generalizations”.
Ibnu, Dasna, dan Mukhadis (2003:64) menyebutkan beberapa pertimbangan yang
menentukan representatifnya suatu sampel adalah sebagai berikut.
1. Suatu sampel yang baik harus memenuhi jumlah yang memadai sehingga dapat
menjaga kestabilan ciri-ciri populasi. Berapa besar sampel yang memadai bergantung
kepada sifat populasi dan tujuan penelitian. Penentuan jumlah sampel bergantung
pada faktor variabilitas populasi. Semakin homogen karakteristik populasi, semakin
sedikit ukuran sampel yang dibutuhkan, dan sebaliknya.
2. Penelitian yang baik adalah penelitian yang hasilnya sangat akurat. Dengan hasil yang
akurat dapat dirumuskan simpulan yang akurat pula. Sehingga terdapat hubungan,
semakin besar sampel, akan semakin kecil kemungkinan kekeliruan dalam penarikan
kesimpulan tentang populasi.
3. Kepadanan tenaga, kecukupan waktu, sarana teknis penunjang, serta kecukupan
logistik penunjang. Keterbatasan keadaan tersebut dapat mempengaruhi besarnya
sampel yang digunakan.
Selain bersifat representative, sampel dipersyaratkan tidak mengandung bias. Sampel
bersifat bias jika pemilihan sampel tidak didasarkan pada kriteria obyektivitas. Pemilihan
sampel dengan unsur subyektivitas dapat menyebabkan sampel berkeadaan bias. Sebagai
contoh: untuk meneliti tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan penghasilan rata-
rata perbulan yang hanya memberlakukan kalangan menengah ke atas dengan
subyektiviatas peneliti yang ingin menunjukkan bahwa masyarakat di daerah X telah
mencapai kesejahteraan yang baik. Bias juga dapat terjadi karena seleksi yang keliru.
Dengan memenuhi syarat representative dan jumlah sampel yang memadai akan
meningkatkan validitas sampel terhadap populasi. Artinya, sampel dapat mengukur apa
yang seharusnya hendak diukur, dengan memiliki dua sifat, yaitu tingkat akurasi dan
presisi yang tinggi, Tingkat akurasi yang tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan
bias dalam sampel. Sedangkan presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi
kita dengan karakteristik populasi. Kedua hal ini akan diuraikan sebagai berikut.
 Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan "bias" (kekeliruan) dalam
sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam
sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya "bias" atau tematic
variance" yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang
disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang
menyobabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh,
jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, laiu yang dijadikan
sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor
yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang
diambil secara sistematis.
 Presisi, yakni.terkait dengan persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi. Contoh : Dari populasi sebanyak 100 sopir taxi yang
diinterview diperoleh rata-rata penghasilan mereka perhari Rp. 300.000.
Kemudian diambil sampel secara acak sebanyak 30 orang (30% dari populasi)
dan diperoleh rata-rata penghasilan mereka perhari Rp. 295.000 rupiah. Hal ini
mengindikasikan bahwa ada selisih antara rata-rata populasi dengan rata-rata
sampel sebesar Rp.5,000. Selisih tersebut dapat dikatakan relatif kecil. Makin
kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka
makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut. Presisi diukur oleh simpangan baku
(standard error). Semakin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang
diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (Q), makin tinggi
pula tingkat presisinya.
4. KESALAHAN YANG BIASA TERJADI
Dalam statistik , kesalahan pengambilan sampel terjadi ketika karakteristik
statistik dari suatu populasi diperkirakan dari subset, atau sampel , dari populasi
tersebut. Karena sampel tidak mencakup semua anggota populasi, statistik sampel,
seperti mean dan kuartil, umumnya berbeda dari karakteristik seluruh populasi, yang
dikenal sebagai parameter. Misalnya, jika seseorang mengukur tinggi seribu orang
dari negara berpenduduk satu juta, tinggi rata-rata seribu biasanya tidak sama dengan
tinggi rata-rata semua satu juta orang di negara itu. Karena pengambilan sampel
biasanya dilakukan untuk menentukan karakteristik seluruh populasi, perbedaan
antara nilai sampel dan populasi dianggap sebagai kesalahan . Pengukuran yang tepat
dari kesalahan pengambilan sampel umumnya tidak layak karena nilai populasi
sebenarnya tidak diketahui.

5. PROSES PEMILIHAN SAMPLE


 Menentukan tujuan penelitian
 Menentukan populasi penelitian
 Menentukan jenis dara yang diperlukan
 Menentukan teknik sampling
 Menentukan besarnya sampel (sample size)
 Menentukan unit sampel yang diperlukan
 Memilih sampel
a. Menentukan tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu langkah pokok bagi suatu penelitian, karena
tujuan penelitian tersebut merupakan arah untuk elemen-elemen yang lain dari
penelitian. Demikian pula dalam menentukan sampel tergantung pula pada
tujuan penelitian. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam mengambil sampel
dari populasi adalah menentukan tujuan penelitian.
b. Menentukan populasi penelitian
Sebelum sampel diambil harus ditentukan dengan jelas kriteria atau batasan
populasinya. Dengan demikian maka akan menjamin pemngambilan sampel
secara tepat, dengan menentukan kriteria inklusif maupun kriteria eksklusif.
c. Menentukan jenis data yang diperlukan
Jenis data yang akan dikumpulkan dari suatu penelitian harus dirumuskan
secara jelas. Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah mudah
diumuskan secara jelas, maka dapat dengan mudah ditentukan dari mana data
tersebut diperoleh atau ditentukan sumber datanya.
d. Menentukan teknik sampling
Penentuan teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan sampel
dengan sendirinya akan tergantung dari tujuan penelitian dan sifat-sifat
populasi.
e. Menentukan besarnya sampel (sample size)
Meskipun besar/kecilnya sampel belum menjamin representatifnya atau
tidaknya suatu sampel , tetapi penentuan besarnya sampel dapat merupakan
langkah penting dalam pengambilan sampel. Secara statistik penentuan
besarnya sampel ini akan tergantung pada jenis dan besarnya populasi.
Penentuan besarnya sampel ini akan dibicarakan di dalam bagian lain.
f. Menentukan unit sampel yang diperlukan
Sebelum menentukan sampel yang diperlukan, terlebih dulu akan ditentukan
unit-unit yang menjadi anggota populasi. Hal ini akan memudahkan dalam
menentukan unit yang mana akan dijadikan sampel.
g. Memilih sampel
Apabila karakteristik populasi sudah ditentukan dengan jelas, maka kita dapat
dengan mudah memilih sampel sesuai dengan karakteristik populasi tersebut.
Dalam memilih sampel dari populasi ini dengan sendirinya berdasarkan
teknik- teknik pengambilan sampel.

6. FACTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN JUMLAH SAMPLE


Dalam hal menentukan ukuran / jumlah sampel akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yang terdiri dari ( Masri Singarimbun, 1987: 150 ) :
1. derajat keseragaman dari populasi
2. Presisi yang dikehendaki dalam penelitian
3. Rencana analisa
4. Tenaga, biaya dan waktu
 Derajat keseragaman dari populasi
Makin seragam populasi, makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila
populasi itu seragam sempurna ( completely homogenous ), maka satu satuan
elementer saja dari seluruh pulasi itu sudah cukup refresentatif untuk diteliti.
Sebaliknya apabila populasi itu secara sempurna tidak seragam ( completely
heterogenous ), maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan
gambaran yang refresentatif
 Presisi yang dikehendaki dari penelitian
Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar ukuran sampel yang
harus diambil, dan sebaliknya semakin rendah tingkat presisi yang dikehendaki
maka semakin kecil ukuran sampel yang diperlukan. Jadi sampel yang besar
cenderung memberikan pendugaan yang lebih mendekati nilai sesungguhnya
( true value ). Dengan cara lain dapat dikatakan bahwa ukuran sampel mempunyai
hubungan yang negatif terhadap tingkat kesalahan. Semakin besar ukuran sampel
maka semakin kecil tingkat kesalahan yang terjadi
 Rencana analisa kesalahan
Ada kalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang
dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa maka jumlah
sampel tersebut menjadi kurang mencukupi. Misalnya peneliti ingin
menghubungkan tingkat pendidikan responden dengan pemakaian alat
kontrasepsi. Bila tingkat pendidikan responden dibagi / dirinci menjadi : tidak
sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, Belum tamat SMTP, tamat SMTP. Dan
seterusnya, mungkin tidak cukup dengan mengambil 100 responden karena akan
terdapat sel – sel dalam tabel yang kosong. Begitu juga untuk analisa yang
menggunakan metode statistik yang rumit.

 Tenaga , biaya dan waktu


Apabila diinginkan presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar. Tetapi
apabila dana, tenaga dan waktu terbatas maka tidaklah mungkin untuk mengambil
sampel yang besar, dan ini berarti presisinya akan menurun. Walaupun besarnya
sampel didasarkan atas keempat pertimbangan di atas namun seorang peneliti
harus dapat memperkirakan besarnya sampel yang diambil sehingga presisinya
dianggap cukup untuk menjamin tingkat kebenaran hasil penelitian. Jadi peneliti
sendirilah yang menentukan tingkat presisi yang dikehendaki, dan selanjutnya
berdasarkan presisi tersebut dapat menentukan besarnya sampel ( Masri
Singarimbun, 1987 : 152 )

7. MENGHITUNG BESAR SAMPEL (SAMPEL SIZE)


Rumus Besar Sampel Penelitian: Dalam statistik inferensial, besar sampel sangat
menentukan representasi sampel yang diambil dalam menggambarkan populasi
penelitian. Oleh karena itu menjadi satu kebutuhan bagi setiap peneliti untuk memahami
kaidah-kaidah yang benar dalam menentukan sampel minimal dalam sebuah penelitian.
Cara menghitung rumus besar sampel penelitian suatu penelitian sangat
ditentukan oleh desain penelitian yang digunakan dan data yang diambil. Jenis penelitian
observasional dengan menggunakan disain cross-sectional akan berbeda dengan case-
control study dan khohor, demikian pula jika data yang dikumpulkan adalah proporsi
akan beda dengan jika data yang digunakan adalah data continue. Pada penelitian di
bidang kesehatan masyarakat, kebanyakan menggunakan disain atau pendekatan cross-
sectional atau belah lintang, meskipun ada beberapa yang menggunakan case control
ataupun khohor.
Untuk penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai menggunakan
proporsi binomunal (binomunal proportions). Jika besar populasi (N) diketahui, maka
dicari dengan menggunakan rumus berikut:

Rumus Sampel Cross Sectional


Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan
pengambilan sampel secara acak).
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rumus Lemeshow Besar Sampel Penelitian

Keterangan :

 n = jumlah sampel minimal yang diperlukan = derajat kepercayaan


 p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif
 q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif
 d = limit dari error atau presisi absolut

Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2

1- /2 = 1,962 atau dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui


kadang-kadang diubah menjadi:

Penyederhanaan Rumus Lemeshow Atau Disebut Rumus


Slovin

Contoh Rumus Rumus Besar Sampel Penelitian

Misalnya, kita ingin mencari sampel minimal untuk suatu penelitian mencari
faktor determinan pemberian ASI secara eksklusif. Untuk mendapatkan nilai p, kita
harus melihat dari penelitian yang telah ada atau literatur. Dari hasil hasil
penelitian Suyatno (2001) di daerah Demak-Jawa Tengah, proporsi bayi (p) yang
diberi makanan ASI eksklusif sekitar 17,2 %. Ini berarti nilai p = 0,172 dan nilai q = 1
– p. Dengan limit dari error (d) ditetapkan 0,05 dan nilai Alfa = 0,05, maka
jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar:

Contoh Rumus Sampel Cross Sectional


  = 219 orang (angka minimal)

Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain, maka dapat dilakukan
maximal estimation dengan p = 0,5. Jika ingin teliti teliti maka nilai d sekitar 2,5 %
(0,025) atau lebih kecil lagi. Penyederhanaan Rumus diatas banyak dikenal dengan istilah
Rumus Slovin.

8. DESAIN SAMPEL: PROBABILITY DAN NON PROBABILITY SAMPLING


a. Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sample dimana semua elemen
mempunyai peluang untuk terpilih menjadi sample. Dengan menggunakan teknik ini
berarti tidak ada kendala apapun untuk melakukan penelitian terhadap
kemungkinan/probabilitas dari elemen manapun jika terpilih sebagai sample. Jenis-
jenis Probability Sampling antara lain:
 Simple Random Sampling
Metode sample jenis ini dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama
pada semua elemen untuk dapat dipilih sebagai sample.
 Systematic Sampling
Sampling jenis ini dilakukan dengan cara peneliti memberikan batasan berupa n
elemen dari setiap populasi akan terpilih sebagai sample, dengan demikian
elemen pertama dan setiap kelipatan n, akan terpilih menjadi sample. Penentuan
urutan elemen tetap dilakukan secara acak/random.
 Stratified Random Sampling
Sampling design jenis ini dilakukan dengan cara membagi populasi yang ada
menjadi beberapa kelompok sesuai dengan klasifikasi dengan mendasarkan diri
pada kebutuhan, relevansi, dan keselarasan dengan tujuan studi. Setelah itu
elemen akan dipilih dari tiap-tiap kelompok secara acak/random.
 Cluster Sampling
Desain sampel jenis ini akan cocok untuk dipilih jika peneliti ingin dalam setiap
kelompok elemen, heterogenitasnya tetap terjaga. Peneliti berharap komposisi
dari sample akan diusahakan sedemikian rupa sehingga serupa dengan
karakteristik populasi.

 Area Sampling
Area sampling ini sebenarnya sama dengan cluster sampling, hanya bedanya
adalah dasar untuk mengelompokkan adalah faktor geografis, seperti misalnya
benua, negara, provinsi, kota, dan kecamatan.
 Double Sampling
Jenis sampling ini akan dipergunakan jika peneliti ingin mendapatkan data lebih
detail dari data yang telah diperoleh sebelumnya.
b. Non Probability Sampling
Pada jenis ini, tidak semua elemen mempunyai peluang untuk terpilih sebagai sample,
dengan demikian temuan hasil studi yang menggunakan sampling jenis ini tidak dapat
langsung digeneralisasikan sebagai hasil penelitian terhadap populasi. Tujuan peneliti
menggunakan sampling jenis ini adalah generalisasi terhadap populasi tidak terlalu
penting, dibanding temuan yang didapat waktu melakukan suatu penelitian, atau
peneliti memiliki hambatan-hambatan sehingga melakukan penghematan sumber
daya yang dimilikinya. Jenis Non Probability Sampling antara lain:
 Convenience Sampling
Jenis sampling design ini akan dipilih oleh peneliti jika peneliti telah mempunyai
informasi tentang elemen yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai
sample.
 Purposive Sampling
Sampling design jenis ini adalah metode penetapan sample dengan cara
menentukan target dari elemen populasi yang diperkirakan paling cocok untuk
dikumpulkan datanya.
 Judgement Sampling
Jenis sampling ini dilakukan jika peneliti menentukan subjek dari sample yang
terpilih berdasarkan penilaian (judgement) dari peneliti semata.
 Quota Sampling
Quota sampling adalah jenis lain dari purposive sampling, dimana dalam
penentuan banyaknya jumlah elemen yang terpilih sebagai sample akan
ditentukan berdasarkan quota maksimal sebanding dengan komposisi masing-
masing kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Abdu Hakim (2001), Statistik Diskriptif, Yogyakarta: Ekonesia

Masri Singarimbun, Sofian Effendi (19890), Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES

Soeratno, Lincolin Arsyad (1995), Metodologi Penelitian, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Anda mungkin juga menyukai