Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN GERONTIK

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2, Juli 2017, hal 128-132 pISSN 1410-
4490, eISSN 2354-9203 DOI: 10.7454/jki.v20i2.489

PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF DAPAT MENURUNKAN INDEKS MASSA


TUBUH LANSIA DI PSTW WILAYAH DKI JAKARTA

DISUSUN OLEH
FIRDA HAYATI
(1714201150)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.FALERISISKA YUNERE,M.Kep

PRODI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Semua dapat menuntut ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Alhamdulillah puji
syukur saya ucapkan kepada allah swt yang memberikan saya nikmat kesehatan dan umur
panjang sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah saya dengan judul “JURNAL
PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF DAPAT MENURUNKAN INDEKS MASSA TUBUH
LANSIA DI PSTW WILAYAH DKI JAKARTA “ yang diajukan sebagai tugas terstruktur dalam
mata kuliah “ KEPERAWATAN GERONTIK” di universitas perintis indonesia.

Makalah ini saya buat berdasarkan jurnal yang berkaitan dengan judul yang dibahas,
meskipun demikian karena kedangkalan ilmu yang saya miliki tentunya masih banyak
terdapat kesalahan.besar harapan saya untuk menerima kritikan dan saran dari bapak selaku
dosen pembimbing mata kuliah keperawatan jiwa.

Akhir kata, semoga tulisan ini dirahmatai allah swt dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya dikalangan kampus dan penyusun sendiri.aamiin.

Bonjol, 09 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................

A. Latar belakang..................................................................................................................
B. Identifikasi masalah..........................................................................................................
C. Tujuan penulisan..............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................

a. pengertian lanjut usia, kognitif........................................................................................


b. Fungsi kognitif pada lansia .............................................................................................
c. Gangguan fungsi kognitif pada lansia..............................................................................
d. Faktor yang berpengaruh pada fungsi kognitif ................................................................
e. Indeks Massa Tubuh.........................................................................................................
f. Penurunan Fungsi Kognitif Dapat Menurunkan Indeks Massa Tubuh Lansia................

BAB III PENUTUP...................................................................................................................

Kesimpulan.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization) lanjut usia (lansia) adalah kelompok
penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih.1 Secara global pada tahun 2013 proporsi
populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan
diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan
hidup. Populasi lansia di Indonesia berdasarkan Susenas 2015 berjumlah 21.500.193 jiwa
atau 8,43% dari total penduduk. Gangguan kognitif banyak ditemukan pada lansia. Data
WHO menyebutkan bahwa tahun 2015 jumlah lanjut usia yang hidup dengan gangguan
kognitif di seluruh dunia diperkirakan mencapai 47.470.000, mencapai 75.630.000 pada
tahun 2030 dan 135.460.000 pada tahun 2050.

Fungsi kognitif adalah suatu proses pengolahan masukan sensoris (taktil, visual dan
auditorik) untuk diubah, diolah, dan disimpan serta selanjutnya digunakan untuk hubungan
interneuron secara sempurna sehingga suatu individu mampu melakukan penalaran terhadap
masukan sensoris tersebut. Fungsi kognitif meliputi aspek-aspek tertentu yang dikenal
dengan domain kognitif yaitu atensi, memori, bahasa, kemampuan visuospasial, dan fungsi
eksekutif (fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan)

Penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada lansia dapat mengganggu aktivitas makan.
Lansia dengan penurunan kognitif dapat lupa dengan cara makan, tidak mengenali makanan,
kesulitan melepaskan penutup piring dan pembungkus, kesulitan mengunyah dan menelan
(Amella, 2007). Ketidakadekuatan intake nutrisi sering terjadi pada lansia dengan penurunan
kognitif karena hilangnya kesadaran terhadap kebutuhan makan, menurunnya kemandirian
dalam makan, agnosia, apraxia, dan munculnya gangguan perilaku (Ebersole, Hess, Touhy, &
Jett, 2014). Lansia dengan penurunan kognitif dapat mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi dengan orang lain saat mereka lapar dan membutuhkan bantuan untuk makan
(Amella, 2007).

Masalah lainnya yang dapat mengurangi nafsu makan seperti nyeri, efek obat, mual,
buruknya kesehatan gigi dan mulut, serta diet khusus juga dapat memengaruhi asupan oral
lansia dengan penurunan kognitif yang kurang mampu untuk memahami dan mengatasi
masalah tersebut (Amella, 2007). Kehilangan berat badan biasanya sering menjadi perhatian
penting pada lansia dengan demensia tahap akhir (Ebersole, et al., 2014). Beberapa penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa lansia dengan penurunan kognitif lebih rentan mengalami
malnutrisi. Hasil penelitian Zekry, et al. (2008) menyebutkan bawa kelompok lansia dengan
demensia memiliki skor Mini Nutritional Assessment dan Body Mass Index paling rendah
jika dibandingkan dengan kelompok lansia dengan gangguan kognitif ringan dan fungsi
kognitif normal. Penelitian lainnya dilakukan oleh Khater dan Abouelezz (2011) yang
menunjukkan bahwa kelompok lansia dengan gangguan kognitif ringan lebih banyak
mengalami gizi kurang disbanding kelompok lansia dengan fungsi kognitif normal.
Kemudian, hasil penelitian Boscatto, Duarte, Coqueiro, dan Barbosa (2013) juga
menunjukkan bahwa fungsi kognitif berhubungan positif dengan status gizi. Bedasarkan
uraian di atas, penelitian ini melihat adanya hubungan fungsi kognitif dengan indeks massa
tubuh lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) wilayah DKI Jakarta.

B. Identifikasi Masalah
a. Apa pengertian lanjut usia, kognitif ?
b. Apa Fungsi kognitif pada lansia ?
c. Gangguan fungsi kognitif pada lansia
d. Faktor yang berpengaruh pada fungsi kognitif
e. Indeks Massa Tubuh
f. Penurunan Fungsi Kognitif Dapat Menurunkan Indeks Massa Tubuh Lansia
C. Tujuan Jenulisan
a. Mahasiswa mengetahui Gangguan fungsi kognitif pada lansia
b. Mahasiswa mengetahui Penurunan Fungsi Kognitif Dapat Menurunkan Indeks
Massa Tubuh Lansia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
a. Lanjut Usia (Lansia)
Lanjut Usia adalah suatu proses menjadi tua yang terjadi secara alamiah, terus-
menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan.Lansia merupakan kelompok penduduk
berumur tua yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri lebih dari 60
tahun.
WHO mengelompokan lanjut usia atas tiga kelompok, yaitu :
 Kelompok middle age (45-59 tahun)
 Kelompok elderly age (60-74 tahun)
 Kelompok old age (75-90 tahun)

Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, lansia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas. Tua dapat dipandang dari tiga segi yaitu segi
kronologis (umur sama atau telah melampaui 65 tahun), biologis (berdasarkan
perkembangan biologis yang umumnya tampak pada penampilan fisik), dan
psikologis (perilaku yang tampak pada diri seseorang).

b. Definisi kognitif
Definisi kognitif Arti yang luas kognitif adalah perolehan, penataan dan pengunaan
pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif memnjadi populer
sebagai salah satu domain psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyaknan (Musaa’diyah, 2014).
Gangguan kognitif merupakan masalah serius bagi lansia karena menyebabkan
terjadinya penurunan kinerja pada tugas-tugas kognitif utamanya saat mengambil
keputusan akibat adanya keterlambatan terhadap pemrosesan, kerja memori dan
fungsi kognitif eksekutif.
B. Fungsi kognitif pada lansia
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan
mengingat fungsi intelektual, berkurangnya efesiensi transmisi saraf di otak
(menyebabkan, proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama
transisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil
informasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadia masa lalu lebih baik
dibandingkan kemampuan mengingat yang baru saja terjadi.Penurunan terkait
penuaan ditunjukan dalam kecepatan, memori jangka pendek, memori kerja dan
memori jangka panjang. Perubahan ini telah dihubungkan dengan perubahan pada
struktur dan fungsi otak.
C. Gangguan fungsi kognitif pada lansia
a. Mudah lupa (forgetfulness) Mudah lupa merupakan tahap yang paling ringan dan
sering dialami pada orang uusia lanjut. Berdasarkan data statistik 39% orang pada
usia 50-60 tahun mengalami mudah lupa dan angka ini menjadi 85% pada usia
diatas 80 tahun.
b. Mild congnitive impairment (MCI) Mild congnitive impairment merupakan gejala
yang lebih berat dibandingkan dengan mudah lupa. Pada Mild congnitive
impairment sudah mulai muncul gejala gangguan fungsi memori yang menggangu
dan dirasakan oleh penderita, Mild congnitive impairment merupakan perantara
antara gangguan memori atau kognitif terkait usia dan demensia. Keluhan pada
umumnya berupa frustasi, lambat dalam menemukan benda atau mengingat nama
orang dan kurang mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari yang kompleks.
c. Demensia Demensia adalah suatu sindrom penurunan kempuan intelektual
progresif yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Gejala
klinis berupa kemunduran dalam hal pemahaman seperti hilangnya kemampuan
untuk emmahami pembicaraan yang cepat, percakapan yang kompleks atau
abstrak, humor yang sarkastis atau sindiran. Dalam kemampuan bahasa dan bicara
terjadi kemunduran pula yaitu kehilangan ide apa yang sedang dibicarakan,
kehilangan kemampuan pemrosesan bahasa secara cepat, kehilangan kemampuan
penamaan dengan cepat.
D. Faktor yang berpengaruh pada fungsi kognitif
a. Usia Semakin tua usia seorang maka secara alamiah akan terjadi apoptosis pada
sel neuron yang berakibat terjadinya atropi pada otak yang dimulai dari atropi
korteks, atropi sentral, hiperintensitas subtantia alba dan peraventrikuler.
Mengakibatkan penurunan fungsi kognitif pada seseorang, kerusakan sel neuron
ini diakibatkan oleh radikal bebas, penurunan distribusi energi dan nutri otak.
b. Stres, depresi, ansietas Depresi, stres dan ansietas akan menyebabkan penurunan
kecepatan aliran darah dan stress memicu pelepasan hormon glukokortikoid yang
dapat menurunkan fungsi kognitif.
c. Latihan memori Semakin sering seseorang menggunakan atau melatih memorinya
makan sinaps antar neuron akan semakin banyak terbentuk sehingga kapasitas
memori seseorang akan bertambah.
d. Lingkungan Pada orang yang tinggal di daerah maju dengan sistem pendidikan
yang cukup maka akan memiliki fungsi kognitif yang lebih baik dibandingkan
pada orang dengan fasilitas pendidikan yang minimal, semakin kompleks stimulus
yang didapat makan akan semakin berkembang pula kemampuan otak seseorang.
e. Obat-obatan Beberapa zat seperti alkohol bersifat toksik bagi sel neuron selain itu
defesiensi vitamin B kompleks terbukti menyebabkan penurunan fungsi kognitif
seseorang.
E. Indeks Massa Tubuh
IMT merupakan perbandingan standar berat terhadap tinggi badan yang sering
digunakan sebagai indikator kesehatan secara umum. lansia dengan penurunan
kognitif lebih rentan mengalami malnutrisi. Hasil penelitian Zekry, et al. (2008)
menyebutkan bawa kelompok lansia dengan demensia memiliki skor Mini Nutritional
Assessment dan Body Mass Index paling rendah jika dibandingkan dengan kelompok
lansia dengan gangguan kognitif ringan dan fungsi kognitif normal.
Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Lansia dengan
penurunan fungsi kognitif mengalami peningkatan metabolisme yang dapat
menyebabkan malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi
kognitif dengan indeks massa tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha wilayah
DKI Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan
melibatkan 98 lansia yang dipilih melalui proportional dan simple random sampling.
Fungsi kognitif dinilai dengan menggunakan kuesioner Mini Mental State
Examination, sedangkan status gizi dinilai dengan menggunakan indeks massa tubuh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
fungsi kognitif dan indeks massa tubuh (r= 0,550; p= 0,0001; α= 0,05). Pemberi
pelayanan di panti perlu memiliki keterampilan khusus untuk meningkatkan status
gizi pada lansia dengan penurunan kognitif.
F. Penurunan Fungsi Kognitif Dapat Menurunkan Indeks Massa Tubuh Lansia
El Zoghbi, et al. (2013) pada lansia yang tinggal di institusi negara Lebanon
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara skor MMSE
dan skor MNA. Adanya kesamaan ini dapat disebabkan terganggunya aktivitas makan
pada lansia dengan penurunan fungsi kognitif. Kegiatan makan memerlukan
kemampuan kognitif untuk mengambil keputusan terhadap jenis dan kuantitas
makanan (Dovey, 2010 dalam Laguna & Chen, 2015).
Lansia dengan penurunan kognitif dapat lupa dengan cara makan, tidak mengenali
makanan, kesulitan melepaskan penutup piring dan pembungkus makanan (Amella,
2007). Lansia dengan gangguan kognitif juga dapat mengalami ketidakadekuatan
intake nutrisi. Hal tersebut disebabkan oleh hilangnya kesadaran terhadap kebutuhan
makan, menurunnya kemandirian dalam makan, agnosia, apraxia, dan gangguan
perilaku yang dialami oleh lansia dengan gangguan kognitif (Ebersole, et al., 2014).
Beberapa perubahan perilaku yang biasanya muncul seperti keluyuran, agitasi,
gangguan tidur dan irama sirkandian, serta hiperaktivitas terutama pada malam hari
dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran energi pada lansia dengan gangguan
fungsi kognitif (Martin & Preedy, 2015). Sebuah penelitian menunjukkan adanya
ketidakseimbangan pengeluaran energi dari aktivitas fisik dengan asupan energi pada
klien Alzheimer’s Disease (Poehlman & Dvorak, 2000). Lansia dengan gangguan
kognitif juga sering mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Kesulitan
tersebut dapat terjadi saat lansia lapar dan membutuhkan bantuan untuk makan
(Amella, 2007).
Masalah lainnya yang dapat mengurangi nafsu makan pada lansia seperti nyeri, efek
obat, mual, buruknya kesehatan gigi dan mulut, serta diet khusus dapat memengaruhi
asupan oral lansia dengan gangguan kognitif yang kurang mampu untuk memahami
dan mengatasi masalah tersebut (Amella, 2007).
Menurut Ebersole et al. (2014) kehilangan berat badan biasanya sering menjadi
perhatian penting pada lansia dengan demensia tahap akhir. Selain itu, hasil penelitian
ini juga dapat disebabkan karena meningkatnya basal metabolic rate (BMR) pada
lansia dengan gangguan kognitif. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa basal
metabolic rate (BMR) pada pasien Alzheimer’s Disease (salah satu jenis demensia)
lebih meningkat dibandingkan individu yang memiliki fungsi kognitif normal (Wolf-
Klein, et al., 1995 dalam Martin & Preedy, 2015).
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan BMR pada klien dengan Alzheimer’s
Disease (AD) meliputi peningkatan penggunaan protein, perubahan fungsi tiroid,
peningkatan akitivitas sistem saraf simpatik pada ganglia basal, dan kebocoran proton
yang menyebabkan kerusakan mitokondria (Martin & Preedy, 2015).
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan
lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau
lebih.1 Secara global pada tahun 2013 proporsi populasi penduduk berusia lebih dari
60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut
akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Populasi lansia
di Indonesia berdasarkan Susenas 2015 berjumlah 21.500.193 jiwa atau 8,43% dari
total penduduk. Gangguan kognitif banyak ditemukan pada lansia.
Data WHO menyebutkan bahwa tahun 2015 jumlah lanjut usia yang hidup
dengan gangguan kognitif di seluruh dunia diperkirakan mencapai 47.470.000,
mencapai 75.630.000 pada tahun 2030 dan 135.460.000 pada tahun 2050. Lansia
dengan gangguan kognitif juga dapat mengalami ketidakadekuatan intake nutrisi. Hal
tersebut disebabkan oleh hilangnya kesadaran terhadap kebutuhan makan,
menurunnya kemandirian dalam makan, agnosia, apraxia, dan gangguan perilaku
yang dialami oleh lansia dengan gangguan kognitif (Ebersole, et al., 2014). Adanya
kesamaan ini dapat disebabkan terganggunya aktivitas makan pada lansia dengan
penurunan fungsi kognitif. Kegiatan makan memerlukan kemampuan kognitif untuk
mengambil keputusan terhadap jenis dan kuantitas makanan (Dovey, 2010 dalam
Laguna & Chen, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T.A., & Jett, K. (2014). Ebersole & Hess’ toward healthy
aging: Human needs & nursing response (4th Ed.). United States of America: Elsevier,
Inc.

El Zoghbi, M., Boulos, C., Amal, A. H., Saleh, N., Awada, S., Rachidi, S., … Salameh, P.
(2013). Association between cognitive function and nutritional status in elderly: A
cross-sectional study in three institutions of Beirut—Lebanon. Geriatric Mental Health
Care, 1 (4), 73–81. doi:10.1016/j. gmhc.2013.04.007.

Amella, B.E.J. (2007). Eating and feeding issues in older adults with dementia part I:
Assessment. New York, 26 (1)

Martin, Colin R & Preedy, Victor R. (2015). Diet and nutrition in dementia and cognitive
decline. United States of America: Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai