Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH STATISTIK LANJUTAN

METODE & DISTRIBUSI SAMPLING

DISUSUN OLEH:
SOHRA BAHRI
220902500015

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu dari mata kuliah Statistik Lanjutan Dra. Sitti Hajerah Hasyim, M.Si telah
memberikan kesempatan untuk menulis karya tulis ilmiah ini dan juga terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Sehingga makalah dengan judul metode & distribusi sampling dapat tersusun
melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
saya berharap dengan adanya makalah ini dapat memperluas wawasan dan pengetahuan
pembaca mengenai bahasan tentang metode & distribusi sampling. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketika berbicara tentang yang namanya “sampel” sudah bisa dibilang sebagai
sesuatu hal yang cukup berharga terutama dalam penelitian. Dalam beberapa
penelitian, “sampel” menjadi hal yang penting karena akan memengaruhi hasil
dan pembahasan dari penelitian tersebut. Dengan kata lain, suatu penelitian
yang menggunakan sampel akan terlihat ada yang selama sampel yang disajikan
tidak maksimal. Oleh karena itu, seorang peneliti yang melakukan penelitian
menggunakan sampel harus bisa mengubah hasil sampel menjadi data yang bisa
dibaca, sehingga data yang disajikan bisa dipahami oleh pembaca dengan baik.
Beberapa orang yang menggunakan sampel biasanya karena rasa
keingintahuannya terhadap suatu fenomena, sehingga ia mencari jawaban dari
suatu fenomena tersebut agar mendapatkan solusi dari permasalahan yang
sedang terjadi. Selain itu, penghitungan sampel bisa juga digunakan untuk
memprediksi suatu fenomena apa yang akan terjadi di kemudian hari atau
sampai kapan suatu fenomena berhenti.
Sampling adalah proses di mana porsi dari suatu populasi diseleksi agar dapat
mewakilkan populasi tersebut. Tujuan dari dilakukannya sampling adalah untuk
mendapatkan sampel (objek sampling) yang benar-benar sesuai dan dapat
menggambarkan populasi untuk dijadikan sebagai subjek penelitian.
Pengertian pengambilan sampel menurut Margono (2004) adalah: Teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif.
Tujuan utama analisa pada sample adalah menarik kesimpulan atas parameter-
parameter populasi melalui beberapa anggota populasi tersebut. Diharapkan,
parameter- parameter yang didapatkan dari sample atau yang dikenal dengan
statistik dapat merepresentasikan kondisi sebenarnya populasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian populasi dan sampel?
2) Bagaimana metode penarikan sampel?
3) Apa saja kesalahan-kesalahan dalam Penarikan Sampel?
4) Bagaimana distribusi sampel rata-rata proporsi?
5) Bagaimana distribusi sampel selisih rata-rata dan proporsi?
6) Bagaimana faktor koreksi untuk populasi terbatas?
7) Bagaimana dalil batas tengah? 

C. TUJUAN PENULISAN

1) Mengetahui pengertian populasi dan sampel


2) Mengetahui metode penarikan sampel
3) Mengetahui kesalahan dalam penarikan sampel
4) Mengetahui distribusi sampel rata-rata proporsi
5) Mengetahui distribusi sampel selisih rata-rata dan proporsi
6) Mengetahui faktor koreksi untuk populasi terbatas
7) Mengetahui dalil batas tengah
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

1) Pengertian Populasi

Populasi menjadi sumber asal sampel diambil. Beberapa pendapat tentang


populasi. Beberapa memahami populasi sebagai sebuah keseluruhan. Populasi
adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun hasil
mengukur baik kualitatif maupun kuantitatif dari karakteristik mengenai sekumpulan
objek yang lengkap dan jelas (Sudjana, 1996 : 161). Sugiyono (1997 : 59) mengatakan
populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan.
Beberapa pendapat lain melihat populasi dari adanya kesamaan karakteristik.
Menurut Hadjar (1996 : 133), populasi adalah kelompok besar individu yang
mempunyai karakteristik umum yang sama. Pendapat yang sama dikemukakan oleh
Soenarto (1987 : 2) yang mengatakan populasi adalah suatu kelompok manusia,
rumah, binatang dan sebagainya yang paling sedikit mempunyai ciri atau
karakteristik tertentu. Nazir (1988 : 325) melihat populasi sebagai kumpulan individu
dengan kualitas dan ciri yang telah ditetapkan. Kualitas dan ciri ditentukan oleh
variabelnya.
Batas populasi bukanlah tempat dan waktu penelitian, tetapi karakteristik
elemen atau individu populasi. Tidak semua subjek dalam tempat dan waktu
penelitian diteliti, tetapi sebagian subjek yang mempunyai karakteritik tertentu yang
sama. Misalnya: bila populasinya adalah mahasiswa perguruan tinggi di Surakarta
yang orang tuanya berprofesi sebagai pedagang, maka mahasiswa perguruan tinggi
di Surakarta yang orang tuanya tidak berprofesi sebagai pedagang bukan populasi
walaupun mengambil kuliah di Surakarta.

Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi (Margono, 2004: 118). Ia


menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di
dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi dapat
dibedakan berikut ini.
 Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas
kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas. Misalnya
5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan karakteristik; masa kerja 2
tahun, lulusan program Strata 1, dan lain-lain.
 Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat
ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah
secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang berarti jumlahnya harus dihitung
sejak guru pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang.

Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat
digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat
umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang dan yang akan menjadi guru. Populasi
seperti ini disebut juga parameter. Selain itu, menurut Margono (2004: 119) populasi
dapat dibedakan ke dalam hal berikut ini:
 Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang batas-
batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku juga
bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari guru; berumus 25 tahun
sampai dengan 40 tahun, program S1, jalur skripsi, dan lain-lain.
 Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi yang secara
kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250 di kota
Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah ditetapkan dalam
populasi teoretis.
2) Pengertian Sampel

Sampel berarti contoh. Kesimpulan tentang contoh akan sama dengan


keseluruhan individu dari mana sampel diambil, karena contoh mempunyai ciri yang
sama dengan keseluruhan yang menjadi sumbernya. Sampel adalah sebagian dari
populasi yang memiliki ciri yang sama dengan populasi. Menurut Soenarto (1987 : 2),
sampel adalah suatu bagian yang dipilih dengan cara tertentu untuk mewakili
keseluruhan kelompok populasi. Kesamaan ciri sampel dengan populasi induknya
menyebabkan sampel merupakan representasi populasi. Dengan kata lain, sampel
yang diambil dari populasi bukan semata-mata sebagian dari populasi, tetapi
haruslah representatif. Supaya sampel representatif, maka sampel diambil sebagian
dari populasi dengan cara tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan. Sampel
adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu.

Margono (2004: 121) menyatakan bahwa sampel adalah sebagai bagian dari
populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara
tertentu. Hadi (Margono, 2004: 121) menyatakan bahwa sampel dalam suatu
penelitian timbul disebabkan hal berikut
 Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya
jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.
 Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil
kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada
objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai alasan.
Nawawi (Margoino, 2004: 121) mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu:

 Ukuran populasi
Dalam hal populasi ta terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual.
Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi
seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang
jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari
populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok
Indonesia, misalnya.
 Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang
diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang
diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas.
Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
 Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia
terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,
dalam hal ini, lebih tepat.
 Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena
dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan
semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan
darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji
kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
 Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan
cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini meliputi
pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi
belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan dalam
melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
 Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang
telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan
kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada
penelitian populasi.

B. METODE PENARIKAN SAMPEL


Prosedur pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara random maupun dengan
nonrandom. Perbedaan kedua prosedur pengambilan sampel didasarkan atas
pertimbangan diperhitungkan atau tidaknya probabilitas dalam pengambilan sampel.
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
Teknik penarikan/pengambilan sampel
a) Probability Sampling
Probability sampling merupakan Teknik penarikan sampel, dimana setiap
unsure atau elemen sampling diberi kesempatan yang sama dan persis sama
untuk diikutkan/dipilih dalam sample. Syarat dalam penarikan sample
probabilitas adalah tersedianya daftar anggota populasi atau daftar
unsure/elemen populasi (kerangka sample/sampling frame).

Berikut merupakan beberapa Teknik Probability Sampling :


 Simple Random Sampling ( Penarikan sample secara Random/Acak
Sederhana)
Caranya : dengan mengundi elemen/anggota populasi & dengan
menggunakan tabel angka random. Syarat dari teknik penarikan sampel
secara acak sederhana yaitu tersedia kerangka sampling, sifat populasi
homogen, dan populasi tidak terlalu tersebar secara geografis
 Systematic Random Sampling (Penarikan sample secara sistematik) Caranya :
1) Melakukan cek keadaan daftar populasi (kerangka populasi)
2) Menetapkan jarak/interval
I =N/n I = Interval (5)
N = Jumlah anggota populasi (100) n = Jumlah anggota sampel (20)
1) Menetapkan nomor berapa peneliti akan mulai menghitung
(penetapan momor pertama ini dilakukan secara acak/random) 1, 2,
3, 4 dan 5
2) Anggota sampel berikutnya ditentukan dengan menambahkan
interval pada nomor pertama dan seterusnya

 Stratified Random Sampling (Penarikan Sampel Startifikasi) Caranya:


1) Menetapkan kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar
penetuan strata (lapisan).
2) Dengan dasar kriteria tersebut populasi dibagi ke dalam sub-
subpopulasi (setiap subpopulasi diasumsikan homogen)
3) Penentuan besar sampel pada masing-masing subpopulasi bisa
proporsional bisa pula tidak.
4) Penentuan usnsur bisa simple random/systematic
Syarat Stratified Random Sampling :
1) Kriteria yang jelas untuk menstratifikasi
2) Ada data pendahuluan mengenai kriteria
3) Diketahui jumlah tiap lapisan,
 Cluster Sampling (Penarikan Sampel Berkelompok Teknik ini digunakan
karena mengalami dua permasalahan, yaitu:
1) peneliti kekurangan kerangka sampling yang baik, suatu populasi yang
menyebar;
2) Biaya yang tinggi untuk menyusun kerangka sampling dan
menjangkau setiap elemen sample.
Caranya:
1) Populasi dibagi ke dalam mini populasi-mini populasi. Mini
populasi memiliki karakteristik yang sama dengan populasi
2) Pengelompokan mini populasi ini bisa berdasarkan pada
pengelompokan secara administrasi.
3) Setelah itu menentukan cluster secara random (bisa dilakukan
secara bertingkat misal dari desa menjadi dukuh-dukuh atau
dusun dst)
4) Cluster yang terpilih adalah unit yang berisi elemen sample final.
 Multistage Sampling (Penarikan Sampel Secara Bertahap) Hampir sama
dengan cluster, dengan tahap lebih dari satu kali (misal propinsi, kabupaten,
kecamatan, kelurahan/desa dan seterusnya).
 Area Sampling ( Penarikan Sampel Wilayah)
Cara ini dilakukan karena populasi tidak dapat kerangka sampling.
Dibutuhkan suatu foto udara yang jelas dan rinci dari wilayah yang akan
diteliti, sehingga dapat diketahui blok-blok yang ada seperti perumahan,
pertokoan. Teknik penarikan sample sama seperti penarikan sampel secara
bertahap.
b) Non Probability Sampling (Non random sampling)
Cara ini dilakukan bila tidak mungkin diperoleh daftar yang lengkap dari populasi
penelitian, sehingga tidak terdapat kesempatan yang sama pada anggota populasi.
Karena itu peneliti tidak dapat membuat generalisasi atau kesimpulan yang dapat
mewakili populasi, hasil analisis hanya berlaku untuk anggota populasi yang diteliti.
Dengan penarikan sample non probability, peneliti tidak dihadapkan pada cara-cara
yang rumit.
Beberapa Teknik Non Probability Sampling
1) Purposive Sampling (Penarikan Sampel Secara Sengaja)Cara ini
membutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang baik dari peneliti
terhadap populasi penelitian. Untuk menentukan siapa yang menjadi anggota
sample, maka peneliti harus benar-benar mengetahui dan beranggapan
bahwa orang yang dipilihnya dapat memberikan informasi yang diinginkan
sesuai dengan permasalahan penelitian
2) Quota Sampling (Penarikan Sampel Jatah) Cara ini mirip dengan stratified
sampling, yaitu dengan membagi populasi ke dalam sub-sub populasi sesuai
dengan fokus penelitian. Penarikan sample jatah dilakukan bila peneliti tidak
dapat mengetahui jumlah yang rinci dari setiap strata populasinya.
3) Snow-ball Sampling (Penarikan Sampel Bola Salju Cara penarikan sampel ini
dimulai dengan jumlah yang sedikit akhirnya menjadi banyak, dengan
beberapa tahap. Pertama, menentukan satu atau beberapa orang untuk
diwawancarai. Selanjutnya orang-orang tersebut akan berperan sebagai titik
awal penarikan sampel selanjutnya. Salah satu kelemahannya adalah sampel
yang pada tahap berikutnya adalah orang-orang terdekat (peer group).
Karena itu orang pertama dipilih lebih dari satu.
4) Sequential Sampling Penarikan sample ini dimulai dengan pengambilan
sample dalam jumlah kecil, kemudian data dianalisis. Jika hasilnya masih
diragukan, maka sample diambil yang lebih besar dan seterusnya.
5) Accidental/Haphazard Sampling (Penarikan Sampel Secara Kebetulan)
Penarikan sample ini dilakukan dengan cara memilih orang yang kebetulan
ditemui.
Menentukan ukuran sampel
Syarat:
- Ukuran populasi (N) diketahui
- Pilih taraf signifikan yang diinginkan
Memilih 3 metode praktis
- Tabel kretjie
- Nomogram Harry king
- Rumus slovin
Nomograf Harry King

Nomogram Harry King hanya untuk jumlah 2000 ke bawah. Cara


penentuannyapenentuannya dengan menarik garis lurus pada
gambarmenarik garis lurus pada gambar yang disediakan.

C. KESALAHAN DALAM PENARIKAN SAMPEL

Secara umum didapati adanya beberapa sumber kesalahan dalam pengambilan


sampel. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah:

 Variasi Acak (Random Variation)


Variasi acak merupakan kesalahan sampling yang paling umum dijumpai.
Sebagai contoh, misalkan seorang pemilik supermarket tertarik untuk
menghitung rata-rata pendapatan per rumah tangga dalam suatu daerah
tertentu. Informasi yang diperoleh akan dijadikan sebagai dasar
pertimbangan bagi penyediaan jenis produk bagi masyarakat di daerah
tersebut. Seandainya dalam pelaksanaan pengambilan sampelnya, yaitu
dalam pemilihan suatu sampel acak rumah tangga diperoleh rata-rata
pendapatan rumah tangga sebesar Rp.250 juta per tahun untuk daerah
tersebut, dalam hal ini kita bisa saja bercuriga bahwa sampel yang diambil
mengandung kesalahan pendugaan, yakni secara kebetulan semua sampel
yang dipilih mungkin berada dalam kelompok yang berpendapatan tinggi.
Untuk kasus-kasus yang demikian hadirnya kesalahaan pendugaan agak
mudah terdeteksi bila informasi yang diperoleh jelas meragukan, namun jika
kesalahan pendugaan tidak begitu besar, tentunya kesalahan yang muncul
menjadi sulit terdeteksi sehingga pada akhirnya informasi yang diperoleh
akan mengarah pada pengambilan kesimpulan yang keliru.

Sebagai contoh, jika dari pengambilan sampel untuk kasus yang sama
diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga sebesar Rp.10 juta (yang
dalam hal ini mungkin masih dianggap tinggi tetapi dapat dipercaya), maka
berdasarkan rata-rata pendapatan rumah tangga yang dianggap cukup tinggi
itu, pemilik supermarket boleh jadi secara keliru mengasumsikan bahwa
didaerah tersebut terdiri dari sangat sedikit keluarga yang berpendapatan
sedang sampai rendah sehingga pemilik supermarket tersebut memutuskan
untuk tidak memasarkan lini produk yang murah yang dianggap lebih
menarik bagi mereka yang berada dalam komunitas yang berpendapatan
sedang hingga lebih rendah. Dalam kaitannya dengan kesalahan yang
ditimbulkan oleh variasi acak, peneliti hanya dapat meminimumkan
munculnya kesalahan yang disebabkan oleh variasi acak dengan memilih
rancangan penarikan sampel yang tepat.
 Kesalahan spesifikasi (mis-specification of sample subject)
Kesalahan yang diakibatkan oleh kekeliruan spesifikasi sangat umum
dijumpai dalam pengambilan pendapat untuk pemilihan umum. Sebagai
contoh, populasi sebenarnya yang hendak dipelajari untuk servei pemilihan
terdiri dari mereka yang akan memililih pada hari pemilihan, namun survei
pemilihan umum biasanya secara khas mengambil opini dari pendapat para
pemilih yang terdaftar, walaupun dalam kenyataannya banyak diantara
mereka tidak akan memilih pada hari pemilihan umum. Kesalahan spesifikasi
dapat juga muncul karena daftar unsur populasi (population frame) yang
tidak benar, informasi yang tidak benar pada buku catatan inventori,
pemilihan anggota sampel yang keliru (seperti misalnya melakukan
penggantian responden yang dituju dengan tetangga jika responden yang
seharusnya ditemui tidak berada di tempat), sensivitas pertanyaan,
kesalahan dalam pengumpulan informasi tentang sampel yang disebabkan
oleh bias pewancara yang disengaja atau tidak disengaja, atau kesalahan-
kesalahan dalam memproses informasi sampel. Bila diperhatikan nampak
bahwa semua kasus yang disebutkan tersebut sebenarnya dapat
dikendalikan; namun dalam kasus-kasus lainnya seperti misalnya kesalahan
pengukuran dimensi kayu gelondongan atau kayu papan yang mengembang
bersamaan dengan menumpuknya kelembaban penyebabnya tidak dapat
dikendalikan.

Kesalahan yang disebabkan oleh salah spesifikasi populasi juga umum terjadi
dalam survei pemilihan konsumen, dengan contoh umumnya hanya terdiri
dari para ibu rumah tangga tidak menyertakan kaum laki-laki, wanita yang
bekerja dan mahasiswa karena keadaan mereka yang relatif tidak
memungkinkan terjangkau.

Untuk meminimumkan peluang munculnya kesalahan yang disebabkan oleh


salah spesifikasi, peneliti dapat membuat pernyataan yang sangat hati-hati
tentang tujuan survei pada permulaan studi, sehingga dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang unsur-unsur yang membentuk populasi. Yang
terpenting dari semua ini peneliti harus sangat hati-hati dalam
mengungkapkan kesimpulan tentang populasi aktual darimana informasi
sampel ditarik dan bukan menurut kondisi populasi lainnya yang jauh lebih
menarik, yang barangkali hanya dalam bentuk konseptual.
 Kesalahan penentuan responden
Sumber kesalahan tambahan dalam survei sampel adalah disebabkan oleh
kesalahan penetapan responden dari beberapa anggota sampel. Pada
umumnya para peneliti mengasumsikan bahwa responden dan
nonresponden mewakili lapisan-lapisan serupa dari populasi padahal
sebenarnya ini merupakan kasus yang jarang terjadi. Sebagai contoh dalam
survei konsumen yang menjadi nonresponden umumnya adalah kaum
pekerja dan responden biasanya adalah ibu rumah tangga, dalam survei
pendapat umum nonresponden (mereka yang menyatakan ‘tidak punya
pendapat’) biasanya adalah anggota-anggota sampel yang sudah sangat
mapan, yang pada umumnya lebih menyukai hal-hal seperti apa adanya.
Peneliti dapat memiliki efek yang jauh lebih langsung terhadap keslahan
akibat ketidaktepatan penentuan responden. Usaha-usaha yang
berkesinambungan dapat dilakukan untuk mencari responden yang tepat
atau dalam kasus-kasus tertentu responden dapat digantikan dengan yang
lain yang dipilih secara acak.

Dalam kaitannya dengan kesalahan sampling, pengalaman adalah petunjuk


terbaik untuk digunakan dalam mengenali sumber kesalahan dalam survei
sampling. Para individu atau badan yang merancang atau melakukan
berbagai survei dari tipe tertentu (misalnya pendapat umum, penelitian
pasar, audit persediaan dan sebagainya) mengembangkan reputasi untuk
mengantisipasi adanya kemungkinan perangkap tertentu yang mungkin ada
dalam survei. Atas dasar pengalaman yang diperoleh, mereka akan lebih
mampu merancang sampling dan metode survei untuk menghindari sumber
bias dan kesalahan umum yang dapat dikendalikan sekaligus
meminimumkan dampak dari sumber kesalahan yang tidak dapat
dikendalikan.
 Kesalah karena ketidaklengkan cakupan daftar populasi (coverage error).
Salah satu kunci sukses dari pemilihan sampel yang baik adalah ketersediaan
daftar unsur populasi (population frame) lengkap yang relevan. Kesalahan
karena ketidaklengkapan cakupan daftar unsur populasi (coverage error)
timbul karena ketidaktersediaan daftar kelompok tertentu di daftar unsur
populasi. Kondisi tersebut menjadikan individu anggota kelompok tersebut
tidak berpeluang untuk terpilih sebagai sampel dan mengakibatkan bias
dalam pemilihan. Pelaksanaan pengambilan sampel dalam kondisi demikian
hanya akan menghasilkan dugaan karakteristik dari populasi sasaran (target
population), bukannya karakteristik dari populasi yang sebenarnya (actual
population).

 Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (Non response error)


Tidak setiap responden berkenan merespon suatu survey. Pengalaman
menunjukkan bahwa individu-individu yang berada di kelas ekonomi atas
dan bawah cenderung kurang merespon survey dibandingkan dengan
mereka yang berada di kelas menengah. Kesalahan karena ketidaklengkapan
respon (nonresponse error) muncul dari kegagalan untuk mengumpulkan
data dari semua individu dalam sampel. Dengan pertimbangan bahwa
jawaban dari individu sampel yang tidak merespon belum tentu sama
dengan jawaban individu sampel yang merespon, sangatlah penting untuk
menindaklanjuti tanggapan responden yang tidak member respon atau yang
merespon tetapi tidak secara lengkap setelah suatu priode waktu tertentu.
Beberapa upaya dapat dicoba (misalnya melalui surat atau telepon) untuk
meyakinkan responden yang demikian agar mereka berkenan merubah
pendiriannya. Bila upaya tersebut membuahkan hasil, informasi tambahan
yang diperoleh dapat digabungkan dengan informasi awal yang mereka
berikan untuk meyakinkan validitas hasil survey.
 Kesalahan penarikan sampel (sampling error)
Diyakini bahwa sampel yang baik merupakan miniature dari populasi.
Meskipun demikian pengambilan sampel yang berulang-ulang biasanya
menghasilkan besaran suatu karakteristik populasi yang berbeda-beda antar
satu sampel ke sampel lainnya. Dalam hal ini kesalahan penarikan sampel
(sampling error) mencerminkan keheterogenan tau peluang munculnya
perbedaan dari satu sampel dengan sampel yang lain karena perbedaan
individu yg terpilih dari berbagai sampel tersebut. Sampling error dapat
diperkecil dengan memperbesar ukuran sampel meskipun upaya ini
mengakibatkan peningkatan biaya survey.
 Kesalahan pengukuran (Measurement error)
Pada umumnya kuisioner dirancang dengan tujuan untuk mengumpulkan
informasi yang berguna. Data yang diperoleh harus valid dan respon yang
benar harus terukur. Permasalahan yang sering timbul adalah ternyata lebih
mudah membicarakan bagaimana memroleh pngukuran yang bermakna
daripada melaksanakannya. Fakta membuktikan bahwa pengukuran
seringkali dijalankan dengan banyak kemudahan. Pokok-pokok yang
seharusnya ditanyakan pun sering kali tidak tercakup secara lengkap. Dengan
demikian pengukuran yang diperoleh seringkali hanya berupa suatu
pendekatan dari karakteristik yang ingin diketahui. Kesalahan pengukuran
merujuk pada ketidakakuratan dalam mencatat respon yang diberikan
responden karena kelemahan instrument dalam meilikih pokok pertanyaan,
ketidakmampuan sipenanya ataupun karena pernyataan yang dibuat
cenderung mengarahkan jawaban responden.

D. DISTRIBUSI SAMPEL RATA-RATA PROPORSI


Sudjana (2001 : 87) mendefenisikan Distribusi sampling rata-rata adalah kumpulan
dari bilangan-bilangan yang masing-masing merupakan rata-rata hitung dari
samplenya.
Notasi Dalam Distribusi Sampling Rata-rata:
N : ukuran sampel
X : rata-rata sampel
S : standar deviasi sampling deviasi populasi
µ x : rata-rata pada distribusi sampling rata-rata
ox : standar deviasi pada distribusi sampling rata-rata
N : ukuran populasi
µ : rata-rata populasi
o : standar

Ket: √𝑁−𝑛/𝑁−1 disebut dengan faktor koreksi


Contoh Soal
ABC Company memproduksi ‘Remote Control’ dengan menggunakan dua baterai.
Rata-rata umur baterai yang digunakan di produk ini adalah 35 jam. Distribusi umur
baterai mendekati distribusi probabilitas normal dengan standar deviasi 5,5 jam.
Sebagai bagian dari program pengujian, diambil sampel sebanyak 25 baterai.
Hitunglah probabilitas umur baterai lebih dari 36 jam?
Penyelesaian
Diketahui:
Lihat tabel z:
Luas sebelah kanan 0 = 0,5000
Luas antara 0 – z = 0,3186 –
Luas sebelah kanan z = 0,1814
Kesimpulan : Jadi, dari 25 baterai yang dipilih, probabilita umur baterai lebih dari 36
jam adalah sebesar 0,1814 atau 18,14%.

Anda mungkin juga menyukai