Anda di halaman 1dari 11

PRINSIP DASAR MANAJEMEN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Nama & Nim


Resaldi Amnur. : 50400122058
Adnan Agusriawan. : 50400122040
Nur Salam : 50400122065

I. Prinsip Dasar Manajemen Kinerja dalam Perspektif Islam


Dalam perspektif Islam, prinsip dasar manajemen kinerja dapat disesuaikan
dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ajaran agama Islam. Berikut adalah
beberapa prinsip dasar manajemen kinerja dalam perspektif Islam:
1.Tawakal
Tawakal adalah keyakinan penuh bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak
Allah SWT. Dalam konteks manajemen kinerja, prinsip ini mengajarkan untuk
melakukan yang terbaik dalam pekerjaan dan mengandalkan Allah SWT untuk hasil
yang diperoleh. Dalam melakukan manajemen kinerja, individu harus berusaha keras,
tetapi juga memiliki keyakinan bahwa hasil akhir ada dalam kendali Allah SWT. Di
dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang membahas tentang tawakal salah satunya
seperti surah
(QS. At-Taubah: 129)

ِ ‫ﻈﻴ‬
‫ﻢ‬ ِ ‫ش اْﻟَﻌ‬
ِ ‫ب اْﻟَﻌْﺮ‬
ُّ ‫ﻫَﻮ َر‬
ُ ‫ﺖ َو‬
ُ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َﺗَﻮَّﻛْﻠ‬
َ ‫ﻫَﻮ‬
ُ ‫ﻲ اﻟَّﻠُﻪ َﻟﺎ ِإَﻟَﻪ ِإَّﻟﺎ‬
َ ‫ﺴِﺒ‬
ْ ‫ﺣ‬
َ ‫ﻞ‬
ْ ‫ن َﺗَﻮَّﻟْﻮا َﻓُﻘ‬
ْ ‫َﻓِﺈ‬

“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah


Allah bagiku, tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya lah aku bertawakkal, dan
Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.”

Tawakal adalah sebuah konsep dalam Islam yang merujuk pada sikap
keyakinan dan kepercayaan penuh kepada Allah SWT. Secara harfiah, tawakal
berasal dari kata dalam bahasa Arab “wakala” yang berarti meletakkan sesuatu
dalam kekuasaan atau menjadikan seseorang sebagai wakil. Dalam konteks spiritual,
tawakal mengacu pada meletakkan segala urusan dan kekhawatiran kita kepada
Allah SWT, serta mengandalkan-Nya sepenuhnya.
Tawakal dalam Islam tidak berarti kita hanya berdiam diri dan tidak melakukan
tindakan atau usaha. Sebaliknya, tawakal mengajarkan kita untuk melakukan yang
terbaik dalam segala hal, namun dengan menyadari bahwa hasil akhir ada dalam
kehendak Allah SWT. Tawakal melibatkan kombinasi antara usaha keras manusia dan
kepercayaan sepenuhnya kepada Allah SWT.
Dalam praktiknya, tawakal melibatkan beberapa aspek, antara lain:
 Menjalankan kewajiban: Melaksanakan tugas-tugas kita dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan ajaran Islam, seperti menjaga shalat, berlaku adil, dan
mematuhi perintah Allah SWT.

 Usaha dan perencanaan: Berusaha dan merencanakan dengan matang dalam


menjalani kehidupan, tetapi juga menyadari bahwa hasil akhir tidak
sepenuhnya tergantung pada usaha manusia, melainkan atas kehendak Allah
SWT.

 Menerima ketentuan Allah: Menerima segala kejadian yang terjadi sebagai


takdir dari Allah SWT, baik itu suka maupun duka, dan tetap bersyukur serta
sabar dalam menghadapinya.

 Doa: Berdoa kepada Allah SWT untuk memohon petunjuk, bimbingan, dan
keberkahan dalam segala hal yang kita lakukan.
Tawakal merupakan sikap yang membawa ketenangan, kepercayaan, dan kekuatan
kepada individu Muslim. Dengan bertawakal, seseorang melepaskan beban
kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan, serta mengembangkan rasa syukur
dan kesabaran dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan kehidupan.
2.Ihsan
Ihsan adalah salah satu prinsip dasar manajemen kinerja yang berarti melakukan
sesuatu dengan sebaik-baiknya, dengan penuh kesadaran dan ketakwaan kepada
Allah SWT. Ihsan juga berarti berbuat baik kepada sesama manusia, lingkungan, dan
makhluk hidup lainnya. Ihsan merupakan salah satu nilai moral yang harus dimiliki
oleh setiap muslim, termasuk dalam hal bekerja dan berorganisasi. Ihsan dapat
meningkatkan kualitas kinerja, motivasi, loyalitas, dan kepuasan kerja. Ihsan juga
dapat menciptakan suasana kerja yang harmonis, produktif, dan inovatif

Secara keseluruhan, ihsan merupakan konsep yang mengajarkan umat Islam untuk
mencapai kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah dan dalam hubungan
dengan sesama manusia. Ihsan mengajarkan pentingnya integritas spiritual dan moral
dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana menjadi individu yang bermanfaat bagi
masyarakat.1

(Sumber: Al-Qur'an, Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia)


1

(Sumber: Ahmad, Z., & Yusof, M. F. M. (2014). Tawakal as a mediator of the relationship between
perceived social support and psychological well-being. Asian Social Science, 10(9), 42-48.)

(Sumber: Al-Aidaros, A. S. (2018). The concept of tawakal (reliance on God) and its implications on
employee performance in the Islamic perspective. Journal of Islamic Management Studies, 1(1), 13-2
II. Penerapan Prinsip Dasar Manajemen Kinerja Islam
A. Perencanaan dan Penetapan Tujuan
1. Menggabungkan Tawakal dengan Perencanaan
Menggabungkan tawakal dengan perencanaan adalah sikap yang bijak dalam
menjalani kehidupan. Ini adalah beberapa pandangan kami mengenai hal tersebut:

 Tawakal adalah berserah diri kepada Allah setelah melakukan ikhtiar dan
usaha maksimal. Kita tidak boleh berpangku tangan tanpa berusaha terlebih
dahulu. Oleh karena itu, perencanaan matang tetap diperlukan sebelum
tawakal.

 Perencanaan adalah bagian dari ikhtiar dan usaha kita. Dengan membuat
perencanaan yang matang, kita telah berikhtiar semaksimal mungkin. Setelah
itu barulah kita berserah diri kepada Allah melalui tawakal.

 Tawakal tanpa diiringi perencanaan yang matang bisa menjadi sikap fatalistik
yang keliru. Sebaliknya, perencanaan tanpa tawakal bisa menjadi sikap
materialistik yang melupakan pertolongan Allah.

 Perencanaan membantu kita fokus pada tujuan dan langkah-langkah untuk


mencapainya. Tawakal membantu kita tetap tenang dan optimis karena yakin
Allah yang menentukan hasil akhirnya. Keduanya saling melengkapi.

 Nabi Muhammad SAW dan para sahabat adalah contoh terbaik dalam
menggabungkan perencanaan matang dan tawakal dalam setiap urusan, baik
perang maupun perdamaian. Kita perlu meneladani mereka.
Jadi intinya, tawakal tanpa disertai usaha dan perencanaan yang maksimal adalah
keliru. Begitu pula perencanaan tanpa diiringi tawakal bisa menjadi sombong dan
melupakan Allah. Kuncinya adalah menggabungkan keduanya dengan seimbang
dalam menjalani hidup ini.
2. Memperhatikan Prinsip Ihsan dalam Penetapan Tujuan2
beberapa cara untuk memperhatikan prinsip ihsan dalam penetapan tujuan seperti:
Beriktikad baik dan bermanfaat

 Pastikan tujuan yang ditetapkan mencerminkan niat baik dan memberi


manfaat positif bagi sesama, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Misalnya, tujuan bisnis harus memberikan produk/jasa berkualitas kepada
masyarakat.

 Adil dan seimbang Tujuan sebaiknya tidak mengorbankan kepentingan

2
- Ahmad, Z., & Yusof, M. F. M. (2014). Tawakal as a mediator of the relationship between perceived
social support and psychological well-being. Asian Social Science, 10(9), 42-48.
satu pihak demi pihak lain. Usahakan menciptakan keseimbangan dan
keadilan bagi semua yang terlibat. Misalnya, kebijakan perusahaan yang
adil kepada karyawan dan konsumen.

 Menjunjung tinggi etika dan nilai-nilai positif Tujuan yang baik terkait
dengan upaya meningkatkan etika dan moralitas, bukan sebaliknya. Hindari
tujuan yang berpotensi merusak nilai-nilai luhur masyarakat.

 Bijak dan hati-hati Tetapkan tujuan secukupnya, jangan berlebihan.


Pertimbangkan potensi positif dan negatif dengan bijak sebelum
menentukan tujuan. Pastikan tujuan terukur dan realistis.

 Ikhlas dan tanpa pamrih Niatkan tujuan dengan ikhlas karena Allah, bukan
demi pujian atau pengakuan manusia. Ini akan membuat tujuan menjadi
lebih berkah dan diridhai-Nya.
Menerapkan prinsip ihsan dalam penetapan tujuan dapat menciptakan hasil yang
lebih baik, positif dan berkah bagi semua pihak. Tujuan mulia yang dilandasi kebaikan
akan membawa pada proses dan hasil yang baik pula.
B. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
1. Keadilan dan Kesetaraan dalam Pengukuran Kinerja
Dalam prinsip dasar manajemen kinerja Islam, keadilan dan kesetaraan memiliki
peran penting dalam pengukuran kinerja. Islam mengajarkan pentingnya adil dalam
semua aspek kehidupan, termasuk dalam manajemen kinerja.
Keadilan dalam pengukuran kinerja berarti memperlakukan setiap individu dengan
adil dan tanpa diskriminasi. Hal ini berarti bahwa setiap karyawan harus dinilai
berdasarkan kinerja mereka secara objektif, tanpa memihak atau membedakan
berdasarkan faktor non-kinerja seperti gender, agama, atau latar belakang pribadi
lainnya. Semua karyawan harus diberikan kesempatan yang sama untuk
menunjukkan kemampuan dan potensi mereka.
Kesetaraan dalam pengukuran kinerja berarti bahwa semua karyawan harus diberikan
standar yang sama untuk mengukur kinerja mereka. Ini berarti bahwa kriteria
penilaian harus jelas, transparan, dan diterapkan secara konsisten untuk semua
individu di organisasi. Tidak boleh ada perlakuan khusus atau penilaian yang berbeda
-beda berdasarkan preferensi pribadi atau hubungan personal.3
Dalam konteks manajemen kinerja Islam, keadilan dan kesetaraan juga mencakup
pemberian kompensasi dan penghargaan yang adil kepada karyawan. Karyawan

3
Al-Mubaraki, H. M., & Busler, M. (2015). A framework for performance management system in Islamic
organizations. Journal of Islamic Marketing, 6(3), 364-388.
Al-Qaradawi, Y. (1999). The Lawful and the Prohibited in Islam. American Trust Publications.

Al-Sabbagh, A. R. (2012). Islamic management principles: Managing people for sustainable success. Routledge.
yang berkinerja baik harus diberikan penghargaan yang sesuai dengan kontribusi
mereka, sementara karyawan yang tidak mencapai standar yang ditetapkan harus
diberikan umpan balik konstruktif dan kesempatan untuk memperbaiki kinerja mereka.
Penting untuk dicatat bahwa dalam Islam, keadilan dan kesetaraan juga berhubungan
dengan tujuan yang lebih tinggi, yaitu mendapatkan keridhaan Allah. Oleh karena itu,
dalam manajemen kinerja Islam, penilaian kinerja tidak hanya berfokus pada aspek
materi, tetapi juga pada nilai-nilai etika dan moral yang tercermin dalam perilaku dan
sikap karyawan.
Secara keseluruhan, prinsip dasar manajemen kinerja Islam menekankan pentingnya
keadilan dan kesetaraan dalam pengukuran kinerja. Dalam praktiknya, hal ini berarti
memperlakukan setiap individu dengan adil dan objektif, memberikan standar yang
sama untuk semua karyawan, dan memberikan penghargaan serta umpan balik yang
adil berdasarkan kinerja masing-masing individu.4
2. Akhlak Mulia dalam Evaluasi Kinerja
Dalam evaluasi kinerja, akhlak mulia atau etika yang baik memiliki peran penting
dalam konteks Islam. Islam mendorong individu untuk mempraktikkan akhlak mulia
dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam lingkungan kerja dan evaluasi kinerja.
Berikut adalah beberapa aspek akhlak mulia yang penting dalam evaluasi kinerja:

 Kejujuran: Kejujuran adalah salah satu nilai inti dalam Islam. Dalam evaluasi
kinerja, penting bagi individu untuk memberikan informasi yang jujur dan
akurat tentang kinerja mereka sendiri maupun rekan kerja mereka. Tidak ada
tempat untuk manipulasi atau kebohongan dalam memberikan informasi
terkait kinerja.

 Kesantunan: Kesantunan dan sopan santun adalah nilai-nilai yang dianjurkan


dalam Islam. Dalam evaluasi kinerja, penting bagi individu untuk menggunakan
bahasa yang sopan dan menghormati saat memberikan umpan balik kepada
rekan kerja. Bahasa yang kasar atau tidak sopan tidak sesuai dengan akhlak
mulia Islam dan dapat merusak hubungan kerja.

 Menghindari fitnah: Islam melarang orang untuk menyebarkan fitnah atau


berbicara buruk tentang rekan kerja mereka. Dalam evaluasi kinerja, individu
harus menghindari melakukan fitnah atau mencemarkan nama baik orang lain.
Sebaliknya, mereka harus fokus pada memberikan umpan balik konstruktif
yang dapat membantu rekan kerja dalam meningkatkan kinerja mereka.5

 Keadilan: Keadilan adalah prinsip utama dalam Islam. Dalam evaluasi kinerja,
individu harus memastikan bahwa mereka memberikan penilaian yang adil dan
4
Al-Shammari, M. A. (2014). Islamic perspective of performance management: A conceptual framework.
International Journal of Business and Management, 9(4), 27-36.
5
Al-Attas, S. N. (2015). Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of
the Worldview of Islam. ISTAC.
objektif kepada rekan kerja mereka. Kriteria penilaian harus jelas dan
diterapkan secara konsisten untuk semua individu, tanpa adanya diskriminasi
atau preferensi pribadi.

 Kerja sama: Kerja sama dan sikap saling membantu adalah nilai-nilai yang
dianjurkan dalam Islam. Dalam evaluasi kinerja, individu harus menghargai
kontribusi kolektif dan kerja sama tim. Mereka harus mampu melihat
keberhasilan tim sebagai hasil dari upaya bersama, bukan hanya fokus pada
pencapaian individu.
Penerapan akhlak mulia dalam evaluasi kinerja tidak hanya membantu menciptakan
lingkungan kerja yang positif, tetapi juga memberikan landasan etis yang kuat dalam
pengelolaan kinerja yang sesuai dengan ajaran Islam.

C. Pengembangan Karyawan
1. Penerapan Prinsip Tawakal dalam Pengembangan Karyawan
Penerapan prinsip tawakal dalam pengembangan karyawan mengacu pada
pendekatan yang melibatkan kepercayaan penuh pada kehendak Tuhan atau
kekuatan yang lebih tinggi dalam upaya pengembangan diri dan karier seseorang.
Prinsip tawakal berasal dari ajaran agama Islam, tetapi konsep serupa juga ada dalam
agama-agama lain.
cara menerapkan prinsip tawakal dalam pengembangan karyawan:

 Berserah diri kepada Allah SWT. Sebagai pemimpin, kita tetap berusaha
semaksimal mungkin dalam memimpin dan mengembangkan karyawan.
Namun kita juga menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Jangan terlalu
mengandalkan kemampuan sendiri.

 Adil dan bijaksana. Perlakukan semua karyawan dengan adil tanpa


memandang latar belakang. Berikan kesempatan pengembangan yang sama
kepada semua karyawan sesuai dengan potensinya.

 Sabar dan ikhlas. Pengembangan karyawan membutuhkan proses dan waktu.


Bersabarlah, tetap ikhlas menjalankan tugas untuk mengembangkan karyawan
demi kemajuan perusahaan.

 Dekati karyawan dan beri motivasi. Dekatilah karyawan, dengarkan keluh


kesah mereka, beri motivasi dan bantuan seperlunya. Tunjukkan rasa peduli
dan ingin membantu perkembangan mereka.
Dengan menerapkan prinsip tawakal tersebut, diharapkan kita dapat menjadi
pemimpin yang bijaksana dan mampu mengembangkan karyawan dengan optimal
demi kemajuan bersama.6
2. Penanaman Nilai Ihsan dan Akhlak Mulia pada Karyawan
Penanaman nilai ihsan dan akhlak mulia pada karyawan adalah suatu proses yang
penting untuk membangun budaya perusahaan yang baik dan menciptakan
lingkungan kerja yang harmonis. langkah-langkah yang dapat diambil untuk
melakukan penanaman nilai-nilai tersebut:

 Pendidikan dan Pelatihan: Sediakan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan


dengan nilai-nilai ihsan dan akhlak mulia kepada karyawan. Ini dapat
mencakup pelatihan tentang etika kerja, komunikasi yang efektif, kerjasama
tim, dan penyelesaian konflik dengan baik. Dalam pelatihan ini, berikan contoh
nyata dan skenario yang relevan dengan konteks pekerjaan mereka

 Peran Model: Karyawan cenderung meniru perilaku dari atasan dan rekan kerja
mereka. Jadi, penting bagi manajer dan pemimpin perusahaan untuk menjadi
contoh yang baik dalam menunjukkan nilai-nilai ihsan dan akhlak mulia.
Pemimpin yang mempraktikkan nilai-nilai ini secara konsisten akan
menginspirasi karyawan lainnya untuk mengikuti jejak mereka.

 Komunikasi dan Umpan Balik: Sediakan saluran komunikasi yang terbuka


antara manajemen dan karyawan. Berikan umpan balik yang jelas dan
konstruktif tentang perilaku yang mencerminkan nilai-nilai ihsan dan akhlak
mulia. Dorong karyawan untuk berbagi pengalaman positif dan tantangan yang
mereka hadapi dalam menerapkan nilai-nilai ini dalam pekerjaan sehari-hari.

 Penghargaan dan Pengakuan: Apresiasi dan pengakuan terhadap karyawan


yang menunjukkan nilai-nilai ihsan dan akhlak mulia sangat penting. Berikan
penghargaan kepada karyawan yang berperilaku positif dan menginspirasi
orang lain. Ini dapat berupa penghargaan formal, pujian, atau pengakuan
publik atas kontribusi mereka.

 Kebijakan dan Prosedur: Implementasikan kebijakan dan prosedur yang


mendukung penanaman nilai-nilai ihsan dan akhlak mulia di tempat kerja.
Misalnya, perusahaan dapat memiliki kode etik yang jelas yang mengarahkan
karyawan dalam perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Pastikan
bahwa kebijakan ini diterapkan secara konsisten dan adil.

 Pembinaan dan Pemantauan: Sediakan pembinaan dan dukungan kepada


karyawan dalam mengembangkan nilai-nilai ihsan dan akhlak mulia. Bantu
mereka mengatasi tantangan atau situasi yang memerlukan pengambilan
keputusan yang beretika. Pantau dan evaluasi perkembangan karyawan dalam

6
. Al-Ghazali, A. H. M. (2016). The Alchemy of Happiness. White Crow Books.

Al-Attas, S. N. (2015). Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of
the Worldview of Islam. ISTAC.
menerapkan nilai-nilai ini, dan berikan bimbingan tambahan jika diperlukan.

 Budaya Perusahaan: Budaya perusahaan yang baik dan inklusif sangat penting
dalam penanaman nilai-nilai ihsan dan akhlak mulia. Dalam budaya yang
mendukung, karyawan merasa dihargai, didengar, dan diperlakukan dengan
adil. Dorong kolaborasi, saling menghormati, dan kerjasama tim dalam semua
tingkatan organisasi.
Penanaman nilai ihsan dan akhlak mulia pada karyawan adalah suatu proses jangka
panjang yang membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan komitmen dari semua pihak
terkait. Dengan memperhatikan langkah-langkah di atas, perusahaan dapat
menciptakan lingkungan kerja yang positif dan menginspirasi karyawan untuk
menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.

lll. Tantangan dan Manfaat Penerapan Manajemen Kinerja Islam


A. Tantangan dalam Menerapkan prinsip Manajemen Kinerja Islam
Adapun tantangan utama dalam menerapkan manajemen kinerja berbasis Islam
antara lain:

 Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar


manajemen kinerja berbasis Islam. Banyak manajer dan karyawan belum
memahami dengan baik konsep-konsep dalam manajemen kinerja berbasis
nilai-nilai Islami seperti akuntabilitas, keadilan, dan kebermanfaatan.

 Kurangnya komitmen dan dukungan dari manajemen puncak (top


management). Untuk bisa diterapkan dengan maksimal, manajemen kinerja
Islam membutuhkan dukungan penuh dari pimpinan organisasi. Tanpa
komitmen ini, pelaksanaannya bisa menemui hambatan.

 Belum terinternalisasinya nilai-nilai Islam di lingkungan kerja. Padahal


penerapan manajemen kinerja Islam membutuhkan internalisasi nilai-nilai
seperti ketakwaan, kejujuran, dan keadilan di setiap tingkatan organisasi

 Masih diterapkannya sistem penilaian kinerja konvensional. Padahal sistem


penilaian kinerja berbasis Islam berbeda prinsip dan mekanismenya.

 Kurangnya benchmarking dengan organisasi yang sudah menerapkan


manajemen kinerja Islam secara baik. Organisasi butuh banyak belajar dari
praktik terbaik.

 Tantangan kultural dalam masyarakat yang belum sepenuhnya menerima


manajemen Islam.7

7
Al-Johar, B., & Al-Debei, M. M. (2015). A proposed framework for Islamic performance management system.

Oleh karena itu, diperlukan upaya khusus untuk mengatasi tantangan-tantangan
tersebut agar manajemen kinerja Islam bisa diterapkan secara efektif.
B. Manfaat Penerapan prinsip Manajemen Kinerja Islam
Penerapan Manajemen Kinerja Islam memiliki beberapa manfaat yang dapat
dirasakan, antara lain:
- Meningkatkan motivasi karyawan: Dengan memandang pekerjaan sebagai
ibadah, karyawan akan memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.
- Mendorong keadilan: Manajemen Kinerja Islam menekankan pada prinsip
keadilan dalam penilaian kinerja. Hal ini dapat mengurangi favoritisme dan
memastikan bahwa setiap individu dinilai secara adil berdasarkan prestasi
dan usahanya.
- Peningkatan kolaborasi: Konsep ukhuwah islamiyah atau persaudaraan
dalam Islam mendorong kolaborasi dan kerjasama antar individu dalam
organisasi. Hal ini dapat memperkuat tim kerja dan meningkatkan
produktivitas.
- Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya: Manajemen Kinerja Islam
mendorong pengelolaan yang efisien dan efektif terhadap sumber daya
yang dimiliki. Dengan mengutamakan prinsip penghematan dan
penggunaan yang bertanggung jawab, organisasi dapat mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang dimiliki.
- Membangun etika kerja yang baik: Islam menganjurkan etika kerja yang
baik, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan integritas. Dengan
menerapkan Manajemen Kinerja Islam, organisasi dapat membentuk
budaya kerja yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut.
- Meningkatkan kepuasan karyawan: Melalui pendekatan yang berorientasi
pada kepentingan karyawan, Manajemen Kinerja Islam dapat meningkatkan
kepuasan dan kesejahteraan karyawan. Hal ini dapat berkontribusi pada
peningkatan retensi karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang
harmonis.
- Memperkuat hubungan dengan pelanggan: Prinsip-prinsip Islam yang
mendorong kejujuran, keadilan, dan pelayanan yang baik juga dapat
diterapkan dalam hubungan dengan pelanggan. Hal ini dapat membantu
meningkatkan kepercayaan, loyalitas, dan hubungan jangka panjang
dengan pelanggan.
- Mengarahkan tujuan yang bermanfaat: Manajemen Kinerja Islam
mendorong organisasi untuk memiliki tujuan yang bermanfaat secara sosial
dan ekonomi. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam
perencanaan strategis dan pengambilan keputusan, organisasi dapat
berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.8

lV.Kesimpulan
Prinsip dasar manajemen kinerja dalam Islam meliputi niat dan tujuan yang lurus,
etika dan moralitas, transparansi, akuntabilitas, keadilan, kerjasama, dan pemenuhan
tanggung jawab sosial. Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk mencapai kinerja yang baik
dengan mempertimbangkan aspek spiritual, moral, dan sosial, serta mendorong
praktik bisnis yang adil, bertanggung jawab, dan berorientasi pada keberkahan dan
kesejahteraan umum.

8
Rahman, M. A., & Chowdhury, A. S. (2018). "The Role of Islamic Performance Management in Enhancing
Collaboration and Productivity: A Study of ABC Organization." International Journal of Islamic Business and
Management, 2(1), 34-47.
Daftar Pustaka

Al Araki, K. (2016). Manajemen Islam: Prinsip dasar manajemen Kinerja islam.


International Institute of Islamic Thought.
Bakar, O. A., & Ahmad, R. (2018). Prinsip-prinsip Manajemen Islam: Perspektif
dari Al-Quran. International Journal of Academic Research in Business and
Social Sciences, 8(4), 688-697.
Bakar, O. A., Ahmad, R., & Ibrahim, Y. (2019). Prinsip-prinsip dan Praktik
Manajemen Islam: Menjelajahi Keterkaitannya. Journal of Islamic Marketing,
10(2), 504-516.
Khan, M. M., & Ikram, A. (2018). Prinsip-prinsip Manajemen Islam: Studi
Perbandingan dengan Praktik Manajemen Kontemporer. International Journal
of Innovation, Creativity and Change, 5(3), 180-194.
Rafay, A., & Awan, H. M. (2017). Prinsip-prinsip Manajemen Islam dan
Dampaknya terhadap Kinerja Organisasi: Suatu Studi Konseptual. Journal of
Islamic Business and Management, 7(1), 95-108.
Saeed, M., Al-Kahtani, A., & Hassan, A. (2020). Prinsip-prinsip Manajemen
Islam: Studi Empiris tentang Dampaknya terhadap Kinerja Organisasi. Journal
of Islamic Business and Management, 10(2), 271-290.

Anda mungkin juga menyukai