Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Tingkat Pengangguran

2.1.1.1. Pengertian Tingkat Pengangguran

Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong

dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat

memperolehnya (Sukirno, 2016). Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara

aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Pengangguran dapat

terjadi disebabkan oleh tidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini

menunjukkan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja

yang diminta. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2019) dalam indikator

ketenagakerjaan, pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi

sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau

penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi

belum mulai bekerja.

Pengangguran merupakan masalah makro ekonomi yang mempengaruhi

manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. Bagi kebanyakan

orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan

psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang

sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politisi sering mengklaim

bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan


kerja (Mankiw, 2017)

Tetapi secara aktif mencari pekerjaan tidak dapat digolongkan sebagai

penganggur. Penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja

kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha

memperoleh pekerjaan.

Selain itu pengangguran diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang

yang tergolong dalam angkatan kerja yang ingin mendapatkan pekerjaan tetapi

belum memperolehnya (Sukirno, 2016). Dalam standar pengertian yang sudah

ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan pengangguran adalah seseorang

yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari

pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh

pekerjaan yang diinginkannya (Sukirno, 2016). Pengangguran menunjukkan

sumber daya yang terbuang. Para pengangguran memiliki potensi untuk

memberikan kontribusi pada pendapatan nasional, tetapi mereka tidak dapat

melakukannya. Pencarian pekerjaan yang cocok dengan keahlian mereka adalah

menggembirakan jika pencarian itu berakhir, dan orang-orang yang menuggu

pekerjaan di perusahaan yang membayar upah di atas keseimbangan merasa

senang ketika lowongan terbuka. (Sukirno, 2016).

Angkatan kerja meliputi populasi dewasa yang sedang bekerja atau

sedang mencari kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan

golongan yang menganggur. Golongan yang bekerja merupakan sebagian

masyarakat yang sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang dan

jasa. Sedangkan sebagian masyarakat lainnya yang tergolong siap bekerja dan
mencari pekerjaan termasukdalam golongan menganggur. Golongan penduduk

yang tergolong sebagai angkatan kerja adalah penduduk yang berumur di antara

15 sampai 64 tahun. Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang

tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan, atau bisa dikatakan sebagai bagian

dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat atau tidak berusaha terlibat

dalam kegiatan produksi (Sukirno, 2017:126).

Kelompok bukan angkatan kerja ini terdiri atas golongan yang bersekolah,

golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain yang menerima

pendapatan. Jika dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara

internasional, yang dimaksudkan pengangguran adalah seseorang yang sudah

digolongkan dalam angkatan kerja yang sedang aktif dalam mencari pekerjaan

pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang

diinginkannya. Maka menurut sebab terjadinya, pengangguran menurut Sukirno

(2016) digolongkan kepada tiga jenis yaitu:

a. Pengangguran friksional Pengangguran friksional adalah pengangguran

yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja

dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk

sekedar waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan seleksi, atau

terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi. Pengangguran

friksional tidak bisa dielakkan dari perekonomian yang sedang berubah.

Untuk beberapa alasan, jenis-jenis barang yang dikonsumsi perusahaan dan

rumah tangga bervariasi sepanjang waktu. Ketika permintaan terhadap

barang bergeser, begitu pula perminttan terhadap tenaga kerja yang


memproduksi barang-barang tersebut.

b. Pengangguran struktural Pengangguran struktural terjadi karena ada

problema dalam struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur

yang demikian memerlukan perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja yang

dibutuhkan sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri

dengan ketrampilan baru tersebut.

c. Pengangguran konjungtur. Pengangguran konjungtur terjadi karena

kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengangguran

dalam permintaan agregat.

Sukirno (2016), mengklasifikasikan pengangguran berdasarkan cirinya,

dibagi menjadi empat kelompok:

a. Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak

mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang

belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal dan

sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah daripada

pertambahan tenaga kerja. Efek dari keadaan ini di dalam suatu jangka masa

yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi mereka

menganggur secara nyata dan separuh waktu, dan oleh karena dinamakan

pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat

dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang

mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran

perkembangan suatu industri.


b. Pengangguran Tersembunyi

Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal

karena suatu alasan tertentu. Salah satunya adalah karena kecilnya perusahaan

dengan tenaga kerja yang terlalu banyak sehingga untuk menjalakan

kegiatannya tidak efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan

dalam pengangguran tersembunyi.

c. Setengah Menganggur

Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal

karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah

menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam

selama seminggu. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari dalam

seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang

mempunyai masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur.

d. Pengangguran Bermusim

Pengangguran ini adalah tenaga kerja yang tidak bekerja karena terikat

pada musim tertentu. Pengangguran seperti ini terutama di sektor pertanian

dan perikanan. Pada umumnya petani tidak begitu aktif di antara waktu

sesudah menanam dan panen. Apabial dalam masa tersebut mereka tidak

melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.

Dalam membicarakan mengenai pengangguran yang selalu diperhatikan

bukanlah mengenai jumlah pengangguran, tetapi mengenai tingkat pengangguran

yang dinyatakan sebagai persentasi dari angkatan kerja (Sukirno, 2016). Untuk

melihat keterjangkauan pekerja (kesempatan bekerja), maka digunakan rumus


Tingkat Pengangguran Terbuka. Definisi dari tingkat pengangguran terbuka ialah

persentase penduduk yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang

tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan,

yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dari sejumlah

angkatan kerja yang ada (BPS, 2018)

Tingkat pengangguran terbuka memberikan indikasi tentang penduduk usia

kerja yang termasuk dalam kelompok penganggur. Tingkat pengangguran kerja

diukur sebagi persentase jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja.

Untuk mengukur tingkat pengangguran terbuka pada suatu wilayah bisa didapat

dari prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja dan

dinyatakan dalam persen.

Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai

pekerjaan.Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum mendapat pekerjaan

padahal telah berusaha secara maksimal da nada juga yang karena malas mencari

pekerjaan atau malas bekerja. (Dharmayanti, 2011).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka yang menunjukkan

banyaknya pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan

kerja. Pengangguran terbuka (open unemployment) didasarkan pada konsep

seluruh angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan

pertama kali maupun yang sedang bekerja sebelumnya. Sedang pekerja yang
digolongkan setengah penganguran (underemployment) adalah pekerja yang

masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan

jam kerja rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal, atau berarti bekerja

kurang dari 35 jam dalam seminggu). Namun masih mau menerima pekerjaan,

serta mereka yang tidak mencari pekerjaan namun mau menerima pekerjaan itu.

Pekerja digolongkan setengah pengangguran parah (severely underemployment)

bila ia termasuk setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam

seminggu.

Menurut BPS (2010), Pengangguran terbuka terdiri atas:

a. Penduduk yang sedang mencari pekerjaan

b. Penduduk yang sedang mempersiapkan usaha

c. Penduduk yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan

d. Penduduk yang sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja.

Pengangguran terbuka biasanya terjadi pada geerasi muda yang baru

menyelesaikan pendidikan menengah dan tinggi. Ada kecenderung mereka yang

baru menyelesaikan pendidikan berusaha mencari kerja sesuai dengan aspirasi

mereka. Aspirasi mereka biasanya adalah bekerja disektor modern atau di kantor.

Untuk mendapatkan pekerjaan itu mereka bersedia menunggu untuk beberapa

lama. Tidak tertutup kemungkingan mereka berusaha mencari pekerjaan itu di

kota atau di provinsi atau daerah yang kegiatan industry telah berkembang. Ini

yang menyebabkan angka pengangguran terbuka cenderung tinggi di kota atau

daerah yang kegiatan industry atau sektor modern telah berkembang (Kuncoro,

2018;324).
Sebaliknya angka pengangguran terbuka rendah di daerah atau provinsi yang

kegiatan ekonomi masih bertumpu pada sektor pertanian. Apalagi tingkat

pendidikan di daerah tersebut rendah. Pada umumnya, mereka yang

berpendidikan rendah bersedia bekerja apa saja untuk menopang kehidupan. Bila

sektor pertanian kurang dapat menjamin kelangsungan hidup, mereka bersedia

berusaha di kantor informal. Mereka tidak memperdulikan apakah jam kerja

panjang atau penghasilan rendah. Bagi mereka yang penting dapat bertahan hidup.

Beberapa akibat buruk dari pengangguran dibedakan kepada dua aspek

dimana dua aspek tersebut yaitu: (Sukirno, 2016)

a. Akibat Buruk Ke Atas Kegiatan Perekonomian

Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat

mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh. Hal ini dapat dengan jelas dilihat

dari memperlihatkan berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi yang

ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk tersebut dapat

dibedakan sebagai berikut :

1. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memaksimumkan tingkat

kemakmuran yang mungkin dicapainya. Hal ini terjadi karena

pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang

dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan pendapatan

potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran

yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.

2. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah

berkurang. Pengangguran diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi


yang rendah, dan dalam kegiatan ekonomi yang rendah pendapatan

pajak pemerintah semakin sedikit. Jika penerimaan pajak rendah, dana

untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga

kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.

3. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.

Pengangguran menimbulkan dua akibat buruk kepada kegiatan sektor

swasta. Yang pertama, pengangguran tenaga buruh diikuti pula oleh

kelebihan kapasitas mesin- mesin perusahaan. Kedua, pengangguran

yang diakibatkan keuntungan kelesuan berkurang. Kegiatan Keuntungan

perusahaan yang rendah menyebabkan mengurangi keinginan untuk

melakukan investasi.

b. Akibat Buruk Ke Atas Individu Dan Masyarakat

Pengangguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan

sosial dalam masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan oleh

pengangguran adalah:

1. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencarian dan pendapatan.

2. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan. Keterampilan

dalam mengerjakan suatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan apabila

keterampilan tersebut digunakan dalam praktek.

3. Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat

menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah.


1.1.3.1. Indikator Tingkat Pengangguran

Menurut BPS (2021) Indikator Tingkat Pengangguran yaitu :

1. Penduduk yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan

Merujuk pada penduduk dengan usia kerja yang sedang aktif bekerja

atau sedang mencari kerja. Jika membahas tentang angkatan kerja maka bisa

dikatakan mereka adalah penduduk usia produktif, baik yang bekerja

ataupun pengangguran.

2. Sedang Mempersiapkan Suatu Usaha Baru

Suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka

mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan yang "baru", yang bertujuan untuk

memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan atau

tanpa mempekerjakan buruh/pekerja dibayar maupun tidak dibayar.

Mempersiapkan yang dimaksud adalah apabila "tindakannya nyata",

seperti: mengumpolkan modal atau perlengkapan/alat, mencari

lokasi/tempat, mengurus surat ijin usaha dan sebagainya, telah/sedang

dilakukan.

3. Penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi

belum mulai bekerja.

Mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan mencari pekerjaan.

Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada

saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti mereka:

1. Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.


2. Yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau

diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

2.1.2. Jumlah Penduduk

2.1.2.1. Pengertian Jumlah Penduduk

Lembaga BPS dalam Statistik Indonesia (2018) menjabarkan penduduk

adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia

selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan

tetapi bertujuan untuk menetap. Sedangkan menurut Said (2018;547) yang

dimaksud dengan penduduk adalah jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu

wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari proses- proses demografi

yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi.

Arsyad, (2019;23) mengemukakan teorinya tentang hubungan pertumbuhan

penduduk dengan pembangunan ekonomi. Dalam tulisannya konsep hasil yang

menurun (concept of dimishing return). Maltus menjelaskan kecenderungan umum

penduduk suatu negara untuk tumbuh menurut deret ukur yaitu dua-kali lipat setiap

30-40 tahun. Sementara itu saat yang sama, karena hasil yang menurun dari faktor

produksi tanah, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret hitung. Oleh karena

pertumbuhan persediaan pangan tidak bisa mengimbangi pertumbuhan penduduk

yang sangat cepat dan tinggi, maka pendapatan perkapita (dalam masyarakat tani

didefinisikan sebagai produksi pangan perkapita) akan cenderung turun menjadi

sangat rendah, yang menyebabkan jumlah penduduk tidak pernah stabil, atau hanya
sedikit diatas tingkat subsisten yaitu pendapatan yang hanya dapat untuk memenuhi

kebutuhan sekedar untuk hidup.

Menurut Maier (Kuncoro, 2019) di kalangan para pakar pembangunan

telah ada konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya

berdampak buruk terhadap supply bahan pangan, namun juga semakin membuat

kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa, dan sumber daya

manusia.

Terdapat tiga alasan mengapa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan

memperlambat pembangunan, yaitu:

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan dibutuhkan untuk membuat

konsumsi dimasa mendatang semakin tinggi. Rendahnya sumber daya

perkapita akan menyebabkan penduduk tumbuh lebih cepat, yang gilirannya

membuat investasi dalam “kualitas manusia” semakin sulit;

2. Banyak negara yang penduduknya masih sangat tergantung dengan sektor

pertanian, pertumbuhan penduduk mengancam keseimbangan antara

sumberdaya alam yang langka dan penduduk. Sebagian Karena pertumbuhan

penduduk memperlambat perpindahan penduduk dari sektor pertanian yang

rendah produktifitasnya ke sektor pertanian modern dan pekerjaan modern

lainnya;

3. Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat semakin sulit melakukan

perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan ekonomi dan

sosial. Tingginya tingkat kelahiran merupakan penyumbang utama

pertumbuhan kota yang cepat. Bermekarannya kota-kota di NSB


membawa masalah-masalah baru dalam menata maupun mempertahankan

tingkat kesejahteraan warga kota.

Telaah lain menunjukkan bahwa penduduk memiliki dua peranan dalam

pembangunan ekonomi; satu dari segi permintaan dan yang lain dari segi

penawaran. Dari segi permintaan penduduk bertindak sebagai konsumen dan dari

segi penawaran penduduk bertindak sebagai produsen. Oleh karena itu,

perkembangan penduduk yang cepat tidaklah selalu merupakan penghambat bagi

jalannya pembangunan ekonomi jika penduduk ini mempunyai kapasitas tinggi

untuk menghasilkan dan menyerap hasil produksi yang dihasilkan. Ini berarti

tingkat pertambahan penduduk yang tinggi disertai dengan tingkat penghasilan

yang tinggi pula. Jadi pertambahan penduduk dengan tingkat penghasilan rendah

tidak ada gunanya bagi pembangunan ekonomi. Disisi lain, alasan penduduk

dipandang logis sebagai penghambat pembangunan, dikarenakan jumlah

penduduk yang besar dan dengan pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya

menambah beban pembangunan. Jumlah penduduk yang besar akan memperkecil

pendapatan perkapita dan menimbulkan masalah ketenagakerjaan (Dumairy,

2016).

Bagi negara-negara berkembang keadaan perkembangan penduduk yang cepat

justru akan menghambat perkembangan ekonomi. Karena akan selalu ada

perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan

penduduk, yang akhirnya akan dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Jadi,

karena penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja, maka paling tidak terdapat

kesulitan memperoleh kesempatan kerja. Jika mereka tidak memperoleh


pekerjaan atau menganggur, maka justru akan menekan standar hidup bangsanya

menjadi lebih rendah.

Penduduk yang selalu berkembang menuntut adanya perkembangan ekonomi

yang terus-menerus. Semua ini memerlukan lebih banyak investasi. Bagi negara

berkembang, cepatnya perkembangan penduduk menjadi sebuah ganjalan dalam

perkembangan ekonomi, karena negara-negara ini memiliki sedikit kapital.

Todaro (2019;65), menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dan

pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah

pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor

yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jumlah angkatan kerja yang lebih

besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan

penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.

Dengan kata lain, semakin banyak angkatan kerja yang digunakan dalam proses

produksi maka output hasil produksi akan mengalami peningkatan sampai batas

tertentu.

Meskipun terdapat pertentangan mengenai konsekuensi positif dan negatif

yang ditimbulkan oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk, namun selama

beberapa dekade mulai muncul gagasan baru. Gagasan tersebut dikemukakan oleh

Robert Cassen dalam Todaro (2014) sebagai berikut:

1) Persoalan kependudukan tidak semata-mata menyangkut jumlah akan tetapi

juga meliputi kualitas hidup dan kesejahteraan materiil;

2) Pertumbuhan penduduk yang cepat memang mendorong timbulnya masalah

keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi semakin


jauh. Laju pertumbuhan penduduk yang terlampau cepat meskipun memang

bukan merupakan penyebab utama dari keterbelakangan, harus disadari bahwa

hal tersebut merupakan salah satu faktor penting penyebab keterbelakangan di

banyak negara;

3) Pertumbuhan penduduk secara cepat menimbulkan berbagai konse-kuensi

ekonomi yang merugikan dan hal itu merupakan masalah yang utama harus

dihadapi negara-negara Dunia Ketiga. Mereka kemudian mengatakan bahwa

laju pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat mendorong timbulnya berbagai

macam masalah ekonomi, sosial dan psikologis yang melatarbelakangi

kondisi keterbelakangan yang menjerat negaranegara berkembang.

Melonjaknya beban pembiayaan atas anggaran pemerintah tersebut jelas

akan mengurangi kemungkinan dan kemampuan pemerintah untuk meningkatkan

taraf hidup generasi dan mendorong terjadinya transfer kemiskinan kepada

generasi mendatang yang berasal dari keluarga berpenghasilan menengah ke

bawah (Todaro, 2014).

Pertumbuhan penduduk juga menghalangi prospek tercapainya kehidupan

yang lebih baik karena mengurangi tabungan rumah tangga dan juga negara. Di

samping itu, jumlah penduduk yang terlampau besar akan menguras kas

pemerintah yang sudah sangat terbatas untuk menyediakan berbagai pelayanan

kesehatan, ekonomi dan sosial bagi generasi baru.

2.1.2.2. Indikator Jumlah Penduduk

Menurut badan pusat statistic pada tahun 2018 sampai 2020 indikator

jumlah kependudukan yaitu :


1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk merupakan bertambahnya angka jumlah

penduduk yang diakibatkan oleh meledaknya angka kelahiran. Peningkatan

jumlah penduduk tidak serta merta dapat menjadi sebuah pertanda baik jika

tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan.

2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dan

luas daerah yang di diami, karena itu kepadatan penduduk erat kaitannya

dengan kemampuan wilayah dalam mendukung kehidupan penduduknya.

2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi

2.1.3.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi

untuk mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan Produk Domestik

Bruto (PDB) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu

wilayah.2 Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam

jangka panjang. Tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita dan

jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran

ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari suatu

perekonomian, yaitu bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah

dari waktu ke waktu. Tekanannya ada pada perubahan atau perkembangan itu

sendiri.
Menurut Prof. Simon Kuznets4 , pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

kapasitas jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan

berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut

dimungkinkan oleh adanya kamajuan atau penyesuaian Menurut Arsyad ( 2019;79)

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang

apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak penyesuaian

teknologi, intitusional dan ideologi terhadap berbagai keadaan yang ada.

Menurut teori pertumbuhan ekonomi Neo – klasik melihat dari sudut pandang

pandangan yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini yang

dikembangkan oleh Abramovits dan solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada

perkembangan faktor – faktor produksi.

Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang

menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia

dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai

dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja

(demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ ketersediaan

pekerjaan ( lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja ). Dengan demikian

kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja sehingga

berdampak mengurangi tingkat pengangguran. Pertumbuhan ekonomi juga dapat

diartikan sebagai suatu kondisi dimana terjadinya perkembangan GNP yang

mencerminkan adanya pertumbuhan output perkapita dan meningkatnya standart

hidup masyarakat (Murni, 2009:169).


2.1.3.2. Indikator Pertumbuhan Ekonomi

1) Ketidak Seimbangan

Dimana dalam keadaan yang ideal pendapatan dengan mutlak harus di

distribusikan secara adil, 80 persen persen populasi terbawah akan menerima

80 persen dari total pendapatan, sedangkan 20 persen 27 populasi teratas

menerima 20 persen total pendapatan pendapatan. Sususan pengelompokkan

menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dibagi menjadi tiga, yaitu 40

persen populasi terendah, 40 persen populasi sedang, dan 20 persen populasi

atas. Indikator ketidakseimbangan pendapatan dapat diterapkan untuk menilai

keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah.

2) Perubahan Struktur Perekonomian

Yang terjadi dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi akan

mengakibatkan beberapa sektor-sektor ekonomi mengalami penurunan dan

sektor yang lain akan meningkat. Dalam masyarakat modern, terjadi

kecenderungan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap nilai PDRB akan

menurun, sedangkan kontribusi sektor industri akan meningkat.

3) Pertumbuhan Kesempatan Kerja

Salah satu langkah strategis yang dapat ditempuh yaitu dengan

membangun dan memperbaiki prasarana dan sarana transportasi yang akan

menunjang berkembangnya berbagai kegiatan di sektor-sektor yang penting,

sehingga akan menjangkau ke seluruh kantong-kantong produksi yang akan

mendorong peningkatan produksi berbagai komoditas sektor pertanian dan


sektor-sektor lainnya seperti sektor perdagangan, industri, pariwisata dan

lainnya.

4) Tingkat dan Penyebaran Kemudahan

Kemudahan diartikan sebagai kemudahan bagi masyarakat untuk

memenuhi kebutuhannya baik pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari

maupun pemenuhan kebutuhan untuk dapat melakukan berbagai kegiatan

usaha.

2.2. Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti telah mengumpulkan beberapa

penelitian relevan dengan penelitian ini, berikut ini saya paparkan penelitian yang

relevean dengan peneliti, yang dilakukan oleh :


Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan

Judul /Nama Rumusan Masalah Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti/Tahun
1 2 3 4 5 6
Pengaruh 1. Apakah terdapat Penelitian ini menggunakan jenis Hasil yang di peroleh data time 1. Mengkaji 1. Lokasi
Pertumbuhan pengaruh pertumbuhan penelitian ekplanasi assosiatif. series menunjukan terdapat tentang penelitian
Ekonomi Dan ekonomi Terhadap Penelitian eksplanasi asossiatif pengaruh yang menunjukan Pertumbuhan 2. Penelitian
Pertumbuhan Tingkat Pengangguran merupakan penelitian yang signifikan dan tidak signifikan Ekonomi Dan ini
Angkatan Kerja di kota Surabaya? menjelaskan kedudukan masing- terhadap tingkat pengangguran di Pertumbuhan diklafikasi
Terhadap Tingkat 2. Apakah terdapat masing variabel yang diteliti serta kota surabaya, Pertumbuhan Angkatan kan
Pengangguran di pengaruh Pertumbuhan pengaruhnya antara variabel yang ekonomi menunjukan pengaruh Kerja sebagai
kota Surabaya Angkatan Kerja satu dengan variabel yang lain positif signifikan terhadap tingkat Terhadap penelitian
(Anggoro 2015) terhadap Tingkat (Sugiyono,2007). Sedangkan pengangguran di kota surabaya Tingkat penalaran
Pengangguran di kota menurut kejelasannya, penelitian sedangkan pertumbuhan angkatan Pengangguran deduktif-
Surabaya? ini merupakan penelitian asosiatif kerja menunjukan tidak ada 2. Metode verifikatif
3. Apakah terdapat atau hubungan yang bertujuan pengaruh atau tidak signifikan pengumpulan
pengaruh pertumbuhan untuk mengetahui hubungan antara terhadap tingkat pengangguran di data yang
ekonomi dan 3 variabel yakni variabel tingkat kota surabaya. digunakan ada
Pertumbuhan Angkatan pertumbuhan ekonomi, metode
Kerja terhadap Tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan angket,
Pengangguran di kota variabel tingkat pendidikan. metode
Surabaya? Kemudian dianalisis menggunakan observasi dan
korelasi. metode
dokumentasi.
Pengujian
hipotesis
menggunakan
analisis regresi
linier
Berganda.

Pengaruh 1. Apakah terdapat Metode kuantitatif menggunakan Hasil regresi data panel 1. Mengkaji 1. Lokasi
Pertumbuhan pengaruh pertumbuhan analisis regresi menunjukan bahwa pertumbuhan tentang penelitian
Ekonomi, Upah ekonomi, Upah ekonomi dan upah minimum Pertumbuhan 2. Penelitian
Minimum dan Minimum Terhadap berpengaruh negatif signifikan Ekonomi ini
Indeks Tingkat Pengangguran terhadap tingkat pengangguran Upah diklafikasi
Pembangunan di Provinsi Jawa Timur sedangkan indeks pembangunan Minimum dan kan
Manusia Terhadap 2008-2014? manusia berpengaruh positif Indeks sebagai
Tingkat 2. Apakah terdapat terhadap tingkat Pembangunan penelitian
Pengangguran di pengaruh Pembangunan pengangguran.untuk pengujian F Manusia penalaran
Provinsi Jawa Timur Manusia Terhadap hitung, pertumbuhan ekonomi, Terhadap deduktif-
2008-2014 Tingkat Pengangguran upah minimum dan indeks Tingkat verifikatif
(Nurcholis 2014) di Provinsi Jawa Timur pembangunan manusia Pengangguran
2008-2014? berpengaruh signifikan terhadap 2. Metode
3. Apakah terdapat tingkat pengangguran. pengumpulan
pengaruh pertumbuhan data yang
ekonomi, Upah digunakan ada
Minimum dan Indeks metode
Pembangunan Manusia angket,
Terhadap Tingkat metode
Pengangguran di observasi dan
Provinsi Jawa Timur metode
2008-2014? dokumentasi.
Pengujian
hipotesis
menggunakan
analisis regresi
linier
berganda.
Pengaruh Upah Dan 1. Apakah terdapat Jenis penelitian yang digunakan Hasil yang diperoleh hasil regresi 1. Mengkaji 1. Lokasi
Pertumbuhan pengaruh Upah adalah Deskriptif Kuantitatif, data time series menunjukan tentang Upah penelitian
Penduduk Terhadap Terhadap Tingkat penelitian ilmiah yang sistematis bahwa upah dan pertumbuhan Dan 2. Penelitian
Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap bagian-bagian dan penduduk berpengaruh positif. Pertumbuhan ini
Pengangguran di Kota makasar? fenomena serta hubungan- Sedangkan untuk pengujian F Penduduk diklafikasi
Terbuka Di Kota 2. Apakah terdapat hubungannya. Tujuan dari hitung, Upah dan pertumbuhan Terhadap kan
Makasar pengaruh Pertumbuhan penelitian kuantitatif adalah Penduduk berpengaruh signifikan Tingkat sebagai
(Wahab 2014) penduduk Terhadap mengembangkan dan terhadap tingkat pengangguran Penganggura penelitian
Tingkat Pengangguran menggunakan model-model Terbuka. n Terbuka Di penalaran
Terbuka di Kota matematis, teori-teori dan hipotesis Kota Makasar deduktif-
makasar? yang berkaitan dengan fenomena 2. Metode verifikatif
3. Apakah terdapat alam. pengumpulan
pengaruh Upah dan data yang
Pertumbuhan penduduk digunakan
Terhadap Tingkat ada metode
Pengangguran Terbuka angket,
di Kota makasar? metode
observasi dan
metode
dokumentasi.
Pengujian
hipotesis
menggunakan
analisis
regresi linier
berganda.
Pengaruh Efek Apakah Terdapat Pengaruh Sumber data yang digunakan hasil yang diperoleh dari hasil 1. Mengkaji 1. Lokasi
Peningkatan Upah Efek Peningkatan Upah dalam penelitian ini adalah data regresi data panel Menunjukan tentang Efek penelitian
Minimum Terhadap Minimum Terhadap sekunder dari Badan Pusat bahwa efek Penigkatan Upah Peningkatan 2. Penelitian
Tingkat Tingkat Pengangguran Statistik. Penelitian ini Minimum dan jumlah penduduk Upah ini
Pengangguran Terbuka menggunakan metode pendekatan berpengaruh positif signifikan, Minimum diklafikasi
Terbuka deskriptif dan kuantitatif. Teknik Sedangkan pertumbuhan ekonomi Terhadap kan
(Panjawa 2014) analisis yang digunakan adalah berpengaruh negative signifikan Tingkat sebagai
regresi linier berganda, dengan untuk pengujian F hitung,Efek Penganggura penelitian
menggunakan data runtut waktu Upah Minimum berpengaruh n Terbuka penalaran
selama 2003-2018. signifikan terhadap tingkat 2. Metode deduktif-
pengangguran Terbuka. pengumpulan verifikatif
data yang
digunakan
ada metode
angket,
metode
observasi dan
metode
dokumentasi.
Pengujian
hipotesis
menggunakan
analisis
regresi linier
sederhana.
Analisis Pengaruh 1. Bagaimana pengaruh Jenis penelitian yang digunakan Hasil yang diperoleh hasil regresi 1. Mengkaji 1. Lokasi
Jumlah Penduduk, jumlah penduduk adalah Deskriptif Kuantitatif, data Panel Menunjukan bahwa tentang penelitian
pertumbuhan terhadap penelitian ilmiah yang sistematis Pengaruh Jumlah Penduduk dan Analisis 2. Penelitian
Ekonomi, dan inflasi pengangguran terbuka terhadap bagian-bagian dan pertumbuhan Ekonomi Pengaruh ini
Terhadap Tingkat di Kabupaten/kota fenomena serta hubungan- berpengaruh positif signifikan Jumlah diklafikasi
Pengangguran Jawa Tengah selama hubungannya. Tujuan dari Terhadap Tingkat Pengangguran Penduduk, kan
Terbuka di periode 2010-2014? penelitian kuantitatif adalah Terbuka, dan inflasi berpengaruh pertumbuhan sebagai
Kabupaten/Kota 2. Bagaimana pengaruh mengembangkan dan positif. Untuk pengujian F hitung, Ekonomi, dan penelitian
Provinsi Jawa tingkat pertumbuhan menggunakan model-model Efek Upah Minimum Pengaruh inflasi penalaran
Tengah Periode ekonomi (PDRB) matematis, teori-teori dan hipotesis Jumlah Penduduk,pertumbuhan Terhadap deduktif-
2010-2014. terhadap yang berkaitan dengan fenomena Ekonomi, dan inflasi berpengaruh Tingkat verifikatif
(Azizah 2016) pengangguran terbuka alam. signifikan terhadap tingkat Penganggura
di Kabupaten/Kota pengangguran Terbuka. n Terbuka
Jawa Tengah periode 2. Metode
2010- 2014? pengumpulan
3. Bagaimana pengaruh data yang
tingkat inflasi digunakan
terhadap ada metode
pengangguran terbuka angket,
di Kabupaten/ Kota metode
Jawa Tengah periode observasi dan
2010-2014? metode
dokumentasi.
Pengujian
hipotesis
menggunakan
analisis
regresi linier
sederhana.
2.3. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan telaah pustaka dan di perkuat dengan penelitian terdahulu diduga

bahwa Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap

Tingkat Pengangguran Terbuka. Maka secara sederhana kerangka pemikiran

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pertumbuhan Ekonomi (X1)


Indikatornya:

1) Ketidak seimbangan Pendapatan


2) Perubahan Struktur Perekonomian
3) Pertumbuhan Kesempatan Kerja
Tingkat Pengangguran (Y)
4) Tingkat dan Penyebaran Kemudahan
Indikatornya :
Prof Rahardjo Adisasmita (2018: 234) 1) Penduduk yang tidak bekerja namun
sedang mencari pekerjaan
2) Sedang mempersiapkan suatu usaha baru
3) Penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena sudah diterima bekerja tetapi
belum mulai bekerja.
Jumlah Penduduk (X2)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Indikatornya :
Badan Pusat Statistic (2021)
1) Laju Pertumbuhan Penduduk
2) Kepadatan Penduduk

Badan Pusat Statistic (2018 -2020)

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir

Pada kerangka berfikir di atas, maka akan diukur Pertumbuhan Ekonomi dan

Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Pengangguran dan akan diketahui apakah

pengaruh tersebut termasuk kategori baik, cukup ataupun kurang.


2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Pertumbuhan Ekonomi

terhadap Tingkat Pengangguran Di Desa Lito Kecamatan Paguyaman

Pantai.

2. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Jumlah Penduduk terhadap

Tingkat Pengangguran Di Desa Lito Kecamatan Paguyaman Pantai.

3. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Pertumbuhan Ekonomi dan

Jumlah Penduduk terhadap motivasi mahasiswa mengikuti program

Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Anda mungkin juga menyukai