Anda di halaman 1dari 10

3PENELITIAN MASALAH SOSIAL

( PENGANGGURAN DI KOTA TANGERANG )

OLEH

ALIFIA MUTHIAH, EKA ADE PUTRI

ANDINI PUTRI , KHAILA BUNGA

NUR ALIKA , THEA VENITA

X IPS
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi
bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti
proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi
sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Pengangguran merupakan istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari
kerja, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran
biasanya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian,karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang,sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran


dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan
menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang
adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.

1.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Contoh masalah sosial yang berasal dari faktor ekonomis salah satunya adalah pengangguran.
Pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang secara langsung memengaruhi manusia dan
termasuk masalah yang paling berat. Sebab, kehilangan pekerjaan sama dengan penurunan
standar kehidupan dan menjadi tekanan psikologis seseorang. Tujuan dibuatnya makalah ini
untuk membahas masalah sosial dari faktor ekonomi yaitu pengangguran yang masih marak
terjadi di lingkungan sekitar.
BAB II

TUJUAN MASALAH

Pengangguran adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, dan
mempersiapkan usaha baru. Pengangguran berkaitan dengan lapangan kerja yang ada di
masyarakat.

Lapangan kerja yang semakin besar dalam suatu negara, membuat tingkat pengangguran
semakin kecil. Jika angkatan lapangan kerja semakin sedikit, makan tingkat pengangguran
semakin tinggi.

Kelompok yang sudah bekerja juga bisa dikategorikan sebagai pengangguran. Mengutip dari
buku Get Success UN Ekonomi, ditulis oleh Ima Rahmawati kelompok pengangguran ada 3
yaitu pekerja yang bekerja lebih dari 7 jam kerja per hari atau 40 jam kerja per minggu.

Kelompok pengangguran lainnya yaitu pekerja yang tidak mendapatkan upah minimum
regional (UMR) di daerahnya, serta penurunan produktivitas kerja.

Semakin tinggi jumlah pengangguran berdampak pada pembangunan nasional. Dalam sebuah
negara, pengangguran dapat menurunkan nilai pendapatan per kapita, orang yang membayar
pajak semakin sedikit, beban psikologis, hingga beban social.

2.1 Tujuan Penyelesaian Masalah Dalam Pengangguran Struktural

Pengangguran structural adalah jenis pengangguran akibat perubahan struktur ekonomi.


Contohnya sebuah negara yang sebelumnya agraris bergeser ke ekonomi industry.

1. Menyediakan pendidikan dan pelatihan untuk pekerjaan sesuai bidang dan


lapangan kerja yang tersedia.
2. Dapat memindahkan tenaga kerja di tempat yang dibutuhkan
3. Dapat meningkatkan modal dan tenaga kerja.
4. Mampu menampung tenaga kerja yang tidak memiliki pekerjaan.
5. Dapat mendirikan industri yang padat karya.
2.2 Tujuan Penyelesaian Masalah Dalam Pengangguran Friksional

Pengangguran friksional adalah jenis pengangguran karena sulitnya menyerap tenaga kerja. Hal
ini karena pemberi kerja mengharapkan kualitas tinggi dari calon tenaga kerja.

1. Mengusahakan ketersediaan informasi yang lengkap antara permintaan dan


penawaran untuk tenaga kerja.
2. Dapat memberikan waktu untuk proses lamaran pekerjaan seleksi dan
pengambilan keputusan dari pemberi kerja bisa lebih cepat
3. Dapat menyusun rencana untuk memakai tenaga kerja

2.3 Tujuan Penyelesaian Masalah Pengangguran Musiman

Pengangguran musim terjadi di musim tertentu, contohnya petani yang menganggur karena
belum waktunya musim tanam.
Cara mengatasi pengangguran musiman yaitu memberi innformasi lowongan kerja di bidang
lain. Lowongan kerja ini dapat dilakukan oleh petani.

Selain itu, ada latihan keterampilan untuk para pekerja di musim tertentu. Sehingga memudahkan
untuk mendapatkan pekerjaan baru.

2.4 Tujuan Masalah di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 berdampak pada perusahaan dan tenaga kerja. Mengutip dari kemnaker.go.id,
jumlah pekerja terdampak pandemi Covid-19 mencapai 1,7 juta orang.

Berikut adalah tujuan dari penyelesaian dari pengangguran di masa pandemic.

1. Pekerja mendapatkan intensif pajak penghasilan


2. Program bantuan social untuk pekerja formal dan informal
3. Kartu pra kerja yang diprioritaskan untuk korban PHK
4. Perluasan program industry padat karya
5. Perlindungan untuk pekerja migram Indonesia (PMI) yang bekerja di negara
yang ditempatkan setelah kembali ke tanah air
2.5 Tujuan Masalah Pengangguran Konjungtur atau Siklis

Jenis pengangguran siklis berkaitan dengan turunnya kegiatan ekonomi di suatu negara. Kegiatan
ekonomi membuat daya beli masyarakat menurut, sehingga barang menumpuk di gudang.
Kemudian perusahaan industry akan mengurangi jumalh produksi dan menghentikan sementara
kegiatan produksi yang tidak laku di pasaran.

Pengangguran konjungtur mengakibatkan buruh yang bekerja dikurangi, karena produksi barang
dihentikan. Cara mengatasi pengangguran siklis ini dengan meningkatkan daya beli masyarakat.

Daya beli masyarakat dapat meningkatkan jumlah penghasilan. Barang-barang dapat kembali di
produksi. Pemerintah bisa membuka proyek untuk fasilitas umum seperti membuat saluran
irigasi, jalan, jembatan, dan kegiatan lainnya. Cara mengatasi selanjutnya adalah mengarahkan
masyarakat untuk memperluas daya beli barang dan jasa.

2.6 Tujuan Masalah Pengangguran Sukarela dan Pengangguran Normal

1. Mendirikan industry industri baru dan memperluas lapangan kerja.


2. Adanya regulasi dii berbagai bidang industry investasi baru.
3. Di bukanya proyek pemerintah seperti pembangunan jalan raya,
jembatan dan bangunan.
4. Menambah sektor informasi seperti pengembangan industri rumahan
(home industry)
5. Mampu Menyerap tenaga kerja melalui program transmigrasi.program
ini dapat menyerap tenaga kerja di sektor informal dan agrasis

2.7 Tujuan Masalah Pengangguran Teknologi

Pengangguran teknologi terjadi karena makin berkembangnya teknologi. Sehingga tenaga manusia
digantikan oleh mesin. Cara mengatasi pengangguran teknologi ini dengan mengembangkan dan
meningkatkan kualitas tenaga kerja di bidang teknologi dan industry.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kajian Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socias yang berarti kawan, teman sedangkan Logos
berarti ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan
bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat,
dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.
Kelompok tersebut mencakup keluarga" suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik,
ekonomi, sosial. Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh
ilmuwan Perancis, bemama August Comte tahun 1842. Sehingga Comte dikenal sebagai Bapak
Sosiologi. Selanjutnya Emile Durkheim ilmuwan sosial Perancis yang kemudian berhasil
melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Di Inggris Herbert Spencer
mempublikasikan Sosiologi pada tatnrn 1876. Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan
Dynamic Sosiology.

Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari
hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Ekonomi. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah yang diberikan kepada orang yang
tidak bekerja sama sekali atau orang yg sdang mencari pekerjaan pengangguran juga dapat di
artikan sebagai sebuah situasi ketika seseorang tidak memliki pekerjaan. Pengangguran
merupakan golongan dari angkatan kerja yg belum melakukan kegiatan yang dapat
menghasilkan uang. Pengangguran ini tidak terbatas pada orang yang belum kerja tetapi dapat
termasuk pula pada orang orang yang sedang mencari pekerjaan serta orang yang memiliki
pekerjan namun tidak produktif sehingga dapat dikategorikan sebagai pengangguran.

3.2 Konsep Pengangguran

Menurut Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong
dalam angkatan kerja (15-64 tahun) ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Pengangguran adalah adalah keadaan dimana orang ingin bekerja namun tidak
mendapat pekerjaan.

Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat tetapi belum
dapat memperolehnya (Mahdar, 2015). Lebih lanjut, Mahdan (2015) menjelskan bahwa
pengangguran diartikan sebagai seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja dan secara aktif
mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak memperoleh pekerjaan yang
diinginkan.
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan
tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu untuk mencari
pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss, 1999). Jadi, pengangguran merupakan suatu keadaan
dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut.

Dalam imu kependudukan (demografi), penggangguran adalah orang yang mencari kerja dan
mereka masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori
usia, angkatan kerja adalah mereka yang berusia 15-64 tahun dan sedang mencari kerja,
sedangkan mereka yang tidak mencari kerja maka tidak masuk angkatan kerja. Jadi tingkat
pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang tidak atau belum mendapatkan pekerjaaan.
(Raharja dan Manurung, 20044 : 329)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat kami simpulkan bahwa pengangguran adalah:

1. Suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja (15-64 tahun)
ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

2. Seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja dan secara aktif mencari pekerjaan pada
suatu tingkat upah tertentu.

3. Suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka
sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari
pekerjaan.

4. Orang yang sedang mencari kerja dan mereka masuk dalam kelompok penduduk yang
disebut angkatan kerja. Mereka yang berusia 15-64 tahun dan sedang mencari kerja.

3.3 Macam-macam Pengangguran

Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja
secara optimal. Berdasarkan pengertin tersebut, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:

1. Pertama, Pengangguran terselubung (Disguissed Unemployement) adalah tenaga


kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu (sakit, hamil,
infalid/difabel)

2. Kedua, Setengah menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
selama seminggu.
3. Ketiga, Pengangguran terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran jenis ini cukup banyak
karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

3.4 Presentase pengangguran di Kota Tangerang

Angka pengangguran di Kota Tangerang memasuki akhir 2021 ini telah menyentuh angka
103.357 orang atau naik 0,44% dibandinkan tahun tahun 2020 masih 97.344 orang. Pandemi
Covid-19 yang mendera Indonesia sejak dua tahun terakhir sebagai salah satu yang memicu
angka pengangguran di wilayah ini karena banyak usaha ekonomi masyarakat yang tidak
berjalan bahkan mengalami kebangkrutan.

Kepala BPS Kota Tangerang, Muladi Widastomo mengatakan, TPT tahun 2021 menyentuh 9,07
persen, sedangkan TPT tahun 2020 sebesar 8,63 persen. Angka tersebut berdasarkan Survei
Angkatan Kerja Nasional 2021. Dia mengungkapkan, peningkatan jumlah TPT dari tahun 2020
ke tahun 2021 lebih sedikit dari pada peningkatan TPT dari tahun 2019 ke tahun 2020. Dari
tahun 2019 ke tahun 2020, TPT mengalami peningkatan hingga 1,49 persen. Muladi juga
mengungkapkan, Kota Tangerang menduduki posisi keempat se-Provinsi Banten berdasarkan
presentase TPT pada tahun 2021. Berdasarkan presentase tersebut, angka pengangguran pada
tahun 2021 mencapai 103.537. Kemudian, angka pengangguran pada tahun 2020 berjumlah
97.344.

3.5 Faktor-faktor yang menyebabkan pengangguran

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah sebagai berikut.

1. Besarnya angkatan kerja yang tidak seimbang dengan kesempatan kerja.


Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada
kesempatan kerja yang ada. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi .

2. Struktur lapangan kerja yang tidak seimbang. Faktor ini membuat peluang untuk
mendapatkan kesempatan dalam memiliki pekerjaan semakin kecil.

3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan terdidik tidak seimbang.
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja,
pemgangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian
antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan
tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi
kesempatan kerja yang tersedia.

4. Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur
angkatan kerja Indonesia.
5. Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang. Jumlah
angkatan kerja di suatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja,
sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan
dari suatu negara ke negara lain.

Penangguran dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini
menunjukkan baha jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang
diminta.

3.6 Hasil Penelitian di lingkungan sekitar

Berdasarkan hasil penelitian kami, pengangguran di Tangerang termasuk ke dalam jenis


penggangguran terbuka (Open Enemployment) yaitu tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai lapangan pekerjaan.

Dan berdasarkan hasil dari penelitian kami, faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya
pengangguran di Kota Tangerang ini disebabkan oleh masih belum berimbangnya jumlah
pencari kerja dengan lowongan kerja yang tersedia. Selain itu, jika ada lowongan pekerjaan yang
sedang membutuhkan tenaga kerja dibutuhkan pendidikan yang tinggi untuk memenuhi
persyaratan yang diajukan oleh para pencari kerja karena banyak juga pengangguran yang
menginginkan pekerjaan dengan upah yang cukup besar. Sedangkan banyak dari orang-orang
yang membutuhkan pekerjaan namun tingkat pendidikan yang sudah mereka tempuh tidak cukup
untuk memenuhi persyaratan tertentu. Misalnya, salah satu perusahaan sedang membutuhkan
tenaga kerja dengan tamatan S1/Sederajat. Sedangkan mayoritas dari pengangguran di Kota
Tangerang yang sedang membutuhkan pekerjaan hanya tamatan SMA bahkan SMP dan itu tidak
memenuhi syarat yang ada. Ada juga faktor mental disinyalir menjadi salah satu penyebab masih
tingginya jumlah pengangguran di Kota Tangerang.

Adapun cara mengatasi masalah tersebut menurut pendapat kami adalah:

1. Meningkatkan keterampilan kerja yaitu dengan adanya pengembangan sumber


daya manusia dengan peningkatan keterampilan melalui pelatihan
bersertifikasi internasional.

2. Meningkatkan mutu pendidikan yaitu mendorong majunya pendidikan yang


memadai dan memungkinkan seseorang untuk memperoleh kesempatan kerja
lebih baik. Dengan begitu diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran
di Kota Tangerang.

3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam artian, pemerintah perlu terus


meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga akan memberikan peluang
bagi penciptaan kesempatan kerja.

4. Memperluas lapangan kerja. Perluasan kesempatan kerja dengan cara


mendirikan industry-industri baru terutama yang bersifat padat karya. Dengan
adanya industry-industri baru tersebut, maka diharapkan bisa mengurangi
tingkat pengangguran.

Menurut Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja, pada Disnaker Kota
Tangerang pada tahun 2018: Sebenarnya lowongan kerja itu banyak, hanya saja mental dari
orang tersebut yang kurang. Mayoritas dari mereka beralasan lowongan kerja yang tersedia jauh
dari rumah, padahal dari perusahaan tersebut sudah ditawarkan mes untuk tempat tingkat,
ujarnya. Ia juga menceritakan, bila dirinya kerap menawarkan lowongan pekerjaan dengan
pelatihan di BLK (Balai Latihan Kerja) selama satu atau dua bulan kepada para pencari kerja.
Namun, tawaran tersebut kerap mendapatkan penolakan. Oleh karena itu faktor mental inilah
yang cukup berpengaruh pada tingginya angka pengangguran. Maka dari itu pihaknya akan terus
melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat yang akan di dampingi oleh para psikolog.

BAB IV

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai