Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

Ketenagakerjaan, Pengangguran, Kependudukan

Disusun Untuk Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu: Astri Srigustini., S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Kelompok 3
Iman Mahardika 202165084
Linlin Nurlina Darmawanti 202165109
Mila 202165110
Herna Herlina 202165113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA 2023
Definisi Ketenagakerjaan, Pengangguran, Kependudukan
I.1 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari
pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. (MT
Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2). Sedangkan menurut pendapat Sumitro
Djojohadikusumo (1987) mengenai arti tenaga kerja adalah semua orang yang
bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia
dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada
kesempatan kerja.
Sedangkan angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik
sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab,
seperti patani yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit,
dan sebagainya. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedag
mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja secara tidak optimal
disebut pengangguran.
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus
rumah tangga tanpa mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan
tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan kedalam kategori bekerja,
sementara tidak bekerja, atau mencari pekerjaan.
I.2 Pengangguran
Penganggur merupakan bagian dari angkatan kerja yang sekarang tidak
bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep pengangguran amat sulit
diterapkan di Indonesia, Menurut Effendi (1987), hal ini dikarenakan konsep yang
digunakan dalam sensus maupun survai adalah konsep yang sesuai untuk Negara-
negar maju. Di Negara maju pengangguran dicatat pada kantor sosial sebagai ‘pencari
kerja“dan apabila memenuhi syarat yang ditentukan oleh pemarintah mereka akaan
mendapat tunjangan pengangguran. Di NegaraNegara berkembang, termasuk
Indonesia, pengangguran tidak mendapat tunjangan pengangguran, sehingga amat
sedikit orang yang mau menganggur, kecuali ada orang (keluarga) yang bersedia
menanggung biaya hidupnya. Sebagai penduduk bersedia bekerja dengan jam kerja
panjang dan pendapatan rendah. Jadi, masalah pengangguran bukanlah pengangguran
terbuka tetapi adalah setengah pengangguran. Oleh karena itu, dalam menafsirkan
angka pengangguran terbuka (pencari kerja) dari hasil sensus maupun survai kita
perlu berhati-hati dan menyadari sepenuhnya definisi penangguran itu hanya
mencerminkan pengangguran terbuka (pencari kerja).

I.3 Kependudukan
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orag asing yang bertempat
tinggal diIndonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah,
struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan,kehamilan, keatian,
persebaran, mobilitas, dan kualitas, serta ketahanannya yangmenyangkut politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.

Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya


terencana untuk mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan
kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk. Perkembangan kependudukan
adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang
dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan
berkelanjutan.Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan
nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat
sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk
mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang
bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.

I.4 Konsep-Konsep Ketenagakerjaan, Pengangguran, Kependudukan


1. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih.
2. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun
dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan
pengangguran.
3. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15
tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
4. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling
sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut
termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu
usaha/kegiatan ekonomi.
5. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah keadaan dari seseorang
yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu sementara tidak
bekerja karena berbagai sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu panenan, mogok
dan sebagainya.
Contoh:
a. Pekerja tetap, pegawai pemerintah/swasta yang sedang tidak bekerja karena
cuti, sakit, mogok, mangkir, mesin/ peralatan perusahaan mengalami
kerusakan, dan sebagainya.
b. Petani yang mengusahakan tanah pertanian dan sedang tidak bekerja karena
alasan sakit atau menunggu pekerjaan berikutnya (menunggu panen atau
musim hujan untuk menggarap sawah).
c. Pekerja profesional (mempunyai keahlian tertentu/khusus) yang sedang tidak
bekerja karena sakit, menunggu pekerjaan berikutnya/pesanan dan
sebagainya. Seperti dalang, tukang cukur, tukang pijat, dukun, penyanyi
komersial dan sebagainya
6. Penganggur terbuka, terdiri dari:
a. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan.
b. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha.
c. Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum molai bekerja.
(lihat pada "An ILO Manual on Concepts and Methods")
7. TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) adalah persentase jumlah pengangguran
terhadap jumlah angkatan kerja.
8. Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal
(kurang dari 35 jam seminggu).
Pekerja Tidak Penuh terdiri dari:
a. Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal
(kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih
bersedia menerima pekerjaan (daholu disebut setengah pengangguran
terpaksa).
b. Pekerja Paruh Waktu adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal
(kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak
bersedia menerima pekerjaan lain (daholu disebut setengah pengangguran
sukarela).
9. Sekolah adalah kegiatan seseorang untuk bersekolah di sekolah formal, molai dari
pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi selama seminggu yang lalu
sebelum pencacahan. Tidak termasuk yang sedang libur sekolah.
10. Mengurus rumah tangga adalah kegiatan seseorang yang mengurus rumah tangga
tanpa mendapatkan upah, misalnya: ibu-ibu rumah tangga dan anaknya yang
membantu mengurus rumah tangga. Sebaliknya pembantu rumah tangga yang
mendapatkan upah walaupun pekerjaannya mengurus rumah tangga dianggap
bekerja.
11. Kegiatan lainnya adalah kegiatan seseorang selain disebut di atas, yakni mereka
yang sudah pensiun, orang-orang yang cacat jasmani (buta, bisu dan sebagainya)
yang tidak melakukan sesuatu pekerjaan seminggu yang lalu.
12. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tingkat pendidikan yang dicapai
seseorang setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu tingkatan
sekolah dengan mendapatkan tanda tamat (ijazah).
13. Jumlah jam kerja seluruh pekerjaan adalah lamanya waktu dalam jam yang
digunakan untuk bekerja dari seluruh pekerjaan, tidak termasuk jam kerja
istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di luar pekerjaan
selama seminggu yang lalu.
Bagi pedagang keliling, jumlah jam kerja dihitung molai berangkat dari rumah
sampai tiba kembali di rumah dikurangi waktu yang tidak merupakan jam kerja,
seperti mampir ke rumah famili/kawan dan sebagainya.
14. Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor
tempat seseorang bekerja. Lapangan pekerjaan pada publikasi ini didasarkan pada
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009.
15. Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang
atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara tidak
bekerja. Jenis pekerjaan pada publikasi ini, didasarkan atas Klasifikasi Baku Jenis
Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yang mengacu kepada ISCO 88.
16. Upah/gaji bersih adalah imbalan yang diterima selama sebolan oleh
buruh/karyawan baik berupa uang atau barang yang dibayarkan
perusahaan/kantor/majikan. Imbalan dalam bentuk barang dinilai dengan harga
setempat. Upah/ gaji bersih yang dimaksud tersebut adalah setelah dikurangi
dengan potongan-potongan iuran wajib, pajak penghasilan dan sebagainya.
17. Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan
di suatu unit usaha/kegiatan. Molai tahun 2001 status pekerjaan dibedakan
menjadi 7 kategori yaitu:
a. Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko
secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah
dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan
pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat
pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus.
b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau
berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan
atau buruh/pekerja tidak tetap.
c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko
sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap
yang dibayar.
d. Buruh/Karyawan/Pegawai, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau
instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik
berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap,
tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan, tetapi sebagai pekerja bebas.
Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki 1 (satu) majikan
(orang/rumah tangga) yang sama dalam sebolan terakhir, khusus pada sektor
bangunan batasannya tiga bolan. Apabila majikannya instansi/lembaga, boleh
lebih dari satu.
e. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang
lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebolan
terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan
usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau
imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem
pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian meliputi: pertanian
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan
perburuan, termasuk juga jasa pertanian.
f. Majikan adalah orang atau pihak yang memberikan pekerjaan dengan
pembayaran yang disepakati.
g. Pekerja bebas di nonpertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang
lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebolan
terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik
berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian
maupun borongan.Usaha non pertanian meliputi: usaha di sektor
pertambangan, industri, listrik, gas dan air, sektor konstruksi/ bangunan,
sektor perdagangan, sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi, sektor
keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan,
sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.Huruf e dan f yang
dikembangkan molai pada publikasi 2001, pada tahun 2000 dan sebelumnya
dikategorikan pada huruf d dan a (huruf e termasuk dalam d dan huruf f
termasuk dalam a).
h. Pekerja keluarga/tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang
lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang
maupun barang.
Pekerja tak dibayar tersebut dapat terdiri dari:
o Anggota rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri/anak yang
membantu suaminya/ayahnya bekerja di sawah dan tidak dibayar.
o Bukan anggota rumah tangga tetapi keluarga dari orang yang dibantunya,
seperti famili yang membantu melayani penjualan di warung dan tidak
dibayar.
o Bukan anggota rumah tangga dan bukan keluarga dari orang yang
dibantunya, seperti orang yang membantu menganyam topi pada industri
rumah tangga tetangganya dan tidak dibayar.

Masalah dan Solusi


Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 59% pengangguran di
Indonesia berusia muda antara 15-29 tahun. BPS mencatat jumlah pengangguran dalam
rentang usia tersebut mencapai 4,98 juta jiwa per Februari 2022. Diantaranya:
 Terdapat 1,13 juta jiwa pengangguran berusia 15-19 tahun, sebanyak 2,5 juta jiwa
berusia 20-24 tahun, serta 1,34 juta jiwa berusia 25-29 tahun.
 Pengangguran yang berusia 30-39 tahun sebanyak 1,4 juta jiwa, dan yang berusia
40-49 tahun ada 1,2 juta jiwa.
 Pengangguran berusia 50-59 tahun ada 617,49 ribu jiwa, serta yang berusia di
atas 60 tahun sebanyak 199,1 ribu jiwa.
Jika ditotalkan, jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2022 mencapai
8,4 juta jiwa. Jumlah tersebut porsinya mencapai 5,83% dari total angkatan kerja yang
berjumlah 144,04 juta jiwa. Jumlah pengangguran tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan posisi Agustus 2021 yang sebanyak 9,1 juta jiwa (6,49%), maupun posisi
Februari 2021 sebanyak 8,75 juta jiwa (6,26%). Selain dari itu, terdapat 4,15 juta orang
(1,98 persen) penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19. Terdiri dari
pengangguran karena COVID-19 (0,96 juta orang); Bukan Angkatan Kerja (BAK)
karena COVID-19 (0,55 juta orang); sementara tidak bekerja karena COVID-19 (0,58
juta orang); dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena
COVID-19 (9,44 juta orang).

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) bersyukur jumlah pengangguran di


Indonesia kian menurun sejak 2020 atau selama pandemi Covid-19, tercatat per Februari
2022 sebanyak 8,4 juta pengangguran. Bila melihat dari sisi tingkat pengangguran
terbuka atau TPT, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2022, TPT
mencapai 5,83 persen atau turun sebesar 0,43 persen poin dibandingkan dengan Februari
2021. Berdasarkan data BPS, data pengangguran 2020 sebesar 7,07 persen, kemudian
selama 2021 menjadi 6,2 persen, dan atas kerja keras semua stakeholders, pengangguran
bisa diturunkan menjadi 5,83 persen. Lebih lanjut, Menaker melihat ada penambahan
jumlah angkatan kerja di 2022 sebesar 4,2 juta orang. Peningkatan ini merupakan
dampak dari bonus demografi Indonesia, yaitu ledakan penduduk 0usia produktif yang
akan mencapai puncaknya pada 2030. Revolusi industri yang membuat semua serba
otomatis berdampak pada pengurangan jumlah penggunaan pekerja dan mengubah pasar
kerja di Indonesia. “Akibatnya, banyak pekerjaan yang hilang, tetapi jangan khawatir, di
sisi yang lain, ada banyak jenis pekerjaan lain yang tumbuh. Ini disebut future jobs”.
Saat yang sama pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina belum berkahir. Ini
kian memperparah kondisi ekonomi, bukan hanya negara maju, namun juga berdampak
pada semua negara termasuk Indonesia. Namun demikian, setelah menghadapi pandemi
Covid-19, menurut Sinyalemen Bank Dunia dan lembaga-lembaga keuangan
internasional bahwa 2023 sektor ketenagakerjaan akan menghadapi tantangan ancaman
resesi global yang sudah didepan mata. Sudah mulai bisa dirasakan saat ini oleh para
pengusaha dan para pekerja. Pengusaha mengalami penurunan omset dan produksi.
Sementara pekerja mulai banyak yang di-PHK dan dirumahkan. Pengurangan pekerja ini
didominasi serktor tekstile diikuti sektor manufaktur. Ini disebabkan sinyalemen
penurunan omset perusahaan dengan penurunan permintaan yang mencapai hingga 50
persen. Perusahaan mengurangi operasional perusahaan dan produksi. Penurunan ini
tentu berdampak pada sektor ketenagakerjaan, yaitu pengurangan hari kerja hingga
jumlah pekerja.
Untuk menjawab tantangan dan peluang tersebut adalah peningkatan sumber
daya manusia, termasuk peningkatan kompetensi dan daya saing tenaga kerja melalui
pelatihan vokasi. “Kondisi kini sudah membaik, tetapi permasalahan lain muncul
termasuk ancaman resesi ekonomi global yang mudah-mudahan tidak terdampak pada
sektor ketenagakerjaan seperti yang selalu kami hindari, pemutusan tenaga kerja secara
massal,” harapnya. Pemerintah pun telah menempatkan pembangunan di sektor sumber
daya manusia dalam RPJMN sebagai modal utama pembangunan nasional untuk menuju
pembangunan yang inklusif dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Menteri
Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pemerintah
mendorong perbaikan tata kelola Pendidikan dan Pelatihan Vokasi. melalui terbitnya
Peraturan Presiden No. 68/2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan
Vokasi. “Secara umum, Peraturan Presiden ini memberikan koridor yang jelas terkait
mandat orkestrasi pelatihan vokasi di Kemenaker dan pendidikan vokasi di
Kemdikbudristek sehingga diharapkan tumpang tindih kebijakan terkait pelaksanaan
kegiatan vokasi dapat segera diharmonisasikan,”. Oleh karena itu, pendidikan vokasi
dan pelatihan vokasi harus terhubung sistem informasi pasar kerja (labour market
information system).
Selain itu, berdasarkan pengalaman yang telah dilewati oleh Indonesia,
membuktikan bahwa selama masa-masa sulit sebelumnya, seperti masa pandemi Covid-
19, UMKM menjadi garda terdepan yang dapat bertahan dan menjadi solusi dalam
menghadapi masalah ekonomi. Menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan
Menengah (KUKM) tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99
persen dari jumlah pelaku usaha di Indonesia. UMKM tersebut didominasi oleh pelaku
usaha mikro yang berjumlah 98,68 persen dengan daya serap tenaga kerja sekitar 89
persen. Sementara itu sumbangan usaha mikro terhadap PDB hanya sekitar 37,8 persen.
Dari data tersebut, Indonesia mempunyai potensi basis ekonomi nasional yang kuat
karena jumlah UMKM terutama usaha mikro yang sangat banyak dan daya serap tenaga
kerja sangat besar. Tiap tahunnya sektor ini memberi persentase yang besar dalam
pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia. Dengan jumlah UMKM yang selalu
bertambah di setiap tahunnya, maka secara tidak langsung jumlah pengangguran juga
akan berkurang. Poin tambahan bagi UMKM adalah ketergantungannya terhadap nilai
dolar yang kecil. Sehingga, naik turunnya nilai dolar di dunia tidak akan berpengaruh
besar terhadap pergerakan UMKM di Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan utama
UMKM menjadi solusi dalam berbagai keadaan ekonomi. 
Kesadaran akan pentingnya UMKM dalam keberlangsungan ekonomi di
Indonesia, harus disertai dengan kebijakan dan regulasi dari pemerintah untuk dapat
mengelola dan meningkatkan peran UMKM agar dapat terus tumbuh dan berkembang.
Dalam konteks ini, pemerintah juga perlu menggandeng pihak perbankan, swasta, serta
BUMN agar semua pihak tersebut dapat membuat skema-skema permodalan yang
mudah diakses oleh para pelaku usaha UMKM. Dapat disimpulkan bahwa, UMKM yang
dimulai dari unit-unit kecil tentu akan menjadi penggerak roda perekonomian yang
relatif tangguh. Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, bahwa UMKM adalah sektor yang
relatif mampu bertahan kuat di masa kritis.
Grafik pengangguran di Indonesia
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Ketenagakerjaan
1. Pengertian Ketenagakerjaan
Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. “Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Undnag-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah
memutuskan pengertian istilah ketenagakerjaan sebagai segala hal yang
berhubungan kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dari
pengertian ini dapat dipahami bahwa, yang diatur dalam Undnag-Undang
ketenagakerjaan adalah segala hal yang berkaitan dengan pekerja/buruh. Buruh,
pekerja, worker, laborer, tenaga kerja atau karyawan pada dasarnya adalah
manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan
balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainnya kepada
pemberi kerja atau Pengusaha atau majikan. Pada dasarnya, buruh, Pekerja,
Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama namun dalam kultur Indonesia
buruh berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya.
Sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang
lebih tinggi dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot, otak
dalam melakukan kerja akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama
mempunyai arti satu yaitu Pekerja. Hal ini terutama merujuk pada Undang-undang
Ketenagakerjaan yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di
Indonesia. Menurut UndangUndang No 13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan
disebutkan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah imbalan dalam bentuk lain.
Menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo, mengenai arti tenaga kerja
adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang
menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang
menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.
Menurut Aris Ananta dan Tjiptoherjanto, Tenaga kerja dapat diartikan
sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan
barang dan jasa. Atau dengan kata lain, tenaga kerja dapat diartikan bagian dari
penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa apabila ada permintaan
terhadap barang dan jasa tersebut. Dalam pengertian tersebut, yang termasuk ke
dalam golongan tenaga kerja adalah semua orang yang telah bisa atau ikut serta
dalam menciptakan barang maupun jasa baik di dalam perusahaan maupun
perorangan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia angkatan kerja adalah penduduk
usia kerja yang sedang bekerja, sedang tidak bekerja dan sedang mencari
pekerjaan. Pengertian tenaga kerja pun sifatnya terbatas karena tidak semua
penduduk merupakan tenaga kerja, hanya penduduk yang telah mencapai usia
minimumlah yang baru bisa dianggap sebagai tenaga kerja. Sedangkan untuk usia
14 tahun keatas (remaja) yang mempunyai tertentu dalam suatu kegiatan ekonomi
dan mereka yang tidak bekerja, sebenarnya mereka tidak dihitung sebagai
angkatan kerja karena mereka yang masih bersekolah, juga wanita yang mengurus
rumah tangga/keadaan fisik tidak bekerja/tidak mencari pekerjaan tidak dikatakan
sebagai angkatan kerja (Payman J. Simanjuntak, 1985).
Sedangkan pengertian angkatan kerja menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
adalah:
a. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan suatu
pekerjaan dengan memperoleh penghasilan atau keuntungan yang
lamanya bekerja paling sedikit dua hari.
b. Mereka selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan
pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari, tetapi mereka adalah
pekerja tetap pada kantor pemerintah atau swasta yang yang sedang
tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, petani-petani yang
mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena seminggu
hujan untuk menggarap sawah dan sebagainya, orang-orang yang
bekerja di bidang keahlian seperti dokter, tukang cukur, tukang pijat,
dalang dan sebagainya.

Maka dapat ditarik kesimpulkan angkatan kerja adalah mereka yang


mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang
bekerja karena suatu sebab, seperti petani yang sedang menunggu panen/hujan,
pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya.Di samping itu mereka yang
tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharapkan dapat
pekerjaan atau bekerja secara optimal disebut pengangguran. Sedangkan bukan
angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga
tanpa mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan tidak
melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam kategori bekerja,
sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan.

Angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan sedang mencari


pekerjaan adalah:

a. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan


pekerjaan, mereka yang pernah bekerja, pada saat menganggur dan
berusaha mendapatkan pekerjaan.
b. Mereka yang sedang di bebas tugaskan dan sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan.
c. Mereka yang bebas tugas dan sedang berusaha untuk mendapatkan
pekerjaan lagi.

Berikut adalah rumus untuk mencari jumlah tenaga kerja dan angkatan
kerja: Angkatan Kerja = Yang Bekerja + Pangangguran

2. Hubungan Angkatan Kerja dengan Pengangguran


Variabel ketenagakerjaan mempunyai hubungan yang positif dengan
pengangguran.Dalam penelitian Pangastuti (2015) mengemukakan bahwa hasil
estimasi persamaan regresi selama tahun pengamatan tahun 2008-2012
menunjukan bahwa pengaruh pengangguran mempunyai pengaruh positif.
Besarnya koefisien 2.480002 yang berarti ketika semakin tinggi tingkat upah 23
maka akan semakin tinggi pula tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar
2.480002% / tahun di Jawa Tengah.
Ketika pengangguran meningkat maka penyerapan tenaga kerja akan
meningkat. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya pergeseran struktur
perekonomian.Pengaruh pengangguran meningkat dikarenakan tidak adanya
ketersediaan kesempatan kerja yang memadai sesuai dengan kriteria pencari kerja.
Alasan lain yaitu tingginya proses migrasi penduduk di suatu daerah juga akan
menimbukan kesenjangan pengangguran di suatu daerah tertentu.
B. Pengangguran
1. Pengertian Pengangguran
Menurut Sukirno (2008) pengangguran adalah suatu keadaan dimana sesorang
yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum
memperolehnya. Menurut Simanjutak (2003) mengatakan bahwa pengangguran
yaitu orang berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan.
Menurut Putong (2008) kategori orang yang menganggur biasanya adalah
mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia
kerja biasanya adalah usia yang tida dalam masa sekolah tapi di atas usia anak-
anak (relatif diatas 6-18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD-tamat SMA).
Sedangkan di atas usia 18 namun masih sekolah dapatlah dikategorikan
penganggur., meski hal ini masih banyak yang memperdebatkanyya.
Pengangguran terjadi karena adanya ketidak seimbangan dipasar tenaga kerja.
Pada pasar tenaga kerja dikenal kurva permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Kurva permintaan tenaga kerja menunjukkan jumlah tenaga kerja menunjukkan
jumlah tenga yang akan ditawarkan oleh rumah tangga dan berslope positif
terhadap upah. Kesimbangan pasar akan tercapai apabila terjadi suatu keadaan
dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan jumlah tenaga kerja yang
ditawarka pada tingkat upah tertentu (Widiyanti, 2016).
Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya meningkatkan pembangunan
modal manusia (human capital) dan pengembangan untuk meningkatkan
produktivitas manusia. Melalui investasi pendidikan diharapkan akan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihtkan dengan
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang sehingga akan mendorong
peningkatan peroduktivitas kerjanya. Peningkatan produktivitas dapat
mempengaruhi kesempatan kerja yaitu dengan adanya peningkatan produktivitas
maka terjadi penurunan biaya produksi perunit barang. Penurunan biaya produksi
per unit barang akan menurunkan harga per unit barang. Jika harga barang turun
maka permintaan terhadap barang naik yang akan mendorong pengusaha untuk
menambah permintaan tenaga kerja, sehingga dengan penerapan tenaga kerja yang
semakin banyak dapat mengurangi tingkat pengangguran (Todaro, 2000).
Menurut Nanang (2004) produktivitas tenaga kerja menentukan kondisi
permintaan tenaga kerja, apabila prokdutivitas tenaga kerja itu rendah otomatis
akan menurunkan pencapaian target perusahaa. Prokdutivitas yang rendah akan
membuat perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan para
tenaga kerja sehingga akan meningkatkan tingkat pengangguran di suatu wilayah.
Menurut Abbas (2010) kompetensi yang dibutuhkn di dunia kerja yang
diberikan di dunia pendidikan dasarnya terkait dengan lima hal yaitu: motif atau
penggerak, kecepatan bereaksi, gambaran diri pribadi, informasi seseorang yang
diperoleh pada bidang tertentu dan kemampuan melksanakan tugas secara fisik
maupun mental (skill).
Tenaga kerja yang berkualitas dan lebih mempunyai kemampuan akan lebih
dihargai jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang kurang mampu. Tingkat
pendidikan yang merupakan salah satu indikator dari IPM berpengaruh terhadap
tingkat pengangguran karena tenaga kerja berpendidikan rendah akan sulit
mendapat pekerjaan sehingga akan berdampak pada bertambahnya tingkat
pengangguran.
Menurut Aqil (2014) bahwa investasi memiliki peran penting dalam
pembentukan lapangan pekerjaan, dengan adanya investasi akan menambah
persediaan barang modal, hal ini akan berpengaruh pada peningkatan kapasitas
produksi dan mencipatakan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan
menurunkan tingkat pengangguran. Berdasarkan jenisnya, investasi dibagi
menjadi dua jenis yaitu investasi yang sumber danya berasal dari luar negeri
disebut dengan Penanaman Modal asing (PMA) dan investasi yang berasal dai
dalam negeri yang biasa disebut dengan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN).
Menurut Mankiw (2003) bahwa penganguran juga disebabka oleh kekuatan
upah yaitu kegaglan upah dalam menyeimbangkan penawaran dan permintaan
tenaga kerja. Salah satu hal yang menyebabkan kekakuan upah adalah undang-
undang kebijakan upah minimum. Badan Pusat Statistik (2016) menyatakan
bahawa upah minimum adalah suatu penerimaan bulanan minimum sebagai
imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang
telah atau dilakukan dan dinyatakan dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar
suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar
suatu perjanjian kerja atara pengusaha.
2. Jenis-jenis Pengangguran
Menurut Sukirno (2006) sebab terjadinya pengangguran dapat digolongkan
kepada empat jenis yaitu :
a. Pengangguran friksional adalah pengangguran yang wujud
apabila ekonomi telah mencapi kesempatan kerja penuh.
b. pengangaguran siklikal adalah pengangguran yang disebabkan
perkembangan ekonomi yang sangat lambat atau kemorosotan
kegiatan ekonomi.
c. Pengangguran struktural, terjadi karena adanya perubahan
dalam struktur atau komposisi perekonomian.
d. Pangangguran teknologi, ditimbulkan oleh adanya pengantian
tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia yang
disebabkan perkembangan teknologi.

Teori Pendekatan penggunaan tenaga kerja (Labor Utilitizationapproach)


pendekatan ini menitik beratkan pada seseorang apakah cukup dimanfaatkan
dalam kerja di lihat dari segi jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan
yang diperoleh. Dengan pendekatan ini dibedakan angkatan kerja dalam tiga
golongan yaitu :

 Menganggur, yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha
mencari pekrjaan.
 Setengah menganggur, yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam
bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan.
 Bekerja penuh atau cukup dimanfaatkan.

Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran tersebut perlu


diperhatikan dimensi-dimensi yang berkaitan dengan pengangguran itu sendiri
yaitu :

 Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan).


 Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja ingin bekerja lebih lama).
 Produktivitas (kurangnya produktivitas sering kali disebabkan oleh
kurangnya sumber daya komplementer untuk melakukan pekerjaan).

Berdasarkan dimensi di atas pengangguran dapat dibedakan atas (BPS


2000, h.8) yaitu :
 Pengangguran terbuka, baik terbuka maupun terpaksa secara sukarela,
mereka tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik
sedangkan pengangguran terpaksa, mereka mau bekerja tetapi tidak
memperoleh pekerjaan. Setengah pengangguran (Under Unemployment)
yaitu mereka yang bekerja dimana waktu yang mereka pergunakan kurang
dari yang biasa mereka kerjakan.
 Tampaknya mereka bekerja, tetapi tidak bekerja, secara penuh. Mereka
digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran.
Yang termasuk dalam katagori ini adalah pengangguran tak kentara,
pengangguran tersembunyi dan pensiunan awal.
3. Dampak Pengangguran
a. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian
Setiap negara selalu berusaha agar tingakat kemakmuran
masyarakatnya dimaksimumkan dan perekonomian selalu mencapai
pertumbuhan yang mantap dan berkelanjutan. Tingkat pengangguran yang
relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai tingkat pengguna
tenaga kerja penuh, hal ini dapat dilihat dengan jelas dari berbagai akibat
buruk sifat ekonomi yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat
buruk pengangguran terhadap perekonomian (Samuelson, h. 326) adalah :
 Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat meminimumkan
tingkat kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Pengangguran
menyebabkan output aktual yang dicapai lebih rendah dari atau
dibawah output potensial. Keadaan ini berarti tingkat kemakmuaran
masyarakat yang di capai adalah lebih rendah dari tingkat yang akan
dicapainya.
 Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang,
pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kegiatan
ekonomi, pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan pajak yang
diperoleh pemerintah akan menjadi sedikit. Dengan demikian tingkat
pengangguran yang tinggi akan mengurangi kemampuan pemerintah
dalam menjalankan berbagai kegiatan pembangunan.
 Pengangguran yang tinggi akan menghambat, dalam arti tidak
menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini jelas bahwa
penganggurantidak akan mendorong perusahaan untuk melakukan
investasi di masa yang akan datang. Dari ketiga penjelasan diatas,
penulis menyimpulkan bahwa dampak dari pengangguran tidak
mampu untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka
waktu panjang maupun dalam jangka waktu pendek.
b. Dampak pengangguran terhadap individu dan masyarakat
Selain membawa akibat buruk terhadap perekonomian secara
keseluruhan, pengangguran yang terjadi juga akan membawa beberapa akibat
buruk terhadap individu dan masyarakat , dampaknya adalah sebagai berikut:
 Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan
pendapatan. Di negara-negara maju, para pengangguranmemperoleh
tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran dan
oleh sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk
membiayai kehidupanya dan keluarganya, sedangkan di negara-negara
berkembang tidak terdapat program asuransi berkembang.
 Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangya
ketrampilandalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat
dipertahankan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek.
 Pengangguran dapat pula menimbulkan ketidakstabilan sosial dan
politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi
dapat menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah
yang berkuasa. Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
dampak pengangguran terhadap individu dan masyarakat dapat
meningkatkan kriminalitas serta kurangnya keamanan.
4. Kependudukan
1. Pengertian Kependudukan
Teori kependudukan dibagi ke dalam tiga kelompok besar: (1) aliran
Malthusian yang dipelopori oleh Thomas Robert Malthus; (2) aliran Marxist
yang dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels (Mantra, 2008). Menurut
aliran Malthusian: terjadi ketidak seimbangan antara pertumbuhan penduduk
dengan pertumbuhan makanan, dalam hal ini pertumbuhan penduduk berjalan
berdasarkan deret ukur, sedangkan pertumbuhan/pertambahan makanan
berdasarkan deret hitung. Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk harus
dibatasi. Pembatasan jumlah penduduk dapat dilaksanakan dengan dua cara,
yaitu preventive dan positive check. Menurut kalangan sosialis awal dalam
masyarakat yang sudah direorganisasikan maka pertumbuhan penduduk dapat
dicegah oleh peningkatan produksi, maupun oleh tata kehidupan sosial yang
lebih baik. Nitti (1894) dalam Munir dan Budiarto 1986 mengemukakan
bahwa setiap peningkatan kondisi ekonomi kelas pekerja akan menyebabkan
tingkat kelahiran menurun, dan masalah kependudukan dapat diatasi dengan
melakukan reorganisasi terhadap masyarakat agar sebab-sebab ketidak samaan
dapat dihilangkan (Munir dan Budiarto, 1986).
Sedangkan kependudukan atau demografi merupakan ilmu yang
mempelajari dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran,
struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah
setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.
Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan
atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,
kewarganegaraan,agama atau etnisitas tertentu.
Dengan demikian data kependudukan adalah segala  tampilan data
penduduk dalam bentuk resmi maupun tidak resmi yang diterbitkan oleh
badan-badan pencatatan kependudukan (pemerintah maupun non pemerintah),
dalam berbagai bentuk baik angka, grafik, gambar dan lain lain.
Secara khusus UU No.24 Tahun 2013 pasal 1 point 9 menyebutkan
bahwa data kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat
yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil.

2. Jumlah Penduduk
Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi serta
usaha untuk membangun suatu perekonomian karena penduduk menyediakan
tenaga keija, tenaga ahli, pimpinan perusahaan tenaga usahawan dalam
menciptakan kegiatan ekonomi. (Sukirno, 2005 :142). Pertumbuhan penduduk
diakibatkan oleh tiga komponen yaitu : fertilitas, mortalitas dan migrasi. Salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan adalah pelaksanaan
pembangunan itu sendiri, namun demikian penduduk Indonesia menurut
strukturnya berbeda dengan struktur negara yang lebih maju. Struktur
penduduk Indonesia dikatakan masih muda, atau sebagian besar penduduk
Indonesia berusia muda. Mengingat hanya orang dewasa saja yang bisa
bekerja, dan pada umumnya dalam suatu keluarga hanya ada satu yang bekerja
berarti bahwa untuk setiap orang yang bekerja harus menanggung beban hidup
dari anggota keluarga dari yang cukup besar. Makin banyak orang yang harus
ditanggung oleh setiap orang yang bekerja makin rendah kesejahteraan
penduduk (Subagiarta, 2006:10).
Teori jumlah penduduk menurut Yasin (2007 : 5) pertumbuhan
penduduk dapat diperoleh dengan menggunakan formulasi sebagai berikut: Pt
= Po + (B - D) + (Mi - Mo)
Dimana:
Po = jumlah penduduk pada waktu terdahulu (tahun dasar).
Pt = jumlah penduduk pada waktu sesudahnya (tahun ke t).
B = kelahiran yang terjadi pada jangka waktu antara dua kejadian tersebut.
D = kematian yang terjadi pada jangka waktu antara dua kejadian tersebut.
Mo = migrasi keluar pada jangka waktu antara kedua kejadian tersebut.
Mi = migrasi masiik pada jangka waktu antara kedua kejadian tersebut.
Dalam teori penduduk, Thommas Robert Malthus menyatakan bahwa
jumlah penduduk akan melampaui jumilah persediaan bahan pangan yang
dibutuhkan (Mantra, 2000 : 34). Selanjutnya Malthus sangat prihatin bahwa
jangka waktu yang dibutuhkan oleh penduduk untuk berlipat dua jumlahnya
sangat pendek, ia melukiskan bahwa apabila tidak dilakukan pembatasan,
penduduk cenderung berkembang menurut deret ukur. Sehingga, tegadi
ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan persediaan bahan pangan.
Dalam waktu 200 tahun, perbandingan itu akan menjadi 256 : 9. (Mantra,
2000 :35).
Michael Thomas Sadler yang mengemukakan bahwa daya reproduksi
manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada disuatu negara atau wilayah.
Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun.
Sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, maka daya reproduksi penduduk
berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. (Mantra, 2000 ; 37).
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menurut Lincolin akan
menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi upaya-upaya yang
dilakukan, karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan
menyebabkan cepatnya pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan
kemampuan daerah dalam menciptakan kesempatan kerja yang baru sangat
terbatas. (Arsyad, 2004 : 267).
3. Hubungan Jumlah Penduduk dengan Pengangguran
Variabel jumlah penduduk menunjukkan adanya hubungan positif dan
signifikan dengan tingkat pengangguran.Dalam penelitian yang telah
dilakukan oleh Pitartono (2012) mengemukakan bahwa angka koefisien
korelasi sebesar 0,755 yang berarti jumlah penduduk berhubungan kuat
dengan tingkat pengangguran di Jawa Tengah.Koefisien korelasi bertanda
positif, berarti semakin besar jumlah penduduk, semakin tinggi pula tingkat
pengangguran, demikian sebaliknya.Tanda ** menunjukan bahwa koefisien
korelasi tersebut signifikan pada taraf kepercayaan 99% atau resiko kesalahan
pengambilan keputusan adalah sebesar 1%.
Dari hasil tersebut maka jumlah penduduk di Jawa Tengah semakin
besar akan berhubungan dengan tingkat pengangguran yang naik. Hal ini
disebabkan karena jumlah penduduk yang tinggi berarti kesempatan kerja
akan meningkat. Bila naiknya jumlah penduduk yang masuk dalam angkatan
kerja tidak seimbang dengan jumlah kesempatan kerja, sehingga tingkat
pengangguran akan naik.

Anda mungkin juga menyukai