ESDM Ketenagakerjaan
“Struktur Ketenagakerjaan”
Kelas E
Kelompok 4:
Intan septiya indrawati/ A1A021208
Ihza Izaldi Anwar / A1A0201206
Ikhzal Amyza Putra / A1A021207
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
A. Penduduk
Tenaga kerja adalah semua penduduk dalam usia kerja atau usia produktif. Dalam
istilah UU Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003, tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
B. Struktur Ketenagakerjaan
Struktur Ketenagakerjaan adalah indikator yang membagi populasi penduduk
berdasarkan status kerja, menganggur, mengurus rumah tangga, belajar, dan melakukan
kegiatan lainnya.
Populasi penduduk
jumlah total penduduk semua usia berdasarkan data SUSENAS.
Penduduk usia kerja
jumlah total penduduk usia 15 tahun ke atas berdasarkan data SAKERNAS.
Penduduk bukan usia kerja
jumlah total penduduk 14 tahun ke bawah. Perhitungan ini memadukan data
SUSENAS dan SAKERNAS, yaitu dengan mengurangi total populasi penduduk
dengan penduduk usia kerja.
Angkatan kerja terbuka
tenaga kerja termasuk mereka yang memiliki pekerjaan dan mereka yang
menganggur tetapi masih aktif mencari pekerjaan, atau telah putus asa mencari
pekerjaan, atau sedang mempersiapkan usaha baru, atau sudah diterima tetapi
belum bekerja.
Bukan angkatan kerja
penduduk yang bukan merupakan angkatan kerja dan penduduk yang sedang
bersekolah, mengurus rumah tangga, dan melakukan kegiatan lainnya.
Penduduk bekerja
penduduk yang menyatakan telah bekerja 1 minggu yang lalu, atau mempunyai
pekerjaan/ usaha tetapi sementara tidak bekerja selama seminggu yang lalu.
Penduduk bekerja paruh waktu
mereka yang bekerja kurang dari 34 jam seminggu
Penduduk menganggur terbuka
Orang-orang yang menganggur tetapi masih aktif mencari pekerjaan, atau telah
putus asa dalam mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan usaha baru,
atau sudah diterima tetapi belum bekerja.
Bukan pemuda
penduduk yang berusia lebih dari 24 tahun.
Pemuda
penduduk yang berusia antara 15 - 24 tahun.
PENDUDUK
A. Pendidikan
Pendidikan Formal
Sumber: Hasil Survey Angkatan Kerja Nasional 2006, diolah penulis. Keterangan: Angka dalam
kurung adalah persentase kolom, angka dalam kurung bertanda asterik adalah
persentase baris.
Dilihat dari struktur umur, angkat- an kerja pedesaan usia muda hingga 34 tahun
(45,57 persen), ternyata proporsinya lebih rendah dibandingkan dengan di perkotaan (49,32
persen). Hal ini memperkuat dugaan, bahwa tenaga kerja yang tergolong angkatan kerja
banyak yang mencoba mengadu nasib untuk mendapatkan pekerjaan di perkotaan.
Sementara itu, angkatan kerja 15-24 tahun yang proporsinya hampir sama antara pedesaan
dan perkotaan, kemungkinan agak enggan pergi ke kota sehubungan pendidikan mereka
yang kurang memadai, dan sudah memperhitungkan tidak akan kuat bersaing untuk
mendapatkan pekerjaan di kota.
Selanjutnya Tabel 3 juga memper- lihatkan, proporsi angkatan kerja yang berusia 35
tahun ke atas (54,43 persen) lebih banyak yang tinggal di pedesaan daripada di perkotaan
(50,68 persen). Pada usia tersebut mungkin mereka yang berstatus sebagai migran pekerja di
kota sudah merasa tidak bisa produktif lagi, sehingga lebih memilih pulang ke desa. Bisa
pula mereka merasa telah cukup mencari bekal hidup dengan bekerja banting tulang di kota,
dan setelah tua tinggal menikmati remitan di desa yang mereka tabung- kan sebelumnya,
agar dapat dinikmati pada masa tuanya.
BAB IV
PEMBAHASAN
STRUKTUR PENDIDIKAN DAN ANGKATAN KERJA
Kalau diamati secara parsial, angkatan kerja di pedesaan yang berada pada jenjang
pendidikan SD proporsinya mencapai duapertiga dari seluruh angkatan kerja di pedesaan,
sementara di perkotaan menyebar pada tingkat pendidikan SD dan SMTA masing-masing
sepertiga bagian dari total angkatan kerja di kota. Keadaan ini akan menjadi persoalan,
manakala sektor pekerjaan pertanian di pedesa- an makin berkurang, sementara sektor
pekerjaan pertanian lainnya belum bisa berkembang (Manning, 1987; Hayami, 1988).
Data yang tersaji dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidik- an angkatan
kerja di pedesaan nam- pak lebih rendah dibandingkan dengan di perkotaan. Di pedesaan
ada kecen- derungan mengelompok pada tingkat pendidikan SD (66,50 persen). Semen-
tara itu di daerah perkotaan proporsi terbanyak berada pada tingkat pendi- dikan SMTA
(34,18 persen).
Tabel 4
Keterangan: Angka dalam kurung adalah persentase kolom, angka dalam kurung bertanda asterik adalah
persentase baris.
BAB V
PEMBAHASAN
STRUKTUR LAPANGAN KERJA UTAMA
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Secha dan Rudi Bambang Trisilo. 1990. “Struktur Ketenaga- kerjaan di Indonesia” dalam Aris
Ananta (ed.), Ekonomi Sumber Daya Manusia. LDFE-UI, Jakarta
https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html