KETENAGAKERJAAN MATA
KULIAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
Posted on 17 April 2015 by guruhonorer — Leave a comment
Disusun Oleh :
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga ka mi dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini, banyak
kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan
bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini yang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik serta
berdaya guna dimasa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam literatur-literatur kuno pada umumnya penduduk
dipandang sebagai penghambat pembangunan. Keberadaanya, apalagi dalam jumlah besar dan dengan
pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya menambah beban pembangunan. Dinyatakan dengan kalimat yang
lebih lugas: jumlah penduduk yang besar memperkecil pendapatan per kapita dan menimbulkan masalah
ketenagakerjaan. Dalam literatur-literatur modern, penduduk justru dipandang sebagai pemacu pembangunan.
Berlangsungnya kegiatan produksi adalah berkat adanya orang yang membeli dan mengonsumsi barang-barang
yang dihasilkan. Konsumsi dari penduduk inilah yang menimbulkan permintaan agregat. Pada gilirannya,
peningkatan lonsumsi agregat memungkinkan usaha-usaha produktif berkembang, begitu pula perekonomian
secara keseluruhan. Jadi, perkembangan ekonomi turut ditentukan oleh permintaan yang datang dari penduduk.
1. Rumusan Masalah
2. Apa saja variabel-variabel kependudukan Indonesia?
3. Bagaimana karakteristik kependudukan Indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan, pekerjaan dan tingkat upah?
5. Apa kebijaksanaan kependudukan dan ketenagakerjaan?
1. Tujuan
2. Mengetahui variabel-variabel kependudukan Indonesia
3. Mengerti karakteristik kependudukan Indonesia
4. Memahami tentang ketenagakerjaan, pekerjaan dan tingkat upah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Variabel-Variabel Kependudukan Indonesia
Menurut catatan, penaksiran yang pertama kali tentang jumlah penduduk di Indonesia dilakukan pada tahun
1815. Itupun hanya sebatas pulau jawa, yang kala itu ditaksir berjumlah 4,5 juta jiwa. Pada pertengahan tahun
1993 jumlah penduduk indonesia ditaksir sudah mencapai angka sekitar 187 juta jiwa ( World Development
Report, 1995). Dengan jumlah ini indonesia menempati urutan keempat negara berpenduduk terbesar didunia
sesudah RRC, Cina, India dan Amerika Serikat.
Untuk jaman globalisasi seperti sekarang, dimana migrasi internasional semakin sangat mudah berlangsung,
gagasan tentang batas maksimum atau jumlah ideal penduduk menjadi tidak relevan. Tekanan masalah
kependudukan atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan
lebih terkait dengan variabel-variabel lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang bersangkutan.
Variabel-variabel lain itu misalnya sebaran, komposisi, kepadatan dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan
karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Sebagaimana kita
ketahui, Indonesia bukan saja memiliki penduduk dalam jumlah besar. Akan tetapi juga menghadapi masalah
sebran yang tidak merata dan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Dalam perspektif spasial, sebagian
besar penduduk tinggal didaerah pedesaan. Dalam perspektif regional, mayoritas penduduk bermukim di pulau
Jawa. Ketidakmerataan jumlah penduduk menyebabkan masalah urbanisasi. Dalam perspektif jenis kelamin,
proporsi penduduk perempuan lebih besar daripada penduduk laki-laki. Mengatasi persoalan itu, sudah sejak
lama transmigrasi menjadi salah satu program penting. Kebijaksanaan mengenai hal itu merupakan bagian tak
terpisahkan dalam program-program pembangunan.
Sampai dengan akhir repelita VI komposisi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin diperkirakan tidak akan
berubah, penduduk perempuan masih tetap lebih banyak daripada laki-laki. Angka rata-rata harapan hidup
meningkat dari 62,7 tahun pada akhir Pelita yang lalu menjadi 64,6 tahun pada akhir pelita VI yang akan
datang. Pola ketimpangan pendidikan secara spasial tetap sama untuk jenjang yang lebih tinggi, keadaan
daerah perdesaan selalu lebih memprihatinkan. Mayoritas penduduk kita hanya berpendidikan sekolah dasar.
Proporsinya 36,77%, 30,09%, dan 34,60% masing-masing untuk daerah perdesaan, daerah perkotaan dan
seluruh Indonesia sebagai suatu kesatuan.
1. Ketenagakerjaan
2. Konsep dan Definisi
Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, penduduk suatu Negara dipilah-pilah dalam berbagai kelompok.
Konsep pemilahan penduduk dibagi menjadi dua yaitu pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan
kerja dan berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja.
Angkatan kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian,
yakni penciptaan atau perluasan lapangan kerja. Penciptaan lapangan kerja inilah yang sekarang menjadi salah
satu masalah rawan dalam pembangunan ekonomi di tanah air. Kualitas tenaga kerja Indonesia sebagaimana
tercermin dari tingkat pendidikan angkatan kerja dan produktivitas pekerja yang ada masih relative rendah.
Dari data-data ketenagakerjaan data diketahui dan dihitung berbagai konsep yang berkaitan dengan tingkat
pengerjaan dan tingkat pengangguran. Konsep-konsep dimaksud adalah tingkat paertisipasi angkatan kerja
(TPAK), tingkat pengerjaan, dan tingkat pengangguran. Angka-angka semacam ini berguna untuk mengenali
situasi yang berlangsung di pasar kerja.
Dalam perbandingan seksual atau antarjenis kelamin, TPAK laki-laki masih jauh lebih tinggi dibandingkan
TPAK perempuan. Perbandingan angkanya untuk tahun 1994 adalah 72,3 banding 43,4. Ini mencerminkan
peluang tenaga kerja perempuan untuk terlibat dipasar tenaga kerja masih rendah.
Jika dengan perbandingan spasial atau daerah, TPAK di daerah pedesaan justru lebih tinggi dibandingkan di
daerah perkotaan.
Lapangan pekerjaan utama bagi rakyat Indonesia masih di sektor pertanian. Sampai tahun 1994, separuh dari
jumlah pekerja menyandarkan sektor pertanian sebagai sumber nafkah utama. Sektor perdagangan dan sektor
jasa menempati kedudukan kedua dan ketiga, kemudian sektor industri pengolahan berada di urutan
berikutnya. Menurut hasil survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1994, proporsi pekerja
perempuan yang bekerja di sektor pertanian di daerah pedesaan tidak berbeda jauh dengan pekerja laki-laki,
sebaliknya di daerah perkotaan pekerjaan bertani lebih banyak dilakukan oleh pekerja laki-laki. Sektor
perdagangan dan sektor industri, baik di perkotaan maupun pedesaan, didominasi oleh pekerja perempuan. Di
lain pihak, sektor bangunan dan sektor komunikasi, baik di perkotaan maupun pedesaan, didominasi oleh
pekerja laki-laki. Ditinjau menurut status dari pekerjaan utama yang dilakukan, hampir sepertiga angkatan
kerja yang bekerja berstatus sebagai buruh atau karyawan atau pegawai. Disamping menurut sektor dan status
pekerjaan, para pekerja dapat pula dipilah-pilah menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Kemampuan tenaga
kerja Indonesia untuk menjalankan fungsi kepemimpinandan keetatalaksaan masih rendah. Peran kaum wanita
Indonesia di pasar kerja rasanya cukup berarti. Tenaga=tenaga profesional, teknisi, dan sejenisnya justru lebih
dominan diperankan oleh pekerja perempuan.
2. Jam Kerja
Menilai seseorang bekerja ataukah menganggur semata-mata berdasarkan apakah ia mempunyai pekerjaan atau
tidak, sesungguhnya kurang memadai. Pendekatan semacam itu mengabaikan kadar pemanfaatan tenaga yang
bersangkutan. Seseorang bisa saja tergolong tidak menganggur karena ia bekerja atau mempunyai pekerjaan.
Akan tetapi jika dalam bekerja itu tenaganya tidak termanfaatkan secara optimal, berarti ia bekerja tidak dalam
kapasitas penuh, maka sesungguhnya ia setengah menganggur atau menganggur secara terselubung. Oleh
karena itu, jam kerja yang dicurahkan perlu turut untuk dipertimbangkan.
Seseoerang dikatakan bekerja penuh (fully employed) apabila jumlah jam kerjanya telah mencapai setidak-
tidaknya 35 jam kerja dalam seminggu. Kriteria ini menuruti konsep bekerja minimal 1 jam berturut-turut.
Berlandaskan kriteria ini, maka dari seluruh pekerja yang ada (79.200.542 orang) hanya 58,46% saja yang
bekerja penuh. Pekerja-pekerja yang bekerja tidak penuh ini kebanyakan adalah pekerja perempuan, baik di
perkotaan maupun pedesaan. Di daerah pedesaan jumlah jam kerja yang paling banyak dijalani para pekerja
adalah antara 35 hingga 45 jam per minggu. Sedangkan di daerah perkotaan jumlah jam kerja terbanyak yang
dijalani adalh antara 45 hingga 59 jam per minggu.
3. Tingkat Upah
Upah tertinggi bagi pekerja yang berstatus karyawan atau buruh adalah di sektor pertambangan. Tingkst upah
para pekerja di Indonesia, khususnya pekerja rendahan atau buruh kasar sangat rendah. Hal itu bisa diukur
dengan membandingkannya terhadap kebutuhan fisik minimum.
Variasi tingkat upah tidak hanya terjadi antarlapangan usaha atau secara sektoral. Akan tetapi juga secara
regional atau antarwilayah di tanah air, serta secara jenis kelamin. Dalam perbandingan jenis kelamin di sekter
industri pengolahan, hampir di semua wilayah tanah air pekerja laki-laki menerima upah lebih tinggi daripada
pekerja perempuan. Perbedaan tingkat upah antar jenis kelamin di sektor industri pengolahan berlaku umum
di semua subsektor. Kesenjangan upah buruh berlangsung pula antarjenjang. Hal ini bisa ditelaah melaui
perbandingan upah rata-rata tertinggi terhadap upah rata-rata terendah.
Berbagai kebijaksanaan telah, sedang, dan akan ditempuh oleh pemerintah dalam upaya mengatasi masalah-
masalah kependudukan dan ketenagakerjaan. Dalam Repelita VI, pembangunan kependudukan dalam PJPII
diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Dengan
peningkatan kualitas penduduk dimaksudkan adalah peningkatan kualitas kehidupan dan kemampuan manusia
serta masyarakat Indonesia sebagai pelaku utama dan sasaran pembangunan. Sedangkan di bidang
ketenagakerjaan, penciptaan dan perluasan tenaga kerja terus diupayakan terutama melalui peningkatan dan
pemerataan industri, pertanian, dan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Dalam rangka peningkatan kualitas penduduk, secara konkret diharapkan pada akhir PJP II kelak angka
sasaran-sasaran berikut dapat tercapai :
1. Peningkatan kualitas penduduk, melalui program perluasan pendidikan dan perbaikan mutu
pendidikan.
2. Pengendalian pertumbuhan dan kualitas penduduk, melalui program keluarga berencana,
perbaikan layanan kesehatan dasar.
3. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk, melalui program transmigrasi, pemerataan
pembangunan antar wilayah.
4. Penyempurnaan sistem informasi kependudukan, melalui program pengembangan administrasi,
dan penataan statistik kependudukan.
5. Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut.
Sebagai langkah awal bagi sasaran jangka panjang tersebut, dalam Repelita VI Pemerintah menganggarkan
dana sebesar Rp12,89 miliar untuk program kependudukan dan Rp1,73 triliun untuk program keluarga
berencana.
Dibidang ketenagakerjaan, sasaran pokok pembangunannya dalam PJP II meliputi terciptanya lapangan kerja
baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja baru yang
masuk pasar kerja; mengurangi setengah pengangguran; mengurangi kesenjangan produktivitas antar sektor;
serta meningkatkan pemerataan kesempatan kerja antar wilayah. Secara konkret dalam PJP II kelak diharapkan
dapat diciptakan 68,6 juta tambahan kesempatan kerja untuk melayani sekitar 69 juta orang tambahan angkatan
kerja baru.
Secara lebih rinci sasaran konkret bidang ketenagakerjaan dalam PJP II adalah sebagai berikut:
menurut status
Program-programnya antara lain perencanaan tenaga kerja; sistem informasi dan bursa tenaga kerja terpadu;
penciptaan tenaga kerja mandiri dan profesional; pemerataan kesempatan kerja antar daerah; pengindonesiaan
tenaga kerja asing; peningkatan ekspor jasa tenaga kerja; dan pemasyarakatan teknologi padat karya dalam
upaya mendayagunakan tenaga kerja yang menganggur dan setengah menganggur.
1. Pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja, melalui program kemitraan pelatihan,
pemagangan;serta perbaikan metode dan sistem informasi pelatihan.
2. Pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja.
Guna mencapai sasaran-sasaran jangka panjang di atas, dalam Repelita VI ini Pemerintah menganggarkan
dana sebesar Rp1,073 triliun ntuk pembangunan di bidang ketenagakerjaan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Variabel-variabel dalam kependudukan Indonesia misalnya sebaran, komposisi, kepadatan dan pertumbuhan
penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan, kesehatan dan pendidikan.
Konsep pemilahan penduduk dibagi menjadi dua yaitu pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan
kerja dan berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja. Sedangkan lapangan pekerjaan utama bagi rakyat
Indonesia masih di sektor pertanian. Sampai tahun 1994, separuh dari jumlah pekerja menyandarkan sektor
pertanian sebagai sumber nafkah utama. Sektor perdagangan dan sektor jasa menempati kedudukan kedua dan
ketiga, kemudian sektor industri pengolahan berada di urutan berikutnya. Dalam hal tingkat upah, variasi tidak
hanya terjadi antarlapangan usaha atau secara sektoral. Akan tetapi juga secara regional atau antarwilayah di
tanah air, serta secara jenis kelamin. Dalam perbandingan jenis kelamin di sekter industri pengolahan, hampir
di semua wilayah tanah air pekerja laki-laki menerima upah lebih tinggi daripada pekerja perempuan.
Perbedaan tingkat upah antar jenis kelamin di sektor industri pengolahan berlaku umum di semua subsektor.
Kesenjangan upah buruh berlangsung pula antarjenjang. Hal ini bisa ditelaah melaui perbandingan upah rata-
rata tertinggi terhadap upah rata-rata terendah.
LAMPIRAN
Data Penduduk :
Persentase Pertambahan
Angkatan Kerja per Tahun
menurut Propinsi dan Daerah,
2004
Provinsi 2004
Persentase Pertambahan
Angkatan Kerja per Tahun
menurut Propinsi dan Daerah,
2005
Provinsi 2005
Jumlah
penduduk Tahun-year
218,868,79
00. Indonesia 205,132,458 1
11. Nanggroe
Aceh
Darussalam 3,929,234 4,031,589
12. Sumatera
Utara 11,642,488 12,450,911
16. Sumatera
Selatan 6,210,800 6,782,339
19. Kep.
Bangka
Belitung 899,968 1,043,456
20.
Kepulauan
Riau 1,040,207 1,274,848
53. Nusa
Tenggara
Timur 3,823,154 4,260,294
61.
Kalimantan
Barat 4,016,353 4,052,345
62.
Kalimantan
Tengah 1,855,473 1,914,900
63.
Kalimantan
Selatan 2,984,026 3,281,993
64.
Kalimantan
Timur 2,451,895 2,848,798
71. Sulawesi
Utara 2,000,872 2,128,780
72. Sulawesi
Tengah 2,175,993 2,294,841
73. Sulawesi
Selatan 7,159,170 7,509,704
74. Sulawesi
Tenggara 1,820,379 1,963,025
76. Sulawesi
Barat 891,618 969,429
81. Maluku 1,166,300 1,251,539
82. Maluku
Utara 815,101 884,142
DAFTAR PUSTAKA
Dumairy.1996.Perekonomian Indonesia.Erlangga.Jakarta.
Wirakartakusumah, M. Djuhari.1999.Bayang-Bayang Ekomoni Klasik.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:Jakarta.
http://eprints.undip.ac.id/1178/1/analisis_faktor_tingkat_h.32.pdf
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/pengangguran-definisi-dimensi-dan-bentuk-pengangguran.html