Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDUDUK DAN

KETENAGAKERJAAN MATA
KULIAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
Posted on 17 April 2015 by guruhonorer — Leave a comment

MAKALAH PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN


MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Dosen Pengampu: Anik Widyastuti, S. Pd

Disusun Oleh :

1. Rr. Ezry Muyasyaroh 09416241018


2. Afifah Lutfani 09416241032
3. Arif Gunawan 09416241023
4. Dalilah Nopani 09416241046

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


2010

 
 
Kata Pengantar
 

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga ka mi dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.  Dalam pembuatan makalah ini, banyak
kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan
bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini yang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik serta
berdaya guna  dimasa yang akan datang.

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam literatur-literatur kuno pada umumnya penduduk
dipandang sebagai penghambat pembangunan. Keberadaanya, apalagi dalam jumlah besar dan dengan
pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya menambah beban pembangunan. Dinyatakan dengan kalimat yang
lebih lugas: jumlah penduduk yang besar memperkecil pendapatan per kapita dan menimbulkan masalah
ketenagakerjaan. Dalam literatur-literatur modern, penduduk justru dipandang sebagai pemacu pembangunan.
Berlangsungnya kegiatan produksi adalah berkat adanya orang yang membeli dan mengonsumsi barang-barang
yang dihasilkan. Konsumsi dari penduduk inilah yang menimbulkan permintaan agregat. Pada gilirannya,
peningkatan lonsumsi agregat memungkinkan usaha-usaha produktif berkembang, begitu pula perekonomian
secara keseluruhan. Jadi, perkembangan ekonomi turut ditentukan oleh permintaan yang datang dari penduduk.

1. Rumusan Masalah
2. Apa saja variabel-variabel kependudukan Indonesia?
3. Bagaimana karakteristik kependudukan Indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan, pekerjaan dan tingkat upah?
5. Apa kebijaksanaan kependudukan dan ketenagakerjaan?
1. Tujuan
2. Mengetahui variabel-variabel kependudukan Indonesia
3. Mengerti karakteristik kependudukan Indonesia
4. Memahami tentang ketenagakerjaan, pekerjaan dan tingkat upah

4.Mengetahui kebijaksanaan kependudukan dan ketenagakerjaan

BAB II
PEMBAHASAN
1. Variabel-Variabel Kependudukan Indonesia

Menurut catatan, penaksiran yang pertama kali tentang jumlah penduduk di Indonesia dilakukan pada tahun
1815. Itupun hanya sebatas pulau jawa, yang kala itu ditaksir berjumlah 4,5 juta jiwa. Pada pertengahan tahun
1993 jumlah penduduk indonesia ditaksir sudah mencapai angka sekitar 187 juta jiwa ( World Development
Report, 1995). Dengan jumlah ini indonesia menempati urutan keempat negara berpenduduk terbesar didunia
sesudah RRC, Cina, India dan Amerika Serikat.

Untuk jaman globalisasi seperti sekarang, dimana migrasi internasional semakin sangat mudah berlangsung,
gagasan tentang batas maksimum atau jumlah ideal penduduk menjadi tidak relevan. Tekanan masalah
kependudukan atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan
lebih terkait dengan variabel-variabel lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang bersangkutan.
Variabel-variabel lain itu misalnya sebaran, komposisi, kepadatan dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan
karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Sebagaimana kita
ketahui, Indonesia bukan saja memiliki penduduk dalam jumlah besar. Akan tetapi juga menghadapi masalah
sebran yang tidak merata dan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Dalam perspektif spasial, sebagian
besar penduduk tinggal didaerah pedesaan. Dalam perspektif regional, mayoritas penduduk bermukim di pulau
Jawa. Ketidakmerataan jumlah penduduk menyebabkan masalah urbanisasi. Dalam perspektif jenis kelamin,
proporsi penduduk perempuan lebih besar daripada penduduk laki-laki. Mengatasi persoalan itu, sudah sejak
lama transmigrasi menjadi salah satu program penting. Kebijaksanaan mengenai hal itu merupakan bagian tak
terpisahkan dalam program-program pembangunan.

1. Karakteristik Kependudukan Indonesia

Sampai dengan akhir repelita VI komposisi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin diperkirakan tidak akan
berubah, penduduk perempuan masih tetap lebih banyak daripada laki-laki. Angka rata-rata harapan hidup
meningkat dari 62,7 tahun pada akhir Pelita yang lalu menjadi 64,6 tahun pada akhir pelita VI yang akan
datang. Pola ketimpangan pendidikan secara spasial tetap sama untuk jenjang yang lebih tinggi, keadaan
daerah perdesaan selalu lebih memprihatinkan. Mayoritas penduduk kita hanya berpendidikan sekolah dasar.
Proporsinya 36,77%, 30,09%, dan 34,60% masing-masing untuk daerah perdesaan, daerah perkotaan dan
seluruh Indonesia sebagai suatu kesatuan.
1. Ketenagakerjaan
2. Konsep dan Definisi

Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, penduduk suatu Negara dipilah-pilah dalam berbagai kelompok. 
Konsep pemilahan penduduk dibagi menjadi dua yaitu pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan
kerja dan berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja.

 Pemilihan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja


1. Tenaga Kerja-Manpower, berusia > 10 tahun
2. Angkatan kerja (Labour Force) yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja,
atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan.
Angkatan Kerja dibagi menjadi dua yaitu :
 Pekerja yaitu orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan (saat disensus atau disurvai) memang
sedang bekerja , serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang
tidak bekerja.
 Penganggur yaitu orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja
dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.
2. Bukan angkatan kerja yaitu  tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja dibagi menjadi tiga
yaitu :
 Penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah
 Mengurus rumah tangga
 Penerima pendapatan lain
1. Bukan Tenaga Kerja, < 10 tahun
 Pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja
1. Bekerja Penuh yaitu tenaga kerja yang bersangkutan termanfaatkan secara cukup atau optimal.
2. Setengah menganggur yaitu bekerja tapi tenaganya kurang termanfaatkan diukur dari curahan jam
kerja, produktivitas kerja, atau penghasilan yang diperoleh. Setengah menganggur dibagi menjadi dua
yaitu :
 Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika seseorang bekerja
tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari
biasanya.
 Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment) adalah jika seseorang
bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjannya itu dianggap tidak mencukupi karena pendapatannya
terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.
 
2. Angkatan Kerja Indonesia
Pada tahun 1993 jumlah tenaga kerja Indonesia tercatat sebanyak 143,8 juta orang.  Proporsi tenaga kerja yang
tergolong sebagai angkatan kerja hanyalah sekitar 55-60 persen.  Pertumbuhan jumlah tenaga kerja lebih tinggi
daripada pertumbuhan jumlah penduduk secara keseluruhan.  Pada tahun 1994 jumlah angkatan kerja yang
tercatat sebanyak 85,5 juta orang.  Proporsi angkatan kerja terhadap jumlah seluruh penduduk berkisar 40-45
persen dari tahun ke tahun.  Jumlah angkatan kerja tumbuh jauh lebih cepat daripada jumlah penduduk, bahkan
juga dibandingkan jumlah tenaga kerja.  Hal tersebut disebabkan oleh struktur penduduk kita menurut
komposisi umur hingga saat ini masih didominasi penduduk berusia muda.

Angkatan kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian,
yakni penciptaan atau perluasan lapangan kerja.  Penciptaan lapangan kerja inilah yang sekarang menjadi salah
satu masalah rawan dalam pembangunan ekonomi di tanah air.  Kualitas tenaga kerja Indonesia sebagaimana
tercermin dari tingkat pendidikan angkatan kerja dan produktivitas pekerja yang ada masih relative rendah.

3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran

Dari data-data ketenagakerjaan data diketahui dan dihitung berbagai konsep yang berkaitan dengan tingkat
pengerjaan dan tingkat pengangguran.  Konsep-konsep dimaksud adalah tingkat paertisipasi angkatan kerja 
(TPAK), tingkat pengerjaan, dan tingkat pengangguran.  Angka-angka semacam ini berguna untuk mengenali
situasi yang berlangsung di pasar kerja.

TPAK = JUMLAH ANGKATAN KERJA  X 100%

JUMLAH TENAGA KERJA

TINGKAT PENGERJAAN= JUMLAH PEKERJA X 100%

JUMLAH TENAGA KERJA

TINGKAT PENGANGGURAN = JUMLAH PENGANGGUR X 100%

JUMLAH ANGKATAN KERJA

TINGKAT PENGERJAAN + TINGKAT PENGANGGURAN = 1

Dalam perbandingan seksual atau antarjenis kelamin, TPAK laki-laki masih jauh lebih tinggi dibandingkan
TPAK perempuan.  Perbandingan angkanya untuk tahun 1994 adalah 72,3 banding 43,4.  Ini mencerminkan
peluang tenaga kerja perempuan untuk terlibat dipasar tenaga kerja masih rendah.
Jika dengan perbandingan spasial atau daerah, TPAK di daerah pedesaan justru lebih tinggi dibandingkan di
daerah perkotaan.

1. Pekerjaan dan Tingkat Upah


2. Lapangan, Status dan Jenis Pekerjaan

Lapangan pekerjaan utama bagi rakyat Indonesia masih di sektor pertanian. Sampai tahun 1994, separuh dari
jumlah pekerja menyandarkan sektor pertanian sebagai sumber nafkah utama. Sektor perdagangan dan sektor
jasa menempati kedudukan kedua dan ketiga, kemudian sektor industri pengolahan berada di urutan
berikutnya. Menurut hasil survey Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1994, proporsi pekerja
perempuan yang bekerja di sektor pertanian di daerah pedesaan tidak berbeda jauh dengan pekerja laki-laki,
sebaliknya di daerah perkotaan pekerjaan bertani lebih banyak dilakukan oleh pekerja laki-laki. Sektor
perdagangan dan sektor industri, baik di perkotaan maupun pedesaan, didominasi oleh pekerja perempuan. Di
lain pihak, sektor bangunan dan sektor komunikasi, baik di perkotaan maupun pedesaan, didominasi oleh
pekerja laki-laki. Ditinjau menurut status dari pekerjaan utama yang dilakukan, hampir sepertiga angkatan
kerja yang bekerja berstatus sebagai buruh atau karyawan atau pegawai. Disamping menurut  sektor dan status
pekerjaan, para pekerja dapat pula dipilah-pilah menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Kemampuan tenaga
kerja Indonesia untuk menjalankan fungsi kepemimpinandan keetatalaksaan masih rendah. Peran kaum wanita
Indonesia di pasar kerja rasanya cukup berarti. Tenaga=tenaga profesional, teknisi, dan sejenisnya justru lebih
dominan diperankan oleh pekerja perempuan.

2. Jam Kerja

Menilai seseorang bekerja ataukah menganggur semata-mata berdasarkan apakah ia mempunyai pekerjaan atau
tidak, sesungguhnya kurang memadai. Pendekatan semacam itu mengabaikan kadar pemanfaatan tenaga yang
bersangkutan. Seseorang bisa saja tergolong tidak menganggur karena ia bekerja atau mempunyai pekerjaan.
Akan tetapi jika dalam bekerja itu tenaganya tidak termanfaatkan secara optimal, berarti ia bekerja tidak dalam
kapasitas penuh, maka sesungguhnya ia setengah menganggur atau menganggur secara terselubung. Oleh
karena itu, jam kerja yang dicurahkan perlu turut untuk dipertimbangkan.

Seseoerang dikatakan bekerja penuh (fully employed) apabila jumlah jam kerjanya telah mencapai setidak-
tidaknya 35 jam kerja dalam seminggu. Kriteria ini menuruti konsep bekerja minimal 1 jam berturut-turut.
Berlandaskan kriteria ini, maka dari seluruh pekerja yang ada (79.200.542 orang) hanya 58,46% saja yang
bekerja penuh. Pekerja-pekerja yang bekerja tidak penuh ini  kebanyakan adalah pekerja perempuan, baik di
perkotaan maupun pedesaan. Di daerah pedesaan jumlah jam kerja yang paling banyak dijalani para pekerja
adalah antara 35 hingga 45 jam per minggu. Sedangkan di daerah perkotaan jumlah jam kerja terbanyak yang
dijalani adalh antara 45 hingga 59 jam per minggu.
3. Tingkat Upah
Upah tertinggi bagi pekerja yang berstatus karyawan atau buruh adalah di sektor pertambangan. Tingkst upah
para pekerja di Indonesia, khususnya pekerja rendahan atau buruh kasar sangat rendah. Hal itu bisa diukur
dengan membandingkannya terhadap kebutuhan fisik minimum.

Variasi tingkat upah tidak hanya terjadi antarlapangan usaha atau secara sektoral. Akan tetapi juga secara
regional atau antarwilayah di tanah air, serta secara jenis kelamin. Dalam perbandingan jenis kelamin di sekter
industri pengolahan, hampir di semua wilayah tanah air pekerja laki-laki menerima upah lebih tinggi daripada
pekerja perempuan. Perbedaan tingkat upah antar jenis kelamin  di sektor industri pengolahan berlaku umum
di semua subsektor. Kesenjangan upah buruh berlangsung pula antarjenjang. Hal ini bisa ditelaah melaui
perbandingan upah rata-rata tertinggi terhadap upah rata-rata terendah.

1. Kebijaksanaan Kependudukan dan Ketenagakerjaan


Secara konseptual pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Kedua aspek ini secara bersama-sama memberikan signal terhadap arah pengembangan sumber daya
manusia. Pergeseran struktur ekonomi ini akan berpengaruh terhadap pergeseran stuktur tenaga kerja. Pada
saat perekonomian suatu negara based onpertanian maka pengembangan sumber daya manusia diarahkan
kepada pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan sektor tersebut. Pada saat ini permintaan tenaga kerja
didominasi oleh sektor tradisional dan perencanaan ekonomi juga diarahkan pada penciptaan sektor-sektor
industri yang diharapkan mampu untuk menyerap hasil-hasil produksi pertanian. Yang pada gilirannya
kekuatan  sektor industri yang didukung oleh kemapanan sektor pertanian akan mampu menciptakan kestabilan
ekonomi suatu negara.

Berbagai kebijaksanaan telah, sedang, dan akan ditempuh oleh pemerintah dalam upaya mengatasi masalah-
masalah kependudukan dan ketenagakerjaan. Dalam Repelita VI, pembangunan kependudukan dalam PJPII
diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Dengan
peningkatan kualitas penduduk dimaksudkan adalah peningkatan kualitas kehidupan dan kemampuan manusia
serta masyarakat Indonesia sebagai pelaku utama dan sasaran pembangunan. Sedangkan di bidang
ketenagakerjaan, penciptaan dan perluasan tenaga kerja terus diupayakan terutama melalui peningkatan dan
pemerataan industri, pertanian, dan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan
pendapatan masyarakat.

Dalam rangka peningkatan kualitas penduduk, secara konkret diharapkan pada akhir PJP II kelak angka
sasaran-sasaran berikut dapat tercapai :

 Angka harapan hidup : 70,6 tahun


 Pertumbuhan penduduk : 0,88 persen
 Angka kelahiran kasar : 16,1 per seribu penduduk
 Angka pertumbuhan kasar : 7.4 per seribu penduduk
 Pertumbuhan alamiah : 8,8 per seribu penduduk
 Angka kematian bayi : 26 per seribu penduduk
Untuk mencapai sasaran-sasaran yang dicanangkan di atas, ditempuh berbagai kebijaksanaan dan program-
program berikut:

1. Peningkatan kualitas penduduk, melalui program perluasan pendidikan dan perbaikan mutu
pendidikan.
2. Pengendalian pertumbuhan dan kualitas penduduk, melalui program keluarga berencana,
perbaikan layanan kesehatan dasar.
3. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk, melalui program transmigrasi, pemerataan
pembangunan antar wilayah.
4. Penyempurnaan sistem informasi kependudukan, melalui program pengembangan administrasi,
dan penataan statistik kependudukan.
5. Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut.

Sebagai langkah awal bagi sasaran jangka panjang tersebut, dalam Repelita VI Pemerintah menganggarkan
dana sebesar Rp12,89 miliar untuk program kependudukan dan Rp1,73 triliun untuk program keluarga
berencana.

Dibidang ketenagakerjaan, sasaran pokok pembangunannya dalam PJP II meliputi terciptanya lapangan kerja
baru dalam  jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja baru yang
masuk pasar kerja; mengurangi setengah pengangguran; mengurangi kesenjangan produktivitas antar sektor;
serta meningkatkan pemerataan kesempatan kerja antar wilayah. Secara konkret dalam PJP II kelak diharapkan
dapat diciptakan 68,6 juta tambahan kesempatan kerja untuk melayani sekitar 69 juta orang tambahan angkatan
kerja baru.

Secara lebih rinci sasaran konkret bidang ketenagakerjaan dalam PJP II adalah sebagai berikut:

 Tambahan angkatan kerja                   : 69.089.400 orang


 Tambahan kesempatan kerja               : 68.647.500 orang

menurut status

 Berusaha sendiri : 1925.800


 Berusaha dengan keluarga : 545.300
 Berusaha dengan buruh tetap : 4.199.000
 Buruh/karyawan : 63.645.300
 Pekerja keluarga : -1.486.900
Kebijaksanaan yang ditempuh serta program-program yang akan dijalankan untuk mencapai sasaran di atas
meliputi:

1. Pembinaan dan pengembangan kesempatan kerja dan produktivitas. Program-programnya


mencakup pengembangan produktivitas dan pembinaan lembaga produktivitas.
2. Pendayagunaan dan penyebaran tenaga kerja.

Program-programnya antara lain perencanaan tenaga kerja; sistem informasi dan bursa tenaga kerja terpadu;
penciptaan tenaga kerja mandiri dan profesional; pemerataan kesempatan kerja antar daerah; pengindonesiaan
tenaga kerja asing; peningkatan ekspor jasa tenaga kerja; dan pemasyarakatan teknologi padat karya dalam
upaya mendayagunakan tenaga kerja yang menganggur dan setengah menganggur.

1. Pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja, melalui program kemitraan pelatihan,
pemagangan;serta perbaikan metode dan sistem informasi pelatihan.
2. Pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja.

Guna mencapai sasaran-sasaran jangka panjang di atas, dalam Repelita VI ini Pemerintah menganggarkan
dana sebesar Rp1,073 triliun ntuk pembangunan di bidang ketenagakerjaan.

BAB III
PENUTUP
 

Simpulan

Variabel-variabel dalam kependudukan Indonesia misalnya sebaran, komposisi, kepadatan dan pertumbuhan
penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan, kesehatan dan pendidikan.
Konsep pemilahan penduduk dibagi menjadi dua yaitu pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan
kerja dan berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja. Sedangkan lapangan pekerjaan utama bagi rakyat
Indonesia masih di sektor pertanian. Sampai tahun 1994, separuh dari jumlah pekerja menyandarkan sektor
pertanian sebagai sumber nafkah utama. Sektor perdagangan dan sektor jasa menempati kedudukan kedua dan
ketiga, kemudian sektor industri pengolahan berada di urutan berikutnya. Dalam hal tingkat upah, variasi tidak
hanya terjadi antarlapangan usaha atau secara sektoral. Akan tetapi juga secara regional atau antarwilayah di
tanah air, serta secara jenis kelamin. Dalam perbandingan jenis kelamin di sekter industri pengolahan, hampir
di semua wilayah tanah air pekerja laki-laki menerima upah lebih tinggi daripada pekerja perempuan.
Perbedaan tingkat upah antar jenis kelamin  di sektor industri pengolahan berlaku umum di semua subsektor.
Kesenjangan upah buruh berlangsung pula antarjenjang. Hal ini bisa ditelaah melaui perbandingan upah rata-
rata tertinggi terhadap upah rata-rata terendah.
LAMPIRAN

DATA JUMLAH PENDUDUK, ANGKATAN KERJA DAN TENAGA KERJA

Data Penduduk :

Populasi : 240.271.522 jiwa (per Juli 2009)

Persentase Pertambahan
Angkatan Kerja per Tahun
menurut Propinsi dan Daerah,
2004

Sumber/Source : Sakernas 1996-


Feb.2005

Provinsi 2004

Province Perkotaan Perdesaan Total

  Urban Rural Total

00. Indonesia 0.8 1.5 1.2

11. Nanggroe Aceh Darussalam -4.6 -2.8 -3.2

12. Sumatera Utara 3.3 -3.7 -1

13. Sumatera Barat 4 1.4 2.2

14. Riau -0.9 5.6 2.6

15. Jambi 5.6 1.8 2.7

16. Sumatera Selatan 7.4 -6.1 -2.4

17. Bengkulu 2.6 -10 -7


18. Lampung 3 0 0.6

19. Kep. Bangka Belitung 4.2 7.4 6.1

20. Kepulauan Riau na na na

31. DKI Jakarta 3.3 na 3.3

32. Jawa Barat 1.1 5.6 3.3

33. Jawa Tengah 0.6 3.7 2.4

34. DI Yogyakarta -3.3 7.2 1.3

35. Jawa Timur -4.8 4.6 0.7

36. Banten 2.7 2.5 2.6

51. Bali 3.7 -0.7 1.4

52. Nusa Tenggara Barat 6.1 -10.4 -5.1

53. Nusa Tenggara Timur -3.2 4.3 3.3

61. Kalimantan Barat -0.9 -7.3 -5.9

62. Kalimantan Tengah -3.8 -8.1 -7

63. Kalimantan Selatan 6.6 0.6 2.6

64. Kalimantan Timur 4.8 -14.4 -4.9

71. Sulawesi Utara 16.4 6.2 9.8

72. Sulawesi Tengah -3.8 2.3 1.2

73. Sulawesi Selatan 6.3 -1.7 0.5


74. Sulawesi Tenggara -1.5 -2.1 -2

75. Gorontalo -16 12.6 3

76. Sulawesi Barat -3.2 1.4 0.2

81. Maluku 13.4 -2.7 0.8

82. Maluku Utara na na Na

91. Irian Jaya Barat na na Na

92. Papua 5.3 7.6 7.1

Persentase Pertambahan
Angkatan Kerja per Tahun
menurut Propinsi dan Daerah,
2005

Sumber/Source : Sakernas 1996-


Feb.2005

Provinsi 2005

Province Perkotaan Perdesaan Total

  Urban Rural Total

00. Indonesia 2.1 1.5 1.8

11. Nanggroe Aceh Darussalam 3.6 5.4 4.9

12. Sumatera Utara 5.9 4.9 5.3

13. Sumatera Barat -2.8 -3.3 -3.1

14. Riau 6.1 7.7 7


15. Jambi 5.5 -3 -0.8

16. Sumatera Selatan -1.4 -0.2 -0.5

17. Bengkulu 6.6 4.2 4.9

18. Lampung -1.2 -1.1 -1.1

19. Kep. Bangka Belitung 7.6 -1.5 2.2

20. Kepulauan Riau na na Na

31. DKI Jakarta 2 na 2

32. Jawa Barat 2.7 -0.1 1.3

33. Jawa Tengah -0.2 1.8 1

34. DI Yogyakarta 3 0.8 2

35. Jawa Timur 2.5 2.5 2.5

36. Banten -2.4 4.4 0.7

51. Bali 6.8 4 5.3

52. Nusa Tenggara Barat 0.6 -3 -1.7

53. Nusa Tenggara Timur 7.7 5 5.3

61. Kalimantan Barat 5.9 1.6 2.6

62. Kalimantan Tengah 20.5 4 8.2

63. Kalimantan Selatan -5.2 -2.1 -3.2

64. Kalimantan Timur 0.7 12.1 5.9


71. Sulawesi Utara 5 -0.1 1.8

72. Sulawesi Tengah 13.7 -4.4 -1.2

73. Sulawesi Selatan 1.7 -0.1 0.4

74. Sulawesi Tenggara 4.3 -4.7 -3

75. Gorontalo -3.1 8.3 5.2

76. Sulawesi Barat 4.8 -9.2 -5.7

81. Maluku 3.8 1.8 2.3

82. Maluku Utara na na Na

91. Irian Jaya Barat na na Na

92. Papua 6.9 4.3 4.8

Jumlah
penduduk Tahun-year

Province 2000 2005

218,868,79
00. Indonesia 205,132,458 1

11. Nanggroe
Aceh
Darussalam 3,929,234 4,031,589

12. Sumatera
Utara 11,642,488 12,450,911

13. Sumatera 4,248,515 4,566,126


Barat

14. Riau 3,907,763 4,579,219

15. Jambi 2,407,166 2,635,968

16. Sumatera
Selatan 6,210,800 6,782,339

17. Bengkulu 1,455,500 1,549,273

18. Lampung 6,730,751 7,116,177

19. Kep.
Bangka
Belitung 899,968 1,043,456

20.
Kepulauan
Riau 1,040,207 1,274,848

31. DKI 8,361,079 8,860,381


Jakarta

32. Jawa 35,724,093 38,965,440


Barat

33. Jawa 31,223,258 31,977,968


Tengah

34. DI 3,121,045 3,343,651


Yogyakarta

35. Jawa 34,765,993 36,294,280


Timur

36. Banten 8,098,277 9,028,816

51. Bali 3,150,057 3,383,572


52. Nusa
Tenggara
Barat 4,008,601 4,184,411

53. Nusa
Tenggara
Timur 3,823,154 4,260,294

61.
Kalimantan
Barat 4,016,353 4,052,345

62.
Kalimantan
Tengah 1,855,473 1,914,900

63.
Kalimantan
Selatan 2,984,026 3,281,993

64.
Kalimantan
Timur 2,451,895 2,848,798

71. Sulawesi
Utara 2,000,872 2,128,780

72. Sulawesi
Tengah 2,175,993 2,294,841

73. Sulawesi
Selatan 7,159,170 7,509,704

74. Sulawesi
Tenggara 1,820,379 1,963,025

75. Gorontalo 833,496 922,176

76. Sulawesi
Barat 891,618 969,429
81. Maluku 1,166,300 1,251,539

82. Maluku
Utara 815,101 884,142

91. Irian Jaya


Barat 529,689 643,012

92. Papua 1,684,144 1,875,388

DAFTAR PUSTAKA
Dumairy.1996.Perekonomian Indonesia.Erlangga.Jakarta.
Wirakartakusumah, M. Djuhari.1999.Bayang-Bayang Ekomoni Klasik.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:Jakarta.

Diambil dari internet pada hari Minggu, 24 Oktober 2010,

http://eprints.undip.ac.id/1178/1/analisis_faktor_tingkat_h.32.pdf
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/pengangguran-definisi-dimensi-dan-bentuk-pengangguran.html

Anda mungkin juga menyukai