Anda di halaman 1dari 40

SISTEM PENGUPAHAN PEKERJA DALAM PERSPEKTIF

EKONOMI ISLAM (STUDI KASUS PADA KOPERASI SIAK

JAYA DESA RAWANG AIR PUTIH)

PROPOSAL PENELITIAN
Proposal Penelitian Ini Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E)

OLEH:

MALIK FAJAR
NIRM. 1214. 19. 18988

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

SULTHAN SYARIF HASYIM

SIAK SRI INDRAPURA RIA

TAHUN 2023 M/1444 H

1
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Defenisi Istilah ............................................................................................ 6
C. Permasalahan .............................................................................................. 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ................................................................................. 9

BAB II KERANGKA TEORITIS ................................................................ 11


A. Landasan Teori ............................................................................................ 11
1. Pengertian Upah .................................................................................... 11
2. Jenis dan Bentuk Upah .......................................................................... 13
3. Sistem Pengupahan ............................................................................... 15
4. Syarat dan Rukun Upah (Ijarah) ........................................................... 17
5. Sistem Penetapan Upah dalam Islam .................................................... 17
B. Tinajauan Penelitian yang Relevan ............................................................. 23
C. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 29


A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 29
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 30
C. Subjek dan Objek Penelitian ....................................................................... 30
D. Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 31
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 32
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan tenaga kerja saat ini sangat penting artinya bagi pembangunan

bangsa Indonesia. Dasarnya sudah diberikan oleh pendiri bangsa Indonesia,

sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

1945 (UUD 1945) Pasal 27 Ayat (2) menyatakan bahwa, setiap warga Negara

Indonesia berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang begitu cepat

telah membawa banyak perubahan di berbagai sektor, sehingga menimbulkan

persaingan usaha yang begitu ketat di semua sektor usaha. Kondisi yang sangat

kompetitif ini menuntut dunia usaha untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan

pasar yang memerlukan respon yang cepat dan fleksibel dalam meningkatkan

kegiatan usaha. Oleh sebab itu diperlukan sumber daya manusia.

Dalam pemanfaatan sumber daya manusia, manusia merupakan mahluk

hidup berkelompok dimana tidak dapat hidup sendiri-sendiri, dikarenakan dalam

memenuhi kebutuhan hidup, terkadang kita membutuhkan seseorang dalam

melakukan aktivitas (Ahmad, 2000). Tuntutan memenuhi kebutuhan hidup yang

tidak akan berkurang bahkan semakin hari semakin bertambah. Hal ini

mendorong manusia terus menerus meningkatkan usaha dan kerja keras demi

sesuatu yang diinginkan. Atas pekerjaan dan kerja keras tersebut, buruh atau

karyawan berhak mendapatkan imbalan atau balas jasa dari perusahaan maupun

1
majikan yang biasa disebut upah. Menurut Ahim (2016), upah adalah harga yang

dibayarkan kepada pekerja (tenaga kerja) atas jasanya dalam proses produksi.

Upah atau ujrah adalah sesuatu yang diberikan dalam bentuk imbalan (al-

shawab) pekerjaan dan diterima baik di dunia maupun di akhirat. Upah yang

diterima manusia di akhirat sepenuhnya menjadi hak prerogatif Allah yang dalam

konteks ini disebut pahala (ajrun) (Isnaini, 2015). Upah bagi para pekerja adalah

hal yang paling utama, karena tujuan orang bekerja adalah untuk mendapatkan

upah yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Pengupahan karyawan atau buruh merupakan bentuk kompensasi dari

suatu perusahaan kepada karyawan. Menurut Handoko (2018), bahwa kompensai

adalah imbalan atau gaji yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk

kerja mereka melalui kompensasi tersebut karyawan dapat meningkatkan prestasi

kerja (kinerja), motivasi, dan kepuasan kerja serta meningkatkan kebutuhan

hidupnya.

Kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan, papan dan sebagainya

yang harus dipenuhi dan Negara bertanggungjawab untuk mengatur kebutuhan

mereka. Dalam kaitan ini, penetapan upah oleh pemerintah adalah baik. Tetapi,

hak itu bersifat mutlak. Sebab, seperti diketahui oleh umum, sebenarnya upah itu

ditetapkan melaui kekuatan permintaan dan penawaran (perjanjian atau aqad).

Hanya saja dalam kasus dimana upah naik dan turun karena terjadinya

ketidakadilan atau ketidaksempurnaan mekanisme perusahaan disebabkan oleh

ulah pengusaha, maka pemerintah boleh ikut campur dalam menetapkan upah.

2
Setiap perusahaan, baik itu perusahaan perseorangan ataupun perusahaan

persekutuan yang mempunyai karyawan tentunya tidak lepas perikatan antara

pihak perusahaan dan karyawan. Sistem ini bisa berbentuk upah atau perjanjian

kesejahteraan lainnya yang disetujui oleh kedua belah pihak dan saling dapat

menguntungkan (Isma’il, 2002). Dalam upaya pemberian upah, perlu pemikiran

mengenai bentuk dan besarnya upah yang disesuaikan dengan kemampuan

perusahaan dalam mengembangkan usaha guna memperoleh keuntungan.

Upah minimum regional adalah suatu standar minimum yang digunakan

oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada

pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan Perusahaan. Dengan demikian

pengusaha diperbolehkan memberikan upah lebih besar dari pada ketentuan UMP.

Berdsasarkan Perda Gubernur Riau, Nomor 78 Tahun 2015 disebutkan bahwa

pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari Upah Minimum yang telah

ditetapkan, untuk Kabupaten Siak upah minimum yang diberikan kepada

karyawan sebesar Rp. 2.392.249,23.

Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih ada beberapa unit, sehingga

dalam sistem gaji dan upah prosedurnya sama akan tetapi pendapatan yang

didapatkan karyawan diperoleh dari kinerja pendapatan dari tiap unit. Untuk itu

kita perlu mengetahui permasalahan di setiap unit-unit dan untuk mengetahui

pengeluaran perusahaan yang harus diberikan pada setiap karyawan. Karena

dalam satu unit sistem penggajian dan pengupahan akan sama sesuai dengan

standar UMR dari pemerintah Kabupaten Siak dan dirapatkan dalam RAT, tetapi

3
apabila salah satu unit pendapatannya lebih tinggi maka karyawan di unit tersebut

akan menerima bonus.

Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih juga mempunyai sistem dalam

pengupahan karyawannya, yaitu dengan memberikan upah karyawannya perbulan

dan uang untuk logistik perhari setiap kali masuk kerja. Selain itu dalam hal

melakukan pekerjanya setiap karyawan memiliki tugas dan tanggung jawab

masing-masing. Dan semua karyawan mendapat bagian upah yang sama. Dalam

artian pemberian upah yang dilakukan oleh Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air

Putih tersebut tidak berdasarkan porsi kerja atau porsi tanggung jawab dari

masing-masing karyawan tersebut. Dengan sistem pengupahan yang dilakukan di

Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih tersebut ada nilai positif dan

negatifnya bagi karyawan maupun yang mempekerjakannya.

Upah yang adil adalah salah satu hak dari para pekerja yang menjadi

kewajiban pengusaha untuk memenuhinya. Pada umumnya di lapangan, banyak

pengusaha lalai dalam hal ini. Hampir setiap tahun demo menuntut hak-hak buruh

selalu terjadi di berbagai kota di Indonesia. Selain para pengusaha, peran

pemerintah juga dibutuhkan untuk mengatasi masalah dan ketidakadilan yang

dialami para buruh atau pekerja, jadi dibutuhkan kesadaran dari para majikan juga

kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang bisa melindungi hakhak para pekerja

agar terhindar dari ketidakadilan dalam pekerjaannya.

Beberapa peraturan perundangan tentang ketenagakerjaan yang ada masih

menempatkan pekerja pada posisi yang kurang menguntungkan sehingga

dipandang tidak sesuai lagi dengan tuntutan masyarakat saat ini. Kebijakan upah

4
minimum merupakan salah satu strategi pemerintah menanggulangi kemiskinan,

dengan menghitung kebutuhan dasar, seperti : pangan, sandang, dan perumahan,

sekaligus sebagai jaring pengaman sosial dengan menghitung kebutuhan

pendidikan dasar dan jasa transportasi.

Islam menawarkan sebuah soulsi yang amat masuk akal mengenai hal ini,

didasarkan paada keadilan dan kejujuran serta melindungi kepentingan baik

majikan maupun pekerja. Menurut Islam, upah harus ditetapkan dengan cara yang

layak, patut, tanpa merugikan kepentingan pihak yang mana pun, dengan tetap

mengingat ajaran Islam berikut ini :

           
      

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Rasullah SAW Bersabda

Mereka (budak atau pembantumu) adalah saudara-saudara kalian. Allah telah

menempatkan mereka di bawah kekuasanmu, berilah mereka makan seperti

makananmu, berpakaian seperti pakaianmu, dan janganlah mereka kalian bebani

dengan pekerjaan yang mereka tidak mampu mengerjakannya. Jika kalian

menyuruhnya bekerja berat, maka bamtulah dia.” ( Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerja maupun

majikannya harus memperlakukan satu sama lain sebagai saudara, bukan sebagai

tuan dan hamba. Mereka tidak boleh merugikan satu sama lain dan harus

5
menunjukkan keadilan dan kebaikan dalam hubungan mereka. Majikan tidak

boleh lupa bahwa kontribusi karyawannya dalam proses produksinya adalah

bayak sekali. Oleh karena itu, ia harus membayar upah yang layak bagi

pegawainya itu agar ia dapat menjalani kehidupannya dengan baik (Syarif, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa pemberian upah dalam

pekerjaan menjadi bagian yang penting untuk kelangsungan dan kesejahteraan

karyawannya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah

tersebut dengan melakukan penelitian dengan judul “Sistem Pengupahan

Pekerja dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus pada Koperasi Siak

Jaya Desa Rawang Air Putih)”

B. Defenisi Istilah

Dalam upaya lebih mendekati arti dan makna yang terkandung dalam

judul penelitian, berikut penulis memaparkan beberapa istilah yang dianggap

memerlukan penegasan istilah sebagai berikut :

1. Sistem

Sistem menurut KBBI adalah sekelompok bagian-bagian alat berasal dari

bahasa latin (systema) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau

elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,

materi atau energi mencapai suatu tujuan

2. Pengupahan atau Upah

6
Upah dalam Islam biasa disebut sebagai ijarah. Menurut istilah fiqih

ijarah berarti pemberian dari hak pemanfaatan dengan syarat adanya imbalan.

Sedangkan menurut istilah ialah akad untuk mendapatkan manfaat dengan

pembayaran. Kata ijarah berasal dari kata al-ajru yang dalam bahasa disebut

al-‘iwadh yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai ganti dan upah

(Syndyatul, 2017).

Upah merupakan suatu kebijakan perusahaan dalam menetapkan besaran

upah pekerja sehingga menguntukan bagi kedua belah pihak yaitu perusahaan

dan pekerja di Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih.

3. Perspektif

Perspektif adalah sudut pandang manusia dalam memilih opini,

kepercayaan, dan lainya.

4. Ekonomi Islam

Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari

masalah-masalah ekonomi kerakyatan yang diilhami oleh nilai-nilai dan ajaran

Islam (Dahlan, 2012). Dalam penelitian ini, Ekonomi Islam dijadikan sebagai

sudut pandang dalam menganalisis sistem pengupahan pekerja di Koperasi

Siak Jaya Desa Rawang Air Putih.

C. Permasalahan

7
1. Identifikasi Masalah

Penelitian ini termasuk ke dalam wilayah kajian tenaga kerja dan

hubungan industrial yaitu upah/gaji dalam ekonomi Islam. Penulis tertarik

membahas standar upah pegawai di Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih

dalam pandangan ekonomi Islam yang bergerak di bidang simpan pinjam dan

pembayaran lain-lain.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian dalam latar belakang di atas karena

keterbatasan kemampuan dan keterbatasan waktu maka peneliti membatasi

penelitiannya yaitu pada sistem penetapannya, bagaimana penetapan

pengupahan dalam ekonomi Islam dan relevansinya dengan sistem pengupahan

di Indonesia.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

masalah penelitian adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana sistem pengupahan pekerja pada usaha Koperasi Siak Jaya Desa

Rawang Air Putih?

b. Bagaimana perspektif Ekonomi Islam tentang sistem pengupahan yang

diterapkan di dalam usaha Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

8
1. Tujuan penelitian adalah :

a. Untuk mengetahui sistem pengupahan yang dilakukan pada usaha Koperasi

Siak Jaya Desa Rawang Air Putih.

b. Untuk mengetahui perpektif Ekonomi Islam pada sistem pengupahan yang

diterapkan pada usaha Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih.

2. Manfaat penelitian adalah :

a. Bagi mahasiswa diharapkan berguna untuk menambah ilmu pengetahuan

dan diharapkan juga untuk memahami bisnis yang sesuai dengan syariah.

b. Bagi usaha Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih diharapkan dapat

memberikan informasi sebagai pertimbangan untuk menetapkan upah yang

wajar sesuai dengan kaidah Ekonomi Islam.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Defenisi Istilah

C. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

2. Batasan Masalah

3. Rumusan Masalah

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Sistematika Penulisan

BAB II KERANGKA TEORITIS

9
A. Landasan Teori

B. Tinajauan Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Waktu dan Tempat Penelitian

C. Subjek dan Objek Penelitian

D. Jenis dan Sumber Data

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Teknik Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA

10
BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Landasan Teori

1. Pengertian Upah

Ujarah (upah) menurut bahasa, adalah Al-Itsabah (memberi upah).

Sedangkan menurut istilah fiqih ialah pemberian hak pemanfaatan dengan

syarat ada imbalan. Disyaratkan pula agar upah dalam transaksi Ujarah

disebutkan secara jelas (Yusanto,2002). Menurut Zainal (2014), pengertian

upah secara umum adalah pembayaran yang diterima buruh selama ia

melakukan pekerjaan atau dipandang melakukan pekerjaan.

Menurut Dewan Penelitian Pegupahan Nasional Upah yang dikutip oleh

Didin dan Hendri adalah (2008), suatu penerimaan sebagai imbalan dari

pemberian kepada penerima pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah

dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak

bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang

yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang dan peraturan dan

dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi dan penerima kerja.

Sedangkan dari kutipan dari Cahaya Murni yang menyebutka pengertian

upah berdasarkan pada buku Abdurahman dan Aljaziri bahwa upah berasal dari

kata “al-iwadlu” (ganti), upah atau imbalan. Konsep upah muncul dari kontrak

ijarah, yaitu pemilik jasa seseorang ajir (orang yang dikontrak tenaganya) oleh

musta’jir (orang yang mengontrak tenaga). Ijarah merupakan transaksi

11
terhadap jasa tertentu yang disertai dengan konpensasi dan imbalan tersebut

berupa al-ujrah (upah).

Ijarah secara etimilogi adalah masdar dari kata ajara-ya’jiru, yaitu upah

yang diberikan sebagai konpensasi sebagai sebuah pekerjaan al-ajru berarti

upah atau imbalan untuk sebuah pekerjaan. al-ajru makna dasarnya adalah

pengaganti, baik yang bersifat materi maupun inmateri (Imam, 2016).

Terjemahan lain ijarah sebagai jual-beli jasa (upah-mengupah), yakni

mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang menerjemaahkan sewa

menyewa, yakni mengambil manfaatnya dari barang dan keduanya benar.

Jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa ijarah adalah “menjual manfaat dan

yang boleh disewakan adalah manfaat bukan bendanya” (Racmat, 2016).

Berdasarkan uraian di atas dapat menyimpulkan bahwa ijarah berasal

dari kata alajru (upah). al- ajru berarti upah atau imbalan untuk sebuah

pekerjaan, sehingga al-ijarah atau al-ajru adalah suatu jenis akad untuk

mengambil manfaat baik dalam hal sewa tenaga atau jasa manusia maupun

sewa suatu barang dengan membayar imbalan, upah atau kompensasi tertentu.

Adapun Menentukan bentuk dan jenis pekerjaan sekaligus menetukan siapa

pekerja yang akan melakukan pekerjaan merupakan hal yang sangat penting.

Karena hal tersebut agar dapat diketahui seberapa besar kadar pengorbanan

atau tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan.

12
2. Jenis dan Bentuk Upah

Muhamad Mustofa (2009) yang menjelaskan bentuk upah dari

pernyataan Taqiyyudin An-Nahbani yang mengatakan bahwa upah dapat

dibedakan menjadi:

a. Upah (ajrun) musamma yaitu upah yang telah disebutkan dalam perjanjian

dan telah dipersyaratkan ketika disebutkan harus disertai adanya kerelaan

dua belah pihak dengan upah yang telah ditetapkan tersebut tidak ada unsur

paksaan

b. Upah (ajrun) misl yaitu upah yang sepadan dengan kondisi pekerjaannya

baik sepadan dengan jasa kerja maupun sepadan dengan pekerjaannya saja

Dilihat dari bentuk ijarah berupa manfaat suatu benda maupun tenaga

manusia ijarah itu terbentuk menjadi dua bentuk menurut Rozalinda (2016)

antara lain:

a. Ijarah Ain, yakni ijarah yang berhubungan dengan penyewaan benda yang

bertujuan untuk mengambil manfaat dari benda tersebut tanpa

memindahkan kepemilikan benda tersebut, baik benda bergerak, seperti

menyewa kendaraan maupun benda yang tidak bergerak, seperti sewa

rumah.

b. Ijarah Amal, yaitu ijarah terhadap perubahan atau tenaga manusia yang

diistilahkan dengan upah mengupah, ijarah ini digunakan untuk memperoleh

jasa dari seseorang dengan membayar upah atau jasa dari pekerjaan yang

dilakukan

13
Menurut Zainal (2006), adapun pembagian jenis-jenis upah adalah

sebagai berikut:

a. Upah Nominal adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara tunai kepada

pekerja/buruh yang berhak sebagai imbalan atas pengerahan jasa-jasa atau

pelayanannya sesuai dengan ketentuanketentuan yang terdapat dalam

perjanjian kerja.

b. Upah Nyata (Rill Wages) adalah uang nyata, yang benar-benar harus

diterima seorang pekerja/buruh yang berhak.

c. Upah Hidup adalah upah yang diterima pekerja/buruh relatif cukup untuk

membiayai keperluan hidupnya secara luas, yang bukan hanya kebutuhan

pokoknya, melainkan juga kebutuhan sosial keluarganya, seperti

pendidikan, asuransi, rekreasi dan lain-lain

d. Upah Wajar adalah upah yang secara relatif di nilai cukup wajar oleh

pengusaha dan buruh sebagai imbalan atas jasa-jasanya pada pengusaha.

Upah yang wajar inilah yang diharapkan oleh para buruh, bukan upah hidup,

mengingat upah hidup umumnya sulit untuk dilaksanakan pemberianya

karena perusahaan-perusahaan kita umumnya belum berkembang baik,

belum kuat permodalannya

e. Upah Minimum adalah upah terendah yang akan dijadikan standard, oleh

pengusaha untuk menentukan upah yang sebenarnya dari pekerja/buruh

yang bekerja di perusahaannya. Upah minimum ini biasanya ditentukan oleh

pemerintah dan ini kadang-kadang setiap tahunnya berubah sesuai dengan

14
tujuan ditetapkannya upah minimum itu. Upah minimum terdiriatas menjadi

beberapa bagian, yaitu : (Zainal, 2006)

1) Upah minimum provinsi yaitu upah miniminum yang berlaku untuk

seluruh Kabupaten/kota di satu provinsi.

2) Upah minimum Kabupaten/kota yaitu upah minimum yang berlaku di

Daerah kabupaten/kota.

3) Upah minimum sektoral provinsi (UMS Provinsi), yaitu upah minimum

yang berlaku secara sektoral di seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

4) Upah minimum sektoral Kabupaten/Kota (UMS Kabupaten/Kota), yaitu

upah minimum yang berlaku secara sektoral di daerah Kabupaten/Kota

sektoral adalah kelompok lapangan usaha beserta pembagian menurut

klasifikasi lapangan usaha Indonesia (KLUD).

3. Sistem Pengupahan

Sistem pembayaran upah adalah bagaimana cara perusahaan biasanya

memberikan upah kepada pekerja/buruhnya. Sistem tersebut dalam teori

maupun praktik dikenal ada beberapa macam sebagai berikut: (Zaeni, 2007)

a. Sistem Upah Jangka Waktu adalah sistem pemberian upah menurut jangka

waktu tertentu, misalnya harian, mingguan, atau bulanan

b. Sistem Upah Potongan, sistem ini umumnya bertujuan untuk mengganti

sistem upah jangka waktu jika hasilnya tidak memuaskan. Sistem upah ini

hanya dapat diberikan jika hasil pekerjaannya dapat dinilai menurut ukuran

tertentu, misalnya diukur dari banyaknya, beratnya, dan sebaginya

15
c. Sistem Upah Permufakatan adalah suatu sistem pemberian upah dengan cara

memberikan sejumlah upah pada kelompok tertentu. Selanjutnya, kelompok

ini akan membagi-bagikan kepada para anggotanya

d. Sistem Skala Upah Berubah, dalam sistem ini jumlah upah yang diberikan

berkaitan dengan penjualan hasil produksi di pasar. Jika harga naik jumlah

upahnya akan naik. Sebaliknya, jika harga turun, upah pun akan turun.

Itulah sebabnya disebut skala upah berubah

e. Sistem Upah Indeks, sistem upah ini di dasarkan atas indeks biaya

kebutuhan hidup. Dengan sistem ini upah akan naik turun sesuai dengan

naik turunnya biaya penghidupan meskipun tidak memengaruhi nilai nyata

dari upah

f. Sistem Pembagian Keuntungan, sistem upah ini dapat disamakan dengan

pemberian bonus apabila perusahaan mendapat keuntungan di akhir tahun

g. Sistem upah borongan adalah balas jasa yang dibayar untuk suatu pekerjaan

yang diborongkan. Cara memperhitungkan upah ini kerap kali dipakai pada

suatu pekerjaan yang diselesaikan oleh suatu kelompok pekerja, untuk

seluruh pekerjaan ditentukan suatu balas karya yang kemudian di bagi-bagi

antara pelaksana.

h. Sistem upah premi, cara pemberian upah ini merupakan kombinasi dari

upah waktu dan upah potongan. Upah dasar untuk prestasi normal

berdasarkan waktu atau jumlah hasil apabila semua karyawan mencapai

prestasi yang lebih dari itu, ia diberi “premi”. Premi dapat diberikan

misalnya untuk penghemat waktu, penghemat bahan, kualitas produk yang

16
baik dan sebagainya. Dalam perusahaan modern patokan untuk prestasi

minimal ditentukan secara ilmiah berdasarkan Time And Motion Study.

4. Syarat dan Rukun Upah (Ijarah)

Rukun ijarah adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga

suatu itu terwujud karena ada unsur-unsur tersebut membentuknya. Syarat

adalah ketentuan yang harus dipenuhi dalam melakukan pekerjaan atau ibadah.

Ulama mengajukan beberapa syarat terhadap rukun-rukun yang melekeat

dalam pembiayaan ijarah

a. Sigah ijarah yaitu ijab dan qabul berupa pertanyaan dari kedua belah pihak

yang berakad (berkontrak) baik secara verba maupun dalam bentuk lain.

b. Kedua belah pihak yang melakukan kontrak harus berakal sehat dan baliq,

ada kesepakatan ulama bahwa akad ijarah tidak sah kecuali dilakukan oleh

orang yang berkompeten, berkualifikasi untuk menggunakan uang, memiliki

kewenangan untuk berkontrak, serta harus ada kerelaan dari masing-masing

pihak.

c. Manfaat, yaitu manfaat yang dijadikan ijarah harus diketahui, sehingga tidak

muncul perselisihan dikemudian hari. Dan upah atau sewa dalam ijarah

harus jelas

5. Sistem Penetapan Upah dalam Islam

Menyangkut penentuan upah kerja, syariat Islam tidak memberikan

ketentuan rinci secara secara tekstual baik dalam ketentuan al-Quran maupun

17
Sunnah. Secara umum sistem penetapan dalam Islam dapat dirumuskan sebagai

berikut:

a. Upah disebutkan sebelum pekerjaan dimulai

Ketentuan akad kontrak kerja harus jelas besaran upah yang akan

diberikan oleh pemilik usaha kepada pekerjanya. Unsur syarat sahnya suatu

perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu : (Zaeni, 2008)

1) Adanya kesepakatan

2) Adanya kecakapan

3) Adanya suatu hal tertentu

4) Adanya sebab yang halal

Dasar dari keharusan adanya kejelasan dalam besaran upah yang akan

diberikan dalam akad kontrak kerja adalah dari hadis (Dwi, 2016). Dari Abu

Sa’id al-Khudri, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda yang artinya

Barang siapa memperkerjakan seorang pekerja maka harus disebutkan

upahnya. (HR. Al-Baihaqi) (Al-Baihaqi, 2015).

Dalam hadis tersebut Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk

supaya pemilik usaha terlebih dahulu memberikan informasi tentang

besarnya upah yang akan diterima oleh pekerja sebelum ia memulai

melakukan pekerjaanya, dengan adanya informasi besaranya upah yang

diterima, diharapkan memberikan kenyamanan dalam pekerjaanya. Mereka

18
akan menjalankan pekerjaanya sesuai dengan kesepakatan kontrak kerja

dengan pemilik usaha

b. Membayar upah sebelum keringat kering

Islam mengajarkan cara pembayaran upah dengan benar karena

menyangkut hak-hak orang lain. Masalah yang paling penting dalam Ijarah

menyangkut pemenuhan musta’jir terutama sekali hak untuk diperlukan

secara baik dalam lingkungan sosial, dan hak upah secara layak.

Pembayaran upah adalah sebuah kewajiaban yang harus dilakukan oleh

pemilik usaha atau yang disebut majikan. Upah adalah hak yang harus

diterima oleh orang yang dipekerjakan setelah pekerjaan itu selesai

dilakukan.

Dalam pembayaran upah dianjurkan untuk memepercepat

pembayaranya dan jangan menunda-nunda pembayaran upah yang telah

dijanjikan tersebut. Salah satu norma yang ditentukan Islam yaitu memenuhi

hak musta’jir. Seorang pekerja mencurahkan jerih payahnya dan

keringatnya sementara upah tidak kunjung didapatkan. Hak menerima upah

musta’jir adalah ketika pekerjaan selesai dilakukan. Jika ijarah itu suatu

pekerjaan, maka pembayaran itu adalah kewajiban pada waktu akhir dari

pekerjaan. Beralasan kepada hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah,

Rasulullah Saw bersabda yang artinya Berikanlah gaji kepada pekerja

sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah. Shahih Sunnah Ibnu Majah

no: 1980) (Al-Qazwini, 2008).

19
Ketentuan tersebut untuk menghilangkan keraguan pekerja atau

kekawatiran bahwa upah mereka akan dibayarkan, atau akan mengalami

keterlambatan tanpa adanya alasan yang diberikan. Namun, umat Islam

diberikan kebebasan untuk menetukan waktu pembayaran upah sesuai

dengan kesepakatan antara pekerja dengan yang mempekerjakan.

Haram hukumnya menunda gaji karyawan atau pegawai padahal tak

ada kendala untuk segera menyerahkannya. Perintah untuk menyerahkan

gaji sebelum keringat para pekerja mengering adalah sebuah kiasan atas

wajibnya menyegerakan sebelum pekerjaan mereka selesai ketika para

pekerja memintanya meskipun belum sampai berkeringat, atau berkeringat

dan langsung kering.

Dalam kandungan dari hadis tersebut sangatlah jelas dalam

memberikan gambaran bahwa jika mempekerjakan seorang pekerja

hendaklah dijelaskan terlebih dahulu upah yang akan diterimanya dan

membayar upahnya sebelum keringat pekerja kering sehingga kedua belah

pihak sama-sama mengerti atau tidak merasa akan dirugikan (Edwin, 2014).

c. Memberikan upah yang adil

Seorang pemilik usaha tidak dibenarkan bertindak kejam terhadap

kelompok bekerja dengan menghilangkan hak sepenuhnya dari bagian

mereka. Upah ditetapkan dengan cara yang paling tepat tanpa harus

menindas pihak manapun. Setiap pihak memperoleh bagian yang sah dari

hasil kerjasama mereka tanpa adanya ketidak adilan terhadap pihak lain.

20
Prinsip keadilan sudah tercantum dalam potongan ayat dan firman Allah

SWT QS. Al-Maidah (8):5

        


        
       
      
         
   
Terjemahnya “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi

orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi

saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu

kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena

adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Menurut Afzalur Rahman (1995), menjelaskan tentang upah yang adil

kepada setiap pekerja sesuai dengan apa yang telah disumbangkan dalam

proses pekerjaanya. Jika ada pengurangan dalam upah mereka tanpa diikuti

oleh berkurangnya sumbangsih mereka hal ketidakadilan dan penganiayaan.

Ayat tersebut memperjelas bahwa upah setiap orang harus ditentukan

berdasarkan kerjanya dan sumbangsih dalam kerja sama produksi dan untuk

itu harus dibayar tidak kurang, juga tidak lebih dari apa yang telah

dikerjakan.

Setiap manusia akan mendapatkan imbalan dari apa yang telah

dikerjakan dan masing-masing tidak akan dirugikan. Ayat di atas menjamin

tentang upah yang layak kepada setiap pekerja sesuai dengan tenaga yang

dikeluarkan dalam proses produksi. Sementara pemilik usaha harus

21
menerima keuntungan sesuai dengan modal dan tenaganya terhadap

produksi.

Jika pekerja tidak menerima upah yang adil dan pantas, maka

dampaknya tidak hanya akan mempengaruhi standar kehidupan pekerja

serta keluarganya. Di samping itu, ketidakadilan terhadap golongan pekerja

akan menyebabkan rasa tidak senang dan kekacauan di kalangan mereka

dan bisa menimbulkan aksi terhadap industri dalam bentuk aksi pemogokan

kerja (Wuryanti, 2011).

Jadi, dalam pandangan ekonomi Islam, pemilik usaha harus membayar

upah para pekerja dengan bagian yang sesuai dengan pekerjaannya. Dalam

perjanjian (tentang upah) antara pemilik usaha dan pekerja harus bersikap

jujur dan adil dalam setiap urusanya. Apabila pemilik usaha memberi upah

secara tidak adil, maka dia dianggap telah menganiaya pekerjanya. Dalam

memberikan upah, pemilik usaha harus mempertimbangkan upah

pekerjanya secara tepat tanpa harus menindas pihak manapun baik dirinya

sendiri maupun pihak pekerja.

d. Membayar upah yang layak

Upah yang layak ditunjukan dengan pembuatan undang-undang upah

minimum di sebagian besar negara Islam. Namun terkadang upah minimum

tersebut sangat rendah, hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokok saja.

Agar dapat menetapkan suatu tingkatan upah yang cukup negara perlu

menetapkan terlebih dahulu tingkat upah minimum dengan pertimbangan

22
perubahan kebutuhan dari pekerja golongan bawah dan dalam keadaan

apapun tingkat upah tersebut tidak akan jatuh.

Untuk mengetahui suatu standar upah yang sesuai, Islam telah

memberikan kebebasan sepenuhnya atas mobilisasi tenaga kerja. Di

samping itu memberi kebebasan sepenuhnya kepada pekerja untuk memilih

jenis pekerjaan kehendaknya. Demi kemakmuran dan kemajuan Negara,

maka perlu untuk menyusun kembali sistem upah sesuai dengan ajaran

Rasulullah untuk menentukan upah minimum. Sudah menjadi kewajiban

majikan untuk menentukan upah minimum yang dapat menutupi kebutuhan

pokok hidup termasuk, makan, pakaian, tempat tinggal dan lainya sehingga

pekerja akan memperoleh suatu tingkatan kehidupan yang layak (Afzalur

dalam Novi, 2019).

Secara empiris ada tiga komponen yang dianggap mempengaruhi

besarnya upah minimum yaitu :

a. Kebutuhan Fisik Minimum (KFM)

b. Indeks Harga Konsumen (IHK)

c. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

B. Tinajauan Penelitian yang Relevan

1. Fuad Riyadi, 2015. Sistem dan Strategi Pengupahan Perspektif Islam. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Islam memberikan ketentuan dan tatanan

tentang upah dan buruh. Syariah Islam bertujuan untuk merealisasikan

kesejahteraan manusia, tidak hanya pada kesejahteraan secara ekonomi, tetapi

23
juga persaudaraan dan keadilan sosio-ekonomi, kedamaian dan kebahagiaan

jiwa, serta keharmonisan keluarga sosial.

2. Novi Yanti Sandra Dewi. 2019. Pengupahan dan Kesejahteraan dalam

Perspektif Islam. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Manusia dalam

kehidupan bermasyarakat selalu berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

Hubungan ini dapat berbentuk hubungan kerja antara majikan dan buruh

yang mengakibatkan adanya pengupahan. Dalam Islam pengupahan termasuk

ke dalam ijarah al-„amal, yaitu ijarah dengan cara mempekerjakan seseorang

untuk melakukan sesuatu dengan memperhatikan dasar pengupahan yaitu

standar cukup, jenis pekerjaan, manfaat yang diberikan buruh, perjanjian kerja

dan nilai kerja. Pengupahan dalam Islam tidak boleh ada unsur mendzolimi,

perbedaan gender dan perbuatan yang semena-mena. Islam mendasarkan

pengupahan pada kesepakatan serta prinsip keadilan dan kelayakan, guna

mencapai kesejahteraan yang bersifat materi dan spiritual.

3. Novi Pujianingsih. 2019. Sistem Pengupahan Pekerja dalam Perspektif

Ekonomi Islam (pada Bordir Febby Collection). Hasil penelitian ini menujukan

bahwa, pertama praktek sistem pengupahan pekerja yang dijalankan Bordir

Febby Collection adalah Jumlah upah pekerja yang diterapkan pada Bordir

Febby Collection sudah ditetapkan sebelumnya, dalam artian pekerja dan

pemilik dari Bordir Febby Collection sudah menyepakati secara bersama.

Waktu pemberian upah pekerja pada Bordir Febby Collection sudah disepakati

dari awal bahwa pekerja akan menerima upahnya diakhir bulan. Akan tetapi

prakteknya di sana belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang telah disepakati.

24
Yang kedua Persfektif Ekonomi Islam terhadap sistem pengupahan yang

diterapkan di Bordir Febby Collection, Sistem pengupahan pada Bordir Febby

Collection tersebut sudah sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW yaitu

majikan harus menyebut terlebih dahulu berapa upah yang akan diterima

sebelum pekerja memulai bekerja. Sehingga para pekerja mengetahui secara

jelas berapa upah yang akan didapat setiap bulannya.Prosedur waktu

pembayaran upah pada Bordir Febby Collection belum cukup baik, karena

tidak sesuai dengan yang dianjurkan oleh Islam bahwa upah pekerja harus

dibayar sebelum keringat kering dalam artian pemilik usaha dilarang untuk

menunda-nunda pembayaran upah seorang pekerja. Namun prakteknya pada

Bordir Febby Collection ini terkadang tidak sesuai dengan apa yang telah

dianjurkan di dalam Islam, padahal waktu pembayaran upah pekerja pada

Bordir Febby Collection sebelumnya sudah ditetapkan dan disepakati secara

bersama dari pihak pekerja dan pemilik Bordir.

4. Novi Wulandari. 2016. Sistem Pengupahan dalam Ekonomi Islam dan

Relevansinya dengan Sistem Pengupahan di Indonesia. Hasil penelitian ini

ditemukan bahwa: Relevansi pengupahan dari sistem dalam ekonomi Islam dan

dalam perekonomian di Indonesia sangat berkaitan antara keduanya karena

sama-sama mementingkan keadilan bagi para pekerja/buruh, hanya saja dari

permasalahan yang banyak ditemukan dan sering terjadi dimasyarakat,

mengenai penetapan upah terkadang belum dijalankan sesuai peraturan yang

telah dibuat.

25
5. Sapnah Agustina. 2022. Sistem Pengupahan Buruh dalam Perspektif Ekonomi

Islam (pada Ekspedisi PT Putra Setia Abadi Kecamatan Batulicin). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa bentuk perjanjian kerja pada Ekspedisi PT

Putra Setia Abadi adalah perjanjian kerja waktu tertentu yang dalam

kesepakatannya hanya melibatkan perusahaan dengan kepala buruh tanpa

melibatkan buruh. Kedua, ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem

pengupahan buruh pada Ekspedisi PT Putra Setia Abadi yaitu kinerja dan

banyaknya muatan dan terkadang mandor memberikan upah lebih kepada

buruh yang dilihat memiliki kinerja yang baik hal ini tanpa sepengetahuan

buruh. Ketiga, sistem pengupahan buruh pada Ekspedisi PT Putra Setia Abadi

menurut perspektif ekonomi Islam belum memenuhi upah yang adil dan layak.

Bentuk ketidakadilannya karena mandor tidak transparan dalam memberikan

upah kepada buruh sedangkan bentuk ketidaklayakannya karena upah yang

diterima buruh belum mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup buruh

sehingga mereka mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kehidupannya.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual mengenai bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor atau variabel yang telah dikenali atau

diidentifikasi sebagai masalah yang penting sekali.

Pemikiran fiqh Islam tentang penetapan upah yaitu mengatakan bahwa

upah yang setara akan dipertimbangkan oleh penetapan upah (musamma), jika

ketetapan upah (musamma) itu ada, di mana dua pihak bisa menerima. Adil,

26
seperti dalam kasus penjual atau penerima upah/harga yang ditetapkan (tsaman

musamma) berpijak pada harga yang setara. Prinsip ini berlaku bagi pemerintah

maupun individu. Jadi, jika pemerintah ingin menetapkan upah atau kedua pihak

(employer dan employee) tidak bersepakat tentang besarnya upah, mereka harus

bersepakat tentang besarnya upah yang ditetapkan pemerintah, yang berpijak pada

kondisi normal. Ini seharusnya berlaku dalam penetapan dan penerimaan, untuk

jenis pekerjaan tertentu. Pendapat ini merupakan sebuah pemikiran yang sangat

mendalam dan lebih maju dalam menginterpretasikan makna upah yang adil

dalam al-Qur’an dan Sunnah

Berbeda dengan konsep upah dunia, dimana masalah pengupahan atau gaji

adalah masalah yang tidak pernah selesai diperdebatkan oleh pihak manajemen,

apapun bentuk organisasinya. Upah seolah-olah katakata yang selalu membuat

pihak manajemen perusahaan berpikir ulang dari waktu ke waktu untuk

menetapkan kebijakan tentang upah. Upah juga yang selalu memicu konflik antara

pihak manajemen dengan karyawan seperti yang banyak terjadi di Indonesia

Peneliti disini akan membahas apakah sistem pengupahan di Koperasi

Siak Jaya Desa Rawang Air Putih sudah memenuhi atau belum memenuhi sesuai

dengan konsep yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Apabila Koperasi Siak

Jaya Desa Rawang Air Putih belum memenuhi konsep upah yang diterapkan oleh

pemerintah, itu artinya penulis tidak bisa melanjutkan penelitian ini dan apabila

sudah memenuhi dengan konsep upah yang ditetapkan oleh pemerintah peneliti

akan menganalisis apakah konsep upah yang ditetapkan oleh Koperasi Siak Jaya

27
Desa Rawang Air Putih sudah termasuk ke dalam konsep upah yang ada dalam

ekonomi Islam.

Berdasarkan judul penelitian, maka dapat digambarkan kerangka

pemikiran sebagai berikut:

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 & No.25 Tahun1997

SK Gubernur Nomor 78
PP No.78 tahun 2015
Tahun 2015

Konsep
Koperasi Ekonomi
dalam Islam

Karyawan

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami

makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari

masalah sosial dan kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan

upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-

prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipasan, menganalisis

data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan

menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktural

atau kerangka yang fleksibel (John, 2013). Penelitian kualitatif menggunakan

pertanyaan fleksibel, dan walaupun rancangan atau daftar pertanyaan telah

dipersiapkan terlebih dahulu, peneliti dapat mengubah pertanyaan atau

mengajukan pertanyaan lanjutan (Morissan, 2016).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan strategi kualitatif yakni studi

kasus. Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti

menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau

sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti

mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur

pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Jhon, 2013).

Adapun strategi-strategi kualitatif yang terdapat pada penelitian kualitatif,

antara lain: (Burhan, 2012)

29
1. Etnografi, yakni peneliti meneliti suatu kelompok kebudayaan di lingkungan

yang alamiah dalam periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data

utama, data observasi, dan data wawancara.

2. Grounded Theory, yakni peneliti “memproduksi” teori umum dan abstrak dari

suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari pandangan-

pandangan partisipan.

3. Studi kasus

4. Fenomenologi, yakni peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia

tentang suatu fenomena tertentu

5. Naratif, yakni peneliti menyelidiki kehidupan individu-individu dan meminta

seorang atau sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka.

Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi

naratif

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2023 di

Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih Kabupaten Siak

C. Subjek dan Objek Penelitian

Untuk menentukan subjek penelitian sebagai sumber informasi dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive atau penentuan informan

ditentukan sendiri oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan

tertentu tersebut misalnya, orang tersebut yang dianggap paling mengetahui

30
tentang permasalahan yang akan diteliti. Adapun informan yang akan dipilih adalah

sebagai berikut:

1. Pimpinan Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih Kabupaten Siak

2. Pengelola sektor usaha Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih

3. Anggota Koperasi Siak Jaya Desa Rawang Air Putih Kabupaten Siak

menjalankan sektor usaha

D. Jenis dan Sumber Data

Beragam sumber data (multiple sources of data); para peneliti kualitatif

biasanya memilih mengumpulkan data dari beragam sumber, seperti wawancara,

observasi, dan dokumentasi, ketimbang hanya bertumpu pada satu sumber data

saja. Kemudian, peneliti me-review semua data tersebut, memberikannya makna,

dan mengolahnya ke dalam kategori-kategori atau tema-tema yang melintasi

semua sumber data: (Jhon, 2013)

1. Data Primer

Data primer bersumber dari lapangan tempat penelitian, yakni di Koperasi Siak

Jaya Desa Rawang Air Putih Kabupaten Siak.

2. Data Sekunder

Yaitu data-data yang digunakan untuk penelitian berupa data yang diperoleh

melalui data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dipublikasikan

oleh pihak lain berkaitan dengan permasalahan penelitian ini

31
E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian Kualitatif mengandalkan kecermatan pengumpulan data dalam

memperoleh hasil penelitian yang valid. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah : a) wawancara mendalam

(depth interview); b) pengamatan terlibat (participant observation); c) diskusi

grup yang terarah (focus grup discussion); d) analisis dokumen (dokumen

analysis). (Toto, 2011)

1. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam adalah teknik wawancara yang didasari oleh rasa

skeptis yang tinggi, sehingga wawancara mendalam banyak diwarnai oleh

probing (penyelidikan). Prakondisi dari wawancara mendalam adalah

kedekatan atau keakraban hubungan antara pewawancara dengan yang

diwawancarai serta tingkat pemahaman pewawancara terhadap keinginan,

persepsi, prinsip dan budaya orang yang diwawancarai. Oleh karena itu sangat

dianjurkan agar peneliti sebelum melaksanakan pengumpulan data agar

melakukan pemetaan wilayah terlebih dahulu. Yakni, pewawancara perlu

mengetahui terlebih dahulu budaya masyarakat dimana orang yang akan

diwawancara berdomisili. Sehingga peneliti dapat melaksanakan dengan orang

yang diwawancarai, dan orang yang akan diwawanacarai pun tidak ada rasa

curiga terhadap pewawancara. Dengan kata lain, sebelum melakukan

wawancara, sebaiknya pewawancara menjalin komunikasi/hubungan yang baik

dan akrab dengan orang yang akan diwawancarai.

32
Wawancara mendalam dilakukan secara berulang-ulang dan biasanya

menggunakan kuesioner terbuka atau pedoman wawancara (interview guide),

dan pertanyaan yang diajukan sangat ditentukan oleh situasi wawancara.

Kemampuan dan ketekunan pewawancara akan sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan pewawancara. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif

biasanya peneliti langsung sebagai pewawancara. Sedangkan asisten lapangan

(kalau diperlukan) hanya berfungsi membantu menyiapkan fasilitas untuk

mendukung kelancaraan wawancara, kecuali dalam keadaan tertentu.

Pewawancara juga dituntut untuk menganalisis dan menulis hasil wawancara

atau membuat catatan lapangan (field note)

2. Pengamatan Terlibat (participant observation)

Teknik pengumpulan data yang cukup baik dalam penelitian kualitatif

adalah pengamatan terlibat (particiption observation). Pengamatan terlibat

adalah suatu bentuk observasi di mana observer (pengamat) juga terlibat dalam

kehidupan, pekerjaan atau kegiatan obyek yang diobservasi. Oleh karena itu,

seorang peneliti kualitatif sebelum melakukan pemngamatan (pengumpulan

data) terlebih dahulu harus beradaptasi atau hidup bersama-sama dalam

lingkungan masyarakat atau orang-orang yang akan diamati. Hal ini agar

pengamat lebih memahami dan menghayati kehidupan masyarakat yang akan

diobservasi, dan orang/masyarakat yang akan diamati juga merasa akrab

dengan observer. Sehingga akan lebih terbuka dan melakukan kegiatan sehari-

hari yang asli sebagai sasaran observasi. Dengan pengamatan terlibat

33
diharapkan akan diperoleh data yang lebih akurat dan asli, sehingga fakta yang

sesungguhnya dapat diungkap secara cermat dan lengkap.

3. Diskusi kelompok (focus grup discussion)

Diskusi kelompok yang terarah bertujuan untuk menggali dan

mengidentifikasi pola tingkah laku, opini, sikap dan motivasi yang relevan

dengan tujuan penelitian. Tekniknya adalah dengan cara mengelompokkan

orang-orang yang akan diteliti (responden) dan mempunyai ciri-ciri yang sama

(homogen) kemudian diajak diskusi di bawah pimpinan moderator. Bahan

diskusi ditentukan lebih dahulu, yakni yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti. Kebebasan berbicara dan mengemukakan pendapat dalam diskusi

memungkinkan panggilan informasi yang dalam dan bercakupan luas tentang

aspek-aspek permasalahan yang relevan. Homogenitas kelompok mendorong

peserta diskusi untuk berbicara bebas dan santai, sehingga mereka sering

memberikan informasi yang tak terduga dan tak terpikirkan sebelumnya oleh

peneliti. Dinamika kelompok sangat fleksibel dalam menampung kreatifitas

dalam proses pencarian aspek-aspek permasalah yang sedang diteliti

4. Analisis/Telaah Dokumen (dokumen analysis)

Analisis atau telaah dokumen adalah teknik pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif yang dilakukan dengan menelaaah dokumen yang ada

untuk mempelajari pengetahuanatau fakta yang hendak diteliti. Analisis

dokumen biasanya dilakukan dalam penelitian sejarah dan harus didukung oleh

pengetahuan teoritik yang memadai dari peneliti. Analisis dokumen dapat

34
merupakan eknik utama dalam suatu penelitian kualitatif dan dapat pula hanya

sebagai pendukung/penunjang

F. Teknik Analisis Data

Analisis data induktif (inducive data analysis); para peneliti kualitatif

membangun pola-pola, kategori-kategori, dan tema-temanya dari bawah ke atas

(induktif), dengan mengolah data ke dalam unit-unit informasi yang lebih abstrak.

Proses induktif ini mengilustrasikan usaha peneliti dalam mengolah secara

berulang-ulang tema-tema dan database penelitian hingga peneliti berhasil

membangun serangkaian tema yang utuh (Jhon, 2013).

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dilapangan, dan bahan-bahan

lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Reduksi data (data reduction)

Dalam tahap penulis merangkum beberapa data yang ada di lapangan,

kemudian di beberapa data yang dianggap pantas mewakili untuk dimasukan

dalam pembahasan ini.

2. Penyajian data (data display)

Penyajian data yaitu penyajian data yang telah direduksi dalam

modelmodel tentu untuk menghidari adanya kesalahan penafsiran terhadap data

tersebut.

35
3. Conclusion drawing/verivication

Verfikasi data yaitu ada suatu pengambilan kesimpulan dengan cara

mengevaluasi data atau memeriksa data yang telah disajikan, sehingga

penyajian dan pembahasan benar-benar dijamin akurat, atau mengevaluasi data

menilai data yang disajikan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Ahim Abdurrrahim, 2016. Ekonomi Dan Bisnis Islam (Seri Konsep dan Aplikasi
Ekonomi dan Bisnis Islam). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Ahmad Azar Basyir. 2000. Asas-asas Hukum Muamalah (Hukum Perdana Islam).
Yogyakarta: UII Press
Al-Baihaqi 2015. dikutip dalam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Ashqolani, Bulughul
Maram: Himpunan Hadits-Hadits Hukum Dalam Fikih Islam, (Cet.I;
Jakarta: All Right Reserved
Burhan Bungin, 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
Cahaya Murni, 2012. Sistem Upah Karyawan Honorer Dikabupaten Bengkulu
Tengah Ditinjau Dari Hukum Positif Dan Ekonomi Islam. Skripsi.
Ekonomi Islam IAIN Bengkulu
Dwi Condro Triono, 2016. Ekonomi Pasar Syariah, Ekonomi Islam Mazhab
Hamfara Jilid 2. Yogyakarta: Irtikaz
Fuad Riyadi. 2015. Sistem Dan Strategi Pengupahan Perspektif Islam. Iqtishadia,
8(1): 155-188
Imam Mustofa, 2016. Fiqih Muamalah Kontemforer. Jakarta: Rajawali Pers
Isnaini Harahap, 2015. Hadis-Hadis Ekonomi. Jakarta: Kencana
John W. Creswell, 2013. Research Design “Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed”, terj. Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Muhammad Syarif Chaudhry, 2012. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar, terj.
Suherman Rosyidi, Cet. 1. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Morissan, 2014. Metode Penelitian Survei, cet. 2. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group
Novi Pujianingsih. 2019. Sistem Pengupahan Pekerja dalam Perspektif Ekonomi
Islam (pada Bordir Febby Collection). Skripsi. Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Febi) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palu
Novi Wulandari. 2016. Sistem Pengupahan dalam Ekonomi Islam dan
Relevansinya dengan Sistem Pengupahan di Indonesia. Skripsi. Program
Studi Ekonomi Islam Jurusan Ekonomi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu

37
Novi Yanti Sandra Dewi. 2019. Pengupahan dan Kesejahteraan dalam Perspektif
Islam. Econetica, 1(2): 11-24
Racmat Syafei, 2016. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia
Rozalinda, 2016. Fikih Ekonomi Syariah, Prinsif dan Implementasinya pada
Sektor Keuangan Syariah. Jakarta: Rajawali Pers
Sapnah Agustina. 2022. Sistem Pengupahan Buruh dalam Perspektif Ekonomi
Islam (pada Ekspedisi PT Putra Setia Abadi Kecamatan Batulicin).
Skripsi. Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri Parepare
Syndyatul Mulyadi. 2017. Analisis Sistem Pengupahan dalam Prespektif Ekonomi
Islam (Studi Kasus di Home Industri Sandal Desa Toyomarto Singosari).
Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya Malang
Toto Syatori Nasehuddin, 2011. Metodologi Penelitian. Cirebon: CV. Pangger
Cirebon,
Yusanto dan M. K. Widjajakusuma, 2002. Menggagas Bisnis Islami. Jakarta:
Gema Insane Press
Zaeni Ashadiey, 2007. Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan
Kerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Zaeni Asyhadie, 2008. Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan
Kerja, (Ed.Revisi 2). Jakarta: Rajawali Pers
Zainal Asikin, 2014. Dasar-Dasar Hukum Perburuhan. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Zainal Asikin, dkk, 2006. Dasar-dasar Perburuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,

38

Anda mungkin juga menyukai