Dibuat Oleh:
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“PERILAKU MANAJEMEN LABA PADA MASA PANDEMI”. Hal yang paling mendasar
yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas dari Mata Kuliah Behavioral
Corporate Finance, untuk mencapai nilai yang memenuhi syarat perkuliahan.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dan
menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Sudjono, M.Acc.
selaku Dosen untuk mata kuliah Behavioral Corporate Finance di Universitas Mercu Buana
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh sebab itu kami berharap kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah
ini.
DAFTAR ISI
Contents
BAB I ......................................................................................................................................... 4
1.4 Tujuan.......................................................................................................................... 5
1.5 Manfaat........................................................................................................................ 6
BAB II........................................................................................................................................ 6
BAB IV .................................................................................................................................... 12
\
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, kondisi global sedang tidak stabil karena adanya
Covid-19 yang menyebar luas dengan cepat ke berbagai penjuru negara, termasuk
Indonesia. Semenjak itu kasus aktif dan tingkat kematian melonjak, maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB untuk menekan
penyebaran virus Covid-19. Kebijakan PSBB memicu terjadinya Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) yang mengakibatkan pengangguran di Indonesia meningkat 7,1 juta orang
sampai Agustus 2020 (Goma, 2021) dan kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Junaedi dan Salistia (2020) menyimpulkan bahwa Covid-19 telah memengaruhi
berbagai sektor di negara-negara Asia, Amerika, Afrika, Eropa dan Australia dan
memperburuk kontraksi ekonomi negara-negara tersebut. Banyak aktivitas yang terkena
dampak akibat Covid-19, salah satunya dari segi ekonomi. Di Indonesia, terjadi resesi yang
ditandai dengan kemerosotan penjualan ritel, melonjaknya pengangguran, terjadi
penurunan pendapatan manufaktur untuk periode waktu yang lama dan Produk Domestik
Bruto (PDB) menurun selama dua kuartal berturutturut. Dalam Badan Pusat Statistik atau
BPS (2021) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia diukur dengan PDB, dimana di
tahun 2020 PDB Indonesia mengalami kontraksi sebesar -2,07%, hal in iterjadi karena
ketika PSBB diterapkan, aktivitas ekonomi ikut berhenti yang menyebabkan terjadi PHK
besar-besaran karena perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi dan darisitu mulai
banyak sektor yang mengalami penuruna selama Pandemi Covid-19.
Ditengah kondisi keuangan perusahaan yang tidak stabil dan pendapatan menurun,
menimbulkan motivasi, dukungan dan sikap opportunistik para manajer untuk
mendahulukan kepentingannya yaitu menerapkan praktik manajemen laba pada laporan
keuangan perusahaan (Smith et al., 2005). Barth et al., (1998) mengatakan perusahaan yang
mempunyai masalah pendapatan memiliki relevansi nilai laba yang lebih rendah. Tetapi
ditahun pandemi, laporan keuangan perusahaan masih mengandung informasi relevansi
nilai untuk mencerminkan pendapatan di masa mendatang, maka masih belum jelas
bagaimana perusahaan akan mengelola pendapatan di tahun pandemi dan apakah ada
perbedaan relevansi nilai laba di tahun sebelum dan selama Covid-19 dan belum jelas (Liu
dan Sun, 2022).
1.2 Batasan Masalah
Agar makalah ini lebih terarah dan terfokus serta tidak meluas dari pembahasan yang
dimaksud, maka adapun batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2020.
2. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen dan satu variabel dependen, yaitu
ukuran dewan direksi, komite audit dan aktivitas komite audit, kemudian manajemen laba
sebagai variabel dependen
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4 Tujuan
Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dalam penelitian
ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apakah ukuran dewan direksi perpengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur.
2. Untuk mengetahui apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur.
3. Untuk mengetahui apakah aktivitas komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur.
1.5 Manfaat
BAB II
LANDASAN TEORI
Signalling Theory
Kontribusi penelitian ini adalah tentang manajemen laba berdasarkan dua teori
yang diterapkan yaitu Agency Theory dan Signalling Theory. Meskipun hasil temuan
pengaruh CSR, firm size dimoderasi dengan corporate governance yang baik, hasilnya
cenderung berpengaruh positif. Penelitian ini menguji pengaruh di masa pandemi
Covid-19 dimana ada perbedaan kondisi. Dengan kata lain, hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi praktisi kepada investor. Juga, untuk mempertimbangkan
keputusan investasi yang diambil. Selain itu, penelitian ini menambah literatur di
kalangan akademik dan pertimbangan pemerintah dalam membuat kebijakan baru
dapat dikaji lebih lanjut sesuai dengan data penelitian.
Teori keagenan (Agency Theory), sebagai kontrak yang melibatkan satu atau
lebih (principal), memerintahkan agen dalam penggunaan jasa dan wewenang kepada
agen untuk memberikan keputusan (Jensen dan Meckling 1976). Setiawan et al (2019)
mengutarakan teori agensi sebagai hubungan antara agen dan pemilik dalam
perusahaan. Jika ada kesalahpahaman atau masalah, maka akan menimbulkan
ketidakseimbangan informasi (asymmetry information). Dalam hal ini, pihak yang
memiliki informasi lebih lengkap adalah agen daripada prinsipal. Asumsi yang
mendukung adalah adanya peningkatan kepentingan pribadi secara maksimal. Dengan
kata lain, adanya asimetri informasi membuat beberapa informasi tidak disampaikan
sepenuhnya oleh agen kepada prinsipal (Jensen dan Meckling 1976).
Eisenhardt (1989) menyebutkan 3 asumsi sifat dasar manusia. Pertama,
mementingkan diri sendiri. Kedua, memiliki keterbatasan berpikir tentang
kemungkinan di masa depan. Ketiga, selalu menghindari risiko. Teori agensi diterapkan
untuk menjelaskan sikap manajer yang oportunistik, artinya mementingkan
kepentingannya sendiri. Akibatnya, konflik kepentingan dapat terjadi dan keagenan
akan menjadi masalah baru.
Teori Signalling diartikan sebagai informasi yang diberikan oleh agen tentang
cara menangani manajemen perusahaan. Yovianti et al. (2020) menambahkan
Signalling Theory memberikan informasi yang transparan dan dapat mengurangi
agency cost yang dapat terjadi di perusahaan. Oleh sebab itu, transparansi informasi
yang tinggi menunjukkan keadaan perusahaan yang juga baik bagi pemegang saham.
Dengan informasi yang transparan, maka perusahaan akan terhindar dari arus kas
berlebih yang nantinya dapat mengakibatkan utang perusahaan dan pertumbuhan
perusahaan yang rendah. Sebagai tambahan, teori sinyal menenkankan pada cara
manajemen memberikan informasi pada pihak luar tentang laporan keuangan atau non
keuangan. Sehingga, pasar akan lebih mudah memperoleh informasi berdasarkan
publikasi laporan keuangan, pembagian dividen, atau efisiensi pasar.
2.2 Hipotesis
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
3.2 Pembahasan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan menganalisa dampak pandemi Coronavirus Disease 2019 pada
praktik manajemen laba dan relevansi nilai laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik
manajemen laba selama pandemi Covid-19 tidak lebih besar dibandingkan sebelum pandemi
Covid-19. Hasil tersebut bisa terjadi karena selama krisis manajer cenderung menerapkan
manajemen laba untuk membangun lagi kepercayaan investor dan mendukung pemulihan
ekonomi perusahaan. Dan penelitian ini juga menemukan bahwa relevansi nilai laba selama
pandemi Covid19 lebih kecil dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Hasil menggambarkan
bahwa pada tahun 2020 laba menjadi kurang relevan sehingga mengurangi kegunaan informasi
akuntansi dari laba dalam pengambilan keputusan investor dan pemakainya, namun informasi
akuntansi masih tetap bisa digunakan.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu ruang lingkup yang digunakan
pada peneitian ini tidak terlalu besar dan luas, hanya mencakup pada sektor industri manufaktur
sehingga hasil penelitian belum bisa digeneralisasikan sebagai populasi keseluruhan. Penelitian
ini hanya melihat manajemen laba selama dua tahun periode penelitian, yang menyebabkan
perbedaan yang didapatkan antara dua tahun tersebut tidak terlalu besar dan data yang dipakai
tidak berdistribusi normal, maka masih bisa memperpanjang masa studi untuk mendapatkan
hasil perbedaan yang lebih signifikan dan lebih luas di tahun-tahun setelah pandemi. Penelitian
ini meneliti dampak Covid-19 pada relevansi nilai laba dengan membandingkan nilai adjusted
Rsquared, masih bisa dianalisis lebih dalam lagi dengan model pengukuran lainnya dan tahun-
tahun setelah pandemi yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Ditta, A. S. A., & Setiawan, D. (2019). Corporate governance in Indonesia: One decade
perspective. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 23(1), 58-72.
Florencia, F., & Susanty, M. (2019). Tata Kelola Perusahaan, Aliran Kas Bebas Dan
Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 21(2), 141-154.