Anda di halaman 1dari 13

PERILAKU MANAJEMEN LABA PADA MASA PANDEMI

Dibuat Oleh:

Rezky Aldi (43121010316)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“PERILAKU MANAJEMEN LABA PADA MASA PANDEMI”. Hal yang paling mendasar
yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas dari Mata Kuliah Behavioral
Corporate Finance, untuk mencapai nilai yang memenuhi syarat perkuliahan.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dan
menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Sudjono, M.Acc.
selaku Dosen untuk mata kuliah Behavioral Corporate Finance di Universitas Mercu Buana

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh sebab itu kami berharap kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah
ini.
DAFTAR ISI

Contents
BAB I ......................................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 4

1.2 Batasan Masalah .......................................................................................................... 5

1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5

1.4 Tujuan.......................................................................................................................... 5

1.5 Manfaat........................................................................................................................ 6

BAB II........................................................................................................................................ 6

2.1 Theory .................................................................... Error! Bookmark not defined.

2.2 Studi dan Penelitian ................................................................................................. 6

2.3 Hipotesis .................................................................................................................. 8

BAB III .................................................................................................................................... 10

BAB IV .................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 13

\
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, kondisi global sedang tidak stabil karena adanya
Covid-19 yang menyebar luas dengan cepat ke berbagai penjuru negara, termasuk
Indonesia. Semenjak itu kasus aktif dan tingkat kematian melonjak, maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB untuk menekan
penyebaran virus Covid-19. Kebijakan PSBB memicu terjadinya Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) yang mengakibatkan pengangguran di Indonesia meningkat 7,1 juta orang
sampai Agustus 2020 (Goma, 2021) dan kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Junaedi dan Salistia (2020) menyimpulkan bahwa Covid-19 telah memengaruhi
berbagai sektor di negara-negara Asia, Amerika, Afrika, Eropa dan Australia dan
memperburuk kontraksi ekonomi negara-negara tersebut. Banyak aktivitas yang terkena
dampak akibat Covid-19, salah satunya dari segi ekonomi. Di Indonesia, terjadi resesi yang
ditandai dengan kemerosotan penjualan ritel, melonjaknya pengangguran, terjadi
penurunan pendapatan manufaktur untuk periode waktu yang lama dan Produk Domestik
Bruto (PDB) menurun selama dua kuartal berturutturut. Dalam Badan Pusat Statistik atau
BPS (2021) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia diukur dengan PDB, dimana di
tahun 2020 PDB Indonesia mengalami kontraksi sebesar -2,07%, hal in iterjadi karena
ketika PSBB diterapkan, aktivitas ekonomi ikut berhenti yang menyebabkan terjadi PHK
besar-besaran karena perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi dan darisitu mulai
banyak sektor yang mengalami penuruna selama Pandemi Covid-19.
Ditengah kondisi keuangan perusahaan yang tidak stabil dan pendapatan menurun,
menimbulkan motivasi, dukungan dan sikap opportunistik para manajer untuk
mendahulukan kepentingannya yaitu menerapkan praktik manajemen laba pada laporan
keuangan perusahaan (Smith et al., 2005). Barth et al., (1998) mengatakan perusahaan yang
mempunyai masalah pendapatan memiliki relevansi nilai laba yang lebih rendah. Tetapi
ditahun pandemi, laporan keuangan perusahaan masih mengandung informasi relevansi
nilai untuk mencerminkan pendapatan di masa mendatang, maka masih belum jelas
bagaimana perusahaan akan mengelola pendapatan di tahun pandemi dan apakah ada
perbedaan relevansi nilai laba di tahun sebelum dan selama Covid-19 dan belum jelas (Liu
dan Sun, 2022).
1.2 Batasan Masalah

Agar makalah ini lebih terarah dan terfokus serta tidak meluas dari pembahasan yang
dimaksud, maka adapun batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2020.
2. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen dan satu variabel dependen, yaitu
ukuran dewan direksi, komite audit dan aktivitas komite audit, kemudian manajemen laba
sebagai variabel dependen

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap manajemen laba pada


Perusahaan Manufaktur?
2. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada
Perusahaan Manufaktur?
3. Apakah aktivitas komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada
Perusahaan Manufaktur?

1.4 Tujuan

Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dalam penelitian
ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apakah ukuran dewan direksi perpengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur.
2. Untuk mengetahui apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur.
3. Untuk mengetahui apakah aktivitas komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur.
1.5 Manfaat

1. Manfaat bagi penulis


Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan tentang
manajemen laba sekaligus guna mempraktekkan ilmu yang telah diperoleh selama
bangku perkuliahan.

2. Manfaat bagi perusahaan


Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan sebagai pertimbangan yang
digunakan untuk mengambil keputusan yang dianggap perlu, guna meningkatkan
perkembangan keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.

3. Manfaat bagi pembaca


a. Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
b. Hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi pembaca
serta dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang
ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, aktivitas komite audit, dan manajemen
laba.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Studi dan Penelitian

Signalling Theory
Kontribusi penelitian ini adalah tentang manajemen laba berdasarkan dua teori
yang diterapkan yaitu Agency Theory dan Signalling Theory. Meskipun hasil temuan
pengaruh CSR, firm size dimoderasi dengan corporate governance yang baik, hasilnya
cenderung berpengaruh positif. Penelitian ini menguji pengaruh di masa pandemi
Covid-19 dimana ada perbedaan kondisi. Dengan kata lain, hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi praktisi kepada investor. Juga, untuk mempertimbangkan
keputusan investasi yang diambil. Selain itu, penelitian ini menambah literatur di
kalangan akademik dan pertimbangan pemerintah dalam membuat kebijakan baru
dapat dikaji lebih lanjut sesuai dengan data penelitian.
Teori keagenan (Agency Theory), sebagai kontrak yang melibatkan satu atau
lebih (principal), memerintahkan agen dalam penggunaan jasa dan wewenang kepada
agen untuk memberikan keputusan (Jensen dan Meckling 1976). Setiawan et al (2019)
mengutarakan teori agensi sebagai hubungan antara agen dan pemilik dalam
perusahaan. Jika ada kesalahpahaman atau masalah, maka akan menimbulkan
ketidakseimbangan informasi (asymmetry information). Dalam hal ini, pihak yang
memiliki informasi lebih lengkap adalah agen daripada prinsipal. Asumsi yang
mendukung adalah adanya peningkatan kepentingan pribadi secara maksimal. Dengan
kata lain, adanya asimetri informasi membuat beberapa informasi tidak disampaikan
sepenuhnya oleh agen kepada prinsipal (Jensen dan Meckling 1976).
Eisenhardt (1989) menyebutkan 3 asumsi sifat dasar manusia. Pertama,
mementingkan diri sendiri. Kedua, memiliki keterbatasan berpikir tentang
kemungkinan di masa depan. Ketiga, selalu menghindari risiko. Teori agensi diterapkan
untuk menjelaskan sikap manajer yang oportunistik, artinya mementingkan
kepentingannya sendiri. Akibatnya, konflik kepentingan dapat terjadi dan keagenan
akan menjadi masalah baru.
Teori Signalling diartikan sebagai informasi yang diberikan oleh agen tentang
cara menangani manajemen perusahaan. Yovianti et al. (2020) menambahkan
Signalling Theory memberikan informasi yang transparan dan dapat mengurangi
agency cost yang dapat terjadi di perusahaan. Oleh sebab itu, transparansi informasi
yang tinggi menunjukkan keadaan perusahaan yang juga baik bagi pemegang saham.
Dengan informasi yang transparan, maka perusahaan akan terhindar dari arus kas
berlebih yang nantinya dapat mengakibatkan utang perusahaan dan pertumbuhan
perusahaan yang rendah. Sebagai tambahan, teori sinyal menenkankan pada cara
manajemen memberikan informasi pada pihak luar tentang laporan keuangan atau non
keuangan. Sehingga, pasar akan lebih mudah memperoleh informasi berdasarkan
publikasi laporan keuangan, pembagian dividen, atau efisiensi pasar.
2.2 Hipotesis

• Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Manajemen Laba


Teori institusional dijelaskan sebagai teori hubungan tanggung jawab sosial dan
manajemen laba. Artinya, ada tanggung jawab sosial yang harus dipenuhi sebagai salah
satu standar organisasi dan tidak ada kaitannya terhadap manajemen laba. Tetapi,
ditemukan hasil signifikan positif tanggung jawab sosial terhadap manajemen laba yang
melaksanakan CSR untuk menahan manajemen labanya. Hasil ini sama dalam
penelitian Setiawan et al. (2019) dan Pradipta (2019) bahwa ada pengaruh signifikan
positf antara tanggung jawab sosial terhadap manajemen laba. Teori ini mendukung
manajemen dalam melaksanakan CSR untuk memenuhi kewajiban sosial agar laporan
keuangannya dapat lebih berkualitas. Tetapi, Kumala dan Siregar (2020) berargumen
tidak adanya aktivitas CSR terhadap manajemen pengaruhnya adalah negatif laba
karena tidak memenuhi harapan pihak yang memiliki kepentingan. Maka, hipotesis
pertamanya sebagai berikut. H1: Corporate Social Responsibility Bepengaruh Positif
terhadap Manajemen Laba

• Firm Size terhadap Manajemen Laba


Teori keagenan menjelaskan organisasi dapat memberi peluang masalah antara
agen dan prinsipal. Dari asimetri informasi ini, tindakan manajemen laba dapat terjadi.
Sedangkan, tolok ukur perusahaan ditinjau dari penggunaan total aset perusahaan sebab
kematangan perusahaan dilihat dari jumlah aset yang dikuasai dan nilainya besar (Sari
dan Istuti, 2019). Dalam tahap ini, perusahaan dikatakan baik jika arus kas
perusahaannya memiliki harapan yang tahan lama. Oleh karena itu, baik tidaknya
perusahaan diukur dari firm size. Sehingga, hipotesis kedua: H2: Firm Size
Berpengaruh Positif terhadap Manajemen Laba

• Corporate Governance terhadap Manajemen Laba


Kinerja masa depan dapat dilihat dari cara menjalankan corporate governance.
Penerapan tata kelola maksimal dapat ditinjau dari tujuan manajer yang oportunistik
dalam mengelola manajemen labanya. Jadi, kontrol dan pengawasannya dapat
dijalankan sebagai proksi atas kepemilikan instituional corporate governance saat
mengelola saham pemangku kepentingan. Rahayu dan Sari (2018) dalam penelitiannya
mendeksripsikan kepemilikian institusional sebagai kemampuan dalam mengurangi
pemberian insentif yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dengan
meningkatkan pengawasannya secara berkala. Artinya, kapasitas pemegang saham
dapat ditunjukkan dari pemegang saham institusional sehingga dapat berpengaruh pada
pengelolaan manajemen laporan keuangan. Sehingga, hipotesis ketiga: H3: Corporate
Governance Memperkuat Corporate Social Responsibility terhadap Manajemen Laba

• Corporate Social Responsibility Dimoderasi dengan Corporate Governance


terhadap Manajemen Laba
Kegiatan CSR oleh perusahaan memberikan banyak manfaat, seperti menarik
perhatian investor, memperoleh biaya modal lebih rendah, meningkatkan reputasi
perusahaan dan kinerja keuangannya (Florencia dan Susanty, 2017). Dengan
diadakannya CSR, harapan perusahaan adalah dapat membangun kesan positif bagi
pemangku kepentingan yang dapat berdampak positif pada kinerja perusahaan. Secar
teori, kegiatan CSR adalah tentang tanggung jawab moral sosial yang dapat memberi
manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, perusahaan harus mampu
mengelola bisnis operasinya yang berdampak baik bagi masyarakat dan lingkungan.
Beberapa penelitian terdahulu telah diuji, tetapi hasilnya inkonsisten. Sehingga,
hipotesis keempat: H4: Corporate governance memperkuat Corporate Social
Responsibility terhadap Manajemen Laba

• Firm Size Dimoderasi dengan Corporate Governance terhadap Manajemen Laba

Perusahaan besar, terutama manajemen labanya, cenderung ditemukan daripada


perusahaan kecil. Alasannya karena pemegang saham dan pihak lain akan lebih teliti
menilai perusahaan dari ukurannya. Hasil penelitian Dini, dkk. (2019) menunjukkan
hasil firm size adalah negatif. Sementara, corporate governance memberi batasan
praktik manajemen laba yang nantinya dapat menurunkan minat dalam melakukan
manajemen laba di perusahaan besar. Alasan lainnya karena ada pengaruh sudut
pandang pemegang saham dan pihak yang memiliki kepentingan yang lebih paham.
Hipotesis kelimanya adalah: H5: Firm size Memperkuat Corporate Social
Responsibility terhadap Manajemen Laba
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan

Teori Sinyal atau signalling theory dimana pemilik informasi mengirimkan


suatu sinyal yang bermanfaat kepada pihak penerima yang berisi informasi yang
menggambarkan kondisi perusahaan (Spence, 1973). Perusahaan sudah seharusnya
menyajikan informasi yang relevan dan berguna sebagai penentu keputusan melalui
sinyal kepada pengguna laporan keuangan karena informasi yang diberikan menjadi
acuan bagi prinsipal untuk menentukan keputusan investasi, maka dari itu isi dari
informasi sangat penting dan harus mampu menggambarkan keadaan di masa lalu,
sekarang dan masa depan. Ross (1977) mengatakan untuk menentukan keputusan
investasi, investor atau principal diberikan informasi oleh agent yang berisi sinyal yang
dapat berbentuk sinyal buruk (bad news) atau sinyal baik (good news). Pasar
diharapkan segera memberikan reaksi terhadap informasi bila informasi yang diberikan
berisi nilai yang positif. Pada saat infromasi diterima, pelaku pasar menganalisa terlebih
dahulu apakah informasi yang diterima memberikan sinyal bad news atau good news.
Dalam teori sinyal manajer didorong untuk memberikan informasi yang lengkap agar
tidak ada celah informasi antara prinsipal dan agen. Kesenjangan atau celah informasi
tercipta karena informasi sebenarnya tentang keadaan perusahaan hanya dimiliki
manajer, pemegang saham tidak mempunyai informasi tersebut. Ketika manajer
perusahaan menyebarkan informasi ke masyarakat, informasi tersebut akan direspon
oleh publik sebagai bentuk sinyal yang bisa mengubah keadaan Perusahaan

3.2 Pembahasan

Pengujian variabel ini menolak hipotesis pertama yang memprediksi bahwa


praktik manajemen laba selama pandemi Covid-19 lebih besar dibandingkan sebelum
pandemi Covid-19. Hasil dari Wilcoxon Signed Ranks Test ada diangka 0,065 yang
melebihi taraf signifikan 0,05 bermakna bahwa praktik manajemen laba pada
perusahaan manufaktur dari tahun 2019 ke tahun 2020 tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Walaupun angka statistik menunjukkan nilai mean pada 138 sampel
perusahaan manufaktur dari tahun 2019 ke tahun 2020 terjadi peningkatan pada
manajemen laba sebesar 0,10659 dengan positive ranks atau perusahaan yang
mengalami peningkatan pada manajemen laba di tahun 2020 sebanyak 79 perusahaan
dengan mean peningkatan 71,71.
Hubungan antara agent dan principal bergantung pada penilaiain principal
terhadap kinerja agent (Kholmi, 2010). Agent mempunyai tujuan memberikan
kesejahteraan pada principal, karena principal berharap dari investasi yang mereka
percayakan untuk dikelola oleh agent bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal
tersebut tergantung pada baik tidaknya sebuah kinerja perusahaan dan berpengaruh
terhadap kompensasi yang diterima oleh manajer. Selama Covid-19 banyak kinerja
perusahaan yang mengalami penurunan laba bahkan sampai ada yang berhenti
berproduksi. Hal ini dapat memunculkan motivasi manajer dalam melakukan
manajemen laba dengan kebijakan discretionary accruals yang bisa menaikkan atau
menurunkan laba tergantung pada kebutuhan perusahaan, demi mendahulukan
kepentingannya sendiri yaitu kompensasi yang diterima, dan juga untuk
mengembalikan ekonomi perusahaan dan trust investor. Hal tersebut sesuai dengan
teori keagenan, yaitu principal dan agent mempunyai dan mendahulukan
kepentingannya masing-masing.
Bencana krisis kesehatan Covid-19 memberikan dampak nyata pada ekonomi
Indonesia yaitu peningkatan pengangguran, terjadi resesi, permintaan konsumen yang
menurun dan tekanan lainnya yang merusak sebagian besar operasi bisnis sampai
menurunnya pendapatan sebuah perusahaan. Tekanan tersebut yang memotivasi
terjadinya praktik manajemen laba yang bisa diterapkan dengan kebijakan discretionary
accruals, tergantung pada keinginan manajer ingin menaikkan atau menurunkan laba.
Penelitian Trombetta dan Imperatore (2014), Lassoued dan Khanchel (2021) dan Liu
dan Sun (2022) menyatakan perusahaan selama krisis cenderung menerapkan
manajemen laba untuk membangun lagi kepercayaan investor dan mendukung
pemulihan ekonomi perusahaan. Argumen penelitian ini konsisten terhadap penelitian
Dewi dan Gorda (2022) dimana mengatakan pandemi Covid-19 tidak menimbulkan
perbedaan pada perilaku manajemen laba secara signifikan sebelum dan selama Covid-
19 di perusahaan subsektor hotel, pariwisata, restaurant dan retail.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan menganalisa dampak pandemi Coronavirus Disease 2019 pada
praktik manajemen laba dan relevansi nilai laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik
manajemen laba selama pandemi Covid-19 tidak lebih besar dibandingkan sebelum pandemi
Covid-19. Hasil tersebut bisa terjadi karena selama krisis manajer cenderung menerapkan
manajemen laba untuk membangun lagi kepercayaan investor dan mendukung pemulihan
ekonomi perusahaan. Dan penelitian ini juga menemukan bahwa relevansi nilai laba selama
pandemi Covid19 lebih kecil dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Hasil menggambarkan
bahwa pada tahun 2020 laba menjadi kurang relevan sehingga mengurangi kegunaan informasi
akuntansi dari laba dalam pengambilan keputusan investor dan pemakainya, namun informasi
akuntansi masih tetap bisa digunakan.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu ruang lingkup yang digunakan
pada peneitian ini tidak terlalu besar dan luas, hanya mencakup pada sektor industri manufaktur
sehingga hasil penelitian belum bisa digeneralisasikan sebagai populasi keseluruhan. Penelitian
ini hanya melihat manajemen laba selama dua tahun periode penelitian, yang menyebabkan
perbedaan yang didapatkan antara dua tahun tersebut tidak terlalu besar dan data yang dipakai
tidak berdistribusi normal, maka masih bisa memperpanjang masa studi untuk mendapatkan
hasil perbedaan yang lebih signifikan dan lebih luas di tahun-tahun setelah pandemi. Penelitian
ini meneliti dampak Covid-19 pada relevansi nilai laba dengan membandingkan nilai adjusted
Rsquared, masih bisa dianalisis lebih dalam lagi dengan model pengukuran lainnya dan tahun-
tahun setelah pandemi yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Ditta, A. S. A., & Setiawan, D. (2019). Corporate governance in Indonesia: One decade
perspective. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 23(1), 58-72.

Florencia, F., & Susanty, M. (2019). Tata Kelola Perusahaan, Aliran Kas Bebas Dan
Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 21(2), 141-154.

Z Chairunnisa, M Rasmini, MB Alexandri - INOVASI, 2021 - journal.feb.unmul.ac.id

PMN Wijaya, NS Hendriyeni - Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 2021 - stei.ac.id

Anda mungkin juga menyukai