Anda di halaman 1dari 8

Agroteknose, Vol. V, No. 1 Th.

2011 Hasil Penelitian

TEKNOLOGI INOVATIF IRIGASI LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH


STUDI KASUS UNTUK TANAMAN LADA PERDU

(INOVATION TECHOLOGY OF IRRIGATION SYSTEM ON WED AND DRY


LANDS-CASE STUDY WITH BUSH PEPPER CROPS)

Hermantoro
Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian INSTIPER Yogyakarta
Email : Her_mantr@yahoo.com

ABSTRAK

Di lahan kering ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air tanaman berasal dari
hujan dan air tanah. Namun demikian ketersediaan air hujan kurang dapat dipastikan,
sedangkan pemanfaatan air tanah untuk irigasi harganya relatif mahal. Dalam keadaan yang
demikian perlu dikembangkan teknologi irigasi hemat air. Sementara itu di lahan basah
terjadi masalah sebaliknya, budidaya tanaman kurang dapat berhasil dengan baik oleh
karena kelebihan air di daerah perakaran tanaman, sehingga perlu dikembangkan teknologi
budidaya tanaman yang mampu mengeliminir pengaruh kelebihan air tersebut.
Suatu teknologi irigasi pada kedua daerah ekstrim itu, dengan memakai tanaman
lada perdu, sedang dikembangkan di Jurusan Teknik Pertanian FATETA IPB, di Leuwikopo
Bogor. Sistem irigasi ini terdiri atas kendi, pipa penyalur air, dan drum penampung. Sistem
irigasi untuk tanaman lada perdu di lahan kering mampu menjamin ketersediaan air yang
cukup dan sangat hemat air, melalui pengurangan kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi. Daerah pembasahan di dalam tanah membentuk ”bola” mampu mendukung
pertumbuhan akar tanaman sehingga tanaman tumbuh dengan baik. Pada sistem irigasi
lahan basah dinding kendi mampu merembeskan air genangan di luar kendi ke daerah
perakaran tanaman di dalam kendi, sehingga memberikan kondisi aerasi daerah perakaran
yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman. Tanaman lada perdu dengan aplikasi
sistem irigasi tersebut nampak tumbuh dengan cukup baik.

Kata kunci : Sistem Irigasi, Kendi, Lahan Kering dan Lahan Basah

PENDAHULUAN cabang primer, sekunder dan bertapak


dari tanaman lada induk (Syakir et al,
A. Latar Belakang 1994). Beberapa keunggulan komparatif
Tanaman lada merupakan tanaman dari lada perdu antara lain : tanaman tidak
yang tumbuh baik dalam keadaan memerlukan tiang panjat, bahan tanaman
terlindung (shade tolerant crops), namun banyak tersedia, menghasilkan lebih awal,
demikian beberapa varietas tanaman dan pemeliharaan serta pemungutan hasil
tumbuh dengan baik dalam keadaan lebih mudah (Syakir, 1996; Yufdy dan
pencahayaan penuh dengan pemupukan Pujiharti, 1989). Selain itu lada perdu juga
cukup (Wahid, 1985). mempunyai karakteristik kanopi tidak
Pada saat ini telah dikembangkan begitu lebar, sistem perakaran dangkal
tanaman lada perdu yang diperbanyak dari dan kurang menyebar.

37
Agroteknose, Vol. V, No. 1 Th. 2011 Hasil Penelitian

Berdasarkan beberapa sifat-sifat tanah sebagai media penyimpan air, dan


tersebut maka sebenarnya tanaman lada atmosfer merupakan sumber energi bagi
dapat diusahakan pada daerah dengan tanaman untuk menyerap air. Dengan
iklim lebih kering yang bertanah subur prinsip SPAC ini telah dikembangkan
dengan penggunaan sistem irigasi untuk berbagai sistem irigasi, yang secara garis
memenuhi kebutuhan airnya. Percobaan besar dapat dibagi menjadi irigasi
tanaman lada perdu di lahan basah pasang permukaan tanah (surface irrigation) dan
surut telah dilakukan oleh Wahid( 1985) irigasi bawah permukaan tanah (sub
dengan hasil yang cukup baik. surface irrigation)
Dengan memperhatikan potensi Sistem irigasi bahan gerabah
lahan kering dan lahan basah di Indonesia (kendi, pipa gerabah) telah banyak
maka pengembangan tanaman lada perdu dikembangkan untuk meningkatkan
dapat dilakukan dengan aplikasi teknologi efisiensi pemakaian air, yaitu antara lain :
irigasi yang sesuai. Pada irigasi lahan Irigasi kendi pada tanaman hortikultura di
kering kendi digunakan sebagai Jerman (Stein, 1997), Irigasi kendi pada
penampung air irigasi dan merembeskan tanaman melon di India (Mondal 1974),
air ke daerah perakaran, sedang pada Irigasi kendi untuk tanaman hortikultura di
lahan basah kendi digunakan untuk Indonesia (Setiawan et al., 1998) dan
mengatur rembesan air genangan dari luar Irigasi pipa gerabah bawah permukaan
kendi ke dalam kendi yang digunakan (Hermantoro, 2000). Irigasi kendi dan
sebagai media tanam. Bersamaan dengan irigasi pipa tanah liat bawah permukaan
pengembangan sistem irigasi tersebut juga pada tanaman jagung, tomat, dan okra di
dikembangkan pemupukan melalui sistem Zimbabwe (Batchelor et al., 1996).
irigasi yang biasa disebut sebagai fertigasi. Kebutuhan air untuk tanaman atau
Tujuan utama dari penelitian ini sering disebut sebagai evapotranspirasi
adalah untuk mendapatkan suatu sistem (Et) merupakan jumlah air untuk
irigasi dan fertigasi yang efisien untuk transpirasi dari tanaman (Tr) dan
tanaman lada perdu baik di lahan kering evaporasi dari permukaan tanah (Ev)
maupun di lahan basah. Beberapa kajian disekitar tanaman, atau dapat dituliskan
yang dilakukan, yakni : 1) percobaan difusi dalam persamaan :
larutan pupuk melalui dinding kendi, 2) Et  Tr  Ev ……(1)
pola pembasahan dalam tanah, 3) laju
rembesan air dari kendi, 4) pemakaian air Pada sistem irigasi kendi permukaan tanah
oleh tanaman lada perdu, dan disekitar tanaman selalu dalam keadaan
5)pertumbuhan tanaman dengan sistem kering, rembesan air dalam tanah
irigasi/fertigasi tersebut. membentuk seperti bola tanah basah,
maka komponen pemakaian air untuk
BAHAN DAN METODE evaporasi perkolasi dan rembesan menjadi
sangat kecil, sehingga kebutuhan air untuk
Prinsip irigasi disarikan dari tanaman hampir sama dengan transpirasi.
hubungan saling ketergantungan antara Pada lahan basah permasalahan
tanah, tanaman, dan lingkungan iklim atau utama adalah mengurangi kelebihan air
biasa disebut SPAC (soil – plant – yang menggenang terus menerus,
atmosphere – continnum) (James, 1988). sehingga keadaan aerasi daerah perakaran
Prinsip SPAC dapat dijelaskan bahwa tanaman menjadi kurang baik dan
tanaman membutuhkan air, sedangkan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Sistem irigasi pada lahan basah ditujukan

38
Agroteknose, Vol. V, No. 1 Th. 2011 Hasil Penelitian

untuk mengatur atau mengurangi


kelembaban tanah sampai pada suatu C
keadaan yang sesuai dengan kebutuhan q  D …………….. (4)
x
perkembangan akar tanaman. Pada dimana :q : fluk aliran larutan (g/jam.cm2)
sistem irigasi untuk tanaman lada perdu di D : koefisien difusi (cm2 /jam)
lahan basah tersebut kendi digunakan C : konsentrasi (g/ cm3)
sebagai dinding permeable yang mengatur
secara otomatis laju rembesan air Bahan yang digunakan dalam
genangan di luar kendi. penelitian ini antara lain adalah : kendi,
Pada lahan basah prinsip yang drum, pipa paralon, kotak tanah, berbagai
berlaku adalah persamaan Hooghoudt macam pupuk, tanaman lada perdu.
(Hillel, 1980), dan Dupuit-Forchheimer Peralatan yang digunakan adalah tabung
(Verruijt, 1970), sebagai berikut : mariote, pengukur laju rembesan dan
N 2 N konduktivitas hidrolik, Electrolytic
h2   x  .L.x  H 12 .......... (2)
k k Conductivity (EC) meter, Total Dissolved
Solute (TDS) meter, dan pengukur kadar
tinggi air maksimum terjadi di tengah-
air digital (Theta meter).
tengah tabung :
2
Cara pengukuran masing-masing
N L N  L parameter adalah sebagai berikut : 1) Laju
h2
     .L   H 2 … (3)
mak
k 2 k 2 rembesan air dan pupuk pada kedua
sistem irigasi diamati setiap hari dengan
Apabila pada sistem irigasi juga membaca penurunan larutan di dalam
dilarutkan pupuk maka laju aliran larutan tabung mariote, 2) Pola pembasahan
akan mengikuti kaidah fenomena transport tanah diukur menggunakan stik kering
(Feyen et al., 1998). Pada fenomena dimasukkan dalam tanah, 3)
transportasi larutan terminologi difusi Evapotranspirasi aktual tanaman lada
digunakan sebagai penyebaran partikel perdu diukur dengan cara penimbangan,
pada keadaan air diam (stagnant water), 4) Kinerja tanaman lada perdu diamati
sedangkan dispersi digunakan pada setiap seminggu sekali, dan 5) Difusi
keadaan air mengalir (Apepelo dan larutan melalui dinding kendi dilakukan
Postma, 1993). Persamaan difusi adalah dengan mengukur konsentrasi larutan di
sebagai berikut :

h
H H

Gambar 1. Ilustrasi distribusi kadar air tanah pada sistem irigasi lahan basah

39
Agroteknose, Vol. V, No. 1 Th. 2011 Hasil Penelitian

dalam dan di luar kendi sebagai fungsi kebutuhan air tanaman 4 rumpun lada
waktu. Instalasi percobaan sistem irigasi di perdu. Fluktuasi laju rembesan sangat
laboratorium untuk tanaman lada pada dipengaruhi oleh keadaan cuaca harian di
lahan kering dan basah disajikan pada daerah penelitian. Sementara itu rerata
Gambar 2. laju evapotranspirasi pada tanaman yang

HASIL DAN PEMBAHASAN


disirami adalah 2,8 mm/hari, dengan
Rembesan Air Dari Dinding Kendi
kisaran antara 1,9 – 4,3 mm/hari.
Hasil pengukuran rembesan irigasi kendi
Besarnya rembesan dari dinding kendi dan
pada tanaman lada lahan kering rata-rata
evapotranspirasi disajikan pada Gambar 3.
adalah 2,3 mm/hari dengan kisaran antara
1,7 – 3,2 mm/hari. Laju rembesan
tersebut nampaknya dapat mencukupi
5
Laju pnggunaan air (mm/hari)

1 Rembesan melalui dinding kendi


Evapotranspirasi pada tanaman yang disirami
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Umur tanaman (hari)

Gambar 3. Laju rembesan dan evapotranspirasi tanaman lada lahan kering

40
Agroteknose, Vol. V, No. 1 Th. 2011 Hasil Penelitian

Apabila diperbandingkan ternyata


pada awal pertumbuhan tanaman laju
rembesan melalui dinding kendi dan
evapotranspirasi nampak tidak berbeda
jauh, namun setelah melewati umur 40
hari terjadi perbedaan cukup besar. Hal ini
membuktikan bahwa komponen evaporasi
melalui permukaan tanah sangat berperan
besar terhadap laju kehilangan air. Pada
sistem irigasi kendi evaporasi dari
permukaan tanah sangat kecil, oleh karena
permukaan tanah dalam keadaan kering.

Pola Pembasahan Tanah


Pola pembasahan tanah disekitar
Gambar 4. Pola Pembasahan Tanah Sistem
kendi menunjukkan sejauhmana sistem
Fertigasi Kendi Lahan Kering
fertigasi kendi mampu memberikan zone
basah (kadar air tanah cukup tinggi) untuk
perakaran tanaman. Pola pembasahan Pemakaian air pada irigasi lahan
tanah berbentuk seperti bola tanah basah, basah
dengan diameter antara 60 – 65 cm di Laju rembesan air pada irigasi
bawah permukaan tanah. Daerah basah lahan basah untuk tanaman lada perdu
tersebut cukup untuk memberikan ruang berkisar antara 0,7 – 1,8 mm/hari. Laju
perakaran tanaman mengambil air dan pemakaian air tersebut nampak sangat
nutrisi serta menahan tegakan tanaman. kecil jika dibandingkan dengan
Bentuk skematik pola pembasahan tanah evapotranspirasi dari irigasi permukaan,
seperti Gambar 4. hal ini dikarenakan pada model irigasi
tersebut tidak terjadi evaporasi dari
permukaan air genangan di luar kendi.
Evaporasi hanya terjadi dari permukaan
tanah di dalam kendi yang relatif kering,
dengan demikian nilainya sangat kecil.
Pada sistem tersebut pemakaian air
konsumtif mendekati laju transpirasi dari
tanaman saja. Laju pemakaian air
disajikan pada Gambar 5.

41
Agroteknose, Vol. V, No. 1 Th. 2011 Hasil Penelitian

Pemakaian air (mm/hari)


1.5

0.5
Laju pemakaian air
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Umur tanaman (hari)

Gambar 5. Laju pemakaian air pada sistem irigasi lahan basah untuk tanaman lada perdu

Kemampuan Dinding Kendi berkurangnya perbedaan konsentrasi


Meloloskan Larutan Pupuk larutan di dalam dan di luar kendi. Dengan
Kemampuan dinding kendi menggunakan permeabilitas kendi 6,4 x
meloloskan larutan pupuk dinyatakan 10-7 cm2/dt kesetimbangan konsentrasi
dengan difusi larutan pupuk melalui larutan di dalam dan di luar kendi tercapai
dinding kendi. Hasil pengukuran difusi setelah 36 hari.
larutan dari dinding kendi disajikan pada
Gambar 6.
Dari Gambar 6 tersebut terlihat
bahwa dinding kendi mampu meloloskan
larutan pupuk NPK. Laju difusi larutan
melalui dinding kendi menurun dengan

10
9
8 Dlm kendi = -0.0002x 3 + 0.0142x 2 - 0.445x + 8.6024
Konsentrasi (g/l)

7 2
R = 0.9973
6
5
4
3
2 3 2
Luar kendi = 0.0001x - 0.0077x + 0.2471x - 0.169
1
R2 = 0.995
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (hari)

Konsentrasi Dlm Kendi Konsentrasi Luar Kendi


Poly. (Konsentrasi Dlm Kendi) Poly. (Konsentrasi Luar Kendi)

Gambar 6. Difusi larutan pupuk dari dinding kendi sebagai fungsi waktu

42
Agroteknose, Vol. V, No. 1 Th. 2011 Hasil Penelitian

Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)


16 14

Pertambahan Jumlah daun (bh)


14 12
12
10
10
8
8

6 6

4 4

2
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 0
0 1 2 3 4 5 6 7
Umur Tanaman (7-harian)
Umur Tanaman (7-harian)

Fertigasi-1 Fertigasi-0.5 Benam-1 Fertigasi-1 Fertigasi-0.5 Benam-1

a. Tinggi tanaman b. Jumlah daun


Gambar7.4.Kinerja
Gambar Kinerjapertumbuhan
tanaman lada tanaman
perdu pada lahan
lada kering
perdu padadengan
sistemfertigasi kendi
lahan kering

Pertumbuhan Tanaman mengambil larutan nutrisi dari


Tolok ukur pertumbuhan tanaman dalam tanah.
yang diamati dalam penelitian ini adalah : 3. Dinding kendi ternyata mampu
tinggi tanaman dan jumlah daun. Hasil meloloskan larutan pupuk,
pengukuran dari ketiga perlakuan disajikan sehingga suatu sistem fertigasi
pada Gambar 7. Terlihat bahwa perlakuan kendi dapat dikembangkan lebih
fertigasi-1 (fertigasi dengan dosis 1) dan lanjut.
pemupukan benam-1 (pemupukan 4. Tanaman percobaan dengan
dibenamkan dosis 1) memberikan respon aplikasi sistem irigasi kendi
hampir sama. Ada kecenderungan pada mempunyai kinerja baik seperti
perlakuan benam-1 terjadi pertumbuhan pemupukan dibenamkan.
tanaman yang lebih cepat dibandingkan
dengan perlakukan fertigasi. Perlakuan DAFTAR PUSTAKA
fertigasi-0.5 (fertigasi dengan dosis 0.5
bagian) masih memberikan pertumbuhan Feyen J., D. Jacques. A. Thimmerman, and
yang cukup baik, meskipun tidak sebaik J. Vanderborght. 1998. Modeling
dua perlakuan lainnya. water flow and solute transport in
heterogeneous soils, A review of
KESIMPULAN Recent Approaches. J. agric. Eng.
Res. 70: 231-256.
1. Pemakaian air dari sistem irigasi
Hermantoro, 2000. Kinerja Pipa Gerabah
kendi lahan basah maupun lahan
pada Sistem Irigasi Bawah
kering lebih kecil dibandingkan Permukaan. Prosiding Seminar
irigami curah, karena rendahnya
Nasional II Teknologi Tepat Guna
komponen evaporasi langsung dari
“ Teknologi Tepat Guna untuk
permukaan tanah. Menumbuhkembangkan Industri
2. Daerah pembasahan tanah cukup
Kecil dan Menengah”. 9 Nop
memberikan ruang perakaran
2000. Jurusan Teknologi Pertanian
tanaman untuk berkembang dan Fakultas Pertanian UNPAD, UPT

43
Agroteknose, Vol. V, No. 1 Th. 2011 Hasil Penelitian

BPTTG-LIPI, dan PERTETA Cabang Vol. II-A. The Tenth Afro-Asian


Bandung dan Sekitarnya. Regional Conference. ICID-CIID,
Hillel, D. 1980. Application of Soil Physics. INACID, Denpasar-Bali. Indonesia.
Academic Press, Inc. 111 Fifth 10 p.
Avenue. New York 10003. Syakir M. 1996. Budidaya Lada Perdu. Hal
Mondal R. C.1974. Farming witch pitcher : 93 – 104. Wahid Soetopo, Zaubin,
a technique of water conservation. Mustika dan Nujanah(Eds.).
World Crops Vol. 26 (2): 91-97. Monograf Tanaman Lada. Balitbang
Setiawan B.I., E. Saleh, dan Y. Tan. Industri.
Nurhidayat. 1998. Picher Irrigation Wahid, P. 1985 Beberapa aspek penting
Sistem for Horticulture in Dry tentang bercocok tanam tanaman
Lands. Proceeding of water and lada. Bahan sajian pada latihan PPS
land resources development and Perkebunan Ciawi-Bogor, Juli 1985.
management for sustainable use.

44

Anda mungkin juga menyukai