Anda di halaman 1dari 4

22

BAB IV
PEMBAHASAN

Logam campur dapat diklasifikasikan menurut (1)penggunaan (digunakan


sebagai inlay penuh,mahkota jembatan, restorasi logam keramik, gigi tiruan
sebagaian lepasan, dan implant); (2) unsure utama (emas, palladium, perak, nikel,
kobalt, atau titanium) ; (3) kandungan logam mulianya (sangat mulia, mulia ,atau
domain logam dasar) ; (4) tiga unsur utama (emas – palladium - perak, palladium
– perak - timah, nikel – kromium - berilium, kobalt – kromium - molibbdenum,
titanium-alumunium-vanadium,besi-nikel-kromium); dan (5) system fase yang
domain (isomorfus [fase tunggal], eutetik peritetik, atau antar logam)
(Anusavice,2003).
Jika ada dua unsure, akan terbentuk dua logam campur binner; jika ada tiga
atau empat logam campur akan terbentuk logam campur terrner atau kuarter, dan
seterusnya.dengan meningkatkan elemen lebih dari dua, struktur yang terbentuk
akan lebih komplek. Oleh sebab itu, hanya logam campur biner yang akan
dibicarakan secara rinci pada bagian ini (Anusavice,2003).
Penelitian terhadap 1000 pemilik laboratorium gigi pada tahun 1978
mengungkapkan bahwa hanya 29% dari mereka yang menggunakan logam
campur Ni-Cr atau Co-Cr untuk resotarasi logam cor. Pada tahun 1980 dan 1981,
presentasi laboratorium yang menggunakan logam campur logam dasar ini
meningkat menjadi 66% dan 70% karena tidak stabilnya harga logam mulia pada
saat itu. Presentasi logam dasar yang digunakan di bidang kedokteran gigi telah
menurun sejak tahun 1981 dan 1995. Sebagian besar laboratorium gigi lebih
memilih logam campur Ni-Cr dibandingkan NI-Co-Cr (Anusavice,2003).
Teknisi laboratorium kadang –kadang atau selalu berkontak dengan debu
yang mengandung berilium dan nikel dalam konsentrasi tinggi dan uap berilium.
Meskipun konsentrasi berilium di dalam logam campur gigi jarang melebihi 2%
berat, jumlah uap berilium yang dilepaskan ke ruangan selama pencairan logam
campur cukup banyak untuk periode yang lama. Sebenarnya, potensi bahaya dari
23

berilium harus didasrkan pada konsentrasi atomnya dan bukan konsentrasi


beratnya di dalam sebuah logam campur (Anusavice,2003).
Risiko kontak dengan uap besar yang di alami teknisi gigi adalah selama
pencairan logam campur, terutama jika tidak ada system pembuangan dan
penyaringan udara. The Occupational Health and Safety Administration (OSHA)
menetapkan bahwa dengan debu berilium di udara harus dibatasi sampai
konsentrasi 2µg/m³ udara (untuk partikel-partikel yang bisa dan tidak terhirup)
ditetapkan dalam liputan selama 8 jam. (Anusavice,2003).
Pada tahun 1927, the bureau of standards ( sekarang the national institute of
standards and tecnology) menetapkan logam campur emas cor Tipe I sampai IV
menurut fungsinya dalam kedokteran gigi, dengan kekerasan yang meningkat dari
Tipe I sampai ke Tipe IV. Berdasarkan spesifikasi ADA No. 5 yang direvisi tahun
1989, empat logam campur berikut ini diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya dan
bukan menurut komposisinya (Anusavice, 2004).
Tipe I ( lunak)- inlai kecil, mudah diadaptasi (burnish), dan hanya
mendapat sedikit tekanan. Tipe II ( sedang) – inlai yang terkerna tekanan sedang,
termasuk mahkota tiga perempat yang tebal , abutmen, pontik, dan mahkota
penuh.
Tipe III( keras) – Inlai yang terkena tekanan besar , termasuk mahkota tiga
perempat yang tipis, backing logam cor yang tipis, abutment, pontik, mahkota
penuh, basis gigi tiruan , serta gigi tiruan sebagian cekat yang pendek. Beberapa
logam campur emas Tipe III biasanya semakin keras dengan bertambahnya usia,
terutama yang mengandung tembaga sekurangnya 8% Wt. Tipe IV (sangat keras)
– inlai yang terkena tekanan yang sangat besar, termasuk lempeng basis dan
cengkeram gigi tiruan, gigi tiruan sebagian rangka logam, dan gigi tiruan sebagian
cekat yang panjang. Komposisi logam campur ini biasanya terdiri atas sebagian
besar emas atau perak; logam campur emas dapat mengeras menirit pertambahan
usia melelui teknik pemanasan yang sesuai.
Logam campur Tipe I dan II sering disebut sebagai logam campur inlai.
Perkembangan bahan-bahan restorasi langsung dan tidak langsung yang modern
dan berwarna seperti gigi telah menghapus penggunaan logam campur Tipe I dan
24

II. Logam campur tradisional Tipe III dan IV biasanya disebut logam campur
mahkota dan jembatan, meskipun logam campur Tipe IV kadang-kadang juga
digunakan untuk menerima tekanan besar, misalnya gigi tiruan sebagian lepasan
rangka logam (Anusavice, 2004).
Pemanasan Logam Campur Sangat Mulia dan Logam Mulia. Logam
campur emas dapat diperkeras cukup besar jika logam campur mengandung
tembaga dalam jumlah yang cukup. Logam campur Tipe I dan II biasanya tidak
mengeras, atau mengeras dalam tingkat yang lebih rendah daripada Tipe III dan
IV. Mekanisme yang sebenarnya dalam pengerasan mungkin merupakan hasil dari
beberapa perubahan kepadatan yang berbeda-beda. meskipun mekanismenya yang
sesungguhnya masih diragukan, kriteria keberhasilan pengerasan adalah waktu
dan temparatur (Anusavice, 2004).
Logam campur yang dapat dikeraskan, tentu saja dapat dilunakkan.
Didalam terminologi metarlugi, pemanasan untuk melunakkan disebut tindakan
panas untuk mencairkan (Anusavice, 2004).
Pemanasan Untuk Melunakkan. Logam cor ditempatkan didalam tungkuh
elekrik selama 10 menit pada temparatur 700 0 C (1292 0 F) kemudian dicelupkan
kedalam air. selama periode ini, semua fase pertengahan dianggap sudah berubah
menjadi cairan padat yang tidak beraturan, dan pencelupan yang cepat mencegah
terjadinya pengerutan selama pendinginan. kekuatan tarik, batas proposional dan
kekerasan akan berkurang oleh tindakan seperti itu, tetapi kelenturaqnnya
meningkat (Anusavice, 2004).
Pemanasan untuk melunakkan dianjurkan untuk struktur yang akan
digerus, dibentuk, atau dimanipulasi dalam keadaan dingin baik di dalam maupun
diluar mulut. Meskipun temparatur 700 celsius adalah suhu pelunakan yang rata-
rata memadai, masing-masing logam campur mempunyai temparatur optimal, dan
pabrik pembuatan seharusnya mencantumkan temperatur dan waktu yang
diinginkannya (Anusavice, 2004).
Pemanasan untuk Mengeraskan. Pengerasan usia atau pemanasan untuk
mengeraskan logam campur dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya
yang paling praktis adalah dengan merendam atau men-tua-kan logam cor pada
25

temperatur tertentu untuk jangka waktu tertentu , biasanya 15 sampai 30 menit,


sebelum dicelupkan kedalam air. Suhu penuaan tergantung pada komposisi logam
campur tetapi pada umumnya di antar 200 0 C (400 0 F) dan 450 0 C (840 0 F) .
waktu dantemperatur yang tepat umumnya di cantumkan oleh pabrik pembuatnya
(Anusavice, 2004).
Idealnya sebelum logam campur dipanaskan untuk mengerakan , harus
mengalami tindakan pemanasan untuk melunakan agar semua tegangan
pengerasan yang ada bisa dihilangkan, dan agar tindakan pemanasan untuk
nmengeraskan dapat dimulai dengan logam campur yang berada dalam keadaan
cairan padat yang tidak beraturan. Jika ini tidak dilakukan, proses pengerasan
tidak terkontrol dengan benar, karena keneikan kekuatan, batas proporsional dan
kekerasan, serta penurunan kelenturan dikendalikan oleh jumlah perubaham
kepadatan yang terjadi. sementara perubahan kepadatan dikendalikan oleh
temperatur dan waktu dari tindakan pemanasan untuk pengerasan (Anusavice,
2004).
Karena batas proporsional meningkat selama pemanasan untuk
pengerasan , dapat diperkirakan terjadinya b peningkatan yang cukup besar pada
modulus resilien. Tindakan pemanasan untuk mengeraskan dianjurkan untuk gigi
tiruan sebagiaqn dari logam, sadel, jembatan dan struktur-struktur sejenisnya.
Untuk struktur yang kecil seperti inlai biasanya tidak dilakukan pemanasan untuk
pengerasan (Anusavice, 2004). Kekuatan luluh, batas proporsional, dan batas
elastisitas, semuanya mengukur sifat yang pada dasarnya sama .Sifat ini
mencerminkan kemampuan sebuah logam campur untuk menahan tekanan
mekanis tanpa mengalami perubahan bentuk yang menetap. pada umumnya
kekuatan luluh meningkat dari logam campur Tipe I ke Tipe IV. Tindakan
pemanasan untuk mengeraskan akan meningkat kekuatan luluh( dalam suatun
kasus meningkat hampir 100%) (Anusavice, 2004).
Nilai kekerasan untuk logam campur logam mulia berkolerasi dengan kekuatan
luluh. menurut tradisi, angka kekerasan digunakan untuk menunjukkan kecocokan
sebuah logam campur untuk jenis penggunaan klinis tertentu (Anusavice, 2004).

Anda mungkin juga menyukai