Anda di halaman 1dari 12

SKENARIO 1

Periode Perkembangan Gigi Geligi


Terdapat empat tahap perkembangan gigi geligi manusia, yaitu periode bantalan
gusi (gum pads), periode gigi desidui (primary dentition stage), periode gigi bercampur
(mixed dentition stage), periode gigi permanen (permanent dentition).
1) Periode Bantalan Gusi (gum pads)
Periode pertama adalah periode bantalan gusi (gum pads) dimulai sejak lahir
sampai usia sekitar 6-7 bulan dimana lengkung alveolar mempunyai konsistensi lentur
dan berwarna merah muda. Karakteristik periode ini terlihat adanya peninggian dan
lekukan pada membran mukosa. Lengkung rahang pada rahang atas berbentuk seperti
tapal kuda dan rahang bawah berbentuk seperti U yang lebar. Pada periode ini hubungan
kedua rahang pada posisi istirahat terlihat open bite anterior dengan kontak hanya pada
regio molar
2) Periode Gigi Desidui (primary dentition stage)
Periode kedua adalah periode gigi desidui (primary dentition stage). Periode ini
dimulai dengan erupsi pertama gigi desidui. Gigi pertama yang erupsi biasanya insisivus
sentralis mandibula sekitar umur 6-7 bulan. Ketika umur 2-3 tahun seluruh gigi desidui
erupsi dan urutan pertumbuhan gigi desidui akan berakhir sampai dengan erupsinya gigi
molar kedua permanen. Karakteristik yang paling penting pada periode ini yakni
hubungan molar. Hubungan antero posterior dari gigi molar disebut juga terminal plane.
Menentukan hubungan terminal plane pada periode gigi desidui merupakan hal yang
paling baik karena erupsi gigi molar pertama permanen sangat bergantung pada kontak
permukaan distal gigi molar kedua desidui pada rahang atas dan rahang bawah. Jumlah
gigi pada periode ini adalah 20 gigi.

3) Periode Gigi Bercampur (mixed dentition stage)


Periode ketiga adalah periode gigi bercampur (mixed dentition stage). Pada periode
gigi bercampur terlihat gigi desidui dan gigi permanen berada dalam rongga mulut.
Periode gigi bercampur ditandai dengan erupsinya gigi molar satu permanen sekitar umur
6 tahun. Pada umumnya erupsi ini diikuti dengan erupsinya gigi insisivus sentralis
permanen mandibula dan kemudian insisivus lateralis permanenmandibula pada umur 7-
8 tahun, meskipun tidak jarang bahwa gigi insisivus permanen rahang bawah dapat
erupsi sebelum atau bersamaan dengan molar pertama permanen. Oklusi pada fase gigi
bercampur bersifat sementara dan tidak statis sehingga memungkinkan terjadinya
maloklusi.
Periode gigi bercampur terbagi atas 3 fase, yaitu fase transisi pertama, fase inter-
transisi dan fase transisi kedua.
 Fase Transisi Pertama ditandai dengan erupsinya molar pertama permanen pada
usia 6 tahun. Gigi ini mempunyai peranan penting dalam menentukan dan
menetapkan hubungan oklusi pada masa gigi permanen nantinya. Ada tiga tipe
hubungan molar desidui yang turut menentukan oklusi gigi molar permanen :
a. Flush terminal plane adalah keadaan dimana permukaan distal molar kedua
desidui rahang atas dan rahang bawah dalam satu dataran vertikal. Pada relasi ini
diperoleh erupsi gigi molar pertama permanen cusp-to-cusp, ini merupakan
keadaan yang normal pada gigi desidui dan kemudian akan terkoreksi menjadi
hubungan molar Kelas I Angle dengan memanfaatkan ruangan yang tersedia yaitu
Leeway space. Pergeseran molar rahang bawah dari satu dataran vertikal menjadi
Kelas I Angle dapat terjadi dengan dua cara, yakni :
 Early mesial shift dimana pada primate space (diastema yang terdapat
diantara insisivus lateral dan kaninus desidui atas dan diantara kaninus
desidui dan molar pertama desidui bawah) akan tertutup oleh pergerakan ke
depan molar pertama permanen. Perubahan ini terjadi pada awal fase gigi
bercampur.

Late mesial shift dimana molar pertama permanen bawah hanya bergerak
ke mesial secara langsung setelah kehilangan gigi molar kedua desidui
bawah; karena lebar mesiodistal dari molar kedua desidui rahang bawah
lebih besar dibandingkan dengan rahang atas, tanggalnya gigi molar kedua
desidui bawah tersebut menghasilkan pergerakan yang besar ke mesial
pada gigi molar pertama permanen bawah. Perubahan ini terjadi pada akhir
fase gigi bercampur.
b. Distal step adalah keadaan di mana permukaan distal gigi molar kedua desidui
mandibula berada lebih distal daripada permukaan distal molar kedua desidui
maksila. Relasi ini memiliki kecenderungan menghasilkan hubungan oklusi kelas
II Angle.
c. Mesial step adalah keadaan di mana permukaan distal molar kedua desidui
mandibula berada lebih ke mesial daripada permukaan distal gigi molar kedua
desidui maksila. Relasi ini cenderung menghasilkan hubungan oklusi kelas Iatau
kelas III Angle.

 Fase Inter-transisi merupakan fase yang stabil dimana hanya terjadi perubahan yang
sedikit. Gigi yang terlihat pada rahang atas maupun rahang bawah pada fase ini
adalah insisivus dan molar pertama permanen bersama dengan gigi kaninus dan
molar desidui. Berikut ini merupakan ciri fase inter-transisi :
a. Oklusal dan interproksimal pada gigi desidui terlihat rata dikarenakan morfologi
oklusal yang menyerupai dataran.
b. Ugly duckling stage yakni keadaan dimana terdapat diastema diantara kedua gigi
insisivus sentralis rahang atas yang terjadi pada usia 8-9 tahun (Gambar 8). Namun
kondisi ini akan terkoreksi sendiri dimana benih gigi kaninus permanen yang
erupsi ke arah labial akan mempengaruhi akar gigi insisivus lateralis permanen
rahang atas dan mendorong insisivus lateralis ke mesial. Bila gigi kaninus
permanen telah erupsi, insisivus lateralis akan tegak dan diastema akan tertutup.
c. Pembentukan akar terjadi pada insisivus, kaninus dan molar yang akan erupsi
dengan seiringnya peningkatan puncak prosesus alveolaris.
d. Resopsi akar pada molar desidui.

 Fase Transisi Kedua ditandai dengan erupsinya gigi kaninus permanen rahang
bawah dan premolar pertama rahang atas dan rahang bawah pada usia sekitar 10,5
tahun. Kemudian diikuti dengan erupsi premolar kedua rahang atas dan rahang bawah
dan gigi kaninus rahang atas pada usia sekitar 11 tahun. Kombinasi lebar mesiodistal
kaninus desidui dan premolar biasanya lebih kecil daripada gigi yang

akan digantikan. Akibat perbedaan ukuran ini akan dijumpai kelebihan ruang yang
oleh Nance disebut dengan Leeway space. Besar Leeway space pada mandibula lebih
besar daripada maksila. Kelebihan ruang yang tersedia setelah pergantian molar dan
kaninus desidui dimanfaatkan untuk pergeseran ke arah mesial oleh gigi molar bawah
agar terjadi relasi molar Kelas I Angle. Fase transisi kedua ini berakhir ketika erupsi
molar kedua permanen pada usia 12 tahun. Urutan erupsinya gigi pada fase transisi
kedua ini adalah sebagai berikut :
1. Tanggalnya gigi molar dan kaninus desidui pada usia sekitar 10 tahun.
2. Erupsinya gigi kaninus dan premolar permanen. Gigi tersebut erupsi setelah
berhenti 1-2 tahun mengikuti erupsi gigi insisvus permanen. Gigi posterior yang
pertama sekali erupsi adalah kaninus dan premolar rahang bawah pada usia 9-
10 tahun dan diikuti dengan erupsinya kaninus dan premolar rahang atas pada usia
11-12 tahun.
3. Erupsinya gigi molar kedua permanen. Ketika akan erupsi, gigi molar kedua
permanen tumbuh kearah mesiolingual. Gigi molar kedua permanen ini terbentuk
di palatal dan diarahkan ke oklusi yang benar dengan mekanisme Cone Funnel
(cusp palatal jatuh pada fossa oklusal). Hal ini mengakibatkan panjang lengkung
akan berkurang akibat gaya tekanan erupsi gigi molar kedua ke arah mesial dan
kemudian crowding akan terlihat pada fase ini.
4. Pembentukan oklusi.

4) Periode Gigi Permanen (permanent dentition stage)


Periode keempat adalah periode gigi permanen (permanent dentition stage).
Periode ini dimulai ketika usia 13 tahun dimana semua gigi permanen telah erupsi hingga
usia 21 tahun. Urutan erupsi gigi pada rahang bawah dimulai dari gigi molar pertama
permanen. Kemudian diikuti dengan insisivus sentralis, insisivus lateralis, kaninus,
permolar pertama, premolar kedua, molar kedua, dan terakhir molar ketiga. Pada rahang
atas premolar pertama dan premolar kedua erupsi lebih dahulu dibandingkan kaninus.
Periode ini relatif lebih stabil dibandingkan dengan periode gigi bercampur. Angle
menyatakan bahwa terdapat tiga tipe oklusi normal gigi manusia yaitu :
a. Kelas I Angle : tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi
pada groove bukal gigi molar pertama permanen rahang bawah. Relasi Kelas I Angle
disebut neutrocclusion.

b. Kelas II Angle : tonjol distobukal gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi
pada groove bukal gigi molar pertama permanen rahang bawah. Relasi Kelas II Angle
disebut distocclusion.
c. Kelas III Angle : tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas
beroklusi pada interdental antara gigi molar pertama dan molar kedua permanen
mandibula. Relasi Kelas III Angle disebut mesiocclusion.

Pada periode gigi bercampur, baik gigi desidui maupun gigi permanen terdapat
pada lengkung gigi. Oleh karena itu, kasus maloklusi sering terlihat pada periode ini.
Diperlukan adanya tindakan atau perawatan interseptif ortodonti agar mencegah
maloklusi tersebut. Tindakan dan perawatan terhadap maloklusi yang dilakukan pada
tahap awal atau pada masa tumbuh kembang aktif lebih menguntungkan karena masih
adanya kesempatan menghilangkan faktor penyebab.
SKENARIO 2
1. Gambaran Anatomi dan Mikroskopis Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva merupakan organ yang mensekresikan cairan saliva di rongga mulut.
Secara garis besar berdasarkan jumlah saliva yang dihasilkan, kelenjar saliva dibedakan
menjadi kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari
kelenjar parotid, kelenjar submandibula, dan kelenjar sublingual. Kelenjar saliva minor
tersebar di beberapa area rongga mulut seperti bibir, mukosa bukal, lingua, dan palatum.
Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar. Kelenjar ini terletak di area
ramus mandibula dan processus mastoideus, di sebelah inferior anterior telinga antara kulit
dan otot masseter. Muara dari kelenjar parotid adalah ductus Stensen yang terletakdi regio
molar kedua rahang atas. Kelenjar ini menghasilkan 25% dari total saliva di rongga mulut.
Saliva yang dihasilkan oleh kelenjar parotid bersifat serous. Kelenjar ini diinervasi oleh
ganglion oticum N. glossofaringeus dan N. auriculotemporalis cabangdari N. mandibula.
Kelenjar submandibula terletak di area medial inferior corpus mandibula. Saliva yang
disekresikan bersifat serous dan mucous (20%). Saliva disekresikan melalui ductus Wharton
yang bermuara pada caruncula sublingual. Kelenjar ini diinervasi oleh ganglion

submandibula yang dibawa oleh N. chorda timpani cabang dari N. facialis yang kemudian
bergabung dengan N. lingualis.
Kelenjar sublingual terletak di bawah lidah dan lebih superior dari kelenjar
submandibula. Kelenjar sublingual memiliki beberapa saluran kecil yang disebut ductus
Rivinus dan saluran yang lebih besar yaitu ductus Bartholin. Kedua saluran ini berhubungan
dengan ductus Wharton dan bermuara pada caruncula sublingual. Inervasi parasimpatik
kelenjar sublingualis dipengaruhi oleh ganglion submandibula yang dibawa oleh N. chorda
timpani cabang dari N. facialis. Area kelenjar salivarius mayor divaskularisasi oleh arteri
facialis, arteri lingualis, arteri post auriculotemporalis dan arteri facialis transversa yang
merupakan cabang dari arteri carotis eksterna.
Gambaran Mikroskopis:
Kelenjar salivarius tersusun dari jaringan sekretori (jaringan parenkim) dan jaringan
ikat (stroma). Jaringan ikat akan membentuk septa yang membagi kelenjar saliva menjadi
beberapa bagian (lobus). Lobus terbagi lagi menjadi beberapa lobulusyang berisi unit
sekretori dan ductus. Jaringan ikat terdiri dari fibroblas, kolagen, nervus, kapiler darah, sel
lemak, dan jaringan limfatik.
Jaringan sekretori (parenkim) terdiri dari beberapa bagian :
1. Unit sekretori (acinar)
Acinar merupakan sekelompok sel sekretori. Acinar dikelilingi oleh sel myoepitel.
Berdasarkan sifat saliva yang dihasilkan, acinar dibedakan menjadi tiga :
a. Serous
Acinar yang bersifat serous mensekresikan saliva yang lebih encer, mengandung
lebih banyak protein dan lebih sedikit karbohidrat dibandingkan saliva mucous. Sel
penyusunnya berbentuk wedge-shaped, bagian dasar sel melebar, terdapat granula
di sitoplasma sel. Inti sel berbentuk bulat dan terletak di 1/3 basal sel. Lumen sempit.
b. Mucous
Acinar yang bersifat mucous mensekresikan saliva yang lebih kental karena
mengandung mucin. Sel penyusunnya berbentuk kuboid. Inti sel berbentuk
oval/pipih dan terletak di dasar sel. Sitoplasmanya dibungkus mucinogen dan
glikoprotein mucin sehingga pada pewarnaan HE tampak lebih pucat. Lumen lebar.
c. Mixed
serous-mucous Pada kelenjar saliva serous-mucous, sel-sel acinarnya terdiri dari sel
acinar mucous yang dikelilingi oleh serous demilune.
2. Ductus
a. Ductus intercalatus
Merupakan saluran dari kompleks acinar. Saluran ini tersusun dari sel epitel kuboid
selapis.
b. Ductus striatus
Merupakan saluran lanjutan dari ductus intercalatus. Saluran ini tersusun dari sel epitel
kolumnar selapis dengan striae di bagian basal sel. Sitoplasma sel besar, inti sel
berbentuk lonjong dan terletak di tengah. Saluran ini merupakan lokasi resorpsi ion
natrium dan klorida serta sekresi kalium dan bikarbonat. Proses ini berperan penting
untuk mengubah cairan saliva yang isotonik atau sedikit hipertonik menjadi cairan
hipotonik. Ductus striatus dan intercalatus termasuk dalam ductus intralobular.
c. Ductus collectivus
Saliva yang telah melalui ductus intercalatus dan ductus striatus kemudian berlanjut
ke ductus collectivus. Saluran ini tersusun dari sel epitel kolumnar selapis tanpa striae.
Ductus ini biasanya terletak di luar lobus sehingga termasuk ductus interlobular.
Ductus collectivus berlanjut menuju muara kelenjar saliva di mukosa rongga mulut.
Pada bagian muara kelenjar saliva, sel epitel berubah menjadi sel epitel pipih berlapis.
2. Aspek Biokimia, Fisiologi, Imunologi Saliva
Saliva berfungsi sebagai lubrikan rongga mulut, membasahi bolus makanan, mencerna
polisakarida, membantu proses pengunyahan dan penelanan, menjaga pH rongga mulut,
dan imunologi rongga mulut. Saliva terdiri dari 99% air, 1% ion dan material organik.
Saliva juga memiliki peran penting untuk menjaga imunitas rongga mulut.
3. Aspek Biokimia, Fisiologi, Imunologi Cairan Sulkus Gingiva
Cairan sulkus gingiva (CSG) adalah cairan transudat yang berasal dari jaringan
periodontal dan terakumulasi di sulkus gingiva. Aliran cairan sulkus gingiva relatif
sedikit pada kondisi rongga mulut yang sehat (0,05-0,2 µl/menit), namun meningkat
apabila terjadi inflamasi pada gingiva dan jaringan periodontal.
4. Mikroflora Normal Saliva dan Cairan Sulkus Gingiva
Rongga mulut merupakan habitat bagi mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.
Beberapa spesies mikroflora rongga mulut adalah Streptococcus, Actinomyces,
Lactobacillus, Prevotella intermedia, Porphyromonas gingivalis, dan Candida albicans.
Mikroflora rongga mulut saling berinteraksi dan bersifat dinamis.
5. Faktor Neuro-endokrinologi yang Mempengaruhi Sekresi Saliva
Sekresi saliva dikontrol oleh sistem saraf simpatik dan parasimpatik di batang otak
melalui refleks saliva. Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan sekresi yang lebih cair
dan saraf simpatis memproduksi saliva yang lebih sedikit dan kental. Stimulus berupa
aktivitas mengunyah, pengecapan pada reseptor gustatorius lidah, mekanoreseptor,
nosiseptor, dan stimulus bau melalui reseptor olfaktorius akan mengaktifkan refleks
saliva.
Sekresi saliva juga dipengaruhi aliran darah di kelenjar saliva. Stimulasi nervus
parasimpatik turut mengakibatkan vasodilatasi. Selain itu, sekresi saliva sendiri juga
menyebabkan dilatasi pembuluh darah secara langsung sehingga meningkatkan suplai
nutrien yang diperlukan oleh sel-sel sekretori kelenjar saliva. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi sekresi saliva adalah sebagai berikut :
1. Hidrasi
Hidrasi sangat mempengaruhi sekresi saliva. Pada kondisi hidrasi tercukupi, sekresi
saliva normal. Namun jika tubuh kekurangan cairan maka aliran saliva akan
berkurang karena kelenjar saliva berusaha mempertahankan jumlah air dalam
tubuh. Sebaliknya sekresi saliva meningkat pada keadaan hiperhidrasi.
2. Posisi tubuh
Dalam keadaan berdiri aliran saliva tinggi. Saat posisi berbaring laju aliran saliva
lebih rendah daripada posisi duduk.
3. Usia
Laju aliran saliva akan menurun pada orang yang telah berusia lanjut. Hal ini karena
semakin bertambahnya usia sel-sel parenkim glandula saliva akan tergantikan oleh
sel adiposa dan jaringan fibrovaskular serta volume acini berkurang.
4. Stimulasi
Adanya stimulasi baik berupa aroma makanan dan gerakan mengunyah dapat
meningkatkan laju aliran saliva. Laju aliran saliva tanpa stimulasi yaitu 0,25-0,35
mL/menit dan laju aliran saliva terstimulasi 1 mL/menit.
5. Konsumsi alkohol dan merokok
Konsumsi alkohol yang berkepanjangan dapat menurunkan aliran saliva karena
alkohol dapat menyebabkan disfungsi kelenjar saliva. Sebaliknya, perokok
memiliki laju aliran saliva yang lebih besar. Hal ini karena efek iritasi tembakau
menyebabkan perubahan fungsi dan morfologi kelenjar saliva.
6. Faktor Farmakologi yang Mempengaruhi Sekresi Saliva
Terdapat hubungan antara konsumsi obat-obatan dengan sekresi saliva. Obat yang
mengurangi sekresi saliva adalah golongan Antikolinergik, Sympathomimetic atau
diuretik. Obat-obatan antihipertensi dapat memengaruhi aliran saliva secara langsung
dan tidak langsung. Bila secara langsung akan memengaruhi aliran saliva dengan
meniru aksi sistem saraf autonom atau dengan bereaksi pada proses seluler yang
diperlukan untuk saliva. Pengaruh farmakologis secara tidak langsung akan
memengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan
memengaruhi aliran darah ke kelenjar.
SKENARIO 3
Jaringan Periodontal Jaringan periodontal normal mendukung gigi untuk berfungsi di
rongga mulut. Terdiri atas empat komponen dasar yaitu gingiva, ligament periodontal,
sementum dan tulang alveolar.
Mukosa mulut terdiri atas tiga zona yaitu : gingiva dan mukosa yang menutupi palatum
durum, proc. Alveolaris (masticatory mucosa) ; dasar lidah; mukosa yang menutupi
rongga mulut (mukosa pipi, mukosa bibir)
Manson dan Eley (1993) menyebutkan bahwa jaringan periodontal mempunyai 4
komponen yaitu : gingiva, tulang alveolar, ligament periodontal, dan cementum.
a. Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi
tulang alveolar.
 Margin gingiva
Margin gingiva atau unattached gingiva adalah bagian tepi atau batas gingiva
yang mengelilingi atau menutupi permukaan gigi. Lebar margin gingiva rata
rata 1 mm yang membentuk dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Daerah
apical dari margin gingival disebut gingival zenith dengan ukurannya
bervariasi, apikokoronal dan mesiodistal 0,06-0,96 mm9 .
 Sulkus gingiva
Sulkus gingiva adalah celah dangkal mengelilingi gigi, dibatasi oleh permukaan
gigi pada satu sisi dan sisi yang lain dibatasi oleh lapisan epitel gingiva non
keratin. Berbentuk seperti huruf V dan bisa diperiksa menggunakan probe
periodontal. Pengukuran sulkus gingiva sebagai indicator klinis penyakit
periodontal dengan kedalaman klinis sulkus gingiva normal 2-3 mm.
 Gingiva Cekat
Gingiva cekat merupakan perluasan margin gingiva, menutupi periosteum
tulang alveolar. Di sebelah fasial, perbatasan antara mukosa bergerak dan tidak
bergerak disebut mucogingival junction. Lebar gingiva cekat sebagai indicator
klinis, diukur dari mucogingval junction sampai proyeksi dasar sulkus
gingiva(sebelah permukaan luar) atau dasar poket periodontal. Harus dibedakan
dengan lebar gingiva berkeratin, diukur dari margin gingiva sampai
mucogingival junction.
 Interdental gingiva (papilla interdental)
Interdental gingiva menutupi embrasure gingiva (ruang interproksimal diantara
gigi yang berkontak). Puncak interdental papilla terletak dibawah titik kontak.
Bentuknya tergantung ada atau tidaknya titik kontak gigi, jarak denga titik
kontak dan puncak tulang alveolar
b. Tulang alveolar adalah bagian tulang rahang yang menopang gigi geligi. Process
Alveolar adalah bagian tulang maksila dan mandibula yang membentuk dan
mendukung soket gigi (alveoli). Terbentuk saat gigi erupsi dan berfungsi sebagai
perlekatan dan pembentukan ligament periodontal. Process alveolar terdiri atas plate
eksternal / tulang kortikal yang terbentuk dari haversian bone dan compacted bone
lamellae; inner soket wall atau compact bone yang disebut alveolar bone proper yang
terlihat dalam pemeriksaan radiografi sebagai lamina dura ; cancellous trabeculae
terletak diantara compact layers yang berfungsi mendukung tulang alveolar
c. Ligament periodontal adalah suatu ikatan dan biasanya menghubungkan dua buah
tulang yaitu akar gigi dan tulang alveolar.
Fungsi :
- Fungsi fisikal/suportif
Menghantarkan tekanan oklusal ke tulang alveolar
Melekatkan gigi ke tulang alveolar
Mempertahankan hubungan jaringan gingiva ke gigi
- Fungsi formatif/remodeling
Dapat berperan formatif/remodeling karena ligamen periodontal megandung sel-
sel yang dapat membentuk maupun meresorbsi struktur periodontal pendukung
(tulang alveolar, sementum, dan ligamen periodontal).
- Fungsi nutritif/nutrisional
Fungsi ini dimungkinkan oleh adanya sistem vaskularisasi yang baik pada
ligamen periodontal, yang menjamin pasok nutrien ke sementum, tulang alveolar
dan gingiva dan tersedianya drainase limfatik.
- Fungsi sensori
Fungsi sensori dimungkinkan oleh adanya reseptor bagi rasa sakit dan tekanan
pada ligamen periodontal. Ini berasal dari saraf-saraf dental yang menembus
fundus alveolus masuk ke ruang ligamen periodontal, dimana saraf-saraf
tersebut akan kehilangan selubung mielinnya (myelinated sheath) dan menjadi
nerve ending.
Ligament periodontal memiliki serat-serat utama. Serat-serat tersebut berasal dari
serat kolagen yang mana serat kolagen tersebut diproduksi oleh sel-sel tertentu.
Serat-serat tersebut juga diatur oleh posisinya. Posisi tersebut dibagi menjadi 6
kelompok, antara lain :
a) Serat transeptal
Serat utama ini merupakan serat transisi antara serat gingiva dan serat
ligamentum periodontal. Serat ini meluas ke interproksimal, di atas puncak
septum interdental dan tertanam pada sementum gigi-geligi yang bertetangga.
b) Serat puncak alveolar (alveolar cest)
Serat ini meluas dan berjalan miring dari sementum tepat di bawah epithelial
attachment, menuju puncak tulang alveolar. Fungsi serat ini menolong menahan
gigi di dalam soketnya jika ada tekanan ke arah apikal dan menahan gigi jika
ada tekanan lateral.
c) Serat horizontal
Serat ini meluas agak tegak lurus ke sumbu panjang gigi dari sementum ke
tulang alveolar. Fungsinya sama dengan fungsi serat puncak alveolar.
d) Serat obliq (serat miring)
Serat ini merupakan kelompok yang paling besar diantara kelompok serat
utama ligamentum periodontal. Serat ini berjalan miring dari sementum menuju
tulang alveolar. Fungsi serat ini menahan tekanan vertikal yang mengancam
gerakan akar masuk ke dalam soketnya.
e) Serat apikal
Serat ini menyebar dari bagian apikal gigi ke tulang alveolar pada dasar soket
gigi. Fungsi serat ini menjaga gigi dalam soketnya dan menahan kekuatan yang
memungkinkan gigi terangkat keluar dari soketnya.
f) Serat interradikular
Serat ini meluas dari sementum percabangan akar gigi ke puncak septum
interradikular. Fungsi serat ini membantu menstabilkan gigi tetap di dalam
soketnya.
d. Cementum
merupakan suatu lapisan jaringan kalsifikasi yang menyelubungi dentin akar gigi
dan tempat berinsersinya bundel serabut kolagen. Matriks organic sementum terdiri
dari 90% kolagen tipe 1 dan 5% kolagen tipe 3. Sementum aselular terbentuk
pertama kali, menutupi bagian servikal akar gigi atau separuh akar gigi. Sementum
ini terbentuk sebelum gigi erupsi. Sharpey fibers ( sumber kolagen fiber sementum)
merupakan pembentuk sementum aselular. Sementum selular terbentuk setelah gigi
erupsi, bentuknya tidak teratur dan mengandung sel sementosit.

Anda mungkin juga menyukai