Anda di halaman 1dari 5

Dilaserasi

Definisi
Dilaserasi adalah bentuk akar gigi atau mahkota yang mengalami pembengkokkan yang tajam
(membentuk sudut atau kurve) yang terjadi sesame pembentukan dan perkembangan gigi tahap
atau fase klasifikasi. Kurve atau pembengkokkan dapat terjadi sepanjang gigi tergantung
seberapa jauh pembentukan gigi sewaktu terjadi gangguan. Selama perkembangan akar, struktur
seperti tulang korteks dari sinus maksilaris atau kanalis mandibularis, atau fossa nasalis dapat
membengkokkan diafragma epitel sehingga terbentur kurvatur yang parah.
Dilaserasi merupakan kelainan pada bentuk gigi dan strukturnya yang ditandai dengan adanya
tekukkan yang tajam pada gigi baik pada mahkota gigi maupun akar gigi, membentuk sudut yang
tajam pada pertemuan antara mahkota dan akar.
Etiologi
Kelainan ini bisa disebabkan karena adanya trauma selama masa pembentukan gigi. biasanya
trauma terjadi pada usia 2 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan pada saat anak usia satu
hingga lima tahun.
Terdapat dua penjelasan utama terjadinya dilaserasi, yang pertama adalah trauma mekanis akut
pada gigi desidui sebelumnya. Dilaserasi jarang sekali terjadi akibat kista, tumor atau
odontogenik hamartoma. Yang kedua adalah gangguan developmental idiopatik seperti facial
clefting, infeksi saluran akar tahap lanjut, pembentukan benih ektopik, gangguan mekanis saat
erupsi seperti gigi desidui ankilosis, ekstraksi gigi desidui dan herediter.

Patogenesis
Trauma pada gigi sulung yang menyebabkan gigi tersebut terdorong dan terdesak masuk ke
dalam tulang. Gigi sulung yang terdorong tadi dapat mengenai benih gigi permanen yang berada
dibawahnya. Trauma ini menyebabkan arah peletakan mineral (kalsifikasi) gigi permanen
berubah sehingga terbentuk gigi yang melengkung.
Pada kasus trauma pada gigi desidui dengan benih gigi permanen berada di bawah gigi desidui,
gaya dari desidui diteruskan ke benih gigi permanen sehingga bagian gigi permanen yang sudah
terbentuk mengalami displacement akan tetapihertwigs epithelial root sheat tetap membentuk
akar pada arah yang sama sebelum terjadi trauma.
Tulang alveolar mengalami gradasi remodeling tulang yang berada pada koronal, apikal dan
bagian basal yang mempengaruhi kelenturan tulang. Ketika gigi erupsi atau erupsinya tertunda,
terjadi juga perubahan dentoskeletal seperti mesial drift gigi dan pertumbuhan fisiologis dari
tulang basal dan alveolar, bagian-bagian tertentu dari gigi yang sudah berkembang memiliki
plasticity zones yang berkontribusi dalam perubahan root sheat dan dilaserasi akar gigi.
mekanisme ini memungkinkan terjadinya dilaserasi akar pada gigi yang tidak memiliki riwayat
trauma.

Rencana perawatan
1.

Talon cusp
Talon cusp adalah tonjolan kecil dari enamel pada daerah cingulem dan gigi anterior atas dan
bawah.
etiopatogenesis adalah multifaktorial, dan dianggap poligenik dengan beberapa pengaruh
lingkungan. klinis dapat menimbulkan masalah estetika dan fungsional untuk pasien.

Supernumerary
Supernumerary adalah adanya 1 atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal.
Bila terjadi gigi lebih pada gigi geligi susu ini adalah: mesiodens pada garis median atau mid line
mesiodens atau gigi lebih I2 atau suplamental lateral incisor. Gigi supernumerari adalah anomali
dimana jumlah gigi melebihi jumlah normal. Etiologi belum diketahui secara pasti, tetapi dalam
jurnal diterangkan bahwa etiologi dari gigi supernumerary adalah :
1.

adanya pergerakan dental lamina yang sangat cepat

2.

adanya gigi yang mengalami pembelahan pada fase bud stage

3.

factor herediter

4.

factor gender sebagai kecenderungan insidensi gigi supernumerari

(Sharma dan Singh,2012)


Gigi supernumerari memiliki banyak variasi, ukuran, dan bentuk. Umumnya berbentuk
kerucut selain itu supplemental, tuberkel, bentuk molar, incisor like, germinate premolar, molar
like (Liu et al, 2007).

Morfologi gigi suoernumerari Supplemental adalah tipe gigi

supernumerary yang menyerupai gigi normal dan terjadi pada akhir rangkaian gigi, misalnya
penambahan gigi insisivus lateral, premolar kedua, atau molar keempat. Menurut Liu et al. tahun
2007 terdapat bentuk incisor-like, premolar-like, geminated-premolar-like dan molar-like. Selain
itu terdapat bentuk konus atau peg-shaped bentuk ini sering terjadi di antara gigi insisivus
sentral rahang atas. Umumnya terkait dengan perubahan letak gigi yang berdekatan, tapi juga
dapat tidak erupsi atau tidak memiliki efek sama sekali. Bentuk tuberkel adalah tipe yang

dijelaskan sebagai barrel-shaped, tetapi biasanya kebanyakan gigi supernumerari yang tidak
termasuk kategori konus atau supplemental masuk dalam kategori ini. Tipe ini sering mengalami
kegagalan erupsi. Kemudian terdapat bentuk odontoma variasi ini sangat jarang jarang.
Compound or complex form.
Gigi supernumerary dapat terjadi di daerah maksila dan mandibular juga pada periode gigi
desidui maupun gigi permanen. Gigi supernumerary bisa terjadi secara unilateral, bilateral, dari
dua rahang atau satu rahang. Sering kali ditemui dalam keadaan impaksi daripada dalam keadaan
erupsi (Sharma dan Singh, 2012). Gigi supernumerary sebesar 90-98% ditemukan pada rahang
atas.

GIgi

supernumerary,

dapat

dibedakan

menjadi

Single

supernumerary,

double

supernumerary, dan multiple supernumerary. Rata-rata dari kasus supernumerary, single


supernumerary merupakan kasus yang sering terjadi yakni sebesar 79%, diikuti 20% untuk
double supernumerary, dan 1 % untuk multiple supernumerary. Dan pada umumnya, gigi
supernumerary dalam keadaan impaksi (Sharma dan Singh,2012). Umumnya, sebesar 83,5% gigi
supernumerary mempunyai berbentuk conical, atau berbentuk pasak. Bentuk lainnya dapat
menyerupai bentuk gigi asli, tetapi ini merupakan hal yang jarang ditemui.
Selain itu Posisi gigi supernumerary dapat terjadi dalam arkus, tetapi saat berkembang di
antara gigi insisivus sentral dikenal sebagai mesiodens. Gigi supernumerari yang berada dari
distal arkus disebut distomolar, dan gigi supernumerari yang berdekatan dengan molar dikenal
sebagai paramolar. Gigi supernumerari biasanya ditemukan pada rahang atas, komplikasi yang
sering terjadi akibat adanya gigi supernumerari adalah adanya diastema yang abnormal, resorpsi
akar, pembentukan kisat dentigerous (Liu et al, 2007).
Keberadaan gigi supernumerary biasanya dapat menimbulkan dampak pada rongga mulut.
adapun dampaknya yaitu :
1. Kegagalan erupsi
Keberadaan gigi supernumaerari adalah alasan utama untuk gigi insisivus sentral maksila yang
tidak muncul. Tetapi, kegagalan erupsi banyak gigi pada kedua arkus dapat disebabkan
supernumerari. Manajemen masalah ini adalah dengan menghilangkan gigi supernumerari dan
yakin bahwa terdapat ruang untuk mengakomodasi gigi yang tidak erupsi dalam arkus. Jika gigi
tidak erupsi secara spontan dalam 1 tahun, diperlukan operasi kedua untuk memunculkannya dan
melakukan perawatan ortodontik.

2.Perubahan letak
Keberadaan gigi supernumerari dapat dikaitkan dengan perubahan letak atau rotasi dari gigi
permanen yang erupsi. Manajemen yang dilakukan pertama kali adalah menghilangkan gigi
supernumerari, biasanya diikuti alat ortodontik cekat untuk meratakan gigi yang dipengaruhi.
3.Crowding
Hal ini disebabkan oleh tipe supplemental dan dirawat dengan menghilangkan gigi yang
bentuknya paling buruk.
Tidak ada efek.
adakalanya gigi supernumerari (biasanya tipe konus) dideteksi secara tidak sengaja pada
radiograf regio insisivus rahang atas. Gigi ekstra tersebut tidak mengganggu letak gigi insisivus
rahang atas, sehingga dapat dibiarkan in situ pada pengamatan radiografi. Gigi ini biasanya
asimptomatik dan tidak terlihat menimbulkan masalah (Mitchell, 2007).

Suplamental

Rubinstein Taybi Syndrom


Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahanlensa di dalam
kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensamenjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak berasal dari terminologi bangsa yunani, yaitu
Katarrhakies yang berarti air yang mengalir cepat. &aat air turbulen maka air akan menjadi
berbuih. Orang yunani pada jaman dulu juga melihat hal yang sama terjadi pada
katarak y a i t u p e n u r u n a n t a j a m p e n g l i h a t a n a k i b a t a k u m u l a s i c a i r a n t u r b u l e n
. A l a m bahasa 1ndonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat
lensa yang keruh. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada orang muda
yang mulai terbentuknya pada usia antara 1 sampai 13 tahun. Kekeruhan lensa pada
katarak juvenil pada
saat masih terjadi perkembangan
serat-serat
lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai
soft cataract. Katarak juvenil biasanya juga merupakan kelanjutan katarak kongenital.

Mohr syndrome
Sindrom Mohr atau orofacial digital jenis sindrom II (OFDII) ditandai dengan lidah lobulasi,
bibir sumbing (midline cleft lip), cleft plate, mikrognati dan gangguan pendengaran.
Strug weber angiomatosis
Sindrom Sturge Weber (SSW) atau disebut juga encephalofacialangiomatosis adalah suatu
sindrom neurokutaneus yang ditandai dengan angioma pada muka yang secara tipikal terdapat
pada muka bagian atas dan sebagian kulit kepala yang mengikuti perjalanan nervus trigeminus,
kelainan vaskular dan kalsifikasi intrakranial ipsilateral, kejang, hemianopsia, dan glaukoma
serta hemiparesis kontra lateral.1 SSW merupakan suatu kelainan kongenital yang jarang terjadi
dan penyebab pastinya belum diketahui.

Anda mungkin juga menyukai