Anda di halaman 1dari 42

JURNAL

READING
PENYAKIT
MULUT

Arman Adrian Syahputra


1112012006

Contact Allergic
Cheilitis Secondary to
Latex Gloves: a Case
Report

Pendahuluan
Lateks berasal dari cairan yang terkadung di
bawah jaringan kulit pohon karet (hevea
brasiliensis).
William Halstead adalah penemu dari sarung
tangan lateks untuk bedah pada tahun 1890
Beberapa abad kemudian Nutter melaporkan
kasus pertama dari alergi lateks pada tahun
1979

Pendahuluan
Resiko paling sering terkena alergi lateks di
masyarakat :
1. Anak dengan kelainan spina bifida
2. Keturunan alergi terhadap lateks (atopy)
3. Pengguna lateks yang terlalu sering pada
bekerja (pekerja kesehatan)
4. Lateks fruit syndrome
5. Congenital urogenital abnormalities
6. Pasien yang menjalani prosedur oprasi berulang
atau internal examination

Pendahuluan
Cheilitis alergi yang paling sering terjadi
karena produk kosmetik (lipstick atau
campuran aroma) dan pasta gigi
Cheilitis alergi sekunder
Merupakan
kasus langka. Pada penggunaan rubber dam
(Lateks dan non lateks) dan dental matrial
lainnya
Reaksi alergi lateks bisa bervariasi dari

Pendahuluan
American Dental Association melakukan
penelitian sebagai bagian dari
pemeriksaan kesehatan tahunan
mereka di mana mereka menemukan
bahwa 6,2% dari peserta yang terdiri
dari dokter gigi, kebersihan gigi, dan
asisten gigi, dinyatakan positif
hipersensitivitas tipe I terhadap protein

Diskripsi kasus
Pasien lansia berumur 61 tahun
dilaporkan oleh Department of Oral and
Maxillo facial Radiology, AB Shetty
Memorial Institute of Dental Sciences,
Nitte University, Deralakatte,
Mangalore, Karnataka, India dengan
komplain terdapat ulcerasi pada bibir
bawah sejak enam hari yang lalu.

Diskripsi kasus
Pasien mengunjungi dokter gigi enam
hari yang lalu untuk keperluan gigi
tiruan.
Dokter gigi melakukan prosedur
pencetakan dan memanggilnya dua hari
kemudian.
Dua hari setalah prosedur pencetakan,

Diskripsi kasus
Erosi di ikuti dengan pendarahan dan
sensasi terbakar yang hebat.
Pasien merasakan gatal yang hebat dan
agak kemerahan pada kulitnya setelah
beberapa jam kemudian.
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi
terhadap obat, makanan, ataupun
produk kosmetik sebelumnya

Diskripsi kasus
Pasien mengidap diabetes semenjak 20
tahun yang lalu dan sedang dalam
perawatan (injeksi insulin 12 unit/hari
subkutan).
Pasien tinggal di daerah pedesaan dan
tidak menghilangkan kebiasaan
buruknya.

Pemeriksaan Intraoral
ulcerasi dan erosi pada bibir bawah pasien (1A)
lesi menyebar dari sudut kanan bibir hingga sudut kiri bibir, dan
superior dari garis vermilion bibir sampai 2 mm di cutaneous
margin bibir (1B)
Pada gigi anterior bawah terdapat resesi dan deposit kalkulus
(1C)
Permukaan lesi adalah campuran dari ulcer,erosi dan area
krusta, bibir bengkak diseluruh permukaan.
Area lain pada mukosa mulut normal

Diagnosis
Diagnosa : chaelitis karena alergi terhadap
sarung tangan bedah gigi atau material
pencetakan.
Diperkirakan sarung tangan penyebab reaksi
alergi
Diagnosis banding :
1. Erythema multiform,
2. Eksfoliatif cheilitis

Diagnosis banding
Kontak alergi
cheilitis
Akut
Kontak lateks

Eksfoliatif
cheilitis
Kronis
stress

Diagnosis banding
Kontak alergi
cheilitis
Ulcer
Erosi
Lesi pada bibir
dan sekitar luar
bibir

Eritema
Lesi pada rongga
mulut
Kulit
Mata
Terkadang pada
genital

Diagnosis banding
Kontak alergi
cheilitis
kontak lateks
pada semua ras

Actinic
Paparan sinar
matahari
Eksklusif pada
ras caucasoid

Pemeriksaan penunjang
Tingkat gula darah: pada saat puasa dan sehabis makan normal
Tes imun : Tes Alergi Latex : + (menggunakan potongan latex glove)

Pengobatan
antihistamin oral (pheniramine maleate 25
mg 3kali sehari)
topical kortikosteroid (triamcinolone
acetonide 1% 3 kali sehari)
amoxicillin 500mg oral 3 kali sehari selama
5 hari
mencegah infeksi sekunder

Kunjungan selanjutnya
Setelah enam hari dilakukan skeling dengan
menggunakan sarung tangan polythene
untuk mencegah infeksi sekunder.
Pasien control sesudah 7 hari (gambar 3A)
Pasien di control kembali sesudah 8 bulan
lesi sembuh sempurna (gambar 3B)

Perkembangan pasien

Pembahasan
Lateks, berbahan dasar karet alami,
terkadang menyebabkan reaksi
hipersensitivitas langsung atau yang
tertunda.
Banyak terlihat reaksi alergi baik pada dokter,
klinisi , maupun pada pasien karena
pemakaian sarung tangan lateks dan rubber
dam selama beberapa tahun .

Pembahasan
Kasus langka dari alergi stomatitis sekunder
juga pernah dilaporkan kerana karet
ortodontik.
Pasien, memberitahukan bahwa dia terkena
kontak sarung tangan lateks secara berulang
saat prosedur pencetakan.

Pembahasan
Ada 3 tipe reaksi dari alergi
lateks:
1. irritant contact dermatitis,
2. allergic contact dermatitis,
3. dan reaksi alergi langsung.

Pembahasan
Pasien ini mempunyai alergi kontak cheilitis.
Allergic contact dermatitis adalah
hipersensitivitas tipe IV yang dimediasi oleh sel T.
lesi biasanya timbul 48-96 jam setelah paparan;
durasi yang sama dilaporkan oleh pasien.
Manifestasi klinis berupa pruritis, scales, crusta,
luka kering, papul dan vesicles.

Pembahasan
Pasien dilaporkan menderita ulcerasi pada bibir
selama 2 hari setelah kontak dengan lateks.
Keterkaitan mukosa oral relative jarang
dikarenakan 2 alasan:
1. Saliva mempunyai kemampuan untuk
membersihkan sensitizer
2. Vaskularisasi yang berlimpah menyebabkan
pembersihan yang cepat pada allergen.

Pembahasan
Tidak ada tes diagnosis tunggal yang akurat secara
100% dan tetap tidak ada gold standard untuk
mendiagnosa suatu alergi lateks.
Tes yang palig banyak digunakan yaitu patch test,
use test , dan skin prick test
relative cepat
dan murah namun kekurangannya dapat
menimbulkan reaksi sistemik yang serius.

Pembahasan
Tes yang palig banyak digunakan yaitu
tes oles :
tes penggunaan lateks dilakukan dengan
memotong ujung jari dari sarung tangan
lateks dan direndam dengan larutan
saline.
Lateks diaplikasikan pada kulit pasien
selama 15 menit.

Pembahasan
Hasil yang positif menunjukkan adanya
urtikaria pruritis dan gambaran eritema.
Bila tidak ada reaksi yang timbul dari
tes tersebut diatas maka seluruh sarung
tangan bedah yang telah direndam
pada larutan saline, dapat dipakaikan
pada tangan pasien maksimal 15 menit.

Pembahasan
Disarankan klinisi atau dokter yang
melakukan test alergi menggunakan sarung
tangan bebas lateks dan alat yang tidak
beresiko tinggi bagi pasien

Pembahasan
Kontak dermatitis dan alergi tipe IV dapat dirawat
dengan kortikosteroid topical dan antihistamin
seperti yang dilakukan pada kasus ini.
American Society of Anesthesiologists Task of
Latex Sensitivity merekomendasikan pasien
dengan alergi lateks untuk melakukan prosedur
bedah pada pagi hari saat tingkat lateks
aeroallergen sedikit.

Pembahasan
Strategi ini diperlukan untuk perawatan pada
pasien dengan alergi lateks yang sudah
diketahui saat anamnesa.
Pasien tersebut memelukan alat-alat yang
bebas dari lateks atau alat-alat yang dapat
dimodifikasi.

Pembahasan
Meminimalkan paparan lateks merupkan
cara yang paling efektif saat merawat
pasien yang sensitive terhadap lateks.
Alternative yang dapat digunakan yaitu
penggunaan (vinyl, nitril, atau silicon)
dan sarung tangan bebas bubuk.

Pencegahan
Anamnesa yang akurat
Alat-alat yang bebas dari lateks atau
alat-alat yang dapat dimodifikasi
vinyl, nitril, atau silicon
sarung tangan bebas bubuk

Hipersensitivitas

Hipersensitivitas Tipe I
Antigen atau alergen bebas akan
bereaksi dengan antibodi, dalam hal
ini IgE yang terikat pada sel mast
atau sel basofil dengan akibat
terlepasnya histamin. Keadaan ini
menimbulkan reaksi tipe cepat

Hipersensitivitas Tipe II
Hipersensitivitas tipe II diperantarai oleh
antibodi yang diarahkan untuk melawan
antigen target pada permukaan sel atau
komponen jaringan lainnya. Respon
hipersensitivitas disebabkan oleh
pengikatan antibodi yangdiikuti salah satu
dari tiga mekanisme bergantung antibody.

Hipersensitivitas Tipe III


Hipersensitivitas tipe III diperantarai
oleh pengendapan kompleks antigenantibodi (imun), diikuti dengan aktivitas
komplemen dan akumulasi leukosit
polimorfonuklear. Kompleks imun dapat
melibatkan antigen eksogen seperti
bakteri dan virus, atau antigen endogen
seperti DNA.

Hipersensitivitas Tipe III


Kompleks imun patogen terbentuk
dalam sirkulasi dan kemudian
mengendap dalam jaringan ataupun
terbentuk di daerah ekstravaskular
tempat antigen tersebut tertanam
(kompleks imun in situ).

Hipersensitivitas Tipe IV
Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II
dan III yang berperan adalah antibodi
(imunitas humoral), sedangkan pada
tipe IV yang berperan adalah limfosit T
atau dikenal sebagai imunitas seluler.

Hipersensitivitas Tipe IV
Imunitas selular merupakan mekanisme
utama respons terhadap berbagai macam
mikroba, termasuk patogen intrasel seperti
Mycobacterium tuberculosis dan virus, serta
agen ekstrasel seperti protozoa, fungi, dan
parasit. Namun, proses ini juga dapat
mengakibatkan kematian sel dan jejas
jaringan, baik akibat pembersihan infeksi
yang normal ataupun sebagai respons

KESIMPULAN
Meskipun usia tua dan diabetes tidak ada kaitannya
dengan reaksi alergi, penanganan yang khusus
diperlukan adalah mencegah luka infeksi sekunder
yang berkaitan dengan status immunokompremis.
Laporan kasus pada alergi sekunder cheilitis
terhadap lateks pada pasien diabetes lansia jarang
ditemukan, ini yang menjadikan kasus ini unik.

KESIMPULAN
Pada kasus ini juga dilakukan aplikasi
tes yang relative sederhana untuk
mendeteksi suspek alergi lateks dan
penanganan yang komprehensif
terhadap pasien immunocompromised
sangat dianjurkan pada kasus ini.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai