Anda di halaman 1dari 88

GANGGUAN TUMBUH

KEMBANG PADA GIGI


Kelompok D
NIM 162-181

2014
KELAINAN TUMBUH
KEMBANG GIGI TERJADI
PADA

Jumlah Bentuk Ukuran Struktur Warna


Anodontia

Hipodontia
Kelainan Jumlah
Gigi
Oligodontia

Supernumerary
teeth
Anodontia

Kelainan kongenital yang menyebabkan absennya gigi


secara keseluruhan di rongga mulut.
Anodontia dibagi menjadi:
 Anodontia sebenarnya  kegagalan pertumbuhan
gigi di gusi.
 Pseudoanodontia  absennya gigi namun benih gigi
ada di gusi. Biasanya gigi tersebut impaksi atau gigi
yang tidak erupsi.
 False anodontia  absennya gigi karena adanya
ekstraksi gigi.
Etiologi:
 Pengaruh genetik (MSX1 dan PAX9).
 Pengaruh kelainan ektodermal dysplasia.
 Pengaruh radiasi yang tinggi.
Partial Anodontia
• Kelainan kongenital yang menyebabkan kegagalan
pertumbuhan satu atau beberapa gigi.
• Kelainan ini lebih sering terjadi pada perempuan.
• Gigi yang paling sering tidak tumbuh adalah gigi M3; gigi
P2; dan gigi I2.
• Gigi M1 dan gigi I2 mandibular paling jarang mengalami
partial anodontia.
• Partial anodontia dibagi menjadi hipodontia dan
oligodontia.
Partial anodontia

Hipodontia Oligodontia

Kegagalan Kegagalan
pertumbuhan dari pertumbuhan dari
satu atau lebih gigi enam atau lebih gigi
Asosiasi dengan
Etiologi
penyakit lain
 Kegagalan dalam proses  Erupsi terlambat.
pembentukan gigi  Bentuk gigi menjadi
 Pengaruh genetik lebih kecil.
(autosomal dominan,  Ukuran gigi menjadi
autosomal resesif, atau lebih kecil.
sex-linked)  Taurodonsia.
 Pengaruh penyakit  Enamel hipoplasia.
herediter (Sindrom  Akar gigi yang pendek.
Down, Sindrom
 Salah tempat erupsi dari
Cruozon, dan Sindrom
Turner) gigi kaninus atas.
Supernumerary teeth
Definisi
 Kelainan jumlah tumbuh kembang gigi

 adanya satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal

 dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap

 terjadi pada tahap inisiasi dan proliferasi.


Etiologi

1. Proliferasi sel yang berlebihan pada saat pembentukan benih gigi


 Gigi yang terbentuk melebihi jumlah yang normal

2. Diturunkan dari orang tua (herediter)

3. Bagian dari sindroma tertentu  cleft lip and cleft palate


(sumbing pada bibir dan langit-langit).
Gambaran klinis
 Supernumerary teeth  memiliki bentuk yang sama atau berbeda dengan gigi normal

 Bila berbeda  bentuknya dapat konus (seperti kerucut), tuberculate (memiliki

banyak tonjol gigi), atau odontome (bentuknya tidak beraturan).

 Lebih sering terjadi pada rahang atas dibandingkan rahang bawah.

 Dapat terbentuk di berbagai bagian rahang:

a. Daerah antara gigi insisif 1 atas kanan dan kiri (mesiodens)

b. Sebelah gigi molar (para-molars)

c. Bagian paling belakang gigi molar terakhir (disto-molars)

d. sebelah gigi premolar (para-premolars).

 Lebih sering terjadi pada gigi tetap dibandingkan gigi susu.


Contoh kasus

Gambar kiri : mesiodens pada rahang atas

Gambar kanan : paramolar pada rahang atas


Distomolar pada rahang atas
Kelainan
Bentuk Gigi
• Definisi
Kelainan bentuk tumbuh kembang gigi  tonjolan kecil
dari enamel pada daerah singulum gigi anterior atas dan
bawah tetap menyerupai tanduk  terjadi pada tahap
morfodiferensiasi.
• Etiologi
faktor genetik / turunan

Talon cusp
Gambaran radiografi Gambaran klinis
Superimposed pada Tonjolan kecil dari
mahkota dan insisal enamel pada daerah
yang terlibat singulum gigi anterior
atas dan bawah tetap
menyerupai tanduk
Gambar : talon cusp pada singulum gigi insisivus pertama
kanan dan kiri pada rahang atas

Contoh kasus
Gambar : talon cusp pada gigi-gigi anterior rahang atas
• Bentuk gigi abnormal pada sifilis kongenital
• Bentuk khas : "gigi obeng", lebar pada bagian servikal sempit pada
bagian insisal dan tonjolan-tonjolan (notch) pada edge insisal
• Pada gigi M1 permukaan oklusalnya mempunyai turbekel kecil-kecil
ganda, dengan cusp yang perkembangannya jelek terlihat seperti
buah murbei (mulberrry molar)
• Terjadi karena adanya perubahan benih gigi pada tahap
morfodiferensiasi
• Perubahan pada benih gigi ini berupa inflamasi di dalam dan
disekitar gigi yang ditandai dengan hiperplasia organ

HUTCHINSON TEETH
HUTCHINSON TEETH
• Akar dan mahkota yang konikal serta berukuran
lebih kecil dari gigi normal.
• GC Black menamakan tipe ini sebagai enamel
drops.
• Disebut juga sebagai mesiodens dan sering
ditemukan pada daerah midline dari insisif tetap
maksila.
• Umumnya dijumpai di antara gigi tetap
khususnya gigi anterior, biasanya di gigi kaninus.
• Gangguan pada tahap morfodiferensiasi

PEG-SHAPED
PEG-SHAPPED
• Geminasi merupakan gigi yang besar karena satu benih
gigi berkembang membentuk dua gigi.
• Biasanya menyebabkan terpisahnya mahkota gigi secara
menyeluruh atau sebagian melekat pada satu akar dengan
satu saluran akar.
• Bisa terdapat pada gigi desidui maupun gigi tetap.
• Gigi insisivus sulung rahang bawah dan gigi insisivus
permanen rahang atas adalah yang paling sering
mengalami geminasi
• Etiologi: herediter

Geminasi
• Fusi merupakan penggabungan dua benih gigi yang berdekatan
pada bagian dentin pada saat pertumbuhan yang menghasilkan
penggabungan dua gigi bagian dentin dan email.

• Etiologi: herediter dan trauma saat pembentukan gigi.


Shafer (1974) dkk berspekulasi bahwa tekanan yang dihasilkan oleh
sejumlah gaya fisik akan memperlama kontak antara gigi yang sedang
berkembang dan mengakibatkan gigi fusi.

• Gigi sulung dan gigi tetap dapat mengamali fusi tetapi lebih sering
terjadi pada gigi sulung.

Fusion
Fusi dapat terjadi secara complete dan incomplete
• Complete fusion : jika fusi terjadi sebelum kalsifikasi gigi
mulai. Mahkota gigi menyatu dan akan menggabungkan
komponen gigi yaitu dentin, enamel, dan ruang pulpa.
• Incomplete fusion : jika fusi terjadi pada later stage pada
pembentukan gigi. Terlihat mahkota yang terpisah dan fusi
hanya terjadi hanya pada akar dengan ruang pulpa yang
menyatu atau terpisah.
Fusi yang sempurna ditandai dengan Fusi yang tidak sempurna antara gigi desidui
mahkota klinis yang besar tanpa pemisahan incisive lateral dengan desidui canine pada
(groove) yang jelas antara incisive sentral mandibular
dan lateral gigi permanen atas.
Perbedaan fusi dengan geminasi :
• Terjadi pengurangan jumlah gigi pada fusi begitu juga
sebaliknya pada geminasi
• Gambaran radiografi akan memperlihatkan akar gigi yang
terpisah pada gigi yang terlihat menyatu.
Fusi  akar 2 & 2 gigi jadi 1
Geminasi  akar 1 & 1 gigi jadi 2
• Concrescence adalah pelekatan yang erat antara akar-akar
gigi yang berdekatan karena adanya pengendapan
sementum.
• Etiologi: Trauma dan Crowding of teeth dengan resorpsi
tulang interdental yang menyebabkan dua akar menyatu
dengan deposisi sementum diantaranya.
• Bisa muncul sebelum dan sesudah gigi erupsi.
• Sering terjadi pada gigi molar permanen rahang atas

Concrescence
Concrescence
Click icon to add picture

Dens evaginatus adalah anomali perkembangan yang menghasilkan


struktur serupa kuspa, biasanya pada daerah batas yang melintasi
premolar.
Etiologi:
Anomali ini terbentuk pada waktu perkembangan awal gigi oleh proliferasi
dan evaginasi epitelium email ke dalam retikulum stelat dan menghasilkan
protuberansi email dan dentin dengan tanduk pulpa.

Dens Evaginatus
• Merupakan gigi di dalam gigi
• Bisa terjadi pada gigi sulung dan permanen
• Etiologi: merupakan keturunan dengan autosomal dominan dengan ekspresi
yang bervariasi dan mungkin penetrasi yang tidak sempurna
• Sering terlihat pada daerah ceruk lingual gigi insisif kedua atas
• Karakteristik: ada garis invaginasi di enamel dan adanya foramen caecum
dengan kemungkinan adanya hubungan antara kavitas dengan pulpa
• Ada debris dalam invaginasi membuat kerusakan pada gigi tidak terdeteksi
• Makanan dapat bersarang dalam invaginasi tersebut dan mengakibatkan
nekrosis
• Indikasi pertama : radang periapeks

Dens in Dente
• Terdapat 2 tipe, yaitu tipe koronal dan tipe radikular

(Dens Invaginatus)
Tipe radikuler Tipe koronal
• Pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti tanduk
sapi
• Dapat terjadi pada: gigi posterior dan anterior, gigi sulung
maupun permanen dan sering terjadi pada molar sulung
• Secara klinis terlihat normal
• Pada kelainan ini hanya dapat dideteksi melalui gambaran
radiografi
• Dalam foto rontgen akan terlihat kamar pulpa yang sangat
luas, akar pendek, dan bifurkasi hanya beberapa milimeter
dari apeks

TAURODONTIA
• Dilaserasi merupakan suatu angulasi akar yang abnormal
terhadap aksis memanjang dari mahkota gigi.
• Umumnya deviasi angulasi terlihat sangat tajam , hampir
tegak lurus.
• Etiologi: trauma merupakan salah satu faktor penyebab
sehingga mahkota bergeser dan akar memutar atau
bengkok setelah terjadinya trauma.
• Keadaan ini menimbulkan masalah pada saat pencabutan
gigi.

Dilaserasi
Etiologi:
• Tidak bisa menyerap kalsium
• Adanya gangguan penyerapan kalsium karena defisiensi
vitamin D
Gambaran klinis:
• Hipokalsifikasi rangka
• Hipokalsifikasi email dan dentin, tubuli dentin tidak
beraturan dengan interglobular dentin yang luas
• Dapat terjadi late eruption

Deformitas Gigi pada


Penyakit Ricketsia
Gambaran klinis:
• Hipoplasia atau aplasia enamel, pembentukan fissure
pada email
• Gangguan mineralisasi dentin atau hipokalsifikasi
• Penebalan lamina dura pada daerah tulang

Deformitas Gigi pada


Hipoparatiroid
Kelainan Ukuran Gigi

Makrodentia

Mikrodentia
MAKRODONTIA

 Kelainan ukuran gigi lebih besar dari normal


 Etiologinya tidak di ketahui
 Manifestasi klinis :
Ukuran gigi tampak lebih besar daripada gigi normal
Ukuran maksila dan mandibula relatif kecil
Biasanya mengenai gigi molar tiga rahang bawah dan
premolar dua rahang bawah, serta insisifus sentral
rahang atas.
 Umumnya pada penderita pituitary gigantism
MAKRODONTIA
MIKRODONTIA

 Ke l a i n a n u ku r a n g i g i l e b i h ke c i l d a r i n o r m a l .
 E t i o lo g i nya t i d a k d i ke ta h u i, d i p e rk i r a kan te r ja d i se b a g a i a k ib a t a d a nya d i r u p si
p a d a sa a t awa l p e r t u mb u h a n d a n p e rke m b a n g a n g i g i ya i t u t a h a p b u d st a g e p a d a
mi n g g u ke d e l a p a n ma sa p r e n a t a l
 M a n i fe st a si K l i n i s:
U ku r a n ma k si la d a n ma n d i b u l a r e l a t i f b e sa r
Ke l a i n a n b e n t u k ya i t u d e n g a n b e n t u k ke r u c u t a t a u ko n u s ya n g d i s e b u t c on ic a l
te e th
B i a sa nya te r l i h a t p a d a mo l a r ke ti g a r a h a n g a t a s, d i iku t i o le h s u p e r n u m e r a r y te e th
 A da 3 t i p e d a r i m ik ro d o n t i a :
1) . Tr u e g e n e r a l i z e d mi c ro d o n t i a
2) r e la t ive g e n e r a li z e d mi c ro d o n t i a
3) mi c rod on t ia i nvo l vi n g a si n g le tooth
 U mu mnya p a d a p e n d e r i t a p i t u i t a r y d wa r fism
MIKRODONTIA
Hipoplasia enamel gigi sulung

Kelain Fluorisis

an Ghost teeth

Strukt Shell teeth

ur Hipokalsifikasi email

Gigi
Amelogenesis imperfecta

Kelainan herediter: Dentinogenesis imperfecta


Hipoplasia Enamel Gigi Sulung

• Suatu kondisi dalam mulut yang memperlihatkan


adanya pembentukan enamel gigi yang tidak
sempurna
• Kondisi ini merupakan bentuk dari amelogenesis
imperfecta dan seringkali ditunjukkan dengan
perubahan warna menjadi kuning, kemerahan atau
coklat pada gigi
Hipoplasia Enamel Gigi Sulung

 Kasus yang ringan  memperlihatkan hanya


sedikit groove, pit dan fissure pada
permukaan email
 Kasus yang berat  akan terlihat deretan pit
horizontal yang dalam pada permukaan
enamel
 Kasus yang lebih berat  lapisan enamel bisa
jadi tidak ada
Fluorosis
 Adalah salah satu gejala yang muncul apabila seseorang
mendapat asupan fluor secara berlebih
 Fluorosis gigi dapat didefinisikan sebagai kerusakan enamel
secara kualitatif yang merupakan hasil dari peningkatan
konsentrasi fluor di sekitar ameloblast selama pembentukan
enamel gigi.
 Menyebabkan perubahan warna gigi menjadi tidak putih lagi
sebagaimana gigi yang sehat, akan tetapi menjadi pucat dan
buram.
Etiologi Fluorosis

 Fluorosis air minum


 Pemberian suplemen yang mengandung fluor
 Pemberian makanan dan minuman yang
mengandung fluor
 Pemakaian pasta gigi yang mengandung
fluor
Gejala Klinis Fluorosis Gigi
 Ringan → garis putih luas dan menonjol, menimbulkan
gambaran bercak2 kecil dan tidak teratur
 Sedang → ditandai dengan daerah opak yang tidak
teratur berfusi sampai ke seluruh permukaan gigi
sehingga gigi nampak putih seperti kapur (chalky white).
 Berat → Seluruh permukaan gigi nampak opak dan
menunjukkan hipoplasia yang sangat jelas atau lepasnya
permukaan enamel terluar yang mengakibatkan
terbentuknya pit-pit atau bercak-bercak pada permukaan.
Bagian enamel hilang, warna cokelat tua.
• Disebut juga Odontodysplasia regional / Odontogenesis imperfecta

• Kelainan terlokalisasi yang hanya mengenai sekelompok gigi yang berdekatan dalam satu lengkung

rahang.

• Terlihat adanya malformasi dan klasifikasi yang buruk.

• Lapisan email tipis, hipoplasi dan hipoklasifikasi.

• Lapisan dentin tipis, rongga pulpa besar

GHOST TEETH
Gambaran klinis :
• Kamar pulpa besar dan saluran akar yang lebar karena hipoplasi dentin
yang tipis.
• Enamel tipis, kepadatannya berkurang terkadang begitu tipis sehingga
tidak terlihat pada gambaran radiograf.
• Merupakan Dentinogenesis Imperfecta tipe III
Kelainan yang terjadi pada dentin, sedangkan email normal.
Dentin sangat tipis dengan kamar pulpa lebar.
Akar gigi sangat pendek

• Etiologi :
Kelainan pada fase histodiferensiasi pada pembentukan gigi
Merupakan penyakit herediter

• Gambaran Klinis :
Gigi geligi tampak seperti “shell” dan pembukaan pada pulpa
gigi

SHELL TEETH
• Radiografi :
Enamel mungkin hilang dengan dentin yang sedikit tersisa.
Crowns mungkin bulat pada gigi posterior
Hipokalsifikasi Email

 bercak putih opak yg tampak pada gigi geligi susu dan tetap
 umumnya ditemukan pada 25% populasi
 Insisivus central  paling sering kena
 Etiologi: jejas pada benih gigi selama stadium kalsifikasi
 Kerusakan tampak sebagai bercak putih karena kekurangan
kalsium pada saat serangan
 Bentuk gigi normal
 Sukar dibedakan antara hipoplastik dan hipokalsifikasi email
Hipokalsifikasi Email
Amelogenesis imperfecta

 Suatu kelainan formasi dari enamel atau


permukaan luar gigi permanen yang
diturunkan. Karakteristiknya terjadi
hipokalsifikasi, hipoplasia, atau hipomaturasi
yang menyeluruh.
 Terbagi menjadi 3 tipe :
Tipe 1 : hipoplastik
Tipe 2 : hipokalsifikasi
Tipe 3 : hipomaturasi
 Tipe 1 hipoplastik

Kurangnya email yang normal, menyebabkan


mahkota gigi-gigi nampak pucat, coklat
kekuningan, berlubang-lubang atau beralur.
 Tipe 2 hipokalsifikasi

Email yang lunak, tetapi hilang jauh lebih cepat


dan mengakibatkan terbukanya dentin segera
sesudah erupsi.
Warna gigi biasanya mempunyai gigi-gigi
berwarna madu dengan corak permukaan
kasar, gigi-gigi tidak erupsi multipel dan gigitan
terbuka interior.
 Tipe 3 hipomaturasi

Email yang normal banyaknya, tetapi emailnya


lunak dan kurang mineral, karenanya sonde gigi
bila ditekan akan melubangi permukaan email.
Dentinogenesis imperfecta

 Suatu kelainan genetik yang mempengaruhi


struktur gigi, akibat terjadi gangguan pada
tahap histodiferensiasi pertumbuhan dan
perkembangan gigi.
 Secara umum mahkota gigi pada penderita
dentinogenesis imperfecta biasanya
mempunyai ukuran yang normal, namun
adanya pengerutan pada bagian servikal gigi.
 Akar gigi terlihat ramping dan pendek.
Dentinogenesis imperfecta
 Pada waktu histodiferensiasi, terjadi proses diferensiasi
sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan sebagai
dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi. Bagian
perifer dari dental organ akan menjadi odontoblas,
lapisan ini akan membentuk dentin.
 Gangguan diferensiasi selsel formatif benih gigi akan
menghasilkan struktur email dan dentin yang abnormal.
 Kegagalan odontoblas berdiferensiasi pada tahap ini
akan menghasilkan struktur dentin abnormal, yang
dikenal dengan dentinogenesis imperfecta.
Kelainan Warna Gigi

Intrinsik

Ekstrinsik
KELAINAN WARNA
GIGI
DISKOLORASI

Perubahan warna pada gigi:


• Intrinsik
• Ekstrinsik
INTRINSIK
Disebabkan karena adanya penumpukan bahan-
bahan dalam struktur gigi
Anomali Warna Gigi:
• Tetracycline Stain
• Fluorosis
• Neonatal Hyperbilirubinemia (Jaundice)
• Erythroblastosis Fetalis
• Porphyria
TETRACYCLINE STAIN
Pemakaian antibiotik
tetracycline saat masa
kehamilan  tetracycline
menembus plasenta  proses
pertumbuhan gigi
Efek bisa lokal atau generalized
pada gigi sulung dan permanen.
Gambaran klinis:
• Kuning hingga cokelat
• High dose menyebabkan
enamel hypoplasia
FLUOROSIS (MOTTLED
ENAMEL)
Pemakaian fluor berlebih:
• Minuman mengandung fluor
• Tablet Fluor
• Pasta gigi
Gambaran klinis:
• Konsentrasi rendah  opak putih
• Konsentrasi tinggi  enamel terkelupas (enamel hypoplasia) dan
berwarna cokelat
NEONATAL
HYPERBILIRUBINEMIA

Etiologi:
• Peningkatan serum bilirubin
Gambaran Klinis:
• Gigi memiliki bercak biru,
kecokelatan, kehijauhan, atau
hitam.
ERYTHROBLASTOSIS
FETALIS
Sebuah kondisi dimanifestasikan dengan adanya anemia pada
janin saat antibody dari ibu menyerang darah merah janin.
• Terjadi saat ibu dan janin memiliki golongan darah yang
berebeda
• Hemolytic anemia pada bayi  transimisi antibody dan
hemolisis yang berlebih pada erythrocyte.
• Rh-negative dari ibu dan Rh-positive bayi  tidak cocok 
antibody ibu menyerang erythrocyte bayi.
• Pigmen darah (bilirubin dan biliverdin) terbentuk  hijau, biru,
kuning kecokelatan, atau abu-abu

Gambaran klinis:
• Gigi memiliki bercak berwarna biru, hijau, cokelat, atau hitam
PORPHYRIA
• Kelainan pada metabolisme
porphyrin
• Genetik atau Hereditas
• Jumlah Porphyrins yang
banyak dalam darah dan urin

Gambaran klinis intraoral:


• Merah kecoklatan hingga abu-
abu dan hitam
EKSTRINSIK
Perubahan warna ekstrinsik terdapat pada enamel
ETIOLOGI:

• Pigmen Eksogen
• Makanan
• Minuman (teh, kopi)
• Tembakau
• Bakteri Kromogenik
• Obat Topikal
• Kerusakan gigi
• Kerusakan enamel
• Disfungsi saliva
• Poor oral hygiene

Permukaan luar email gigi rentan terhadap akumulasi noda dari makanan,
minuman, dan tembakau. Saliva berfungsi membersihkan sisa-sisa
makanan dan plak. Jumlah penurunan air liur menyebabkan kurangnya
fungsi pelindung ini dan bisa menyebabkan perubahan warna gigi.
GAMBARAN KLINIS :

Berwarna coklat, hitam, jingga, hijau, metalik, kuning, emas


kecoklatan, dan merah hitam
Gambar 1. Diskolorasi hijau
Gambar 2. Diskolorasi cokelat
Gambar 3. Diskolorasi hitam
Gambar 4. Diskolorasi metalik
DAFTAR PUSTAKA
S, Herlianti Iswari. "GIGI SUPERNUMERARY DAN PERAWATAN ORTODONSI." N.p., 1 Aug. 2013.
Web. 17 Sept. 2015
Berhman, Kliegman & Arvin, Nelson. 19996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Eversole, Lewis R.. 2011. Clinical Outline of Oral Pathology 4th Edition. China: People’s Medical
Publishing House
Shafer. 2009. Shafer’s Textbook of Oral Pathology 6th Edition. India: Elsevier
Lea and Febiger, 1988, Endodontic Practice, 7th ed., Philadelphia
McDonald, Avery, Dean. 2011. Dentistry for the Child and Adolescent. Eighth Edition. Elsevier.
Ghom, Anil Govindrao and Savuta Anii. Textbook of Oral Medicine. JP Medical Ltd, 2014. Print.
DeLong, Leslie and Nancy W. Burkhart. General and Oral Pathology doe the Dental Hygienist.
Lippincott Williams & Wilkins, 2007. Print.
Purkait, Swapan Kumar. Essentials of Oral Pathology. 2011. Ed.3. Jaypee Brothers Medical Pud.
New Delhi.
Ongole, Ravikiran. B. N.,Praveen. Textbook of Oral Medicine Oral Diagnosis and Oral Radiology.
2014. Ed.2. Elsevier India. New Delhi.
Saraf, Sanjay. Textbook of Oral Pathology. 2006. Ed.1. Jaypee Brothers Medical Pud. New Delhi.
Ferretti, Patrizia. Copp, Andres. Tickle, Cheryll. Moore, Gudrun. Embryos, Genes and Birth Defects.
2006. Ed.2. Wiley. New Jersey.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai