Anda di halaman 1dari 21

Konsep Oklusi

Dalam menyusun gigi oklusi dan artikulasi pada saat gigi melakukan fungsinya harus sangat
diperhatikan. Perlu dihindari adanya hambatan dalam penyusunan gigi tiruan sehingga dapat
menghambat gerak rahang. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah sisi keseimbangan
(balancing side), yaitu sisi yang berlawanan dengan sisi kerja atau harus menunjukkan adanya
kontak tonjol yang seimbang untuk mencegah terangkatnya gigi tiruan. Pada saat gigi
mengunyah, gigi-gigi tidak langsung dua sisi menghancurkan makanan. Melainkan sisi demi sisi
bekerja, dengan sisi satu bekerja (working side) dan balancing side akan menyeimbangkan
working side tersebut.
Pengasahan anatomis gigi dalam untuk mendapatkan keseimbangan oklusi
4

Dalam menyusun gigi oklusi dan artikulasi pada saat gigi melakukan fungsinya harus sangat
diperhatikan. Perlu dihindari adanya hambatan dalam penyusunan gigi tiruan sehingga dapat
menghambat gerak rahang. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah adanya
keseimbangan oklusi (balanced occlusion). Dalam hal ini terdapat dua sisi pada rahang yang
perlu diperhatikan ketika rahang sedang melakukan fungsinya, yang perlu diperhatikan adalah
daerah kerja (working side) dan daerah keeimbangan (balancing side), yaitu sisi yang berlawanan
dengan sisi kerja. Pada kedua sisi ini harus menunjukkan adanya kontak yang seimbang untuk
mencegah terangkatnya gigi tiruan.
Pada tahap pertama pengasahan, bentuk cusp gigi diubah sehingga akan didapatkan oklusi yang
seimbang saat rahang sedang berada dalam posisi relasi sentris. Keseimbangan oklusi dapat
dilihat dalam arah lateral, dimana ketika rahang digerakkan ke arah lateral seluruh gigi posterior
dan kaninus berkontak antara rahang atas dan rahang bawah pada working side sementara pada
non-working side hanya gigi posterior saja yang berkontak. Selain itu dapat dilihat pula dalam
gerakan protrusive, gigi anterior harus mengalami kontak incisal edge bersamaan dengan
berkontaknya puncak cusp bukal dan lingual gigi posterior.
Sebelum mengasah dan mengatur kontak sentris, posisi kontak gigi perlu dievaluasi terlebih
dahulu. Setelah memastikan kondil berada pada posisi sentris, posisikan cusp lingual gigi
posterior rahang atas pada non-working side berkontak dengan cusp bukal gigi posterior
mandibula. Jika gigi gigi pada daerah non-working side tidak berada pada posisi yang tepat
kesalahan dapat terlihat baik di non-working side maupun pada working side. Jika terdapat
kontak prematur pada daerah non-working side, maka gigi pada daerah working side tidak akan
berkontak. Sebaliknya, jika terdapat gigi yang mengalami kontak prematur pada daerah working
side maka tidak akan ada kontak pada daerah non-working side. Periksa adanya kontak prematur
dengan kertas artikulasi (articulating paper) pada daerah working side baik ke arah kanan
maupun kiri. Jika terdapat warna tidak merata pada kertas artikulasi yang menandakan adanya
kontak prematur, maka perlu dlakukan pengasahan pada cusp gigi tersebut.
Untuk memperbaiki posisi gigi sehingga berkontak ketika articulator digerakkan dari posisi
sentris ke eksentris atau sebaliknya, dibutuhkan pengaturan tambahan. Pada working side,
kurangi inklinasi cusp bukal gigi maksila dan cusp lingual gigi-gigi mandibula. Pada daerah non-
working side, kurangi inklinasi cusp bukal mandibula. Hal ini akan membuat kontak oklusi
sentris pada cusp lingual maksila menjadi lebih stabil sehingga akan lebih baik menyalurkan
gaya-gaya selama proses mastikasi ke gigi-gigi tiruan di rahang bawah. Gigi tiruan yang terdapat
di rahang bawah lebih tidak stabil dibandingkan dengan gigi tiruan di rahang atas sehingga
dibutuhkan keseimbangan saat gigi protrusi. Untuk mencapainya, inklinasi dari cusp cusp distal
gigi maksila dan cusp cusp mesial mandibula perlu dikurangi. Setelah menyelesaikan
pengasahan dan pengaturan untuk mendapatkan oklusi yang diinginkan perlu dilakuakn
perbaikan bentuk anatomi oklusal pada tiap-tiap gigi.
2.1.OKLUSI, HUBUNGAN RAHANG, DAN ARTIKULASI
A. Oklusi
Oklusi adalah hubungan daerah kunyah gigi geligi dalam keadaan tidak berfungsi.
Hubungan oklusi dari seorang dewasa adalah:
1. Oklusi sentrik dan relasi sentrik
Oklusi sentris
Oklusi sentris adalah hubungan kontak maksimal dari gigi-gigi dirahang atas dan rahang
bawah ketika rahang bawah dalam keadaan relasi sentris
Relasi sentris
Relasi sentris adalah hubungan rahang atas dan rahang bawah dimana kedua condylus berada
paling dorsal dalam cekungan glenoid fossa tanpa mengurangi kebebasannya untuk bergerak
ke lateral
2. Oklusi aktif
Merupakan kontak antara gigi gigi dirahang atas dan rahang bawahd imana gigi gigi di rahang
bawah mengadakan gerakan kedepan,kebelakang dan kelateral
3. Rest position of mandible
Rest position of mandible
Rahang bawah dalam keadaan istirahat dan tidak bekerja.
4. Balanced Oklusi
Hal ini mengacu pada kontak oklusal bilateral, simultan, anterior, dan posterior gigi dalam posisi
sentrik dan eksentrik.
5. Maksimal Intercuspal Position
Hubungan interkuspal secara keseluruhan dari gigi yang berlawanan independen dari posisi condylar.

B. Hubungan Rahang
Boucher membagi relasi rahang menjadi 3, yaitu :
1. Relasi orientasi : relasi rahang bawah terhadap kranium pada waktu rahang bawah berada pada
posisi sentris/posterior
2. Relasi sentries
3. Relasi vertikal/dimensi vertikal: jarak rahang atas dan rahang bawah, ada dua jenis relasi vertikal :
Dimensi vertikal fisiologis : jarak vertical rahang atas dan rahang bawah pada
waktu rahang bawah dalam keadaan istirahat fisiologis
Dimensi vertikal oklusal ; jarak vertical rahang atas dan rahang bawah ketika gigi
geligi beroklusi

C. Artikulasi
Artikulasi merupakan hubungandinamis antara rahang bawah terhadap rahang atas, yaitu hubungan
dinamis perpindahan dari satu gigi keoklusi yang lain, atau dari relasi mandibula ke relasi mandibula
lainnya atau hubungan antara daerah kunyahgigi geligi dalam keadaan berfungsi.
Artikulasi ada 2 macam :
1. Artikulasi simetris : posisi intercuspaldan protrusive guide
2. Artikulasi asimetris : gerakan lateral

Pada artikulasi ada pergerakan :
1. pergerakan anterior-posterior : protrusive dan retrusive
2. pergerakan lateral : kiri dan kanan
Sisi yang aktif pada pengunyahan disebut working side
Dan sisi yang mengimbangi disebut balancing side

a. Hubungan oklusi dan artikulasidengan GTP
Terdapat empat syarat untuk gigitiruan penuh, yaitu :
1) Dukungan
Dukungan adalah kesesuaian linggir sisa dan mukosa yang memungkinkan keduanya
dengan nyaman mendukung gigi tiruan
2) Retensi
Retensi adalah keadaan gigi tiruan yang membuat basis bisa melawan pergeseran
vertical
3) Stabilisasi
Stabilitas adalah keadaan gigi tiruan yang membuat gigi tiruan ini bisa melawan
pergerakan selama melkukan funsi maupun para fungsi
4) Estetik
Estetik adalah keadaan yangmembuat gigi tiruan memberikepuasan baik untuk dokter gigimaupun
pasien.

b. Pengukuran relasi rahang
Pengukuran relasi rahang pada GTP adalah dengan menentukan mengukur vertikal dimensinya terlebih
dahulu baru relasi sentriknya
c. Oklusi pada gigi tiruan
Oklusi dalam gigi tiruan lengkap harus dikembangkan untuk berfungsi secara efisien dan dengan paling
sedikit trauma jaringan pendukung.
d. Perbedaan Antara Oklusi Alamidan Oklusi pada gigi tiruanpenuh
1) Gigi geligi alami dipertahankan oleh jaringan pendukung yang unik,diinervasi dan terstruktur.
Dalam oklusi gigi tiruan penuh semua gigi pada basis duduk pada jaringan buatan yang licin.
2) Dalam geligi alami, gigi menerima tekanan oklusi secara individu dan dapat bergerak secara
independen.
D.V. istirahat D.V. oklusal = Free Way Space (2-4 mm)

3) Tekanan non vertikal/lateral pada gigi alami saat berfungsi hanya mempengaruhi gigi yang terlibat dan
biasanya ditoleransi dengan baik,sedangkan pada gigi tiruan efeknya melibatkan semua gigi pada
basis. Biasanya trauma dengan struktur pendukung.
4) Pada geligi asli, maloklusi mungkin bisa menjadi hal yang bukan masalah selama bertahun-tahun,
sedangkan pada gigi tiruan sebaliknya
5) Gigi molar dua adalah area yangpaling disukai untuk pengunyahan pada gigi asli sedangkan pada gigi
tiruan beban pengunyahan yang berat pada gigi M2 dapat menyebabkan kemiringan basis dan
kemiringan permukaan
6) Bilateral balanced jarang sekali ditemukan pada gigi asli, sedangkan pada gigi tiruan hal ini sangat
dibutuhkan untuk kestabilan basis.

Balanced oklusi membutuhkan penerapan hukum-hukum fisika sebagai berikut:
1) Semakin luas dan lebih besar ridge dan semakin dekat ke gigi, semakin besar tingkat keseimbangan.
2) Sebaliknya, semakin kecil dans empit alveolar ridge dan semakin jauh dari gigi punggungan,
tingkat keseimbangan makin buruk
3) Lebih lebar ridge dan sempit gigi secara buccolingual, maka semakin besar keseimbangan
4) Semakin lingual gigi pada penempatannya dalam kaitannya dengan puncak ridge, maka semakin
besar keseimbangannya
Penentuan Relasi Rahang / Penentuan Gigit
1

Penentuan relasi rahang merupakan penentuan relasi mandibula terhadap maksila dalam
keadaan oklusi sentris. Tujuannya untuk mendapatkan hubungan rahang bawah terhadap rahang
atas sebagai pedoman dalam penyusunan gigi di artikulator.
Untuk menetapkan gigitan, perlu diketahui :
1. Tinggi gigit = dimensi vertikal (D.V.)
Terdiri dari 2 macam, yaitu :
a) Dimensi vertikal oklusal
b) Dimensi vertikal istirahat
2. Letak gigit = relasi sentris (relasi horizontal)


1
Diktat Kuliah Prostodonsia FKG UI
Dalam keadaan ideal : Letak gigit (relasi sentris) = oklusi sentris
B. DIMENSI VERTIKAL
2

Menurut The Glossary of Prosthodontic Terms, pengertian dimensi vertikal adalah jarak antara 2
tanda anatomis (biasanya 1 titik pada ujung hidung dan titik lainnya pada dagu), dimana 1 titik
pada daerah yang tidak bergerak dan titik lainnya pada daerah anatomis yang dapat bergerak.
Penetapan dimensi vertikal sangat penting dalam pembuatan gigi tiruan lepas, tidak hanya untuk
mendapatkan keadaan oklusi yang harmonis, tetapi juga untuk kenyamanan dan estetika pasien.
Apabila dimensi vertikal tidak diukur secara tepat akibatnya adalah pasien akan kehilangan
efisiensi pengunyahan, kerusakan pada residual ridge dan sendi temporomandibular.
Apabila dimensi vertikal yang ditetapkan terlalu besar, maka otot-otot mulut akan terasa tegang
sehingga mudah lelah dan mukosa mulut akan teriritasi karena adanya resorpsi tulang yang
sangat cepat. Apabila dimensi vertikal yang ditetapkan terlalu kecil, maka efisiensi pengunyahan
akan terganggu, terkadang disertai dengan adanya perubahan penampilan dan kemungkinan
adanya gejala-gejala pada sendi temporomandibula.
Terdapat 2 jenis dimensi vertikal, dimensi vertikal oklusi (DVO) dan dimensi vertikal fisiologis
(DVF). DVO adalah jarak vertikal rahang saat gigi-gigi beroklusi sedangkan DVF adalah jarak
vertikal saat otot-otot pembuka dan penutup mandibula dalam kondisi istirahat pada tonic
contraction, dimana gigi geligi tidak saling berkontak. Oleh karena itu, DVF selalu lebih besar
dari DVO. Selisih antara DVF dengan DVO disebut freeway space. Freeway space yang
dianggap normal adalah 2-4 mm.

a. Cara Penetapan Dimensi Vertikal Oklusal
Cara-Cara Mekanik
1) Hubungan sisa alveolar
a. Jarak dari papilla insisivus ke insisif mandibula
Papila insisif dipakai untuk mengukur dimensi vertikal dari pasien. Papilla incisivus
merupakan bagian rahang atas yang letaknya relatif stabil setelah prosesus alveolaris
rahang atas mengalami resorpsi akibat kehilangan gigi. Jarak dari papilla incisiva ke

2
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125035-R17-PRO-200%20Dimensi%20vertikal-Literatur.pdf
bagian insisal insisif bawah pada model diagnostik rata-rata adalah 4 mm pada gigi
asli dalam keadaan oklusi sentris
Tepi insisal gigi-gigi insisif sentral atas rata-rata 6 mm di bawah papilla incisive.
Menutupnya gigi geligi anterior rahang atas terhadap gigi geligi lawannya di rahang
bawah kira-kira 2 mm. Pengukuran ini tidak berlaku untuk pasien dengan resorpsi
berat



b. Kesejajaran sisa alveolar
Mandibula disesuaikan supaya sejajar dengan maksilla. Posisi ini dihubungkan dengan
pembukaan rahang sebesar 5
0
di TMJ, dan dijadikan petunjuk besarnya pemisahan rahang
yang benar. Kesejajaran ini bersifat alamiah karena gigi geligi dalam keadaan oklusi
normal meninggalkan sisa alveolar di bagian posterior sejajar satu sama lain, bila tidak
ada perubahan abnormal dari prosesus alveolaris
Karena panjang mahkota klinis gigi geligi asli posterior dan anterior hampir sama,
hilangnya gigi geligi tersebut cenderung meninggalkan sisa alveolar hampir sejajar satu
sama lain. Hal ini akan ideal bila ditinjau dari sudut pandang mekanik karena gigi tiruan
tidak akan cenderung bergeser ke anterior atau posterior
Kebanyakan pasien kehilangan giginya tidak dalam waktu bersamaan. Tetapi pada
akhirnya bila gigi geligi telah hilang semuanya, keadaan sisa alveolar dalam waktu tidak
terlalu lama akan menjadi sejajar
Metode ini tidak bisa dijadikan standard bila kehilangan gigi geliginya dalam jarak waktu
yang tidak bersamaan atau telah menderita kehilangan tulang dalam jumlah besar karena
penyakit periodontal atau resorpsi. Tinggi sisa tulang alveolar mandibula dan maksila
yang tidak bergigi akan mengalami penyusutan secara progresif.

2) Pengukuran dari gigi tiruan sebelumnya
Pengukuran dapat dihubungkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan wajah pasien untuk
mengetahui jumlah perubahan yang diinginkan. Pengukuran-pengukuran ini dibuat di
antara tepi-tepi gigi tiruan atas dan bawah dengan memakai alat ukur (Boley Gauge).
Kemudian apabila pemeriksaan menunjukkan bahwa wajah pasien jaraknya terlalu pendek,
perubahan yang diperlukan dapat dibuat pada gigi tiruan baru
3) Pencatatan pra pencabutan
a. Profil radiograf
Profil radiograf dari wajah mungkin dapat dipakai untuk mengukur DV oklusi. Foto harus
jelas, tidak blur, pasien dalam posisi maximum intercuspation, dan foto diperbesar sesuai
ukuran asli agar dapat dibandingkan dengan ukuran wajah sebenarnya.
b. Foto Radiograf
Radiograf cephalometry dan radiograf condylar fossa dapat digunakan untuk mengukur
DV. Namun keterbatasan metode ini yaitu ketidakakuratan dalam teknik pembuatannya.
c. Model-model gigi geligi dalam oklusi
Saat pasien masih bergigi, cetakan maksilla ditanam di artikulator. Pencatatan
interoklusal dari gigi pasien direproduksi untuk mengartikulasikan cetakan maksilla dan
mandibula. Setelah ekstraksi, dibuat cetakan edentulous yang ditanam di artikulator secara
terpisah. Jarak antar rahang dibandingkan dengan cetakan bergiginya.
d. Pengukuran- pengukuran wajah
Dengan mencatat jarak dari dagu ke dasar hidung dengan memakai jangka sebelum gigi
geligi dicabut.

Cara-Cara Fisiologis
1) Posisi istirahat fisiologis
Jarak antar rahang pada posisi istirahat dapat diukur dengan membuat titik-titik yang tidak
mudah dihapus atau menempelkan pita adhesif pada wajah, satu titik dibuat pada ujung
hidung dan titik lainnya dibuat di bagian paling menonjol dari dagu.
Mula-mula pasien disuruh duduk dengan kepala tegak dan membuat otot-otot wajah relaks,
kemudian jarak kedua titik tersebut diukur, misalnya x mm. Ini dinamakan dimensi
vertikal istirahat fisiologis
Kemudian galengan gigit rahang atas dimasukkan ke dalam mulut penderita dan dilihat
dukungannya dengan bibir atas, filtrum harus tampak normal. Tinggi galengan gigit atas
anterior kira-kira 1-2 mm di bawah bibir atas untuk panjang bibir yang normal
Untuk menentukan seberapa besar protusi dari galengan gigit anterior RA, ada beberapa
pedoman yang digunakan. Pertama dengan pengucapan huruf labiodental (F, V dan W).
Pada saat pasien mengucapkan huruf-huruf tersebut, bagian labioinsisal galengan gigit
anterior RA akan menyentuh vermillion border bibir bawah (batas antara bagian bibir
yang basah dan kering). Bila belum menyentuh, mungkin galengan gigit kurang protrusif
atau terlalu pendek, dan sebaliknya.
Cara yang kedua adalah dengan melihat hubungannya dengan papilla incisiva. Bila diukur
dari tengah-tengah papilla incisiva ke permukaan paling labial dari galengan gigit atas
anterior, jaraknya kira-kira 8-10 mm. Lalu dilihat kesejajarannya dengan garis interpupil
(yang menghubungkan pupil mata kanan dan kiri)
Galengan gigit posterior RA harus sejajar dengan garis Camper (garis yang
menghubungkan tengah-tengah tragus dengan bagian bawah sayap hidung/ala nasi, atau
disebut juga garis ala-tragus). Kemudian galengan gigit rahang bawah dimasukkan ke
dalam rahang. Bagian oklusal galengan gigit RB harus berkontak merata dengan galengan
gigit atas pada seluruh lengkung rahang dan jaraknya harus sama dengan x mm di atas.
Untuk mendapatkan dimensi vertikal oklusal, galengan gigit RB dikurangi 2-4 mm untuk
freeway space. Setelah dikurangi, kontak antara bidang oklusal galengan gigit RA&RB
harus tetap merata
Dimensi vertikal oklusal yang telah didapatkan, diuji coba dengan beberapa cara
lain.misalnya, pada saat pengucapan huruf S harus ada celah kira-kira 1-2 mm di antara
galengan gigit atas dan bawah. Bila jarak antar prosesus alveolar kecil, boleh hanya
berkontak ringan.
2) Fonetik dan estetik
Uji coba fonetik bisa dengan mendengarkan hasil suara bicara dan dengan melihat
hubungan gigi geligi selama berbicara. Pada saat mendengarkan ucapan bunyi S,
ucapannya harus jelas, tidak terdengar seperti SY atau SH. Bila gigi anterior
menyinggung pada saat suara-suara tersebut diucapkan, berarti dimensi vertikal oklusal
terlalu tinggi.
Estetik juga dipengaruhi oleh hubungan vertikal mandibula terhadap maksila. Bila bibir
tidak didukung secara benar di bagian anterior pada kedudukannya yang benar, maka akan
terlihat lebih vertikal daripada didukung oleh jaringan asli. maka itu jangan menaikkan
dimensi vertikal oklusal untuk memberi dukungan pada bibir

3) Ambang rasa menelan
Posisi mandibula pada permulaan aksi menelan telah dipakai sebagai petunjuk dalam
penetapan dimensi vertikal oklusal. Hal ini berpedoman pada teori bahwa bila kita
menelan, gigi geligi saling mendekat dan berkontak dengan sangat ringan pada permulaan
siklus menelan. Berdasarkan teori ini hubungan kedua rahang pada awal penelanan
tersebut digunakan sebagai pedoman penetapan dimensi vertikal oklusal
Bila oklusi gigi geligi tiruan secara terus menerus hilang pada saat menelan, dimensi
vertikal oklusal mungkin terlalu rendah. Caranya adalah dengan membuat malam lunak
yang dibentuk seperti kerucut pada basis gigi tiruan bawah sedemikian rupa sehingga
berkontak dengan galengan gigit atas pada saat rahang membuka sangat lebar. Kemudian
aliran saliva dirangsang dengan sepotong kuas atau kain. Aksi menelan saliva yang
berulang-ulang akan secara perlahan-lahan mengurangi tinggi malam yang dibentuk
seperti kerucut sehingga mandibula mencapai tingkat dimensi vertikal oklusal.

4) Rasa taktil dan laporan penderita mengenai kenyamanan
Suata alat sekrup yang dapat dinaik-turunkan diletakkan pada bagian palatum lempeng
gigit rahang atas dan suatu lempeng logam yang diletakkan pada galengan gigi atau gigi
tiruan percobaan rahang bawah kira-kira ditengah lengkung rahang bawah
Sekrup mula-mula diputar agar lempeng dan galangan gigit semakin terasa kencang.
Sekrup terus diputar hingga penderita merasakan tidak nyaman atau terlalu kencang, di
titik itu diukur dengan metode standard. Kemudian sekrup disesuaikan sampai terasa gigi
geliginya telah berada pada pada posisi yang nyaman dan sesuai. Perasaan benar/fit
tersebut dapat dipakai sebagai petunjuk dimensi vertikal oklusal.

DV oklusal terlalu tinggi bila freeway space kurang dari 1-2 mm dengan tanda-tanda :
1) Pasien sukar bicara
2) Mulut tampak penuh :
Otot-otot muka tegang
Bibir sukar ditutup
3) Pasien sukar menelan
4) Saat bicara, gigi geligi atas beradu dengan gigi geligi bawah
5) Setelah memakai gigi tiruan beberapa lama, pasien merasa sakit pada seluruh puncak
prosessus alveolaris
6) Otot-otot pembuka & penutup rahang lama-lama merasa lelah.

b. Pengukuran DV Fisiologis
Dapat dilakukan dengan atau tanpa memasang galangan gigit atas terlebih dahulu. Lalu
dibuat tanda berupa titik di atas bibir, biasanya di ujung hidung, & titik yang lain bagian
dagu yang paling menonjol. Lalu pasien diminta melakukan seperti cara-cara yang telah
dikemukakan untuk penetapan DV istirahat fisiologis.
Jarak kedua titik diukur, & kita mendapatkan jarak istirahat fisiologis.
Galangan gigit bawah dicobakan retensinya, dilihat harus baik.
Kedua galangan gigit dioklusikan sampai membentuk kontak bidang secara simultan
pada seluruh lengkung rahang & dengan kekuatan yang besarnya kira-kira juga sama.
Galangan gigit anterior bawah kira-kira setinggi bibir bawah, atau kadang-kadang untuk
pasien yang berusia di atas 40 tahun dapat mencapai 4 mm di atas bibir bawah. Galangan
gigit bawah posterior kira-kira setinggi 1/2 atau 2/3 tinggi retromolar pad. Jarak antara
kedua titik diukur lagi dengan galangan gigit atas & bawah di dalam mulut & jaraknya
harus sama dengan DV istirahat fidiologis.
DV mungkin terlalu rendah bila free way space lebih dari 2-4 mm, dengan tanda-tanda :
o Saat berbicara ucapannya kurang jelas
o Wajah tampah lebih tua dari usia sebenarnya
o Efisiensi kunyah menurun
o Dapat terjadi luka di sudut mulut yang biasanya dinamakan perleche
o Dalam waktu lama dapat menimbulkan kelainan sendi rahang (jarang sekali)
o Ruang antara lidah terbatas.
Alat untuk mengujicoba kesejajaran galangan gigit atas adalah Fox occlusal guide plane.

C. Dimensi Vertikal Tentatif (Sementara)
3

Oklusi gigi pada kasus GTSL ada 3 kemungkinan:
1. Oklusi ada dan fixed (mantap/stabil)
Minimal ada 3 gigi pada 3 regio yang beroklusi dengan benar.
2. Oklusi ada tapi tidak fixed (tidak mantap/tidak stabil)
Hanya ada 2 regio dari gigi yang berkontak dengan oklusi yang benar.
3. Oklusi tidak ada
Tidak ada gigi yang beroklusi dengan benar.
Dimensi vertikal tentatif dilakukan pada:
1. Kasus oklusi ada tapi tidak stabil dan oklusi tidak ada.
2. Gigi yang masih ada akan dicabut namun gigi tersebut merupakan kunci oklusi.
DV tentatif memudahkan pencarian DV pada pembuatan protesa kelak dan menetapkan rencana
perawatan pre prostetik.
a. Oklusi ada tapi tidak fixed/semifixed
Ada 2 cara, yaitu:
1. Dengan menggigit selapis malam, pada kasus gigi-gigi berkontak cukup banyak, tapi salah
satu sisi rahang dimana gigi yang menentukan kunci oklusi tidak ada, missal molar 1
(umumnya kelas II Kennedy)
2. Dengan memakai galangan gigit. Pertama kali yang harus diperhatikan gigi yang berkontak
dengan benar yang akan diupakai sebagai pedoman oklusi. Kemudian galangan gigit
disesuaikan dengan sisi yang ada pada rahang atas dan bawah, kemudian pasien
diinstruksikan untuk mengigit sehingga ada gambaran oklusal gigi lawan pada permukaan
galangan gigit tersebut dan gigi yang dipakai sebagai pedoman harus beroklusi dengan
benar.
b. Oklusi tidak ada

3
Diktat Kuliah Prostodonsia III, 2003
Dengan basis dan galangan gigit pada rahang atas dan rahang bawah:
1. Tentukan DV istirahat
2. Dapatkan DV oklusal
3. Tentukan relasi sentris
4. Fiksasi galangan gigit rahang atas dan bawah
Penjelasan:
o Sebelum menentukan DV, perlu diperhatikan terlebih dahulu kedudukan basis dan
galangan gigit di dalam mulut
o Untuk rahang atas, basis menutupi semua mukosa palatum durum sampai batas fibrating
line di bagian posterior. Untuk bagian bukal, sampai batas mukosa gerak dan tidak
bergerak
o Untuk rahang bawah, basis sampai menutupi ruang molar pad dan sampai batas mukosa
gerak dan tidak bergerak dibagian bukal dan lingual.
o Galangan gigit anterior dibuat tingginya sebatas bibir atas, tebalnya ke bukal cukup
untuk mendukung bibir, sehingga estetis terlihat baik. Bagian palatum dibuat agak
melengkung, sesuai lengkung rahang dan bagian insisal tidak terlalu tebal. Bidang
oklusal galangan gigit atas diatur sedemikian rupa hingga sejajar dengan garis ala
trachus (untuk bagian posterior). Galangan gigit rahang bawah dibuat berkontak bidang
dengan galangan gigit rahang atas bila dioklusikan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN OKLUSI
4

Menurut Hanau ada 9 hukum artikulasi menyediakan pengertian dasar balanced
articulation
Ada 5 faktor yang menjadi elemen penting dalam perawatan prostodontik Hanau
Quint

4
Phoenix RD, Cagna DR. Stewarts Clinical Removable Partial Prosthodontics. Quintessence, Chicago, 4
th
ed. 2008.


Hanau Quint yaitu:
1. Inklinasi condylar guidance

Elemen ini bergantung pada anatomi glenoid fossa


2. Inklinasi bidang orientasi

Bidang lewat melalui ujung I1 mandibula secara anterior dan mesiobuccal cusp M2
mandibula secara posterior. Sudut diukur relatif terhadap bidang horizontal

3. Kurva kompensasi yang prominence

Ini adalah kurva relatif dari bidang mandibula dalam arah anteroposterior

4. Inklinasi incisal guidance

Elemen ini ditentukan oleh hubungan gigi anterior mandibula terhadap permukaan
lingual gigi anterior maksila. Sudut ini diukur relatif terhadap bidang horizontal

5. Ketinggian cusp

Ketinggian cusp adalah jarak vertikal dari dasar cusp ke ujung cusp
Pada gigi tiruan penuh, condylar guidance adalah satu-satunya faktor yang tidak dapat
diubah.
Pada GTSL, perkembangan kepuasan skema oklusal dapat lebih sulit karena adanya gigi
asli yang membentuk kurva kompensasi yang prominence, bidang orientasi, incisal
guidance, dan ketinggian cusp.
Sisa gigi asli menentukan bentuk dan posisi gigi tiruan kecuali bila: (1) ketika antagonis
GTSL merupakan GTP (2) ketika hanya gigi anterior yang tersisa di kedua rahang dan
hubungan insisal tidak mempengaruhi dengan pembentukan skema oklusi

C. Relasi Horizontal
Hubungan antar rahang dalam arah horisontal (mediolateral dan anteroposterior) biasa
dinamakan relasi sentrik. Relasi sentrik merupakan hubungan fisiologis mandibula terhadap
maksila ketika kedua kondilus berada di articular disc, dan condyle-disc menyatu dan
distabilisasikan terhadap posterior slope dari articular eminence. Relasi sentrik termasuk
hubungan antara tulang dengan tulang (bone-bone relation of the mandible to maxilla) dan
merupakan poin referensi untuk mengembangkan/menyusun oklusi pasien.


Maximal Intercuspal Position
Maximal intercuspal position merupakan Most complete interdigitation of the teeth independent
of the condylar position. Berbeda dengan relasi sentris, maximal intercuspal position
merupakan hubungan antara gigi dengan gigi (tooth to tooth relationship)

Lebih dari 90% manusia memiliki ketidaksesuaian antara relasi sentris dengan maximal
intercusp position. Umumnya maximal intercuspal position lebih anterior daripada relasi sentris.
Cara penetapan relasi sentrik secara garis besar ada dua macam:
Cara-cara pasif/statis:
a. Metode Gyst
Pedomannya adalah bagian ventral otot masseter. Ibu jari dan telunjuk operator
diletakkan di bagian ventral otot tersebut, pasien rileks, kemudian operator mendorong
mandibula ke posterior dan pasien diinstruksikan menggigit sehingga posisi kondilus
dalam fossa glenoid tidak tegang. Kemudian galengan gigit difiksasi.
b. Metode Rehm
Ibu jari dan telunjuk diletakkan pada daerah vestibulum, menekan lempeng gigit, jari
tengah dibengkokkan ke bawah dagu. Perlahan-lahan mandibula diDorong ke posterior
dan pasien diinstruksikan menggigit kemudian galengan gigit difiksasi.
c. Metode Gravitasi
Pasien diinstruksikan duduk di kursi sedemikian rupa sehingga kepala menengadah
ke atas. Oleh gaya gravitasi, mandibula akan terdorong ke posterior sehingga kondilus
akan menempati posisi paling posterior tetapi tidak tegang dalam fossa glenoid,
kemudian pasien diinstruksikan menggigi dan galengan gigit difiksasi.
d. Metode Green
Pasien diinstruksikan menggigit kuat, Bila relasi sentrik benar, otot temporal bagian
ventral akan terasa menggelembung ketika dipalpasi. Kemudian galengan gigit difiksasi.
Cara-cara aktif/fungsional:
a. Cara menelan
Setelah DV oklusal ditentukan dengan benar, pasien disuruh menelan, kemudian
galengan gigit atas dan bawah difiksasi.
b. Cara Nukleus Walkhof
Buat bulatan dari malam model kira-kira sebesar biji jagung. Kemudian bulatan
malam tersebut ditempelkan ke lempeng gigit RA pada palatum paling posterior bagian
tengah. Setelah kedua galengan gigit yang telah ditentukan DV-nya dimasukkan ke dalam
mulut pasien, pasien diinstruksikan menyentuh bulatan malam tersebut dengan ujung
lidah sambil menutup mulut. Dalam posisi ini, kondilus akan menempati posisi paling
posterior dalam fossa glenoid, tetapi tidak tegang. Setelah itu, galengan gigit difiksasi.
Cara ini tidak dapat dilakukan pada pasien yang frenulum lingualisnya tidak
memungkinkan ujung lidah mencapai bulatan malam.
c. Memakai alat gothic arch tracer
d. Cara chew in dari Patterson dan Needle House

Cara fiksasi:
a. Staples yang telah dipanaskan di atas lampu spiritus dipegang dengan pinset, kemudian
ujungnya ditusukkan pada galengan gigit. Harus diperhatikan relasi sentrik jangan
berubah.
b. Dengan cara menusukkan lecron/pisau wax yang panas di daerah P kanan dan kiri di
sekitar bagian oklusal galengan gigit sampai setengah daun pisau masuk ke galengan
gigit RA dan setengah di RB. Selagi wax masih cair, pisau segera ditarik keluar, tunggu
sampai wax keras kembali.
c. Dengan cara menghilangkan sebagian dari wax galengan gigit bagian oklusal atas dan
bawah di daerah P dan M shingga membentuk huruf V dengan bagian yang terbuka ke
arah oklusal. Untuk daerah anterior bawah, galengan gigit dikurangi 1-2 mm. Setelah itu,
galengan gigit dimasukkan ke mulut pasien. Pasien diinstruksikan membuka mulut dan di
atas galengan gigit bawah dituangkan adonan gips/pasta ZOE/modeling compound yang
telah dilunakkan. Kemudian pasien menelan dan menggigit sehingga kedua galengan
gigit bagian posterior berkontak kembali dan bahan yang ditambahkan tersebut ditunggu
sampai keras (bahan ini akan mengisi bagian galengan gigit yang dikurangi tadi sekaligus
memfiksasinya)

Garis pedoman:
Beberapa garis pedoman yang harus dibuat untuk pemilihan dan penyusunan gigi geligi
sebelum galengan gigit dikeluarkan dari mulut pasien:
a. Garis Median (Midline)
Digoreskan pada galengan gigit RA dan RB bagian labial memakai ujung
lecron/pisau wax dengan pedoman: 1) tengah-tengah filtrum bibir atau 2) disesuaikan
dengan posisi frenulum labial RA. Garis ini dipakai sebagai pedoman penyususnan gigi-
gigi anterior kanan dan kiri
b. Garis Caninus (Canine line)
Dibuat pada daerah sudut mulut kanan dan kiri, pada saat otot-otot mulut dalam
keadaan rileks. Garis ini merupakan pedoman pemilihan gigi anterior dan untuk
penysusunan gigi C kanan dan kiri.
c. Garis Tertawa Atas (Upper laugh line)
Pada sat pasien tertawa kecil, goreskan alat yang sama pada galengan gigit RA sesuai
dengan batas bibir atas. Garis ini dipakai untuk pedoman pemilihan gigi, karena bisanya
pada saat tertawa kecil 2/3 bagian insisal I1 terlihat.
Setelah kedua galengan gigit difiksasi dan telah diberi ketiga garis tersebut, siap untuk
dipasang ke artikulator bersama-sama dengan model atas dan bawahnya, untuk penyusunan
gigi-gigi.
D. Proses Penentuan Gigit
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penentuan gigit
5
:
1. Pastikan bahwa tidak ada gigi asli yang kontak prematur dan blocking
2. Bila ada gigi yang tidak sesuai dengan curve of spee:
a. Gigi yang ekstrud
Bila gigi ekstrud sampai dengan 2 mm dapat dilakukan enameloplasty. Bila ekstrud lebih
dari 2 mm, diindikasikan pemakaian gigi tiruan cekat. Reduksi gigi bisa terbatas oleh
ukuran pulpa, panjang mahkota klinis ataupun keduanya. Jika ukuran pulpa mengganggu
reduksi gigi, terapi endodontic harus dilakukan sebelum preparasi. Bila gigi sudah ekstrud
cukup parah, misalnya berkontak dengan rigde antagonis dapat menimbulkan masalah.
Bila tulang alveolar telah mengikuti erupsi gigi tersebut maka gigi tersebut dapat di cabut
atau merekontur tulang tersebut.
b. Gigi yang Tipping atau Malposisi
Gigi posterior cenderung tipping ke anterior ketika terdapat ruang di mesial. Perawatan
ortodontik untuk pergerakan gigi minor dapat digunakan untuk uprighting gigi tersebut.
c. Berkurangnya Dimensi Vertikal
Gigi dapat mengurangi dimensi vertikal seperti pada kasus atrisi dan intrusi. Bila hal ini
terjadi perlu dilakukan peningkatan dengan menggunakkan resin acrylic overlay
temporary removable device yang digunakan 24 jam selama 1-3 bulan.
(Setelah pencetakan model kerja)

5
Sri Hardjanti Irwan, Siti Fardiniah, Diktat Kuliah Prosthodonti III, Jakarta, 2003
3. Bila ada gigi yang tidak sesuai dengan curve of spee:
Pada saat menggigit galangan gigit, tidak boleh dengan tekanan yang besar karena dapat
menyebabkan displacement(pergerakan) mukosa dibawah basis, terutama pada kasus free
end sehingga dapat mengakibatkan oklusi modeh rahang atas dan rahang bawah tidak
tepat. Pencegahan ini dapat dilakukan sebelum pasien menggigit (beroklusi), lunakkan
permukaan galengan gigit sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tekanan waktu
beroklusi. Dapat juga dengan mengurangi galangan gigit 1mm, kemudian diganti
dengan bahan cetak Zinc Oxide Eugenol Pasta atau gips cetak. Bila beroklusi, akan
terlihat gambaran oklusal gigi antagonis pada galangan gigit dan tekanan yang diterima
mukosa tidak besar.
4. Insisal gigi anterior tidak boleh menyentuh basis galangan gigit rahang atas
5. Bagian posterior galangan gigit rahang atas tidak boleh menekan retromolar pad rahang
bawah.
6. Pada pembentukan basis model kerja, bagian posterior tidak boleh terlalu tinggi, karena
dapat mengganggu oklusi model rahang atas dan rahang bawah.
7. Membuat Record Base
Tooth-bounded record base yang berukuran kecil dapat dibuat dari hard baseplate wax.
Namun kerugian utama penggunaan baseplate wax adalah distorsi, sehingga record base
tidak dapat disimpan lebih dari satu jam. Sedangkan untuk record base yang berukuran
besar digunakan record base materials yang bersifat rigid, misalnya resin akrilik yang
dapat dibuat dengan light cure atau chemically.Apapun pilihan materialnya, sebelum
pembuatan record base, harus dilakukan eliminasi tissue undercuts. Setelah eliminasi
undercut lapisi dengan separating medium kemudian letakkan framework dan letakan
basis akrilik diatasnya dan trim bagian border-bordernya
8. Penambahan Occlusion Rim (Galangan Gigit)
Galangan gigit dibuat dengan memanaskan baseplate wax dan memanipulasinya menjadi
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Posisikan galangan gigit di tengah-tengah, di atas
record base dan bagian tepinya harus menyatu dengan record base.Pada distal extension
tinggi dari galangan gigit kira-kira 2/3 tinggi dari retromolarpad. Kontur galangan gigit
harus baik serta permukaan dari wax halus dan bersih.
9. Recording Media
Terdapat berbagai jenis material yang dapat digunakan dalam merecord hubungan rahang
dalam pembuatan GTL, seperti : waxes, modeling plastics, accelerated dental stones, ZOE
impression pastes, polyethers, dan polyvinylsiloxanes.Wax dan modeling plastic mudah
digunakan dan hasil keakuratan detailnya dapat diterima, namun rawan distorsi, sehingga
proses mounting harus segera dilakukan dalam beberapa menit setelah prosedur record-
making.Accelerated dental stone dan ZOE impression paste sangat akurat, namun sulit
digunakan di dalam rongga mulut. Material ini bersifat rigid dan stabil, tetapi rawan
fraktur dan sulit di-trimming sehingga jarang digunakan.Polyether dan polyvinylsiloxane
sangat akurat dan mudah digunakan dalam rongga mulut namun harganya mahal.

Cara menentukan gigit menurut oklusi yang ada
6
:
Direct Apposition of Cast
Metode ini digunakan bila terdapat gigi lawan yang berkontak dengan jumlah yang cukup
sehingga hubungan rahang yang ada terlihat jelas atau hanya sedikit gigi yang akan
digantikan pada basis denture yang pendek dan tidak ada abnormalitas oklusal. Pada metode
ini, model bisa dioklusikan secara langsung oleh tangan.Metode ini mempertahankan
dimensi vertikal oklusal yang sudah ada. Analisis oklusal dan koreksi dari disharmoni
oklusal yang ada harus dilakukan sebelum merekam hubungan oklusal.
Interocclusal Record with Posterior Teeth Remaining
Metode ini digunakan ketika terdapat gigi asli yang cukup untuk menyokong GTSL
(Kelas III atau IV Kennedy), tapi hubungan gigi asli lawannya tidak mengijinkan oklusi model
secara langsung oleh tangan. Pada situasi ini, hubungan rahang didirikan dengan menggunakan
beberapa tipe interocclusal record.Yang membuat metode ini tidak akurat adalah penggunaan
wax dalam merekam hubungan oklusal.Wax yang berlebihan yang berkontak dengan permukaan
mukosa dapat mendistorsi jaringan lunak, sehingga harus dilakukan prosedur tertentu agar
kedudukan wax yang akurat ke model (stone cast).Rekaman wax dapat dikoreksi lebih lanjut
dengan material registrasi oklusal seperti pasta metallic oksida yang digunakan sebagai final
recording medium. Lalu wax tersebut ditempatkan di mulut dan pasien disuruh untuk menutup
mulut dengan jalur yang sudah dilatih. Sesudah material registrasi oklusal mengeras, wax
tersebut dikeluarkan dari mulut dan di cek keakuratannya.
Occlusal Relations using Occlusal Rims on Record Bases

6
Carr AB, McGivney GP, McCrackens Removable Partial Prosthodontics. 11
th
ed 2005
Metode ketiga digunakan jika terdapat satu atau lebih perluasan distal, ketika ruang
edentulous tooth supported besar. Pada keadaan seperti ini, occlusal rims pada basis hubungan
rahang harus digunakan.Metode ini hampir sama dengan metode kedua kecuali dalam hal bahwa
occlusal rim menggantikan gigi yang hilang. Merupakan hal yang penting bahwa basis yang
akurat harus digunakan untuk membantu menyokong hubungan oklusal. Basis tersebut bisa
dibuat dari VLC (visible light cured) ataupun autopolymerizing acrylic resin.
Jaw Relation Records Made Entirely on Occlusal Rims
Metode keempat ini digunakan jika tidak terdapat kontak oklusal antara gigi asli yang
tersisa,gigi-gigi sisa yang hanya sedikit tidak beroklusi dan tidak akan mempengaruhi
pergerakan eksentrik rahang(jarang) dan pada rahang hanya tersisa gigi-gigi anterior saja
sehingga pencatatan dibuat seluruhnya dengan oclusal rims.Occlusal rims harus didukung
oleh basis record relasi rahang yang akurat. Disini pilihan metode record relasi rahang
hampir sama dengan yang digunakan untuk GTP. Dapat digunakan beberapa metode
interocclusal langsung atau sebuah stylus tracing.Seperti pembuatan GTP, penggunaan face-
bow, pemilihan artikulator, pemilihan metode untuk record relasi rahang, dan penggunaan
eccentric positional records bergantung pada latihan, kemampuan, dan keinginan masing-
masing dokter gigi
Establishing Occlusion by Recording the Occlusal pathway
Metode kelima dari penetapan oklusi pada RPD adalah registrasi dari jalur oklusal dan
penggunaan occluding template dibanding cast dari rahang antagonisnya. Jika digunakan record
relasi rahang yang statis, dengan atau tanpa pergerakan artikulasi sentrik, gigi-gigi tiruan disusun
untuk beroklusi sesuai konsep oklusi yang spesifik. Sebaliknya, jika digunakan sebuah record
oklusal fungsional, gigi-gigi dimodifikasi untuk menerima setiap pergerakan eksentrik rahang
yang telah dicatat. Pergerakan ini dibuat lebih rumit oleh pengaruh gigi asli yang tersisa. Jika
RPD ingin dibuat pada kedua rahang, keputusan penting perlu dibuat terkait rahang mana yang
akan dibuatkan RPD-nya lebih dulu dan mana yang akan menerima beban fungsional. Umumnya
RPD untuk mandibula dibuat lebih dulu. Jika RPD untuk maxilla akan dibuat lebih dulu, maka
pembuatan full diagnostic wax-up harus dilakukan lebih dulu.
Apapun metode yang digunakan untuk merekam hubungan rahang, ketika 1 rahang akan
direstorasi lebih dulu, rahang tersebut harus diperlakukan sebgai rahang yang bergigi penuh

Anda mungkin juga menyukai