Anda di halaman 1dari 12

Klasifikasi Dental Material

Dental Material adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang


berbagai jenis bahan-bahan atau material yang digunakan di bidang kedokteran gigi,
baik sifat-sifatnya maupun cara memanipulasi bahan tersebut secara langsung
digunakan pada pasien maupun banyak digunakan dalam lab dental. Dental material
dapat dibagi menjadi bahan cetak, bahan pengisi, dan bahan restorasi. Material cetak
atau bahan cetak adalah bahan untuk membuat replika/ tiruan/cetakan akurat dan
jaringan mulut. Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika
stuktur oral yang ketika digunakan untuk mencetak harus dalam bentuk plastis. Bahan
cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat tiruan negatif dari rongga
mulut, sehingga selanjutnya dapat dibuat model gigi darinya. Model gigi tersebut
digunakan oleh dokter gigi sebagai model studi maupun sebagai model kerja
(Anusavice, 2003).
Cara menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk membuat
tiruan dari jaringan intraoral dan ekstraoral harus memenuhi kriteria. dapun
menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan harus memenuhi beberapa
kriteria, yaitu (1) Bahan harus cukup cair untuk beradaptasi dengan jaringan mulut
serta cukup kental untuk tetap berada dalam sendok cetak yang menghantar bahan
cetak ke dalam mulut. (2) Bahan harus mengeras menjadi padat menyerupai karet
dalam waktu tertentu selama di dalam mulut. (3) Cetakan yang mengeras harus tidak
berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut. Salah satu bahan cetak yang sering
digunakan yaitu alginat dan agar-agar yang termasuk dalam bahan cetak elastik
hidrokoloid (Anusavice, 2003).
Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi atau mengganti
struktur gigi geligi yang rusak. Tujuan restorasi gigi yaitu membuang dan mencegah
penyakit serta mengembalikan fungsinya. Perkembangan bahan restorasi gigi
berlangsung pesat dengan adanya kemajuan teknologi dewasa ini. Pemilihan bahan
restorasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kekuatan mekanis dari bahan
restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan gigi yang masih

1
sehat. Bahan restorasi terdiri dari restorasi direk dan indirek.Restorasi direk memiliki
pengertian restorasi yang dilakukan langsung pada rongga mulut. Ciri khas bahan
restorasi direk adalah bahan tersebut dimasukkan pada kavitas gigi yang telah
dipreparasi oleh dokter gigi ketika menghilangkan karies. Bahan restorasi direk
meliputi amalgam, resin komposit, glass ionomer cement. Restorasi direk
diindikasikan pada gigi dengan kerusakan yang belum cukup luas, sehingga struktur
gigi yang masih ada dapat digunakan sebagai tempat meletakkan material restorasi
tersebut (Anusavice, 2003).
A. Bahan Cetak
1. Alginat
Alginat merupakan hidrokoloid ireversibel yang komponen utamanya
adalah salah satu alginate larut air seperti natrium, kalium, atau alginate
trietanolamin. Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas
dalam kedokteran gigi. Hal ini dikarenakan kemudahan penggunaannya, harga
yang relatif murah, proses pengerasan yang cepat, serta keakuratan yang
memuaskan. Alginat yang dicampur air akan membentuk sol dengan cepat.
Besar berat molekul alginate bervariasi, semakin besar berat molekul maka
kekentalan sol akan bertambah. Biasanya ditambahkan bahan pengisi seperti
tanah diatoma yang berfungsi sebagai penambah kekerasan dan kekuatan gel
alginate. Oksida seng juga merupakan bahan pengisi yang mempengaruhi sifat
fisik serta waktu pengerasan gel. Garam asam alginat yang diperoleh dari
rumput laut jika dicampur dengan air dalam proporsi yang tepat akan
membentuk hidrokoloid ireversibel, yakni suatu gel yang dipergunakan dalam
pencetakan gigi-geligi (Anusavice, 2003).
Alginat dipakai untuk pencetakan pada pembuatan gigi geligi tiruan
lengkap maupun sebagian lepasan, alat ortodontik, dan model studi. Cetakan
alginat bersifat imbibisi dan sineresis yang mengandung 85% air dapat
mengalami penyusutan yaitu menguapnya air bila terjadi kenaikan suhu atau
bila disimpan di udara terbuka dalam waktu tertentu sehingga cetakan alginat
akan mengalami kontraksi. Temperatur penyimpanan dan kontaminasi

2
kelembaban udara merupakan faktor utama yang mempengaruhi lama
penyimpanan bahan cetak alginat. Untuk penyimpanannya, bahan cetak
alginat dikemas dalam kantung tertutup secara individual dengan berat bubuk
yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam jumlah besar di
kaleng. Bubuk yang dibungkus per kantung lebih disukai karena mengurangi
kontaminasi selama penyimpanan dan perbandingan air dengan bubuk lebih
terjamin karena dilengkapi dengan takaran plastik untuk mengukur banyaknya
air (Anusavice, 2003).
2. Agar-Agar
Agar adalah koloid hidrofilik organik (polisakarida) diekstrak dari
rumput laut jenis tertentu. Merupakan suatu ester sulfuric dari polimer linear
galaktosa. Cetakan agar-agar adalah polisakarida kompleks yang diekstraksi
dari rumput laut. Struktur molekul yang disederhanakan dan agar-agar dapat
dilihat pada gambar. Umumnya material cetak agar-agar tersedia dalam
bentuk gel yang dikemas dalam tabung fleksibel (seperti wadah pasta gigi).
Material cetak agar-agar digunakan untuk percetakan dalam gigi tiruan,
mahkota, dan jembatan. Agar merupakan bahan cetak yang paling akurat.
Bahan ini memiliki riwayat keberhasilan yang cukup panjang untuk
pembuatan gigi tiruan tunggal dan gigi tiruan cekat sebagian karena
akurasinya yang tinggi Terdapat dalam konsentrasi 8%-15%, bergantung pada
sifat bahan yang dimaksud. Kandungan utama berdasarkan berat adalah air(>
80%) (Anusavice, 2003).
Cara untuk memperkuat gel, biasanya ditambah sedikit boraks. Namun
sayangnya boraks merupakan salah satu jenis retarder terbaik untu pengerasan
gypsum. Kandungan air yang berlebih dalam agar juga dapat memperlambat
pengerasan gypsum. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan pengaruh air
dan boraks pada gel, ditambahkan sedikit kalium sulfat. Kalium sulfat
merupakan zat pemercepat pengerasan gypsum. Beberapa bahan pengisi juga
diberikan, seperti tanah diatoma, tanah liat, silica, malam, karet dan serbuk
kakuk serupa. Zat lain seperti timol dan gliserin juga ditambahkan untuk

3
menjadi bakterisit dan bahan pembuat plastic. Sifatnya yang reversibel
memungkinkan bahan cetak ini dapat kembali ke bentuk semula. Perubahan
bentuk ini dipengaruhi oleh perubahan temperatur. Tetapi untuk merubah
kembali bentuk gel ke dalam bentuk sol dibutuhkan temperatur yang lebih
tinggi daripada pembentukan gel. Gel harus dipanaskan pada temperatur yang
lebih tinggi, yang dikenal sebagai temperatur liquefaction (temperatur leleh)
untuk mengembalikan menjadi bentuk sol yaitu sekitar 70-100°C , sedangkan
untuk membentuk gel dari keadaan sol hanya di butuhkan temperatur 37°
hingga 50°C (Anusavice, 2003).
3. Keramik-porselen gigi
Keramik merupakan suatu senyawa sederhana yang berasal dari oksida
logam dan non logam. Porcelain adalah bahan keramik putih yang bersifat
rapuh, tetapi mempunyai sifat translusen, korosi yang rendah, dan mengkilat,
dimana pembakarannya dengan temperature yang tinggi Porselen yang
digunakan untuk tambalan gigi tersusun atas kristal, alumina dan silica yang
dileburkan secara bersamaan pada temperatur tinggi, untuk membentuk
kekuatan, keseragaman dan material yang terlihat seperti kaca. Porselen
memiliki komposisi yaitu kaolin quartz, feldspar, dan metal oxide. Porselen
terdiri dari senyawa logam dan non logam yang diproses dengan pemanasan
suhu tinggi (Anusavice, 2003).
Sebagian besar keramik memiliki sifat refraktori, kekerasan dan
kerentanan terhadap fraktur karena rapuh. Kekerasan keramik diaplikasikan
menjadi suatu bahan restorasi memang memiliki kekuatan yang lebih besar
daripada enamel. Akan tetapi pada saat telah diaplikasikan, kekerasanya
sangat diharapkan sama dengan enamel untuk meminimalkan keausan pada
restorasi keramik dan mengurangi kerusakan akibat keausan yang terjadi pada
enamel karena adanya restorasi keramik. Pada saat pembakaran dapat terjadi
gelembung-gelembung udara yang tidak dapat dihindari sehingga
menyebabkan terbentuknya rongga diantara partikel porselen (Anusavice,
2003).

4
4. Keramik-zicronia
Zirconia merupakan keramik bioinert yang berasal dari unsur
zirconium (Zr) yang digunakan sebagai material implan, pasak, dan bracket.
Ada beberapa tipe dari zirconia, yaitu ; tetragonal zirconia polycrystals (TZP),
fully stabilized zirconia (FSZ), partially stabilized zirconia (PSZ), zirconia
toughened alumina (ZTA), dan transformation toughened zirconia (TTZ).
Tipe TZP dan PSZ yang hanya dipakai dalam kedokteran gigi sebagai dental
material. Sebagai dental material zirconia memiliki sifat fisik, mekanis, kimia,
dan biologis yang sangat baik. Untuk mendapatkan kestabilan pada zirconia
maka zirconia ditambahkan senyawa stabilator seperti yttria dan ceria.
Keramik zirconia secara biologis sebanding dengan titanium yang merupakan
material implan yang paling sering digunakan. Implan zirconia memiliki
proses penyembuhan tulang yang lebih baik dari implan titanium (Richard
dkk, 2002)
Zirconia sebagai oksida murni tidak ditemukan di alam, akan tetapi
zirconia biasa ditemukan dalam baddeleyite and zircon (ZrSiO4) yang
merupakan sumber utama dari material. Dari kedua sumber zirconia tersebut,
zircon yang didapat memiliki kemurnian yang rendah, dan harus melaliu
proses-proses tertentu untk menghasilkan zirconia. Dalam memproses zirconia
dilakukan pemisahan dan penghilangan material-material yang tidak
diinginkan serta impurities yang ada, yaitu zircon – silica. Zirconium oxide
(Zirconia) murni memiliki titik leleh yang tinggi dan konduktivitas thermal
yang rendah. (Richard dkk, 2002).

B. Bahan Pengisi
1. Gipsum
Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia
dan merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi
gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat
dihidrat (CaSO4. 2H2O) murni yang merupakan bahan alami yang berupa

5
mineral bubuk putih. Namun produk gipsum yang biasanya dipakai adalah
kalsium sulfat hemihydrate (CaSO42) 2 H2O. Menggunakan gipsum sebagai
bahan dasar pembuatan model memiliki beberapa keuntungan yaitu harganya
murah, mudah digunakan dan, memiliki akurasi serta stabilitasi dimensi yang
baik. Sedangkan kekurangan diantaranya yaitu sifat mekanik yang tidak ideal
dan mudah rapuh yang akhirnya berujang pada mudahnya terjadi fraktur.
Produk gypsum dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi
dari rongga mulut serta struktur maksilo fasial dan sebagai piranti penting
untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan
protesa gigi (Damiyanti ,1999).
Saat ini penggunaan gipsum dalam kedokteran gigi telah meluas.
Penggunaan tersebut dapat diperlihatkan dalam pembuatan model gig tiruan.
Selain itu kegunaan klinis maupun laboratories yang lain yaitu untuk membuat
model kerja maupun model studi sehingga bahan gipsum ini harus mempunyai
kekuatan tekan yang kuat agar tidak rusak dalam pembuatan restorasi gigi
tiruan. Di alam gypsum merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu,
merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah
liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Intial
setting dan final setting pada gipsum sangat begantung dengan komposisi
powder dan liquid yang digunakan. Jika powder yang digunakan lebih banyak
dalam artian tidak seimbang dengan liquidnya maka gypsum tersebut akan
dapat mencapai tahapan initial setting yang lebih cepat (Richard dkk, 2002)
Menurut Craig dkk (2002), sifat kimia gips adalah: (1) Solubility
(daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang dilarutkan dengan
100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan
dalam persen berat/volume. (2) Setting time adalah waktu yang diperlukan
gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips kontak dengan air.Setting
time terdapat dua tahap sebagai berikut : (1) Initial setting time: permulaan
setting time dimana pada waktu itu campuran gips dengan air sudah sudah
tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan secara visual ditandai dengan loss

6
of gloss (hilangnya kemengkilatan/ timbulnya kemuraman). Keadaan dimana
gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau. (2) Final
setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara lengkap
dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai.
Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum
maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.
Menurut Craig dkk (2002) gips keras mempunyai sifat mekanis, antara
lain: (1) Compressive strength (kekuatan tekan hancur) kekuatan gips
berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips. Partikel dental stone
lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk mencampur lebih sedikit jika
dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk pencampuran plaster of paris. (2)
Tensile strength (daya rentang). Daya rentang dari gips sangat penting pada
saat gips dikeluarkan dari bahan cetak. Karena tidak adanya sifat lentur pada
gips, model akan cenderung patah. Daya rentang gips keras dua kali lebih
besar dari pada gips lunak baik dalam keadaan basah maupun kering. (3)
Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan daya
tahan abrasi. Kekerasan permukaan gips berhubungan dengan kekuatan tekan
hancur. daya tahan abrsai meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan
hancur. Daya tahan terhadap abrasi maksimal didapat ada saat gips mencapai
daya strength. Gips keras merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi
tinggi.
Faktor-faktor berikut ini yang dapat dilakukan pengamatan selama
berlangsungnya reaksi setting, antara lain:
a. Campuran air dan hemyhidrat dapat dituang dengan seketika (bila
digunakan perbandingan yang benar antara air dengan puder).
b. Bahan menjadi kaku tetapi tidak keras (initial set); pada tahap ini
bahan dapat diukir tetapi sudah tidak dapat dibentuk/dicetak.
c. Terjadi apa yang disebut ‘final set’ dimana bahan menjadi keras dan
kuat. Walaupun demikian pada tahap ini reaksi hydrasi tidak berarti

7
sudah sempurna, juga tidak berarti bahwa kekuatan dan kekerasan
optimum sudah tercapai.
d. Dihasilkan panas selama setting karena hydrasi hemyhidrat bersifat
eksotermis (Combe, 1992)

C. Bahan Restorasi
1. Resin Komposit
Resin komposit modern merupakan campuran yang berasal dari resin
dan bahan pengisi tertentu yang ditentukan karakteristik penatalaksanaan
terutama oleh ukuran partikel bahan pengisi serta metode pengerasan. Resin
komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang serta
memodifikasi warna dan kontur gigi, serta menambah estetis. Bahan resin
komposit digunakan gigi sebagai bahan tumpatan yang mementingkan estetik.
Pada umumnya resin komposit yang dipasarkan adalah bahan universal yang
berarti dapat digunakan untuk restorasi gigi anterior maupun posterior. Resin
komposit ini mengacu pada penambahan polimer yang digunakan untuk
memperbaiki enamel dan dentin. Resin komposit termasuk bahan tumpatan
langsung yang sewarna dengan gigi. (Mitchell, dkk, 2014).
Bahan restorasi ini mempunyai keuntungan yaitu warna restorasi yang
sangat estetik, preparasi minimal, konduktivitas thermal yang rendah, dapat
digunakan pada gigi anterior dan posterior, melekat pada struktur gigi dengan
lekat dan dapat diperbaiki. Bahan restorasi resin komposit relatif mudah
dimanipulasi sehingga sangat membantu dokter gigi dalam melakukan
perawatan gigi berlubang dan memberikan hasil yang memuaskan. Komposisi
resin komposit tersusun dari beberapa komponen yang dibentuk oleh tiga
komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan bahan
coupling. Bahan-bahan dasar resin komposit, antara lain Bis-GMA (produk
tambahan bisfenol A dan glisidilmetakrilat) atau uretan dimetakrilat ditambah
dengan monomer pengencer, trietilen glikol dimetakrilat (TEGMA).

8
Berdasarkan ukuran partikel, resin komposit dapat dibagi menjadi macrofilled
(konvensional), microfilled, nanofilled, dan hibrid. (Mitchell, dkk, 2014).
2. Amalgam
Amalgam merupakan campuran beberapa logam, yaitu air raksa, perak,
seng, tembaga dan beberapa logam dan sampai saat ini amalgam
merupakan bahan tumpatan yang paling umum digunakan dan merupakan
salah satu bahan tumpatan yang tertua. Amalgam mengandung merkuri di
dalamnya sehingga berbahaya bagi kesehatan. Amalgam gigi ini mudah di
manipulasi dan dapat digunakan di daerah yang sulit di isolasi atau dimana
margin tertutup Amalgam memiliki sifat fisik yang dapat dilihat dari perubahan
dimensi diakibatkan oleh faktor saat manipulasi. Amalgam juga dapat
menimbulkan creep, korosi, tarnish, dan memiliki mekanisme perlekatan
secara mekanis dengan gigi. Sifat lain yang dimiliki oleh amalgam adalah
kekuatan tekan bahan tersebut yang sangat besar sehingga dapat dipakai untuk
waktu yang lama dan pada tekanan pengunyahan yang besar (Mitchell, dkk,
2014).
Amalgam memiliki kelemahan dalam hal estetik karena warna bahan
tambalan amalgam yang berwarna kelabu tua, sehingga tidak kontras dengan
warna gigi. Selain itu kekhawatiranmengenai toksisitas amalgam yang
dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya. Klasifikasi amalgam terdapat
dua cara, yaitu (1) Bentuk partikel yang dapat berupa lathe-cut (tidak
beraturan), sferoidal/bulat, atau dapat dari gambungan keduanya, (2) komposisi
partikel dengan aloi yang digunakan pertama kali dengan kandungan
tembaganya itu rendah sekitar 5%. Pada saat kondensasi yang dilakukan secara
perlahan dengan menggunakan instrumen tangan (baik lathe-cut ataupun
sferoidal). Pengukuran pada aloi sferis ini dilakukan secara segera, sedangkan
aloi lathe-cut menuggu selama bberapa menit. Apabila melakukan pemolesan,
amalgam terlihat lebih bagus dengan melakukan pemolesan setelah 24 jam
kondensasi (Anusavice, 2003).

9
3. Resin BIS-GMA dan Glass Ionomer
Resin Bis-GMA diindikasikan unntuk pasien dengan risiko karies
tinggi. Bahan ini biokompatibel, melekat pada enamel dan dentin,
menunjukkan ekspansi dan kontraksi termal yang sesuai dengan struktur gigi,
serta memiliki efek antikariogenetik dari karakteristik pelepasan flouride jenis
yang sama dengan glass ionomer. Resin Bis-GMA juga mempunyai koefisien
ekspansi termal tinggi dibandingkan dengan enamel. Resin Bis-GMA
memiliki sifat lain yang merugikan yaitu pada saat polimerisasi akan
mengalami penyusutan (Mitchell, dkk, 2014).
Glass ionomer merupakan salah satu bahan restorasi yang sering
digunakan karena material ini dianggap paling biokompatibel. Reaksi
pengerasan kaca silikat-alumina yang ditambah dengan asam polialkenoat
akan membentuk kalsium dan aluminium polialkenoat (basa diberi poli-asam
menyebabkan pembentukan garam poli dan air). Material ini mampu berikatan
secara fisiko kimia dengan jaringan gigi, memiliki koefisien termal yang sama
dengan dentin, dan dapat melepas fluoride yang memungkinkan untuk
mencegah terjadinya karies sekunder. Bahan Glass Ionomer Cement dapat
berfungsi sebagai sealant yaitu menghambat proses karies. Glass Ionomer
Cement melepaskan fluor yang berpengaruh positif pada remineralisasi dari
enamel atau dentin. Perlekatan dari Glass Ionomer dengan jaringan keras gigi
mempunyai kemampuan berikatan secara kimia. Sifat anti karies Glass
Ionomer Cement diperoleh dari ikatan antara ion fluor dalam semen dengan
hidroksiapatit pada permukaan gigi yang membentuk senyawa fluor apatit.
Terbentuknya senyawa fluor apatit meningkatkan kandungan fluor pada
permukaan gigi dan menambah ketahanan permukaan gigi terhadap asam
(Mitchell, dkk, 2014).
Resin Bis-GMA menunjukkan sifat yang dapat diterima secara klinis,
dan memiliki estetik yang baik, serta kurang rapuh dibandingkan glass
Ionomer Cement. Keuntungan dari glass ionomer cement adalah bahan ini
dapat merekat ke jaringan keras gigi secara kimia dengan cara

10
pertukaran ion, biokompatibel, antikariogenik, dan memiliki warna
tumpatan yang sewarna dengan gigi. Kelemahan bahan ini yaitu rapuh
dan mudah aus, ketahanan pemakaian yang rendah, dan sensivitas air
pada waktu pengerasan memberikan efek terhadap sifat fisik dan estetik
(Mitchell, dkk, 2014).
4. Logam
Logam dapat dkelompokkan menjadi dua,yaitu light metal dan heavy
metal dengan sifat high melting dan low melting. Logam mempunyai
struktur kristal dengan inti atom dikelilmgi dengan kabut electron yang
bersifat sebagai electron bebas. Elektron bebas dalam struktur menyebabkan
unsur logam mempunyai peran sebagai konduktor listrik maupun panas.
Logam didapatkan dari alam dalam bentuk campuran. Untuk mendapatkan
logam murni dilakukan dengan cara pemanasan-pencairan kemudian
pemadatan. Logam yang digunakan untuk tambalan gigi ada beberapa macam,
seperti chromcobalt, titanium, dan palladium (Richard dkk, 2002).
Logam yang digunakan tidak mengandung zat yang berbahaya bagi
tubuh, sehingga aman jika dimasukkan ke dalam mulut. Pada umumnya
logam dalam bentuk padat kecuali air raksa dengan ciri-ciri yang hampir
sama: mengkilat, kuat, ductile, malleable, sebagai konduktor panas dan listrik
serta berwarna keputihan kecuali emas dan tembaga. Logam dan paduannya
memiliki banyak kegunaan dalam kedokteran gigi. Paduan baja biasanya
digunakan untuk konstruksi instrumen dan kabel untuk ortodontik. Paduan
emas dan paduan yang mengandung kromium digunakan untuk membuat
mahkota, inlays dan basis gigi tiruan sementara amalgam gigi, paduan yang
mengandung merkuri merupakan bahan paduan yang paling banyak
digunakan pada perawatan gigi (Richard dkk, 2002)

11
Daftar Pustaka

Anusavice, K.J, 2003, Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Edisi 10. Jakarta :
EGC

Combe, E.C.,1992, Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai
Pustaka

Craig, Robert, G., and John M. Power., 2002, Restorative Dental Material: 11th
edition, United State of America : Mosby.

Damiyanti, M., 1999, Kondisi Kemasan dan Pemasaran Bahan Stone Gips (Gips Tipe
III) di Jakarta, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, vol 6 (3):
11-17

Mitchell, L., Mitchell, D., Lorna, M., 2014, Kedokteran Gigi Klinik, Jakarta: EGC

Van Noorth, Richard, 2002, Dental Material second edition, London : Mosby.

12

Anda mungkin juga menyukai