Anda di halaman 1dari 15

BLOK HARD TISSUE SURGERY

SELF LEARNING REPORT


CASE STUDY 3
KOMPLIKASI EKSTRAKSI

Tutor:

Disusun Oleh:
Putri Silvia Nurcahyani
G1B016002

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2019
KOMPLIKASI EKSTRAKSI

SKENARIO 3A
Seorang pasien laki-laki berusia 29 tahun, datang kembali ke klinik anda dengan
keluhan perdarahan yang tidak kunjung berhenti setelah dilakukan tindakan
ekstraksi gigi 28 dengan prosedur sederhana tadi pagi. Menurut cerita pasien,
darah terus merembes pada bekas pencabutannya bahkan ketika pasien tidur darah
masih merembes hingga mengenai bantal. Pasien telah menggigit kapas dan
mengikuti instruksi paska ekstraksi namun perdarahan tetap terjadi. Tidak
ditemukan riwayat kelainan perdarahan sebelumnya. Kelainan sistemik juga
disangkal oleh pasien. Berdasarkan hasil pemeriksaan intraoral terlihat darah
masih merembes dari soket dan ketika dilakukan palpasi teraba ada bagian tulang
yang tajam pada sisi bukal soket bekas pencabutan dan melukai gusi.

A. Analisis Kasus Skenario


1. Identitas Pasien:
a. Jenis Kelamin : laki-laki
b. Usia : 29 tahun
2. Pemeriksaan Subyektif
a. Keluhan Utama (CC): perdarahan yang tidak kunjung berhenti setelah
dilakukan tindakan ekstraksi gigi 28 dengan prosedur sederhana tadi
pagi.
b. Riwayat Penyakit Saat ini (PI): darah terus merembes pada bekas
pencabutannya bahkan ketika pasien tidur darah masih merembes
hingga mengenai bantal. Pasien telah menggigit kapas dan mengikuti
instruksi paska ekstraksi namun perdarahan tetap terjadi.
c. Riwayat Sistemik (PMH): pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik.
d. Riwayat Dental (PDH): telah melakukan pencabutan gigi 28 tadi pagi
dengan prosedur ekstraksi sederhana.
e. Riwayat Keluarga (FH): tidak ada keterangan.
f. Riwayat Sosial (SH): tidak ada keterangan.

1
3. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan Intra Oral: terlihat darah masih merembes dari soket dan
ketika dilakukan palpasi (+) pada bagian tulang yang tajam pada sisi
bukal soket bekas pencabutan dan melukai gusi.
4. Diagnosis
Diagnosis pasien ini adalah komplikasi ekstraksi berupa
perdarahan pasca ekstraksi

B. Rencana Perawatan (Penatalaksanaan)


Tujuan dari rencana perawatan komplikasi post ekstraksi gigi dari
perdarahan adalah untuk menghilangkan perdarahan yang terus merembes.
Hal ini biasanya dengan berbagai tindakan, antara lain:
1. Lakukan observasi pada pasien, apabila pasien dinilai stabil, perhatikan
bagian yang mengalami perdarahan.
2. Apabila bagian yang mengalami perdarahan telah ditemukan, penanganan
awal yang kita lakukan adalah melakukan penekanan langsung dengan
tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan supaya terbentuk bekuan
darah yang stabil. Sering hanya dengan melakukan penekanan, dengan
tangan atau tekanan tidak langsung dengan perban dan berikan pasien
larutan kumur dan buang semua beku darah pada daerah perdarahan
dengan menggunakan aspirator.
3. Kemudian lakukan pengamatan apakah ada pinggiran tulang alveolar
yang tajam yang dapat menyebabkan luka pada soket bekas pencabutan.
4. Lakukan penghalusan pada pinggiran tulang yang tajam tersebut dengan
menggunakan bone file dengan arah keluardan tidak boleh mengenai
gingiva.
5. Kemudian irigasi soket dari debris dengan menggunakan larutan salin dan
povidone iodine.
6. Bila pasien mengeluh kesakitan dapat dilakukan tindakan anestesi lokal
agar perawatan tidak terasa sakit. Vasokonstriktor yang dapat digunakan
pada obat anastesi hanya boleh sedikit saja (konsentrasi terbesarnya
1:100.000 epinefrin).

2
7. Kompresi soket gigi dengan tangan dan pasien diinstruksikan untuk
menggigit tampon selama 10 hingga 30 menit.
8. Apabila perdarahan telah berhenti, kasa dipindahkan kemudian lakukan
observasi pada pasien selama 10-15 menit untuk melihat apakah terjadi
perdarahan kembali (Pedersen, 2013)

C. Pembahasan Kasus
Salah satu komplikasi yang mungkin dapat terjadi saat ekstraksi gigi
adalah perdarahan. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa perdarahan
saat ekstraksi dapat terjadi karena faktor lokal maupun karena faktor sistemik,
namun untuk kasus ini, pendarahan disebabkan adanya faktor lokal. Sebagai
seorang dokter gigi, kita dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang memadai dalam melakukan pencegahan dan
penatalaksanaannya (Scully and Cawson, 2005).
1. Etiologi
Perdarahan pasca ekstraksi dapat terjadi karena faktor lokal
maupun karena faktor sistemik. Sekitar 90% kasus perdarahan pasca
ekstraksi diakibatkan oleh faktor lokal. Faktor lokal dapat berupa
kesalahan dari operator maupun pasien itu sendiri. Faktor lokal akibat
kesalahan operator dapat berupa trauma yang berlebihan (pada jaringan
lunak khususnya) akibat tindakan ekstraksi yang dilakukan secara tidak
hati-hati atau traumatik. Sedangkan faktor lokal yang diakibatkan oleh
kesalahan pasien dapat berupa tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi
oleh pasien, tindakan pasien seperti penekanan socket dengan
menggunakan lidah atau kebiasaan pasien menghisap-hisap area socket
gigi, serta kumur-kumur yang berlebihan oleh pasien pasca ekstraksi.
(Andreasen, 2007).
Berdasarkan kasus, terjadinya pendarahan pasca ektraksi ini
disebabkan oleh bagian tulang yang tajam pada sisi bukal soket bekas
pencabutan seingga terjadi traumatik dan menimbulkan luka pada
gingiva. Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada
pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan

3
platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena
adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding
pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka
ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin,
konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk
deposisi fibrin (Andreasen, 2007).
2. Pencegahan
a. Perhatikan kondisi tulang yang ada setelah dilakukan pencabutan,
apakah ada serpihan tulang, bagian tulang yang ekspose atau bagian
tulang yang tajam.
b. Operator yang kurang berpengalaman dapat menyebabkan trauma
yang lebih besar selama pencabutan gigi, sehingga dibutuhkan
keahlian khusus dalam tindakan ini
c. Intruksikan pasien untuk tidak melakukan kebiasaan buruk seperti
penekanan socket dengan menggunakan lidah atau kebiasaan pasien
menghisap-hisap area socket gigi, serta kumur-kumur yang
berlebihan oleh pasien pasca ekstraksi. (Andreasen, 2007).

SKENARIO 3B
Seorang pasien perempuan berusia 55 tahun, datang kembali ke klinik anda
dengan keluhan nyeri yang luar biasa hebat pada bekas pencabutan gigi 46 yang
telah dicabut 2 hari yang lalu. Pencabutan gigi 47 dilakukan dengan prosedur
ekstraksi sederhana. Berdasarkan pemeriksaan subjektif, kelainan sistemik
disangkal oleh pasien serta vital sign dalam batas normal. Hasil pemeriksaan
intraoral terlihat soket bekas pencabutan yang belum menutup dan tidak ada
jendalan darah yang menutupi soket bekas pencabutan. Gingiva disekitar soket
berwarna kemerahan, palpasi (+) sakit serta terdapat debris disekitar soket bekas
pencabutan gigi 47. Menurut cerita pasien, rasa sakit tersebut sedit berkurang
ketika minum obat dan kembali sakit ketika efek obat tersebut hilang.

4
A. Analisis Kasus Skenario
1. Identitas Pasien:
a. Jenis Kelamin: Perempuan
b. Usia : 55 tahun
2. Pemeriksaan Subyektif
a. Keluhan Utama (CC): nyeri yang luar biasa hebat pada gigi 47
setelah dilakukan pencabutan dua hari yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Saat ini (PI): nyeri yang luar biasa hebat pada
gigi 46.
c. Riwayat Sistemik (PMH): pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik.
d. Riwayat Dental (PDH): telah melakukan pencabutan gigi 47 dua
hari yang lalu dengan prosedur ekstraksi sederhana.
e. Riwayat Keluarga (FH): tidak ada keterangan.
f. Riwayat Sosial (SH): tidak ada keterangan.
3. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan Vital Sign: dalam batas normal.
b. Pemeriksaan Intra Oral: terlihat soket gigi 47 kosong tanpa adanya
jendalan darah yang menutupi dan debris di sekitar soket gigi. .
Gingiva disekitar soket berwarna kemerahan, palpasi (+) sakit
4. Diagnosis
Diagnosis pasien ini adalah komplikasi ekstraksi berupa dry socket.

B. Rencana Perawatan (Penatalaksanaan)


Menurut Pedersen (2013). meTujuan dari rencana perawatan komplikasi
post ekstraksi gigi dari dry socket adalah untuk mengurangi rasa sakit yang
dirasakan oleh pasien selama proses penyembuhan yang tertunda. Hal ini
biasanya dengan berbagai tindakan, antara lain:
a. Pemantuan terhadap komplikasi post ekstraksi
b. Apabila pasien tidak dapat menahan rasa sakit, maka dapat dilakukan
anestesi topikal atau lokal.
c. Debridemen pada daerah bekas post ekstraksi secara mekanik

5
d. Irigasi pada bagian yang mengalami alveolitis dengan larutan salin yang
hangat dan kuretase semua bekuan darah degenerasi, kemudian diperiksa.
Soket yang diirigasi dengan larutan salin sebaiknya disedot dengan hati-
hati agar bagian yang utuh dapat dipertahankan.
e. Penghalusan tulang yang tajam dengan bone file.
f. Palpasi dengan hati-hati menggunakan aplikator kapas untuk membantu
menentukan sensitivitas.
g. Membuat pendarahan pada soket untuk merangsang terjadinya bekuan
darah.
h. Penutupan dengan pembalut (dressing) obat-obatan yang mengandung zinc
oksida/campuran eugenol dengan dimasukkan ke dalam alveolus. Dressing
perlu untuk diganti setiap hari atau setiap 24-48 jam dan kemudian
ditunggu hingga berkurang frekuensinya.
Pembalut obat-obatan yang dapat digunakan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Salep benzocaine Salep acrithesin Pasta BIPP
Benzocaine 6% Eugenol 5% Benzocaine 1%
Minyak cengkeh 6% Chrolobutanol 8% Bismuth subnitrate
Hyd. wool fat 25% Benzocaine 4% 20%
Petrolatum 63% Aquaphor 83% Iodoform 40%
Pertrolatum 39%
Preparat komersial:
a. Pasta Sultan’s Dry Socket: guaiacol, balsam Peru, eugenol, dan
chlorobutanol.
b. Pembalut Dry Socket: kasa radiopak dijenuhkan dengan
eugenol dalam petrolatum putih.
c. Alvogyl: iodoform dapat memberikan efek antimikroba,
eugenol atau benzokain dapat memberikan efek analgesik dan
butamben dapat memberikan anastesi moderate yang efektif.
Catatan: kasa biasa berukuran ¼ atau ½ inci digunakan dan dianjurkan
untuk pembalut obat-obatan. Iodoform tidak dianggap sebagai bahan
bakterisidal yang efektif dan mempunyai rasa yang sangat tidak enak.

6
i. Melepas kassa dapat untuk mempercepat penyembuhan luka, jika rasa
sakit pasien sudah berkurang.
j. Setelah kasa dilepas, instruksikan pasien untuk menjaga kebersihan
rongga mulut dan pemberian obat non steroid anti inflamasi (NSAID)
analgesik, jika pasien tidak memiliki kontraindikasi terhadap obat
NSAID.
k. Untuk menghindari rasa sakit yang berangsur-angsur, pasien
diinstruksikan untuk menghindari mengunyah pada sisi yang tersebut.
l. Peresepan obat antibiotik dan analgesik.
R/ Amoxicillin mg 500 capl. No. XV
S. 3.d.d. capl. I p.c
R/ Asam Mefenamat mg 500 capl. No. XIII
S. p.r.n (4.d.d) tab. I. aggred. dol. p.c
m. Edukasi pemeliharaan oral hygiene

C. Pembahasan Kasus
Dry socket atau alveolitis Alveolar osteitis adalah komplikasipasca operasi
pada atau di sekitar soket gigi yang dapat meningkat tiap waktu antara hari
pertama dan hari ketiga setelah pencabutan yang ditandai dengan hilangnya
bekuan darah normal pada tahap proliferasi pada soket alveolar serta dengan
atau tanpa halitosis sehingga menyebabkan terjadinya infeksi. (Pedersen,
2013). Dry socket dikenal dengan beberapa nama, antara lain: alveolar
osteitis, alveolitis, localized alveolitis, alveolitis sicca dolorosa, localized
alveolar osteitis, localized osteitis, postoperative osteitis, localized acute
osteomyelitis, septic socket, fibrinolytic alveolitis, necrotic socket, alveolagia
(Cadoso, dkk., 2010).
1. Etiologi
Dry socket disebabkan oleh multifaktorial dan belum diketahui
secara jelas. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan insidensi dry socket,
antara lain:
a. Trauma Bedah dan Kesulitan dalam Bedah

7
Trauma bedah yang cukup besar menyebabkan tulang
alveolar melepaskan aktivator-aktivator jaringan dan mengubah
plasminogen menjadi plasmin yang menghancurkan bekuan fibrin,
sehingga soket kering dan terasa sangat nyeri. Pencabutan gigi
secara bedah 10 kali lipat dapat meningkatkan insidensi dry socket
dibandingkan dengan pencabutan gigi secara non bedah (Cadoso,
dkk., 2010).
b. Merokok
Beberapa studi mengemukakan terdapat hubungan antara
merokok dengan dry socket. Tembakau yang digunakan sebagai
bahan dasar rokok mengandung tar, nikotin, karbon monoksida (CO)
dan hidrogen sianida diketahui dapat mengganggu suplai oksigen
yang menyebabkan berkurangnya aliran darah pada jaringan,
sehingga risiko dry socket semakin besar. Mekanisme sistemik atau
pengaruh lokal secara langsung (panas atau isapan rokok) pada
daerah pencabutan gigi juga dapat menyebabkan peningkatan
insidensi dry socket. Dipertimbangkan bahwa fenomena ini
berkaitan dengan paparan substansi asing yang dapat bertindak
sebagai kontaminan pada daerah pencabutan gigi (Cadoso, dkk.,
2010).
c. Usia
Sebagian besar kasus dry socket terjadi pada usia 31-40
tahun dengan persentase sebanyak 36,6%. Semakin tua umur pasien,
resiko untuk mengalami dry socket juga semakin tinggi.
Dikemukakan juga bahwa pengangkatan gigi molar ketiga
mandibula sebaiknya dilakukan sebelum umur 24 tahun. Banyaknya
kasus yang terjadi pada kelompok usia ini disebabkan oleh
pembentukan tulang alveolar telah sempurna dan banyak terjadi
penyakit peridontal, sehingga adanya trauma pencabutan
kemungkinan dapat menimbulkan dry socket (Bowe, dkk., 2011).

8
d. Infeksi bakteri
Banyak studi yang mendukung bahwa infeksi bakteri
merupakan faktor utama terjadinya dry socket. Penelitian mengenai
asosiasi antara Actinomyces viscosus dan Streptococcus mutans pada
dry socket menunjukkan penyembuhan luka yang lambat dari daerah
bekas pencabutan gigi setelah inokulasi mikroorganisme ini pada
model hewan (Bowe, dkk., 2011).
e. Jenis kelamin dan penggunaan kontrasepsi
Dry socket terjadi lebih banyak pada wanita dibandingkan
pria, dengan persentase sebesar 4,1%. Banyak penulis mengklaim
bahwa jenis kelamin perempuan tanpa memperhatikan penggunaan
kontrasepsi oral merupakan predisposisi terjadinya dry socket. Hal
ini dikarenakan tablet kontrasepsi mengandung estrogen yang
memiliki peran terhadap terjadinya dry socket, sehingga
mengakibatkan level plasminogen meningkat dan menstimulasi
aktivitas fibrinolisis. Aktivitas fibrinolisis meningkat pada
pertengahan siklus tablet kontrasepsi dan menurun mendekati normal
pada masa tidak aktif. Namun, dikemukakan juga bahwa tidak ada
perbedaan dalam insidensi dry socket yang berasosiasi dengan jenis
kelamin (Bowe, dkk., 2011).
f. Irigasi yang berlebihan atau kuretase alveolus
Irigasi yang berlebihan secara berulang-ulang pada alveolus
dapat mengganggu pembentukan bekuan darah, sedangkan kuretase
secara keras dapat melukai tulang alveolar (Cadoso, dkk., 2010).
g. Penggunaan anestesi lokal
Penggunaan anestesi lokal lebih tinggi risiko terjadinya dry
socket dibandingkan anestesi umum. Xylocaine dengan
vasokonstriktor (ephineprine) meningkatkan risiko dry socket
dibandingkan dengan citanest. Selain itu, frekuensi dry socket
meningkat dengan anestesi infiltrasi. Karena, ischemia temporer
dapat menyebabkan suplai darah berkurang. (Bowe, dkk., 2011).

9
h. Physical Dislodgement of the Clot (Tercabutnya Bekuan Darah)
Dari berbagai teori, tidak ada fakta yang ditemukan pada
literatur mengenai hal ini, yang disebabkan oleh manipulasi atau
tekanan negatif jika mengisap melalui sedotan dapat memiliki
kontribusi terjadinya dry socket (Bowe, dkk., 2011).
i. Kurangnya pengalaman operator
Operator yang kurang berpengalaman dapat menyebabkan
trauma yang lebih besar selama pencabutan gigi, khususnya
pencabutan gigi molar ketiga mandibula secara bedah (Bowe, dkk.,
2011).
j. Molar ketiga mandibula
Dry socket lebih banyak ditemukan pada pencabutan gigi
molar ketiga mandibula. Hal ini berkaitan dengan , karena mandibula
memiliki tulang yang padat dan vaskularisasi yang lebih sedikit
dibandingkan maksila, serta berkurangnya kapasitas produksi
jaringan granulasi yang bertanggung jawab khusus pada daerah
tersebut (Bowe, dkk., 2011).
k. Penyakit Sistemik
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa terdapat
asosiasi antara penyakit sistemik dengan dry socket. Pasien dengan
immunocompromised atau diabetes cenderung untuk mengalami dry
socket karena dapat mengubah proses penyembuhan luka.
l. Terdapat Sisa Fragmen Tulang/Akar pada Luka
Fragmen sisa tulang atau akar dan debris dapat
menyebabkan terganggunya penyembuhan dan memiliki kontribusi
dalam insidensi dry socket.
m. Desain Flap/Penggunaan Jahitan pada Luka
Bukti mengenai hubungan antara hal ini dengan insidensi
dry socket masih belum dapat dijelaskan secara ilmiah.
n. Oral hygiene yang buruk
Mikroorganisme pada pasien dengan oral hygiene yang
buruk dapat berperan menyebabkan infeksi pada luka pencabutan

10
gigi. Hal ini dapat menyebabkan inflamasi dan meningkatkan risiko
terjadinya dry socket
2. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya dry socket, antara lain:

a. Langkah sebelum operasi:


Sterilisasi alat-alat yang digunakan pada pencabutan gigi dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga memperkecil
risiko dry socket (Pedersen, 2013).
b. Langkah sewaktu operasi:
1) Perhatikan tindakan asepsis dengan baik agar lapangan kerja
terbebas dari patogen(Torres, dkk., 2005).
2) Perhatikan kondisi tulang yang ada setelah dilakukan
pencabutan, apakah ada serpihan tulang, bagian tulang yang
ekspose atau bagian tulang yang tajam. (Bowe, dkk., 2011).
3) Anestesi dengan vasokonstriktor harus diberikan dengan dosis
yang cukup untuk mencegah alveolus kering dan rasa sakit
setelah pencabutan (Bowe, dkk., 2011).
4) Pencabutan gigi dilakukan pada saat kondisi daerah sekitar
pencabutan tidak terjadi inflamasi. Pencabutan saat terjadi
inflamasi menyebabkan suplai darah ke tulang dan daerah
pencabutan terhambat, karena dinding alveolus terdapat jaringan
yang meradang. Pencabutan gigi dapat ditunda hingga inflamasi
sembuh dengan memberikan obat-obatan (Bowe, dkk., 2011).
5) Teknik pencabutan yang tepat, sehingga trauma yang besar
terhadap tulang dapat menyebabkan penurunan resistensi infeksi
dan enzim bakteri menghancurkan bekuan darah. Pencabutan
gigi yang sulit dianjurkan menggunakan teknik pembedahan
dengan flap untuk meminimalkan trauma dan mempercepat
penyembuhan primer (Pedersen, 2013).

11
6) Irigasi dengan salin isotonik (NaCl 0,9%) dan kuretase setelah
dilakukan pencabutan. Saline isotonik (NaCl 0,9%) digunakan
sebagai antiseptik untuk membebaskan rongga mulut secara
menyeluruh dari bakteri penyebab dry socket, tidak menghambat
penyembuhan dan tidak menimbulkan alergi pada soket
pencabutan (Pedersen, 2013)
c. Langkah setelah tindakan:
1) Instruksikan pasien untuk mengigit tampon dengan povidone
iodine kurang lebih 1 jam, jangan berkumur-kumur, atau
menghisap-hisap darah operasi , hindari merokok (Bowe, dkk.,
2011).
2) Penggunaan antibiotik seperti penicillin, clindamycin,
erythromycin dan metronidazole dapat mencegah infeksi pada
luka pencabutan gigi, sehingga efektif untuk mencegah dry
socket (Torres, dkk., 2005).
3) Penggunaan chlorhexidin digluconate untuk obat kumur
maupun irigasi efektif mengurangi soket yang kering.
Chlorhexidin digluconate 0,2% dapat mengganggu aktivitas
bakteri serta efektif melawan bakteri gram negatif (-) maupun
positif (+) yang dapat mengakibatkan dry socket (Bowe, dkk.,
2011 ).
4) Intake yang cukup, cairan, kalori dan protein. (Torres, dkk.,
2005).
5) Menjaga kebersihan mulut dan menjaga luka dari iritasi
mekanik seperti mengunyah pada daerah sisi yang lain (Torres,
dkk., 2005).
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang dapat timbul dari dry socket, antara lain (Pedersen,
2013):
a. Dry socket muncul pada hari 1-3 setelah pencabutan gigi dengan durasi
biasanya hingga 5-10 hari.

12
b. Rasa sakit yang hebat dan ‘berdenyut’ dimulai sejak 24-72 jam setelah
pencabutan gigi dan dapat menjalar hingga ke arah telinga dan tulang
temporal.
c. Pada pemeriksaan Probe Test dengan menggunakan sonde lurus, tanda
yang sangat khas sekali adalah rasa sakit sekali apabila sonde
menyentuh Bare Bone. Dimana awalnya terdapat gambaran bekuan
darah yang berwarna abu – abu kehitaman dan ketika bekuan darahnya
hilang akhirnya terdapat jaringan granulasi dari Bone Bare yang
berwarna kuning keabuabuan. Gambar 2 Probe Test (Dhusia 2000)
d. Tulang alveolus yang terbuka dan kosong, biasanya dipenuhi oleh
debris.
e. Tulang alveolar di soket bekas pencabutan diselimuti oleh lapisan
jaringan nekrotik berwarna kuning keabu-abuan.
f. Hilangnya bekuan darah pada soket bekas pencabutan dan biasanya
dipenuhi oleh debris.
g. Inflamasi margin gingiva di sekitar soket bekas pencabutan.
h. Mukosa sekitar biasanya berubah warna menjadi lebih kemerahan
dibandingkan dengan jaringan sekitarnya.
i. Limfadenopati disertai dengan demam ringan.
j. Ipsilateral regional lymphadenopathy
k. Bau mulut dan rasa tidak enak atau halitosis

13
DAFTAR PUSTAKA

Andreasen, J.O., et al., 2007, Traumatic Dental Injuries-A Manual, 2nd


ed.Blackwell : Munksgaard.
Bowe, D. C., Rogers, S., Stassen L. F. A., 2011, The Management of Dry Socket/
Alveolar Osteitis, Journal of the Irish Dental Association, 57 (6): 305-
310.
Cadoso, C. L., Rodrigues, M. T., Ferreira, J. O., Garlet, G. P., de Carvalho, P. S.,
2010, Clinical Concepts of Dry socket. J Oral Maxillofac Surg,
68:1922-1932.
Meechan, J. G., Macgregor, I. D. M., Rogers, S. N., Hobson, R. S., Bate, J. P. C.,
Dennison, M., 1988, The Effect of Smoking on Immediate Post-
Extraction Socket Filling with Blood and on The Incidence of Painful
Socket. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 26 (5):
402-409.
Pedersen, G. D., 2013, Buku Ajar Bedah Mulut (Oral Surgery), EGC, Jakarta.
Scully C. and Cawson, RA. 2005. Medical Problems in Dentistry. 5th ed. London.:
Wright.
Suryadi, I. A., Asmarajaya, A. A. G. N., Maliawan, S., 2013, Proses
Penyembuhan Luka, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Denpasar.
Torres-Lagares D., Serera-Figallo M. A., Romero-Ruiz M. M., Infante-Cossio P.,
Garcia M., Gutierez-Perez J. L., 2005, Update on Dry Socket: a
Review of The Literature, Med Oral Patol Oral Cir Bucal, 10:81-85.

14

Anda mungkin juga menyukai

  • Alvogyl
    Alvogyl
    Dokumen3 halaman
    Alvogyl
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat
  • Cs Unit Cost
    Cs Unit Cost
    Dokumen22 halaman
    Cs Unit Cost
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat
  • SGD 2
    SGD 2
    Dokumen14 halaman
    SGD 2
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat
  • TMJ
    TMJ
    Dokumen13 halaman
    TMJ
    Putri Silvia
    100% (1)
  • Dental Material
    Dental Material
    Dokumen12 halaman
    Dental Material
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat
  • Anomali
    Anomali
    Dokumen11 halaman
    Anomali
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat
  • Analisis SWOT SGD
    Analisis SWOT SGD
    Dokumen14 halaman
    Analisis SWOT SGD
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat
  • Dental Simulator
    Dental Simulator
    Dokumen8 halaman
    Dental Simulator
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat
  • Dental Simulator
    Dental Simulator
    Dokumen8 halaman
    Dental Simulator
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat
  • SGD 1
    SGD 1
    Dokumen17 halaman
    SGD 1
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat
  • SGD 3
    SGD 3
    Dokumen17 halaman
    SGD 3
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat
  • Oklusi SGD 1
    Oklusi SGD 1
    Dokumen8 halaman
    Oklusi SGD 1
    Putri Silvia
    Belum ada peringkat