Anda di halaman 1dari 46

MODUL 2

INSISIVUS 4
P E N YA K I T G I N G I V A D A N P E R I O D O N TA L
INSISIVUS 4
Khalisa Salsabila
Mona Marhamah
Adinda Rizki Amalia NH
Nabilla Ramadhanty
Andina Anggraini
M Ayarel Diesdenata
Elga handayani
Nabilla Dayuning Harisman
Puan Maharani
Syahrina Suhdi
PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL
SKENARIO 2
Gusi dora sakit
Dora 24 th, datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut dengan keluhan gigi belakangnya
terasa sakit dan berdenyut sejak 1 minggu yang lalu, sehingga giginya banyak yang goyang dan
gusinya mudah berdarah.
Pemeriksaan intra oral, terlihat gingiva abses gigi 31 dan 41, gingivitis hampir disemua
regio, kegoyahan gigi pada gigi posterior rahang atasdan rahang bawah, beberapa gigi karies
disertai mobility grade 1, oral hygine buruk. Pada rontgen foto terlihat kerusakan tulang
horizontal hampir semua regio. Terdapat area radiolusen sepanjang akar gigi dan periapikal gigi 12
yang telah dilakukan perawatan endodontik. Regio posterior rahang bawah dan atas telah
mengalami Periodontitis Kronis, dengan adanya poket periodontal yang cukup dalam dan Bleeding
on Probing. Jika tidak segera dirawat, kondisi tersebut dapat berlanjut dengan timbulnya Abses
Periodontal.
Bagaimanakah saudara menjelaskan kondisi yang dikeluhkan oleh Dora?
RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja jenis- jenis dari penyakt periodontal?
• Gingivitis, disebabkan oleh plak dan non plak.
• Periodontitis, terbagi atas :
Kronis (general, lokalisasi, dan manifestasi dan penyakit sistemik)
Akut
Nekrotik periodontitis
Abses periodontal
Periodontitis akibat lesi endodontik
2. Apa saja faktor resiko dari penyakit periodontal?
• Kebersihan rongga mulut (adanya plak)
• Perokok
• Penyakit sistemik
• Umur kurang dari 30 tahun, resiko tertinggi pada wanita
• Obesitas
• Stres
• Aktivitas ekonomi
• Hipertensi
3. Bagaimana pemeriksaan dari penyakit gingiva dan periodontal?
• Warna
• Tekstur
• Kedalaman poket
4. Apa saja tanda klinis dari gingivitis dan periodontitis?
• Gingivitis:
Bleeding on Probing
Perubahan warna
Perubahan konsistensi
Perubahan strukturpermukaan
• Periodontitis :
Inflamasi gingiva
Akumulasi plak
Kehilangan tulang > 40%
Adanya poket
mobility gigi
5. Apa penyebab dari gingivitis?
• Akumulasi plak
• Faktor lokal : oral hygine yang buruk,restorasi yang gagal, jaringan karies
• Sistemik : genetik, hormonal, hematologi
• Hiv
• Onat-obatan yang menyebabkan hiposalivasi
• Kurangnya konsumsi vitamin C,B12
6. Apa penyebab dari periodontitis kronis?
• Faktor lokal , seperti iritasi lokal, fungsi lokal. Penyebab utamanya adalah bakteri.
• Faktor sistemik, seperti pengaruh hormonal, puber, kehamilan, defisiendi yang rendah, contoh:
Diabetes Militus
7. Apa yang menyebabkan poket periodontalnya cukup dalam?
• Terjadi kehilangan perlekatan gingiva dan tulang karena epitel penyatunya berimigrasi ke arah
apikal
• Bergeraknya gingiva ke arah korona karena perbesaran gingiva
8. Apa hubungan Diabetes Militus yang menyebabkan gigi Dora goyah dan gusi berdarah?
• Terjadinya penebalan membran sel basal menyebabkan migrasi sel radang terhambat sehingga
menyebabkan penurunan sistem imun
• Perlekatan kolagen menurun
• DM akan menyebabkan kadar glikosa tubuh meningkatsehingga akan terjadi peningkatan induksi
bakteri. Selain itu kerja enzim kolagenase meningkat yang menyebabkan sintesa kolagen
mengalami penurunan, jika hal ini dibiarkan maka akan terjadinya mobility gigi.
• Jika tidak terkontrol akan terjadi kerusakan tulang
9. Penyakit apa yang diderita dora berdasarkan klasifikasinya?
• Gingivitis yang diinduksi oleh plak yang berhubungan dengan penyakit sistemik.

10. Apa yang harus dilakukan setelah perawatan endodontik jika terdapat radiolusen pada giginya
yang dirawat?
• Terjadi kesalahan saat pengisian bahan endodontik yang menyebabkan lesi muncul kembali
11. Mengapa penyakit dora tidak dirawat akan timbul abses periodontal?
• Poket yang dalam akan menimbulkan inflamasi(sel radang yang meningkat)
• Jika abses tidak ada maka eksudat akan terbentuk
• Jika dibuarkan akan menimbulkan abses
Dora 42 thn

RSGM

Pemeriksaan Intraoral:
Penunjang: Anamnesa :
•- Gingiva abses 31 dan 41
•Kerusakan tulang •- DM terkontrol
•- Gingivitis di semua regio Doagnosa:
horizontal 2 thn lalu
•- Gigi RA RB goyah Regio posterior RA dan
•Radiolusen •- Gigi goyah
•- Karies disertai mobility RB Periodontitis kronis
periapikal 12 yang •- Gusi mudah
grade 1
telah dirawat endo berdarah
•- OH buruk

Penyakit gingiva dan periodontal

klasifikasi Etiologi Pemeriksaan Gejala klinis Hubungan dengan


penyakit sistemik
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang klasifikasi penyakit
gingiva dan periodontal.

• GINGIVA
Klasifikasi penyakit gingiva :
a. Dental Plaque-Induced Gingival Disease
Kondisi ini dapat terjadi pada jaringan periodontal yang tidak mengalami attachment loss ataupun
jaringan periodontal yang mengalami attachment loss. Kondisi ini stabil dan tidak agresif.
1. Gingivitis yang hanya berasosiasi dengan dental plak
• Tanpa kontribusi factor lokal
• Dengan kontribusi factor lokal
2. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh factor sistemik
– Berhubungan dengan system endokrin
Puberty-associated gingivitis
Menstrual cycle-associated gingivitis
Berhubungan dengan kehamilan
- Gingivitis
- Pyogenik granuloma
– Gingivitis yang berhubungan dengan diabetes melitus
Berhubungan dengan diskrasia darah
Leukemia-associated gingivitis
Lainnya
b. Non-Plaque-Induced Gingival Disease
• Penyakit gingiva dengan penyebab bakteri spesifik
• Neisseria gonorrhoeae
• Treponema palladium
• Spesies S
• treptococcus
• Lainnya
2. Penyakit gingiva dengan penyebab virus
• Infeksi herpesvirus
• Primary herpetic gingivostomatitis
• Reccurent oral herpes
• Varicella Zoster
• Lainnya

3. Penyakit ginviva dengan penyebab jamur


• Infeksi spesies candida : generalized gingival candidiasis
• Linear gingival erythema
• Histoplasmosis
• Lainnya
4. Lesi gingiva dengan penyebab genetic
• Hereditary gingival fibromatosis
• Lainnya

5. Manifestasi gingiva dari penyakit sistemik


– Lesi mucocutaneous
• Lichen planus
• Pemphigoid
• Pemphigus vulgaris
• Erythema multiforme
• Lupus Erythematous
• Drug induced
• Lainnya
– Reaksi alergi
• Material restorasi
– Merkuri
– Nikel
– Akrilik
– Lainnya
• Reaksi atribut pada :
– Pasta gigi
– Obat kumur
– Permen karet
– Makanan
– Lainnya
PERIODONTAL :
1. Periodontitis
Periodontitis didefinisikan sebagai penyakit keradangan jaringan pendukung gigi yang
disebabkan oleh mikroorganisme atau kelompok mikroorganisme spesifik yang mengakibatkan
kerusakan progresif dari ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan peningkatan menyelidik
pembentukan mendalam, resesi, atau keduanya.

– Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan umumnya
memiliki waktu lambat tetapi periode kehancuran lebih cepat dapat diamati. Peningkatan laju
perkembangan penyakit dapat disebabkan oleh dampak dari faktor-faktor lokal,sistemik, atau
lingkungan yang dapat mempengaruhi interaksi host-bakteri normal.
– Periodontitis Agresif
Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis terutama pada pesatnya laju
perkembangan penyakit, ketiadaan akumulasi plak dan kalkulus, dan riwayat keluarga terkait
genetik.

– Periodontitis sebagai Manifestasi Penyakit Sistemik


Efek utama dari gangguan ini adalah melalui perubahan dalam mekanisme pertahanan
host seperti neutropenia dan kekurangan adhesi leukosit.
2. Nekrotik Periodontitis
• Necrotizing Ulcerative Gingivitis
NUG biasanya terlihat sebagai lesi akut yang merespon baik terhadap terapi antimikroba.
• Necrotizing Ulcerative Periodontitis
NUP berbedadari NUG dalam hilangnya perlekatan dan kondisi tulang alveolar.

3. Abses Periodontal
Abses periodontal adalah infeksi purulen local dari jaringan periodontal jaringan. Abses
periodontal adalah suatu infeksi yang terletak di sekitar poket periodontal serta dapat
mengakibatkan kerusakan ligamentum periodontal dan tulang alveolar.
4.Periodontitis akibat LesiEndodontik
• Endodontik- Lesi Periodontal
Dalam lesi ini nekrosis pulpa mendahului perubahan periodontal. Sebuah lesi periapikal
yang berasal dari infeksi pulpa dan nekrosis dapat mengalir ke rongga mulut melalui periodontal
ligament sehingga terjadi kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar yang
berdekatan.
• Lesi Periodontal – Endodontik
Dalam lesi periodontal-endodontik, infeksi bakteri dari saku periodontal yang
menyebabkan kehilangan perlekatan dan mungkin menyebar ke akar melalui kanal aksesori
sehingga terjadi nekrosis pulpa.
• Kombinasi keduanya.
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang etiologi penyakit gingiva
dan periodontal.
• Etiologi Gingivitis

Menurut Manson & Eley (1993) gingivitis disebabkan oleh faktor primer dan faktor
sekunder. Faktor primer dari gingivitis adalah plak. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk
biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi atau permukaan jaringan keras di rongga mulut
(Daliemunthe, 2008).
Plak gigi mengalami perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk bagian
pertahanan bakteri di dalam rongga mulut. Penggunaan antibiotik yang berspektrum luas secara
berkepanjangan adalah salah satu contohnya. Kondisi tersebut dapat terjadi pertumbuhan
mikroorganisme secara berlebihan khususnya jamur dan bakteri (Daliemunthe, 2008).
Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur ataupun semprotan air, tetapi
dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis. Plak gigi tidak dapat terlihat jika
jumlahnya sedikit kecuali diberi dengan larutan disklosing atau sudah mengalami diskolorisasi oleh
pigmenpigmen yang berada dalam rongga mulut. Plak gigi akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu
kekuningan dan kuning jika terjadi penumpukan (Daliemunthe, 2008).
Lapisan plak pada peradangan gingiva memiliki ketebalan 400 μm. Peradangan gingiva
berhubungan dengan akumulasi plak di sekitar marginal gingiva. Kondisi ini menyebabkan
perubahan komposisi plak dari mikroflora streptococci menjadi Actinomyces spp. Selama
perkembangan gingivitis, mikroflora mengalami peningkatan pada jumlah spesies. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan mikroba Fusobacterium nucleatum, P.
Intermedia, Capnocytophaga spp., Eubacterium spp. dan spirochete pada gingiva yang mengalami
peradangan (Daliemunthe, 2008).
Menurut Manson & Eley (1993) faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan
faktor sistemik. Faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi
deposit plak yang menghalangi pembersihan plak. Faktor-faktor tersebut adalah restorasi gagal,
kavitas karies, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik,
pesawat orthodonti, susunan gigi-geligi yang tidak teratur, merokok tembakau dan
mikroorganisme. Faktor lokal tersebut merupakan proses mulainya peradangan gingiva.
Lang NP. et al., (2008) menyatakan bahwa apabila gigi geligi dibersihkan dengan interval
48 jam tidak akan terjadi gingivitis, tetapi apabila pembersihan gigi geligi ditunda sampai 72 jam
akan terjadi inflamasi gingiva.
Faktor sekunder gingivitis yang kedua adalah faktor sistemik. Faktor sistemik dapat
memodifikasi respons gingiva terhadap iritasi lokal (Manson & Eley, 1993). Faktor sistemik adalah
faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, misalnya:
a. Faktor Genetik
Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat pada Hereditary gingival
fibromatosis dan beberapa kelainan mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai peradangan
gingiva. Hereditary gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang
ditandai oleh diffuse gingival enlargement, kadang-kadang menutupi sebagian besar permukaan
atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa tergantung dari pengangkatan plak secara efektif.
Macam-macam lesi yang dapat mempengaruhi adalah lichen planus, pemphigoid,
pemphigus vulgaris dan erythema multiforme. Hyperplasia gingiva dapat berasal dari faktor
genetik. Hyperplasia gingiva (sinonim dengan gingival overgrowth, gingival fibromatosis) dapat
terjadi sebagai efek dari pengobatan sistemik seperti phenytoin, sodium valproate, cyclosporine
dan dihydropyridines. Peradangan tergantung pada perluasan plak.
b. Faktor Nutrisional
Secara teoritis defisiensi dari nutrien utama dapat mempengaruhi keadaan gingiva dan
daya tahannya terhadap iritasi plak, tetapi karena saling ketergantungan berbagai elemen diet yang
seimbang, sangatlah sulit untuk mendefinisikan akibat defisiensi spesifik pada seorang manusia.
Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai dengan gingiva tampak bengkak, berwarna
merah terang karena defisiensi vitamin C. Kekurangan vitamin C mempengaruhi fungsi imun
sehingga menurunkan kemampuan untuk melindungi diri dari produk-produk seluler tubuh
berupa radikal oksigen.
• c. Faktor Hormonal
Perubahan hormon endokrin berlangsung semasa pubertas, kehamilan, menopouse dan
diabetes. Keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang merubah respons
terhadap produkproduk plak.
Insidens gingivitis pada masa pubertas mencapai puncaknya dan tetap terjadi walaupun
dilakukan kontrol plak. Penemuan Sutclife menyatakan bahwa peningkatan keparahan gingivitis
tidak berhubungan dengan meningkatnya deposit plak. Jaringan lunak di dalam rongga mulut pada
masa pubertas terjadi inflamasi yang bereaksi lebih hebat terhadap jumlah plak yang tidak terlalu
besar yang diikuti dengan pembengkakan gingiva dan perdarahan. Setelah melewati masa pubertas
keparahan inflamasi gingiva cenderung berkurang (Jeffrey et al., 2011).
d. Faktor Hematologi
Penyakit darah tidak menyebabkan gingivitis, tetapi dapat menimbulkan perubahan
jaringan yang merubah respons jaringan terhadap plak. Penyakit hematologi yang menyebabkan
perdarahan gingiva, diantaranya adalah anemia, leukemia dan leukopenia (Manson & Eley, 1993).
Presentase epitel jaringan ikat gingiva yang terkena radang mengalami perdarahan lebih
besar bila dibandingkan dengan gingiva yang tidak mengalami perdarahan. Perdarahan pada gingiva
adalah sejalan dengan perubahan histopatologis yang terjadi pada jaringan ikat periodonsium.
Etiologi Periodontitis

a. Faktor Primer
Penyebab primer dari penyakit periodontal adalah iritasi bakteri. Menurut teori non-spesifik
murni bakteri mulut terkolonisasi pada leher gingiva untuk membentuk plak pada keadaan tidak ada
kebersihan mulut yang efektif.Semua bakteri plak dianggap mempunyai beberapa faktor virulensi yang
menyebabkan inflamasi gingival dan kerusakan periodonta keadaan ini menunjukkan bahwa plak akan
menimbulkan penyakit tanpa tergantung komposisinya. Namun demikian, sejumlah plak biasanya tidak
mengganggu kesehatan gingiva dan periodontal dan beberapa pasien bahkan mempunyai jumlah plak
yang cukup besar yang sudah berlangsung lama tanpa mengalami periodontitis yang merusak walaupun
mereka mengalami gingivitis.
b. Faktor Sekunder
Faktor sekunder dapat lokal atau sistemik. Beberapa faktor lokal
• pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak
• dan menghalangi pembersihan plak. Faktor ini disebut sebagai faktor retensi
• plak.
c. Faktor Lokal
• Restorasi yang keliru
• Kavitas karies
• Tumpukan sisa makanan
• Geligi tiruan sebagian yang desainnya tidak baik
• Pesawat ortodonti
• Susunan gigi geligi yang tidak teratur
• Kurangnya seal bibir atau kebiasaan bernapas melalui mulut
• Merokok tembakau
• Groove perkembangan pada enamel servikal atau permukaan akar
3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang gejala klinis penyakit
gingiva dan periodontal.

• GINGIVITIS

• Gejala Klinis :
Secara umum, gambaran klinis gingivitis adalah adanya tanda klinis berikut: kemerahan,
perdarahan akibat stimulasi, perubahan kontur, adanya plak atau kalkulus dan secara radiografi
tidak ditemukan kehilangan tulang alveolar. Pemeriksaan histologi jaringan gingiva yang mengalami
peradangan menunjukkan ulserasi epitel. Keberadaan radang memberikan pengaruh negatif
terhadap fungsi epitel sebagai pelindung. Perbaikan ulserasi epitelium ini bergantung pada aktivitas
proliferative atau regenerative sel epitel.
Gejala klinis gingivitis yang parah adalah termasuk eritema, edema, dan pembesaran hiperplastik.
Daerah anterior menunjukkan kondisi yang lebih parah dengan adanya gigi yang berjejal ringan,
dan bernapas melalui mulut. Pada saat probing tidak terdapat kehilangan perlekatan, dan poket
tidak terdapat di daerah cementoenamel junction.
• PERIODONTITIS
Gejala Klinis:
Periodontitis kronis bisa terdiagnosis secara klinis dengan mendeteksi perubahan
inflamasi kronis pada marginal gingival, kemunculan poket periodontal dan kehilangan perlekatan
secara klinis. Penyebab periodontal ini besifat kronis, kumulatif, progresif dan bila telah mengenai
jaringan yang lebih dalam akan menjadi irreversible. Secara klinis pada mulanya terlihat peradangan
jaringan gingiva disekitar leher gigi dan warnanya lebih merah daripada jaringan gingiva sehat. Pada
keadaan ini sudah terdapat keluhan pada gusi berupa perdarahan spontan atau perdarahan yang
sering terjadi pada waktu menyikat gigi.
Bila gingivitis ini dibiarkan melanjut tanpa perawatan, keadaan ini akan merusak jaringan
periodonsium yang lebih dalam, sehingga cement enamel junction menjadi rusak, jaringan gingiva
lepas dan terbentuk periodontal poket. Pada beberapa keadaan sudah terlihat ada peradangan dan
pembengkakan dengan keluhan sakit bila tersentuh.
Bila keparahan telah mengenai tulang rahang, maka gigi akan menjadi goyang dan mudah
lepas dari soketnya.
Tanda klinik dan karakteristik periodontitis kronis: 10
– Umumnya terjadi pada orang dewasa namun dapat juga terlihat pada remaja.
– Jumlah kerusakan sesuai dengan jumlah faktor lokal.
– Kalkulus subgingiva sering ditemukan.
– Berhubungan dengan pola mikroba
– Kecepatan progresi lambat tetapi memiliki periode eksaserbasi dan remisi.
– Dapat diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan perluasan dan keparahannya.
– Dapat dihubungkan dengan faktor predisposisi lokal (seperti relasi gigi atau faktor iatrogenik).
– Mungkin dimodifikasi oleh dan atau berhubungan dengan kelainan sistemik (seperti diabetes mellitus,
infeksi HIV).
– Dapat dimodifikasi oleh faktor selain kelainan sistemik seperti merokok dan stres emosional.
4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang hubungan penyakit
sistemik dengan penyakit gingiva dan periodontal.
• JANTUNG
Dalam sebuah penelitian ditemukan hubunganantara penyakit gigi dan risiko
kematian.Penelitian ini dilakukan di Amerika Serikatdengan responden sebanyak 9.760
orang.Penelitian tersebut menyimpulkan bahwaseseorang dengan periodontitis (peradanganpada
jaringan penyangga gigi) memiliki risikomenderita penyakit jantung koroner sebesar25%
dibandingkan dengan responden denganpenyakit periodontal yang ringan (penyakitgusi). Pada
pria di bawah usia 50 tahun,penyakit periodontal merupakan faktor risikopenyakit jantung
koroner. Dalam kelompokini, pria dengan periodontitis hampir dua kaliberisiko menderita
penyakit jantung koronerdibanding pria yang memiliki penyakitperiodontal ringan atau yang
tidak menderitapenyakit tersebut. Dalam total populasi (priadan wanita dari segala usia) plak gigi
dankalkulus (karang gigi) merupakan faktor risikokuat terjadinya penyakit jantung koroner.
Dalam kaitannya dengan umur panjang (usiaharapan hidup), penemuan paling
pentingmenunjukkan bahwa indikator kuat kematiandini selain penyakit jantung koroner
adalahpenyakit periodontal dan kebersihan mulutyang buruk. Pria muda yang memiliki
indekskebersihan mulut maksimum 6 memiliki risikokematian 3-4 kali lebih tinggi
dibandingkanyang memiliki indeks kebersihan 0. Selain itu,pria muda dengan periodontitis
memiliki risikokematian hampir tiga kali lipat akibat penyakitjantung koroner, dan sekitar 50%
risikomasuk ke rumah sakit. Bila dibandingkandengan subjek yang menderita penyakitperiodontal
ringan atau tidak ada, individudengan gingivitis (penyakit periodontal ringan)memiliki risiko
kematian sekitar 23% lebihtinggi. Orang dengan periodontitis, atau tidakada gigi, memiliki risiko
meninggal sekitar 50%lebih tinggi.
Dari sudut pandang kesehatan,temuan ini bermakna karena risiko kematianpenderita
jantung dengan gingivitis lebihrendah daripada periodontitis.Tetapi, radanggusi akan cepat
mengarah ke bentuk yanglebih parah jika tidak diobati. Matillamengemukakan bahwa hubungan
antarakesehatan gigi dan serangan jantung tetapbermakna, walaupun telah dilakukanpengontrolan
usia, kelas sosial, hipertensi,lipid serum dan konsentrasi lipoprotein,merokok, adanya diabetes, dan
serum Ckonsentrasi peptida (yang mencerminkanresistensi terhadap insulin). Endotoksin
bakteriatau faktor serupa dapat berhubungan denganinfark miocard, dan kesehatan gigi yangburuk
tidak bisa dikesampingkan sebagaifaktor penyebab.
• STROKE
Terdapat hubungan antara infeksi gigi denganinfark cerebral (stroke) pada laki-laki6.
Semua infeksi gigi dan periodontal berasal daribakteri. Perawatan gigi dapat
menyebabkanbakteremia transien (adanya bakteri dalamdarah), bahkan mengunyah
dapatmenginduksi peningkatan bakteri dalam darahseseorang dengan kesehatan mulut buruk.
Peneliti juga menemukan bahwa faktor yangterkait dengan penyakit gusi
dapatberkontribusi pada penyebab aterosklerosis.Diketahui infeksi bronkus kronis dankesehatan
gigi yang buruk (terutama dariinfeksi gusi kronis) dapat meningkatkan risikostroke (iskemia
serebrovaskular)7. Penyakitgusi dan infeksi saluran akar merupakankontributor utama dalam
penyakit gigikronis. Infeksi pada tulang rahang sebagaiakibat infeksi saluran akar juga
merupakanfaktor risiko stroke. Saluran akar dapatmenyebabkan masalah kesehatan bukanlahhal
baru. Konsep ini disebut teori fokal infeksi.Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwaperawatan
saluran akar secara tradisionaltidak dapat mensterilkan saluran akar danribuan tubulus secara
efektif. Teori inimenjelaskan bahwa infeksi yang ada disaluran akar dapat ditransfer melalui
sistemperedaran darah ke bagian lain dari tubuh.
• DIABETES
Diabetes dapat mempengaruhi penyakitperiodontal, bahkan penelitian barumenunjukkan
bahwa penyakit periodontaldapat mempengaruhi diabetes juga. Tingkatkeparahan penyakit gusi
dapat meningkatkanresiko kontrol glikemik yang buruk. Biladibandingkan pasien diabetes
denganpenyakit gusi yang ringan, maka orang-orangdengan penyakit gusi parah memilikiprevalensi
protein dalam urin (proteinuria)yang signifikan dan sejumlah komplikasikardiovaskular. Oleh
karena itu, dibutuhkanperhatian dan kerjasama yang erat antaradokter dan dokter gigi.
Mengobatikomplikasi periodontal dapat meningkatkankontrol metabolik dari penyakit diabetes
• INFEKSI PERNAFASAN
Ada dugaan bahwa rongga mulut bertindaksebagai reservoir bagi bakteri
bergerakmenuju ke paru-paru11. Lebih lanjut, terbuktibahwa ada peningkatan skor plak dan
gingivapada penderita asma dibandingkan kelompokkontrol
• OSTEOPOROSIS
Para peneliti di University of Buffalo, yangVdipimpin oleh Jean Wactawski-
Wende,melaporkan bahwa sebagian besar penderitaVpenyakit periodontal mungkin berisiko
terkenaosteoporosis. Penelitian ini merupakanpenelitian pertama tentang hubungan
antarametabolisme tulang dan kesehatan mulut. Parapenulis melaporkan bahwa jika
hubungantetap kuat pada penelitian lebih berikutnya,maka dimungkinkan sinar-X yang
digunakandapat mengeroposkan tulang.
• Gangguan Gastrointestinal
Hubungan yang paling bermakna antarapenyakit gigi dan gangguan pencernaan
adalahkehilangan gigi. Pasien edentulous (tanpa gigi)paling rentan terhadap masalah gastrointestinal
dan lainnya. Sebuah penelitianmembuktikan bahwa pasien dengan gigi palsumengalami kesulitan /
ketidakmampuanmengunyah makanan dengan benar. Ketidakmampuan mengunyah
dapatmenurunkan asupan vitamin A dan serat,terutama dari buah-buahan dan sayuran,sehingga
dapat memancing gangguanpencernaan dan mempengaruhi kesehatansecara
keseluruhan.Penelitian yang lain menunjukkan bahwaefisiensi mengunyah seseorang yang
memakaigigi palsu adalah sekitar seperenamnya yangmengunyah dengan gigi asli. Dengan kata
lain,orang dengan gigi palsu memerlukan waktu 6kali lebih lama untuk mengunyah
makanannyadibanding yang mengunyah dengan gigi asli13.Dalam penelitian lain, para
penelitimengumpulkan data tentang asupan makanandan asupan gizi 49.501 pria ahlikesehatan.
• Sistem Kekebalan Tubuh
Ketika sistem kekebalan tubuh terganggumaka akan terkena dampak negatif padamasalah
kesehatan baik langsung ataupuntidak langsung. Infeksi gigi, terutama penyakitperiodontal, abses
periapikal dan kavitasi,memiliki pengaruh yang merusak sistemkekebalan tubuh dan dapat
membahayakankeberhasilan pengobatan medis untuk setiappenyakit yang berhubungan dengan
kekebalantubuh
GAMBARAN RADIOGRAF PENYAKIT
PERIODONTAL
Periodontitis
1. Kekaburan dan putusnya kontinuitas lamina dura, pada bagian mesial atau distal dari puncak
septum interdental dipertimbangkan sebagai perubahan radiografi paling awal pada
periodontitis.
2. Kehilangan tulang interdental berlanjut dan pelebaran ruang periodontal akibat radiolusen
wedge shape pada aspek mesial dan distal puncak tulang.
3. Proses destruksi berjalan sepanjang puncak septum interdental dan tingginya tulang menjadi
berkurang.
4. Tinggi tulang septum interdental berkurang secara progresif akibat perluasan inflamasi dan
resorpsi tulang.

Anda mungkin juga menyukai