Anda di halaman 1dari 23

PERIODONTITIS KRONIS

MARDIANA ANDI ADAM


Laboratorium Periodontologi
FKG UNHAS
PERIODONTITIS KRONIS

Dahulu dikenal sebagai “adult periodontitis” atau


“chronic adult periodontitis, adalah bentuk yang
lazim dari periodontitis

Umumnya periodontitis dipertimbangkan menjadi


penyakit yang berkembang secara lambat.

Pada keadaan sistemik atau faktor lingkungan


dapat mengubah respon host terhadap akumulasi
plak, seperti diabetes, merokok, atau stres, dimana
perkembangan penyakit menjadi lebih agresif
Walaupun periodontitis kronis paling sering
ditemukan pada orang dewasa, namun penyakit ini
dapat juga terjadi pada anak-anak dan remaja dalam
responnya terhadap plak kronis dan akumulasi
kalkulus.

Etiologi utama dari penyakit:

(1) Pembentukan plak mikroba,


(2) Inflamasi periodontal
(3) Kehilangan perlekatan dan tulang alveolar
PERIODONTITIS :

 suatu penyakit infeksi yang menghasilkan inflamasi


di bawah jaringan pendukung gigi, hilangnya
perlekatan yang progresif, dan kehilangan tulang”.


pembentukan plak mikrobial, inflamasi jaringan
periodontal, dan hilangnya perlekatan serta tulang
alveolar
 Pembentukan poket periodontal merupakan akibat
dari proses penyakit kecuali jika resesi gingiva
diikuti dengan hilangnya perlekatan, dimana poket
yang dalam dapat menjadi dangkal karena adanya
kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang yang
terus berlangsung.
GAMBARAN KLINIS

Karakteristik klinis yang ditemukan pada pasien


dengan periodontitis kronis :
 akumulasi plak supragingiva dan subgingiva sering
dihubungkan dengan pembentukan kalkulus,
 inflamasi gingiva,

 terbentuknya poket,

 hilangnya perlekatan periodontal dan hilangnya


tulang alveolar
 Umumnya gingiva sedikit membengkak dan terjadi
perubahan warna dari warna merah muda hingga
magenta.
 Hilangnya stippling gingiva
 perubahan pada daerah permukaan yang mencakup
margin gingiva yang tumpul atau menggulung dan
papilla yang datar atau berbentuk kawah

 Pada kebanyakan pasien, perubahan warna, kontur,


dan konsistensi sering dihubungkan dengan inflamasi
gingiva yang bisa jadi tidak terlihat pada saat
pemeriksaan, dan inflamasi dapat dideteksi hanya
sebagai perdarahan gingiva akibat respon dari
pemeriksaan poket periodontal yang menggunakan
probe periodontal

 Perdarahan gingiva, baik secara spontan maupun


sebagai akibat dari respon terhadap probing, sering
terjadi, dan inflamasi berhubungan dengan eksudat
cairan crevicular dan supurasi dari poket
 Pada beberapa kasus, kemungkinan sebagai hasil dari
proses yang lama, inflamasi ringan, penebalan,
jaringan marginal yang fibrotik dapat memperjelas
adanya perubahan inflamasi.

 Kedalaman poket dapat bervariasi, dan kehilangan


tulang dapat ditemukan baik secara horizontal maupun
vertikal.

 Mobilitas gigi sering terjadi pada kasus yang lanjut


ketika diduga terjadi kehilangan tulang.
DIAGNOSIS

Periodontitis kronis didiagnosa secara klinis dengan


mendeteksi
 adanya perubahan inflamasi kronis pada marginal
gingiva,
 adanya poket periodontal,

 kehilangan perlekatan klinis.

Periodontitis kronis dapat didiagnosa secara


radiografis dimana terlihat adanya kehilangan
tulang
GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis dari periodontitis kronis pada pasien yang berusia 45 tahun dengan
perawatan dirumah yang buruk dan tidak mendapatkan perawatan dental. Penumpukan
plak dan kalkulus diikuti dengan kemerahan, pembengkakan dan edema dari margin
gingival. Resesi gingival ditemukan sebagai akibat dari kehilangan perlekatan dan tulang.
Perdarahan spontan, dan terdapat juga eksudat cairan gingival krevikular. Kehilangan
stippling gingival
Localized chronic periodontitis pada perempuan berusia 42 tahun.
A, Aspek klinis dari gigi anterior memperlihatkan plak dan inflamasi minimal.
B, Radiografi memperlihatkan kehilangan tulang angular, vertikal, terlokalisir pada
sisi distal molar pertama kiri maksila.
C, Pembukaan dengan pembedahan dari kerusakan vertikal (angular) yang
berhubungan dengan akumulasi plak dan inflamasi kronis pada furkasi distobukal
Generalized chronic periodontitis pada perempuan berusia 38 tahun dengan riwayat merokok 20 tahun sekurang-
kurangnya satu bungkus sigaret setiap hari.
A, aspek klinis memperlihatkan plak dan inflamasi minimal. Probing menghasikan perdarahan yang dapat
diabaikan, yang umum dengan perokok. Pasien mengeluhkan pembentukan ruang antara insisivus kanan maksila,
yang berhubungan dengan kehilangan perlekatan dan tulang.
B, radiografi memperlihatkan pola kehilangan tulang parah, menyeluruh, dan horisontal. Molar maksila dan
mandibula telah hilang melalui penyakit yang berlanjut dan keterlibatan furkasi.
 Localized Periodontitis :
Periodontitis dianggap terlokalisasi jika <30% dari daerah yang
diukur dalam mulut memperlihatkan adanya kehilangan perlekatan
dan tulang.

 Generalized Periodontitis :
Periodontitis dianggap terlokalisasi jika >30% dari daerah yang
diukur dalam mulut memperlihatkan adanya kehilangan perlekatan
dan tulang.
POLA KEHILANGAN TULANG PADA
PERIODONTITIS KRONIS
• vertikal,
jika kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang pada
satu permukaan gigi lebih besar daripada yang terjadi
pada permukaan disekitarnya,
• horizontal,
jika kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang
berlangsung terus dengan kecepatan yang sama pada
mayoritas permukaan gigi
Kehilangan tulang vertikal biasanya berhubungan
dengan defek tulang angular dan pembentukan poket
infrabony.
Kehilangan tulang horizontal biasanya dihubungkan
dengan poket suprabony
 
KEPARAHAN PENYAKIT

 Slight (mild) Periodontitis :


Kerusakan periodontal dapat dikatakan ringan jika
hilangnya perlekatan klinis terjadi tidak lebih dari 1-
2 mm.

 Moderate Periodontitis :
Kerusakan periodontal dapat dikatakan sedang jika
hilangnya perlekatan klinis terjadi sebesar 3-4 mm.

 Severe Periodontitis :
Kerusakan periodontal dapat dikatakan berat jika
hilangnya perlekatan klinis terjadi sebesar 5 mm
atau lebih.
 Kadang-kadang, sakit dapat timbul tanpa adanya
karies,karena akar yang terbuka yang sensitif
terhadap panas, dingin atau keduanya.

 Daerah nyeri tumpul yang terlokalisir yang kadang


menyebar sampai ke dalam rahang, yang dapat
diasosiasikan dengan periodontitis.

 Adanya daerah food impaction dapat menambah


ketidaknyamanan pasien.

 Gingiva yang lunak atau gatal dapat juga terjadi.


FAKTOR GENETIK
 Peranan faktor predisposisi genetik untuk kerusakan
periodontal yang lebih agresif dalam respon terhadap
akumulasi plak dan kalkulus.

 adanya variasi genetik atau gen polimorfis yang


berkode IL-1α dan IL-1β berhubungan dengan
peningkatan kerentanan terhadap bentuk agresif dari
periodontitis kronis pada suku asli Eropa Utara.

 perokok menunjukkan gabungan genotipe IL-1


beresiko lebih besar menderita penyakit yang parah.
 pasien dengan genotipe IL-1 memiliki faktor resiko

 perokok berat serta memiliki genotipe IL-1 negatif


mempunyai faktor resiko kehilangan gigi sebesar 2,9
kali.

 Kombinasi efek genotipe IL-1 dan merokok memiliki


resiko tanggalnya gigi 7,7 kali.
PREVALENSI
Periodontitis kronis meningkat dalam prevalensi
dan keparahan seiring dengan usia,
umumnya mengenai kedua jenis kelamin secara
sama.
Periodontitis adalah penyakit age-associated
(penyakit yang berhubungan dengan usia),
bukan age-related (penyakit yang terikat dengan
usia).
Dilain kata, bukan merupakan usia dari individu
yang menyebabkan peningkatan prevalensi
penyakit, tetapi sebaliknya panjang waktu jaringan
periodontal menghadapi akumulasi plak kronis.
FAKTOR SISTEMIK
Tingkat perkembangan periodontitis kronis yang
diinduksi plak secara umum dipertimbangkan untuk
menjadi lambat. Bagaimanapun, ketika periodontitis
kronis terjadi pada pasien yang juga memiliki
penyakit sistemik yang mempengaruhi keefektifan
dari respon host, tingkat kerusakan periodontal
dapat secara signifikan meningkat

Diabetes adalah kondisi sistemik yang dapat


meningkatkan keparahan dan perluasan penyakit
periodontal yang mengenai pasien. Diabetes tipe 2,
atau non-insulin-dependent diabetes melitus
(NIDDM), adalah bentuk paling sering dari diabetes
dan terhitung untuk 90% dari pasien diabetes
Diabetes tipe 2 paling mungkin untuk berkembang
dalam populasi dewasa pada waktu yang sama seperti
periodontitis kronis
Efek sinergis dari akumulasi plak dan modulasi respon
host efektif melalui efek diabetes dapat mengarah pada
kerusakan peridontal yang parah dan meluas yang
dapat sulit untuk ditangani dengan teknik klinis standar
tanpa mengontrol kondisi sistemik.
Peningkatan diabetes tipe 2 pada remaja dan dewasa
muda telah diamati dan dapat berhubungan dengan
peningkatan dalam obesitas usia muda (juvenile
obesity).
Diabetes tipe 1, atau insulin-dependent diabetes
mellitus (IDDM), diamati dalam anak-anak, remaja, dan
dewasa muda dan dapat mengarah terhadap
peningkatan kerusakan periodontal ketika tidak
terkontrol
FAKTOR LINGKUNGAN DAN TINGKAH LAKU
 Merokok telah memperlihatkan dapat meningkatkan
keparahan dan perluasan penyakit periodontal.
periodontitis kronis pada perokok yang diinduksi plak,
terjadi peningkatan kerusakan jaringan periodontal
 Perokok dengan periodontitis kronis memiliki lebih
banyak kehilangan perlektan dan tulang, lebih banyak
keterlibatan furkasi, dan poket yang lebih dalam
 Perokok tampak untuk membentuk lebih banyak
kalkulus supragingival dan lebih sedikit kalkulus
subgingiva dan memperlihatkan perdarahan yang
kurang pada saat probing dibandingkan daripada bukan
perokok
 Terjadi perubahan mikroflora subginggiva dari perokok
dibandingkan dengan bukan perokok
FAKTOR GENETIK

 Periodontitis merupakan penyakit multifaktorial yang


mana keseimbangan normal antara plak mikroba dan
respon host terganggu
 Gangguan ini, seperti yang dijelaskan sebelumnya,
dapat terjadi melalui perubahan dalam komposisi plak,
perubahan respon host, atau pengaruh lingkungan dan
tingkah laku pada respon plak dan respon host
 Penelitian mengindikasikan bahwa variasi genetik atau
polimorfisme dalam pengkodean gen IL-1a dan IL-1B
berhubungan dengan peningkatan kerentanan
terhadap bentuk yang lebih agresif dari periodontitis
kronis pada masyarakat Eropa utara

Anda mungkin juga menyukai