Anda di halaman 1dari 18

TUGAS JURNAL PERIODONSIA

CARRANZA CHAPTER 27

Oleh:
Nama: Ida Ayu Siwi Gayatri
NPM: 2006129010057

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2020
pembentukan biofilm mikroba (plak gigi), (2)
CHAPTER 27 inflamasi periodontal (pembengkakan gingiva,
perdarahan saat probing), dan (3) perlekatan serta
PERIODONTITIS KRONIS kehilangan tulang alveolar.
Henrik Dommisch | Moritz Kebschull Selain respon imun lokal terhadap
biofilm gigi, periodontitis juga dapat dikaitkan
dengan sejumlah gangguan sistemik dan sindrom
Periodontitis kronis merupakan bentuk tertentu. Dalam kebanyakan kasus, pasien dengan
periodontitis yang paling umum, yang dimana penyakit sistemik, yang menyebabkan gangguan
umumnya menunjukkan ciri-ciri penyakit kekebalan tubuh, juga dapat menunjukkan
inflamasi yang perkembangannya lambat. kerusakan jaringan periodontal. Di sisi lain,
Periodontitis termasuk dalam kelompokpenyakit periodontitis tidak hanya terbatas pada area
inflamasi yang kompleks pada manusia. Dalam rongga mulut tetapi juga dapat dikaitkan dengan
konteks ini, kata kompleks tidak hanya penyakit sistemik yang parah seperti penyakit
menjelaskan fakta bahwa terdapat beberapa kardiovaskular, stroke, dan diabetes mellitus.
gejala klinis yang menjelaskan penyakit ini, tetapi
juga menjelaskan berbagai faktor yang Bab ini membahas gambaran klinis yang
menyebabkan dan mempengaruhi inflamasi telah dijelaskan untuk periodontitis kronis,
jaringan periodontal. Periodontitis kronis paling berdasarkan the consensus of the 1999 World
sering terjadi pada orang dewasa. Meskipun Workshop in Periodontics. Selain itu, etiologi
demikian, penyakit ini juga dapat didiagnosis diringkas dalam kategori yang menjelaskan
pada usia anak-anak dan remaja bila dikaitkan faktor-faktor yang diketahui (mikrobiologi,
dengan akumulasi plak dan kalkulus yang kronis. imunologi, genetik, dan lingkungan) yang terlibat
Oleh karena itu, periodontitis kronis harus dalam patologi periodontitis kronis.
dipahami sebagai peradangan kronis jaringan Pada saat penulisan bab ini, the
periodontal yang terkait dengan usia, tetapi juga consensus of the 1999 World Workshop in
tidak bergantung pada usia. Seperti yang Periodontics telah direncanakan bersama oleh
dijelaskan dalam bab ini, faktor sistemik atau European Federation of Periodontology and the
lingkungan (misalnya, diabetes mellitus, American Academy of Periodontology untuk
merokok) dapat mengubah respons imun tubuh November 2017, untuk lebih menyempurnakan
pada biofilm gigi sehingga kerusakan jaringan klasifikasi penyakit periodontal.
periodontal menjadi lebih progresif.
GAMBARAN UMUM
Periodontitis adalah penyakit
berkembang yang sangat umum terjadi, dan Karakteristik umum
mempengaruhi sekitar 10,5% hingga 12% dari
Temuan klinis karakteristik pada pasien dengan
populasi dunia. Periodontitis telah ditemukan
periodontitis kronis yang tidak dilakukan
dapat menimbulkan efek buruk pada kesehatan
perawatan dengan gejala berikut (Gambar 27.1
sistemik, dan dalam konteks ini, dengan
sampai 27.6):
ketergantungan patologis penting, misalnya, pada
pasien diabetes mellitus telah diidentifikasi. Juga, • Plak supragingiva dan subgingiva (dan
diketahui bahwa penanda inflamasi sistemik, kalkulus)
seperti protein C-reaktif (CRP), meningkat pada
• Pembengkakan gingiva, kemerahan, dan
pasien dengan periodontitis. Secara umum,
hilangnya stippling gingiva
periodontitis kronis dianggap sebagai penyakit
yang berkembang secara perlahan, tetapi dengan • Marginal gingiva berubah (terlihat membulat,
adanya kondisi sistemik yang parah atau faktor rata, papila terlihat mengkerut serta terjadi resesi)
lingkungan, seperti merokok, penyakit inflamasi
ini dapat berkembang lebih pesat. • Pembentukan poket gingiva

Definisi klasik menggambarkan • Pendarahan saat probing


periodontitis kronis sebagai "penyakit infeksi • Kehilangan perlekatan (attachment loss)
yang mengakibatkan peradangan di dalam
jaringan pendukung gigi, kehilangan perlekatan • Resorbsi tulang (sudut / vertikal atau horizontal)
(attachment loss) progresif, dan resorbsi tulang".
• Keterlibatan furkasi akar
Faktor etiopatologi yang menyebabkan
peradangan periodontal dan kerusakan jaringan • Peningkatan mobilitas gigi
periodontal telah dipelajari secara luas, dan
interaksi antara lingkungan mikroba dan respon • Perubahan posisi gigi
imun tubuh individu telah mendapatkan perhatian • Kehilangan gigi
dalam scientific community (dibahas nanti).
Periodontitis kronis dapat ditemukan secara klinis
Periodontitis kronis memiliki melalui periodontal screening and recording
karakteristik klinis dan etiologi utama seperti (1)
(PSR), didiagnosis dengan penilaian clinical
attachment level, dan dengan itu deteksi
perubahan inflamasi pada gingiva marginal (lihat
Gambar 27.1). Pengukuran kedalaman poket
probing periodontal yang dikombinasikan dengan
posisi marginal gingiva memungkinkan
kesimpulan mengenai hilangnya perlekatan klinis
(lihat Gambar 27.3 dan 27.6). Pada gambaran
radiografi menunjukkan luasnya kehilangan
tulang yang ditunjukkan oleh jarak antara
semento-enamel junction dan puncak tulang
alveolar (Gbr. 27.2).

Abstrak
Bab ini berfokus pada karakteristik klinis, temuan
diagnostik, dan etiopatologi periodontitis kronis.
Setelah gambaran singkat tentang definisi
periodontitis kronis dan latar belakang
epidemiologi, karakteristik klinis, distribusi
penyakit, keparahan, gejala, perkembangan, dan
prevalensi dibahas. Lebih lanjut, faktor risiko
periodontitis kronis seperti faktor mikrobiologis,
lokal, sistemik, imunologis, genetik, dan
lingkungan banyak disajikan dalam bab ini.

Keywords
chronic periodontitis
complex inflammatory disease
dental biofilm
generalized chronic periodontitis
localized chronic periodontitis
mild chronic periodontitis
moderate chronic periodontitis
periodontal microbiology
risk factors
severe chronic periodontitis
Gambar 27.1 Gambaran klinis periodontitis kronis generalisata pada pasien pria berusia 49 tahun yang
secara medis sehat dan datang ke klinik untuk pertama kalinya. Pasien melaporkan merokok 15 batang per
hari. Perhatikan plak gigi yang menumpuk dan endapan kalkulus, kemerahan dan pembengkakan pada
gingiva, dan perubahan tekstur gingiva (hilangnya stippling gingiva). Pasien melihat beberapa resesi.
Dalam kasus ini, resesi adalah hasil dari hilangnya perlekatan klinis dan kehilangan tulang alveolar. (A)
Tampak samping kanan. (B) Tampilan depan. (C) Tampak samping kiri. (D) Tampilan rahang atas. (E)
Tampilan rahang bawah. (Reprinted from Kebschull M, Dommisch H: Resektive parodontalchirurgie.
Zahnmedizin up-2-date. 2012; 525–545.

Gambar 27.2 Gambaran dari status periodontal radiografi (total 11 x-ray) pada saat diagnosis (bandingkan
Gambar 27.1 dan 27.3). Resorbsi tulang vertikal dan horizontal secara general terjadi pada sisi mesial dan
distal molar dicatat. Radiografi menunjukkan restorasi subgingiva yang dalam (gigi # 2 dan # 19), tepi
restorasi yang overhanging (gigi # 14 dan # 15), lesi karies (gigi # 14), dan perawatan saluran akar yang
tidak memadai (gigi # 18). (Reprinted from Kebschull M, Dommisch H: Resektive parodontalchirurgie.
Zahnmedizin up-2-date. 2012; 525–545.)
Gambar 27.3 Gambaran tingkat perlekatan periodontal pada pasien yang sama (lihat Gambar 27.1) pada
saat kunjungan pertama. Garis merah menampilkan marginal gingiva yang mengalami resesi. Kehilangan
perlekatan klinis (CAL) diilustrasikan dengan area berwarna biru pada permukaan akar. Poket periodontal
terdalam yang diukur adalah 9 mm. Keterlibatan furkasi (furcation involvement) kelas I (hijau) dan kelas
II (kuning) juga digambarkan. Perdarahan saat probing periodontal (peradangan gingiva) dapat dilihat dari
titik oranye. Karena riwayat merokok, perdarahan pada skor probing relatif rendah, meskipun pasien
menunjukkan kehilangan perlekatan lanjut. Mobilitas gigi ditunjukkan dengan garis hijau (gigi # 19).
(Reprinted from Kebschull M, Dommisch H: Resektive parodontalchirurgie. Zahnmedizin up-2-date. 2012;
525–545.)
Gambar 27.4 Setelah dilakukan terapi anti infeksi dan evaluasi ulang periodontal, bedah periodontal resektif
dilakukan pada pasien yang ditampilkan pada Gambar. 27.1, 27.2, dan 27.3. Metode bedah: apically
repositioned flap. (A) Insisi intrasulcular di sisi bukal; Perhatikan keterlibatan furkasi kelas I pada gigi #
14. (B) Insisi paramarginal di sisi palatal, eksisi irisan di distal. (C – D) masing-masing dijahit
menggunakan Prolene 5-0, tampilan bukal dan palatal. (E) tampilan oklusal setelah dilakukan penjahitan.
(F) tampilan oklusal 1 minggu pasca operasi. Gigi # 14 menerima terapi endodontik dan restorasi mahkota
sebelum operasi periodontal. (Reprinted from Kebschull M, Dommisch H: Resektive parodontalchirurgie.
Zahnmedizin up-2-date. 2012; 525–545.)
Gambar 27.5 Setelah terapi anti infeksi dan evaluasi ulang periodontal, operasi periodontal resektif
dilakukan pada pasien yang ditampilkan pada Gambar. 27.1 hingga 27.4. Metode bedah: apically
repositioned flap. (A) Insisi intrasulcular di sisi bukal; Perhatikan keterlibatan furkasi kelas I pada gigi
# 19 dan kehilangan tulang horizontal pada gigi # 18 hingga # 20. (B) dijahit menggunakan Prolene 5-
0, sisi bukal. (Reprinted from Kebschull M, Dommisch H: Resektive parodontalchirurgie. Zahnmedizin
up-2-date. 2012; 525–545.)

Pada periodontitis kronis, respon


Membedakan antara periodontitis agresif dan
inflamasi lokal dapat menyebabkan pola
kronis terkadang sulit dilakukan, karena
resorbsi tulang yang berbeda, termasuk
gambaran klinis mungkin sama pada saat
resorbsi tulang vertikal dan horizontal.
pemeriksaan pertama. Pada waktu selanjutnya
Meskipun resorbsi tulang vertikal
selama pengobatan, periodontitis agresif dan
dikaitkan dengan pembentukan poket
kronis dapat dibedakan dengan laju
infraboni, resorbsi tulang horizontal
perkembangan penyakit dari waktu ke waktu,
biasanya dikaitkan dengan poket
sifat penyakit agresif, dan adanya faktor lokal
supraboni (supraalveolar).
serta sistemik.
Perbedaan Antara Gingivitis dan
Periodontitis Kronis
Distribusi Penyakit Gingivitis olek Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis menunjukkan gambaran karena plak
klinis yang spesifik, di mana perlekatan dan Inflamasi pada Inflamasi jaringan
gingiva tanpa periodontal disertai
resorbsi tulang tidak terdistribusi secara merata
kehilangan perlakatan kehilangan perlekatan
ke seluruh gigi maupun di sekitar gigi. Inflamasi atau resorbsi tulang. dan resorbsi tulang.
lokal, pembentukan poket, kehilangan Dapat diatasi dengan Terjadi kehilangan
perlekatan, dan kehilangan tulang merupakan menjaga oral hygiene. perlekatan
gejala dari plak pada daerah daerah subgingiva irreversible meskipun
(biofilm gigi) dan respon inflamasi lokal. telah dilakukan
Pembentukan poket periodontal, kehilangan control inflamasi.
perlekatan, dan resorbsi tulang dapat berkembang Tidak semua sisi yang Pasien yang
pada satu atau lebih tempat pada gigi, sementara mengalami gingivitis mengalami
sisi lain tetap pada tingkat perlekatan yang akan berkembang periodontitis kronis
fisiologis. Karena sifat spesifik tempat dan menjadi periodontitis. pasti pernah
berdasarkan jumlah gigi yang kehilangan mengalami gingivitis
perlekatan klinis, periodontitis kronis dapat sebelumnya.
diklasifikasikan ke dalam kategori berikut: Dental implant Dental implant
counterpart dari counterpart dari
➢ Periodontitis kronis generalisata, artinya gingivitis adalah periodontitis adalah
kurang dari 30% gigi menunjukkan mucositis peri- peri-implantitis.
kehilangan perlekatan dan resorbsi implan.
tulang
➢ Periodontitis kronis lokalisata, artinya Keparahan Penyakit
30% atau lebih gigi menunjukkan
kehilangan perlekatan dan resorbsi Pada periodontitis kronis, keparahan dan luas
tulang kerusakan jaringan periodontal akan terjadi
seiring waktu dalam kombinasi dengan gangguan
sistemik yang dapat merusak atau meningkatkan Sehubungan dengan derajat kehilangan
respons imun tubuh. Pasien dengan periodontitis perlekatan dan resorbsi tulang, keparahan
kronis akan mengalami perkembangan penyakit dapat digambarkan sebagai ringan,
kehilangan perlekatan dan resorbsi tulang seiring sedang, atau berat. Derajat ini didefinisikan
bertambahnya usia. Jika tidak segera dilakukan sebagai berikut:
perawatan dan perilaku kebersihan mulut tetap
tidak berubah, periodontitis kronis pada akhirnya • Periodontitis kronis ringan: kehilangan
akan menyebabkan kehilangan gigi dan dapat perlekatan klinis 1 sampai 2 mm
berdampak negatif pada organ yang jauh dengan • Periodontitis kronis sedang: kehilangan
perkembangan inflamasi periodontal yang tidak perlekatan klinis 3 sampai 4 mm
terkontrol dan penyebaran infeksi secara • Periodontitis kronis berat: kehilangan
sistemik. perlekatan klinis 5 mm atau lebih

Gambar 27.6 Gambaran tingkat perlekatan periodontal pada pasien yang sama (lihat Gambar 27.1
sampai 27.5) setelah terapi periodontal aktif diselesaikan dan terapi periodontal suportif dimulai.
Garis merah menunjukkan margin gingiva yang mencerminkan resesi setelah terapi. Kehilangan
perlekatan klinis diilustrasikan dengan area terisi warna biru pada permukaan akar. Poket
periodontal terdalam yang diukur adalah 4 mm. (Reprinted from Kebschull M, Dommisch H:
Resektive parodontalchirurgie. Zahnmedizin up-2-date. 2012; 525–545.)
Gejala Pola perkembangan periodontitis kronis tidak
menunjukkan derajat kehilangan perlekatan yang
Periodontitis kronis biasanya merupakan sama pada setiap tempat yang terkena dari waktu
penyakit kompleks yang berkembang secara ke waktu. Meskipun beberapa tempat
perlahan tanpa rasa sakit. Oleh karena itu
menunjukkan kerusakan periodontal yang lebih
kebanyakan pasien tidak menyadari bahwa
cepat dari waktu ke waktu, tingkat perlekatan
mereka telah memiliki penyakit kronis. Untuk tetap di tempat lain dalam gigi untuk periode
sebagian besar pasien, perdarahan gingiva saat
waktu yang lebih lama. Menariknya,
menyikat gigi atau makan mungkin merupakan
perkembangan penyakit lebih cepat di daerah
tanda pertama terjadinya penyakit. Area dengan interproksimal dibandingkan dengan area mulut
inflamasi periodontal lanjut dapat muncul dengan atau bukal gigi tetangga. Fenomena ini dapat
purulensi yang berasal dari poket periodontal.
dijelaskan oleh fakta bahwa area interproksimal
Sebagai akibat dari resesi gingiva, pasien
ini menjadi lebih luas seiring dengan
mungkin melihat segitiga yang berwarna hitam di
perkembangan penyakit, perkembangan resesi,
antara gigi atau gigi yang sensitif terhadap
dan kemungkinan peningkatan akumulasi plak
perubahan suhu (dingin dan panas). Selain itu, dan impaksi makanan di area tersebut. Kontrol
impaksi makanan dapat terjadi di ruang
plak menjadi lebih sulit, dan adanya area furkasi
interdental triangle, yang menyebabkan
interproksimal, karies interproksimal, karies
peningkatan ketidaknyamanan dan bau mulut. akar, tepi restorasi yang overhanging, dan gigi
Dalam kasus dengan kehilangan perlekatan dan berjejal dapat meningkatkan hilangnya
resorbsi tulang lanjut, mobilitas gigi, pergerakan
perlekatan interproksimal.
gigi, gigi depan memendek atau memanjang, dan,
dalam kasus yang jarang terjadi, kehilangan gigi Karena periodontitis kronis
juga dapat dilaporkan. Dalam kasus dengan menunjukkan pola perkembangan individu dan
perkembangan penyakit lanjut, area nyeri yang heterogen di sepanjang gigi, tiga jenis berbeda
terlokalisasi atau sensasi nyeri yang menjalar ke telah diusulkan untuk menggambarkan tingkat
area lain di mulut atau kepala dapat terjadi. perkembangan penyakit dan menentukan derajat
kehilangan perlekatan dari waktu ke waktu
Key Fact
sebagai berikut:
Sisi Khusus Periodontitis Kronis
1. Model kontinu:
Tidak semua daerah di mulut sama-sama rentan • Menggambarkan bahwa progresi
terhadap periodontitis kronis, dan menunjukkan penyakit lambat dan berlanjut.
kekhususan sisi. Perkembangan penyakit terjadi • Sisi yang terkena memperlihatkan
di sisi tertentu tetapi tidak seragam. Daerah tingkat perkembangan dari kerusakan
interproksimal, secara umum, lebih rentan secara konstan pada seluruh durasi
terhadap kerusakan periodontal, dibandingkan penyakit.
dengan daerah bukal / labial.
2. The random or episodic-burst model:
Perkembangan Penyakit
• Menggambarkan perkembangan
Periodontitis kronis dapat berkembang kapan saja penyakit oleh ledakan singkat
dalam hidup. Tanda-tanda klinis pertama kerusakan lalu diikuti dengan periode
peradangan dapat terjadi bahkan selama masa tanpa kerusakan.
• pola penyakit ini diacak sesuai dengan
remaja ketika oral hygiene tidak dijaga dan plak
sisi yang terkena dan kronologi dari
gigi serta kalkulus dibiarkan menumpuk. Secara proses penyakit.
umum, laju perkembangan periodontitis kronis
tergolong lambat, sehingga gejala penyakit 3. The asynchronous, multiple-burst model:
muncul sekitar usia 40 tahun atau lebih. Onset • Menggambarkan bahwa kerusakan
dan laju perkembangan penyakit, bagaimanapun, periodontal terjadi disekitar gigi yang
dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang terkena selama periode tertentu dari
dapat dimodifikasi (misalnya, merokok, diet) dan kehidupan dan bahwa ledakan dari
tidak dapat dimodifikasi (misalnya, kelainan aktivitas tersebut kemudian diselingi
genetik dan masalah risiko). Dalam konteks ini, dengan periode ketidakaktifan
pasien yang mengalami gangguan metabolik, (stagnan) atau keringanan penyakit.
seperti diabetes mellitus, mungkin menunjukkan Kronologi dari ledakan tersebut tidak
tingkat perkembangan periodontitis kronis yang terjadi secara sama untuk gigi
jauh lebih tinggi seiring dengan peningkatan individual atau kelompok gigi.
kehilangan tulang alveolar, periodontal bleeding,
dan poket periodontal. Dengan demikian diabetes Prevalensi
mellitus dan tingkat pengendalian gula darah
termasuk dalam faktor sistemik terpenting yang Periodontitis kronis dianggap sebagai salah satu
penyakit kronis yang paling umum pada manusia,
berhubungan langsung dengan penyakit
dan prevalensi penyakit meningkat seiring
periodontal.
dengan usia yang sama pada kedua jenis kelamin.
Secara umum, 40% pasien ≥50 tahun dan hampir
50% pasien ≥65 tahun menunjukkan tanda
kerusakan periodontal ringan sampai sedang.
Prevalensi bentuk periodontitis yang parah juga
meningkat seiring bertambahnya usia. Dari 11%
sampai 30% pasien mengalami periodontitis
parah pada usia 40 tahun atau lebih (Gambar 27.7
dan 27.8). Prevalensi di seluruh dunia untuk
periodontitis kronis parah diperkirakan 10,5%
sampai 12% dari populasi dunia.

Gambar 27.7 Prevalensi untuk


periodontitis di Amerika Serikat dan
Jerman (2007-2009). (Data dari Genco
et al., 2007,28 and Holtfreter et al.,
2009,39 and reviewed in Demmer &
Papapanou, 2010.14)

Gambar 27.8 Prevalensi periodontitis


di Amerika Serikat (2009-2010).
(Data from Eke PI, Dye BA, Wei L, et
al: Prevalence of periodontitis in
adults in the United States: 2009 and
2010. J Dent Res 91:914–920, 2012.)
Faktor Resiko Penyakit Kehilangan perlekatan dan resorbsi
tulang berhubungan dengan peningkatan proporsi
Sejumlah faktor mempengaruhi etiopatogenesis organisme gram negatif dalam plak (biofilm)
periodontitis kronis. Komposisi mikroflora subgingiva, dengan peningkatan spesifik pada
rongga mulut dan jumlah biofilm gigi (plak) organisme yang diketahui patogen dan virulen.
merupakan faktor etiologi utama. Dalam konteks Porphyromonas gingivalis, Tannerella forsythia,
ini, tingkat kerusakan periodontal bergantung dan Treponema denticola, atau dikenal sebagai
pada imun tubuh serta factor predisposisi genetik bakteri red kompleks, sering dikaitkan dengan
yang mempengaruhi kerentanan individu kehilangan perlekatan dan resornsi tulang
terhadap penyakit. Selain itu, penyakit sistemik berkelanjutan pada periodontitis kronis.
dan faktor lingkungan juga mempengaruhi Perkembangan dan perjalanan penyakit
perkembangan periodontitis kronis. Faktor risiko periodontitis kronis mungkin tidak bergantung
yang dijelaskan dalam bagian berikut pada keberadaan satu bakteri tertentu atau bakteri
(mikrobiologi, lokal, sistemik, imunologi, kompleks saja. Diasumsikan bahwa periodontitis
genetik, lingkungan, dan perilaku) dapat terjadi kronis merupakan gejala sisa dari infeksi
secara bersamaan, atau terdapat pilihan faktor multispesies dengan sejumlah bakteri berbeda
pada pasien dengan periodontitis kronis. Tingkat yang mempengaruhi respon imun proinflamasi.
kontribusi faktor risiko individu berbeda di antara Selain itu, konsep interaksi mikroba tubuh telah
pasien, jadi penting untuk tidak hanya mendapat perhatian ilmiah. Telah ditemukan
mengidentifikasi faktor risiko tetapi juga bahwa peningkatan jumlah patogen periodontal
menentukan tingkat kontribusi masing-masing berkontribusi pada perkembangan lingkungan
faktor risiko. mikroba disbiotik, yang dipicu oleh lingkungan
Riwayat gingivitis dan periodontitis inflamasi di poket periodontal. Konsep ini
sebelumnya harus dipertimbangkan sebagai menggambarkan pergantian dari lingkungan
prediktor umum untuk perkembangan mikroba simbiosis ke perkembangan disbiosis
periodontitis kronis. Ada kemungkinan bahwa dalam biofilm yang melibatkan patogen
penyakit ini tidak berhasil ditangani sejak awal. keystone, seperti P. gingivalis, sebagai efek
Alasan hasil pengobatan yang tidak berhasil sinergis polimikroba. Patogen periodontal seperti
dapat dipengaruhi oleh pasien yang tidak patuh P. gingivalis kemudian dapat menginvasi
(pasien tidak kooperatif) atau pasien tidak jaringan periodontal dan dengan demikian
menjaga oral hygienenya. Di sisi lain, alasan memicu respon imun lebih lanjut dengan
perkembangan penyakit juga dapat menjadi lebih meningkatkan konsentrasi mediator proinflamasi
kompleks ketika faktor yang tidak dapat yang dapat meningkatkan kerusakan periodontal.
dimodifikasi seperti predisposisi/sindrom Selain itu, sejumlah patogen periodontal mampu
genetik, gangguan imunologi yang parah, terapi menghasilkan protease yang secara langsung
lain (misalnya, transplantasi organ) yang mempengaruhi jaringan dan respon imun tubuh
mempengaruhi status kekebalan pasien, atau
beberapa penyakit sistemik lainnya. Ini
menunjukkan tidak hanya perkembangan tetapi Faktor Lokal
juga kekambuhan periodontitis kronis. Beberapa
faktor risiko yang berkontribusi terhadap Akumulasi plak dan perkembangan biofilm
kerentanan pasien terhadap periodontitis kronis adalah penyebab utama inflamasi dan kerusakan
akan dibahas selanjutnya. periodontal. Oleh karena itu, faktor yang
memfasilitasi akumulasi plak atau mencegah
penghilangan plak saat prosedur kebersihan
mulut dapat merugikan pasien. Faktor retensi
Aspek Mikrobiologi plak penting dalam perkembangan periodontitis
Akumulasi plak pada permukaan gigi dan gingiva kronis karena dapat menahan mikroorganisme di
(pembentukan biofilm gigi) di dentogingiva dekat jaringan periodontal, sehingga
junction dianggap sebagai agen pemicu utama menyediakan relung ekologis untuk pematangan
dalam etiologi gingivitis dan periodontitis kronis. biofilm. Kalkulus dianggap sebagai faktor retensi
Saat plak gigi ini berkembang, tanda-tanda awal plak yang paling penting karena kemampuannya
dari reaksi inflamasi terjadi pada margin gingiva untuk menahan dan menampung bakteri plak di
(gingivitis) tanpa kehilangan perlekatan. permukaan kasar maupun dalam. Akibatnya,
Umumnya, inflamasi gingiva dini ini dapat pembuangan kalkulus sangat penting untuk
diatasi dengan melakukan control plak yang pemeliharaan jaringan periodonsium yang sehat.
optimal. Di sisi lain, jika kebersihan mulut yang Selain itu, morfologi gigi dapat mempengaruhi
terabaikan, peradangan akan berkembang dan retensi plak. Akar mungkin menunjukkan
akhirnya menyebabkan hilangnya perlekatan di gambaran groove atau cekungan, dan dalam
sekitar gigi. Walaupun tidak semua pasien beberapa kasus, proyeksi email pada permukaan
dengan gingivitis mengalami periodontitis, atau pintu masuk furkasi. Variasi morfologi
diketahui bahwa semua pasien periodontitis tersebut dapat memfasilitasi retensi plak,
pernah mengalami gingivitis sebelumnya. pembentukan kalkulus subgingiva, dan
Terjadinya periodontitis tergantung pada respon perkembangan penyakit. Selain itu, tepi restorasi
imun individu yang dapat mengubah onset dan subgingiva dan overhanging, lesi karies yang
perkembangan penyakit. meluas ke subgingiva, dan tereksposenya furkasi
oleh kehilangan tulang dapat meningkatkan
retensi plak.
tubuh yang lebih tinggi, dan oleh karena itu
Faktor Lokal Retentif yang Berkontribusi ditemukan peningkatan konsentrasi adipokin
yang secara langsung mempengaruhi respon
pada Periodontitis Kronis
inflamasi. Hiperglikemia itu sendiri
1. Dental kalkulus menyebabkan pelepasan mediator proinflamasi
2. Tepi mahkota gigi dalam aliran darah, yang pada gilirannya
3. Restorasi yang overhanging meningkatkan konsentrasi glukosa. Terapi
4. Keterlibatan furkasi (furcation periodontal dapat berkontribusi pada kontrol
involvement) glikemik pada pasien diabetes. Hal ini
5. Kedalaman saat probing menunjukkan bahwa terapi sistematis
6. Groove anatomi pada akar gigi periodontitis kronis mengarah pada pengurangan
7. Karies subgingiva atau lesi resorptive hemoglobin terglikasi (HbA1c) jangka pendek
sekitar 0,3% hingga 0,6%. Setiap rejimen terapi
yang berkontribusi untuk mencapai pengurangan
hemoglobin terglikasi dapat menurunkan risiko
Faktor Sistemik konsekuensi jangka panjang terkait diabetes,
Periodontitis kronis adalah penyakit kompleks seperti infark miokard, komplikasi
yang mungkin tidak terbatas pada infeksi local mikrovaskuler, dan banyak lainnya.
saja, tetapi dalam beberapa kasus periodontitis Dalam konteks diabetes mellitus,
juga dikaitkan dengan gangguan sistemik sejumlah pasien menunjukkan peningkatan berat
lainnya, seperti sindrom Haim-Munk, sindrom badan (obesitas), yang juga berkorelasi dengan
Papillon-Lefèvre, sindrom Ehlers-Danlos, prevalensi dan keparahan kehilangan perlekatan
sindrom Kindler, dan sindrom Cohen. Pasien dan resorbsi tulang. Efek negatif dari indeks
yang menderita penyakit yang merusak respons massa tubuh yang tinggi sehubungan dengan
imun tubuh (misalnya HIV / AIDS) juga dapat hasil terapi periodontal sebanding dengan efek
menunjukkan kerusakan jaringan periodontal. negatif yang telah dijelaskan pada perokok.
Lebih lanjut, diketahui juga bahwa osteoporosis,
diet tidak seimbang yang parah, dan stres, serta Faktor Imunologi
faktor dermatologis, hematologi, dan neoplastik,
Periodontitis kronis adalah penyakit yang
dapat mengganggu respon inflamasi periodontal.
disebabkan oleh bakteri yang terdapat dalam
Selain sindrom yang ditentukan, periodontitis
biofilm gigi. Onset, perkembangan, dan
juga dikaitkan dengan penyakit sistemik yang
keparahan penyakit tergantung, bagaimanapun,
parah, seperti diabetes melitus, gangguan
pada respon imun host individu. Pasien mungkin
kardiovaskular, stroke, dan gangguan paru-paru.
menunjukkan perubahan monosit perifer, yang
Periodontitis sekarang dianggap sebagai berhubungan dengan penurunan reaktivitas
komplikasi keenam dari diabetes mellitus. Pada limfosit atau peningkatan respon sel B. Tidak
diabetes mellitus dan periodontitis, terdapat hanya sel B dan makrofag, tetapi juga sel ligamen
interaksi yang diketahui dimana kedua penyakit periodontal, fibroblas gingiva, dan sel epitel
tersebut saling berhubungan satu sama lain. mensintesis mediator proinflamasi seperti
Pasien dengan diabetes mellitus menunjukkan interleukin-1 beta (IL-1 beta), IL-6, IL-8,
risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan prostaglandin-E2 (PGE2) , tumor-necrosis factor
periodontitis, dan infeksi/peradangan periodontal alpha (TNF-alpha), dan banyak lainnya yang
dapat mengganggu kontrol glikemik pasien memodifikasi respon imun bawaan dan adaptif di
diabetes secara negatif. Sejumlah penelitian daerah jaringan periodontal. Proinflammatory
menunjukkan bahwa prevalensi, keparahan, dan mediators regulate synthesis dan secretion of
prognosis periodontitis berhubungan dengan matrix-metalloproteinases (MMPs) and receptor-
kejadian diabetes melitus. Ditemukan bahwa activator-of-NF-kappaB-ligand (RANKL). Pada
rata-rata kedalaman poket serta kehilangan lesi periodontal, MMP berkontribusi pada
perlekatan klinis meningkat pada pasien dengan degradasi jaringan lunak dan keras selama proses
diabetes mellitus (terlepas dari jenis diabetes inflamasi aktif. RANKL mengikat RANK
mellitus). Pasien dengan kontrol glikemik yang reseptornya pada permukaan sel osteoklas
buruk cenderung mengalami perkembangan prematur, dan dengannya RANKL memulai
periodontitis yang lebih parah dibandingkan diferensiasi osteoklas yang mengarah ke
dengan pasien dengan kontrol glikemik yang degradasi tulang alveolar. Secara fisiologis,
baik. Berdasarkan perkembangan periodontitis osteoprotegerin (OPG) adalah penghambat
parah, tidak ada perbedaan yang ditemukan RANKL, dan selama periodontitis,
antara pasien dengan kontrol glikemik yang baik ketidakseimbangan antara OPG dan RANKL
dan pasien nondiabetes. Dengan diabetes mendorong degradasi tulang lebih lanjut.
mellitus, advanced glycation end products
Selain itu, penurunan jumlah neutrofil
(AGEs) dapat muncul, yang mengarah pada
(polimorfonuklear neutrofil [PMNs])
pelepasan oksigen bebas dan mediator
mempengaruhi derajat inflamasi periodontal.
proinflamasi (sitokin). AGEs juga dapat
Neutropenia kongenital (sindrom Kostmann)
meningkatkan kemotaksis dan adhesi sel
tidak hanya menyebabkan peningkatan
inflamasi ke jaringan periodontal, dan
kerentanan terhadap infeksi secara umum, tetapi
peningkatan apoptosis fibroblas dan osteoblas
juga pada periodontitis kronis yang parah. Pasien
dapat terjadi. Kemudian, pasien dengan diabetes
dengan sindrom Kostmann menunjukkan
mellitus cenderung menunjukkan indeks massa
penurunan kadar peptida antimikroba, seperti Selain itu, variasi genetik lain
cathelicidin (LL-37) dan peptida neutrofil (alpha (polimorfisme nukleotida tunggal [SNPs],
defensins), yang mengganggu respon imun genetic copy number variations) yang sejauh ini
bawaan mereka. LL-37 adalah peptida belum diidentifikasi sebagai penyebab sindrom
antimikroba efektif yang disintesis dari prekursor tertentu juga dapat secara langsung
yang tidak aktif, dan mutasi pada gen C cathepsin mempengaruhi respon imun bawaan dan adaptif
menghalangi pembelahan, dan dengan itu, serta struktur jaringan periodontal. Identifikasi
aktivasi LL-37. Perubahan genetik tersebut gen yang relevan dengan perkembangan
berkontribusi pada keparahan dan perkembangan periodontitis telah memunculkan konsep dan
periodontitis kronis (Papillon–Lefèvre syndrome, penemuan ilmiah baru. Setidaknya ada dua
Haim–Munk syndrome). strategi yang berbeda (kandidat gen dan asosiasi
genome) untuk mengidentifikasi varian genetik
dalam kaitannya dengan penyakit. Dalam studi
Faktor Genetik gen kandidat, varian tertentu yang sudah
diketahui (SNP) berkorelasi dengan fenotipe
Periodontitis dianggap sebagai penyakit tertentu seperti periodontitis. Oleh karena itu,
inflamasi kompleks yang dipengaruhi oleh faktor hipotesis diperlukan untuk memilih SNP spesifik
lokal, sistemik, dan imunologis (dibahas dalam gen yang relevan. Data dari studi tersebut
sebelumnya). Setiap faktor pada gilirannya menunjukkan hasil yang bervariasi, sehingga
terkait langsung dengan kondisi genetik individu. sulit untuk menarik kesimpulan yang jelas.
Beberapa kelainan genetik diketahui Dalam konteks ini, studi tentang SNP pada gen
menunjukkan kerusakan periodontal sebagai IL-1 mengarah pada kesimpulan awal bahwa
salah satu gejala utamanya. Misalnya, sindrom perubahan urutan gen yang relevan secara
Papillon Lefèvre adalah kelainan genetik yang imunologis dapat menjelaskan heritabilitas
terkenal (defek pada kromosom 11) yang periodontitis. Data yang bertentangan dalam
menunjukkan tidak hanya hiperkeratosis literatur, bagaimanapun, menunjukkan
palmoplantar tetapi juga periodontitis parah. pengetahuan yang tidak meyakinkan tentang SNP
Selain sindrom Papillon-Lefèvre, juga terdapat dalam gen IL-1 dan peran potensial mereka dalam
sindrom Haim-Munk, sindrom Ehlers-Danlos, heritabilitas dan etiopatogenesis periodontitis.
sindrom Down, sindrom Kindler, sindrom Cohen, Selain itu, tampaknya tidak masuk akal bahwa
dan neutropenia kongenital (sindrom Kostmann) polimorfisme tunggal dalam rangkaian gen
adalah kelainan genetik lain yang terkait dengan tertentu dapat menyebabkan penyakit inflamasi
penyakit periodontal. Kondisi genetik ini dibahas yang kompleks, seperti periodontitis, tanpa
secara ekstensif di Bab 11. menyebabkan gejala lain yang relevan dengan
kesehatan sistemik seseorang. Dengan demikian
Penyakit periodontal telah ditemukan
genome-wide association studies (GWAS)
pada anggota keluarga yang berbeda (anak
menjadi lebih relevan. Di sini, sejumlah besar
kembar, saudara kandung) dan generasi dari satu
variasi urutan DNA dievaluasi pada waktu yang
keluarga. Studi pada anak kembar menunjukkan
sama. Berbeda dengan studi gen kandidat, tidak
keterlibatan faktor kerentanan genetik dalam
ada hipotesis yang diperlukan untuk GWAS,
etiopatogenesis periodontitis. Dalam sejumlah
sehingga tidak ada potensi bias selama analisis.
penelitian, prevalensi periodontitis agresif dan
Di beberapa GWAS, sejumlah gen baru telah
kronis telah diteliti pada keluarga dengan riwayat
diidentifikasi terkait dengan periodontitis. Salah
satu atau lebih anggota keluarga dengan
satu gen tereplikasi terbaik disebut ANRIL
periodontitis. Data dari studi tersebut
(antisense RNA di lokus Inc). ANRIL dikaitkan
menunjukkan hasil variabel dengan kemungkinan
tidak hanya dengan periodontitis tetapi juga
heritabilitas hingga 50%. Variasi terutama
dengan penyakit kardiovaskular, yang
disebabkan oleh desain studi yang berbeda serta menggarisbawahi potensi interaksi sistemik.
jumlah individu yang dievaluasi.
Peran ANRIL selama perkembangan
periodontitis masih harus diselidiki. Diketahui
bahwa ini mewakili RNA regulasi noncoding,
Treatment Periodontitis Kronis yang terlibat selama regulasi pembelahan sel dan
Periodontitis kronis dapat diobati secara dalam mempengaruhi gen lain yang berperan
efektif dengan terapi periodontal sistematis dalam metabolisme glukosa dan lipid
yang mencakup pengendalian plak jangka (ADIPOR1, VAMP3, C11ORF10). Selain
panjang yang optimal, debridemen endapan ANRIL, varian genetik (SNP) dalam sekuens
lunak dan keras, atau eliminasi poket domain glukosiltransferase-6 yang mengandung
periodontal dengan pembedahan (bergantung 1 gen (GLT6D1), gen plasminogen (PLA), dan
pada kasus baik bedah resektif tulang atau gen neuropeptida Y (NPY) telah dikaitkan
bedah regeneratif; Gambar 27.4 dan 27.5). dengan penyakit periodontal. Karena kemajuan
Tergantung pada risiko periodontal individu, teknis dan ilmiah saat ini, diharapkan lebih
setiap pasien harus diremotivasi, dibangun banyak gen akan diidentifikasi untuk dikaitkan
kembali, dan diterapi kembali (jika perlu) dengan periodontitis selanjutnya.
selama rejimen terapi periodontal suportif
sistematis (kontrol setiap 3, 6, atau 12 bulan;
Gbr. 27.6).
Faktor Lingkungan dan Kebiasaan
Selain faktor mikroba, imunologi, dan genetik,
perkembangan dan perkembangan periodontitis
kronis selanjutnya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan perilaku seperti merokok dan
stres psikologis. Merokok merupakan faktor
risiko utama untuk perkembangan periodontitis
kronis generalisata. Periodontitis dipengaruhi
oleh dosis merokok, asupan lebih dari 10 batang
rokok per hari sangat meningkatkan risiko
perkembangan penyakit jika dibandingkan
dengan bukan perokok dan mantan perokok.
Dibandingkan dengan bukan perokok, berikut
gambaran klinis yang ditemukan pada perokok:
• Peningkatan kedalaman poket
periodontal lebih dari 3 mm
• Meningkatnya kehilangan perlekatan
(attachment loss)
• Lebih banyak terjadi resesi
• Meningkatnya kehilangan tulang
alveolar
• Meningkatnya kehilangan gigi
• Lebih sedikit tanda-tanda gingivitis
(lebih sedikit perdarahan saat probing)
• Insiden keterlibatan furkasi (furcation
involvement) yang lebih besar

Akibat konsumsi tembakau, oksigen reaktif


(radikal) dilepaskan yang secara kimiawi
mengiritasi jaringan periodontal oleh kerusakan
DNA, peroksidasi lipid pada membran sel,
kerusakan sel endotel, dan induksi pertumbuhan
sel otot polos. Faktor psikologis, seperti stres dan
depresi, juga berpengaruh negatif terhadap
perkembangan periodontitis kronis. Pasien
periodontitis sering mengeluhkan pengalaman
stres yang berhubungan dengan keluarga atau
pekerjaan. Korelasi positif antara kadar kortisol
dan indeks periodontal (indeks plak, indeks
gingiva), kehilangan tulang, dan kehilangan gigi
dicatat. Selain itu, stres sebagai faktor etiologi
bahkan sangat terkait dengan periodontitis ketika
pasien adalah perokok dibandingkan bukan
perokok.

Stres dan Penyakit Periodontal:


Mekanisme Potensial
1. Imunosupresi melalui sekresi kortisol
2. Oral hygiene yang buruk pada pasien
dengan stress yang kronis
3. Pasien dengan stres cenderung tidak
mencari perawatan profesional
4. Penderita stres bisa lebih sering merokok
Skenario Kasus 27.1

Kasus: Pasien perempuan berumur 46 tahun.


Keluhan utama pasien: pasien mengeluhkan gigi insisivus
bawahnya terasa longgar.
Latar Belakang Informasi: Pasien adalah seorang perokok
(20 batang rokok per hari, 30 bungkus pertahun) dengan
hipertensi terkontrol. Dia tidak melaporkan kondisi sistemik
lainnya. Pasien saat ini menggunakan lisinopril untuk
pengobatan hipertensinya dan melakukan pemeriksaan
kesehatan rutin tahunan. Pasien melaporkan menyikat sekali
sehari tetapi tidak menggunakan alat bantu pembersihan
interdental. Selama 2 tahun, pasien merasakan giginya terasa
kendor di daerah gigi insisivus bawah.
Temuan Klinis: didapatkan kedalaman probing dengan
range 5-8 mm, dan perdarahan saat probing 65%, serta oral
hygiene pasien buruk.

No Pertanyaan Berdasarkan Kasus di Atas Jawaban dan Penjelasan


1 Jenis terapi periodontal nonsurgical mana yang paling Jawaban: D
efektif untuk mengurangi kedalaman probing Penjelasan: Menurut tinjauan sistematis
periodontal dan mendapatkan tingkat perlekatan terkini dari Cochrane Collaboration, tidak
klinis pada pasien dengan periodontitis kronis? ada satu modalitas perawatan non-bedah
A. Quadrant-wise scaling and root planning periodontal yang lebih unggul satu sama
B. Scaling pada seluruh rongga mulut yang lain sehubungan dengan
C. Disinfection seluruh rongga mulut keefektifannya dalam mengurangi
D. Semua yang di atas benar kedalaman poket saat probing,
penambahan perlekatan klinis, dan
pengurangan perdarahan saat probing.
2 Apakah pemberian tambahan antibiotik sistemik Jawaban: B
memberikan manfaat tambahan untuk mengurangi Penjelasan: Tinjauan sistematis dan meta-
kedalaman probing periodontal pada perokok dengan analisis terkini menunjukkan tidak ada
periodontitis kronis generalisata, selain terapi manfaat bagi perokok setelah terapi
periodontal non-bedah? antibiotik tambahan sistemik. Sebaliknya,
A. Ya sebagian besar penelitian mencatat bahwa
B. Tidak perokok mendapat manfaat dari antibiotik
yang diberikan secara local.
3 Merokok merupakan faktor risiko yang terkenal Jawaban: B
untuk periodontitis kronis. Apakah risiko Penjelasan: Risiko penyakit periodontal
periodontitis kronis berubah pada pasien yang setelah berhenti merokok terus menurun.
berhenti merokok dibandingkan dengan pasien yang Dalam beberapa tahun pertama setelah
terus merokok? berhenti merokok, risikonya berkisar
A. Risiko penyakit periodontal di masa depan antara risiko untuk perokok dan yang tidak
segera setelah berhenti merokok sebanding pernah merokok. Tiga tahun setelah
dengan yang tidak pernah merokok. berhenti merokok, risiko penyakit
B. Resiko menurun terus menerus, dan 11 tahun periodontal tiga kali lebih tinggi pada
setelah berhenti merokok resiko tersebut mantan perokok bila dibandingkan dengan
sebanding dengan yang tidak pernah risiko yang tidak pernah merokok. Setelah
merokok. sebelas tahun, risiko penyakit periodontal
C. Risiko penyakit periodontal tidak berubah menjadi serupa antara mantan perokok dan
setelah berhenti merokok. bukan perokok.

REFERENSI 3. Haffajee AD, Socransky SS: Relationship of


1. Eberhard J, et al: Full-mouth treatment cigarette smoking to attachment level profiles, J
modalities (within 24 hours) for chronic Clin Periodontol 28:283–295, 2001.
periodontitis in adults, Cochrane Database Syst 4. Tomar SL, Asma S: Smoking-attributable
Rev CD004622, 2015. periodontitis in the United States: findings from
2. Chambrone L, et al: Efficacy of local and NHANES III. National Health and Nutrition
systemic antimicrobials in the non-surgical Examination Survey, J Periodontol 743–751, 2000.
treatment of smokers with chronic periodontitis: a
systematic review, J Periodontol 87:1320–1332,
2016.
Skenario Kasus 27.2

Kasus: Pasien laki-laki berumur 48 tahun.


Keluhan utama pasien: pasien mengeluhkan gusinya
berdarah sangat banyak
Latar Belakang Informasi: Pasien ini bukan perokok,
dimana pasien menderita diabetes melitus tipe 2. Parameter
hemoglobin A1c-nya berkisar antara 8,5% hingga 9,3%
dalam 10 tahun terakhir. Dia mengonsumsi 500 mg
metformin tiga kali sehari. Selain itu, ia melaporkan tekanan
darah tinggi dan tidak mengonsumsi obat antihipertensi.
Laporan pasien menyikat gigi dua kali sehari dan tidak
menggunakan alat pembersih interdental.
Temuan Klinis: didapatkan kedalaman probing dengan
range 4-7 mm, dan perdarahan saat probing 72%, serta oral
hygiene pasien buruk.

No Pertanyaan Berdasarkan Kasus di Atas Jawaban dan Penjelasan


1 Berapa persentase perubahan hemoglobin terglikasi Jawaban: A
(HbA1c sebagai persentase) yang dapat diharapkan 3 Penjelasan: Berdasarkan tinjauan
bulan setelah terapi periodontal non-bedah pada sistematis dan meta-analisis saat ini
pasien dengan diabetes mellitus dan periodontitis mendeteksi peningkatan 0,48% (interval
kronis? kepercayaan 95%: 0,18% 0,78%)
A. Sekitar 0,5% mengenai hemoglobin terglikasi (HbA1c)
B. Sekitar 1% 3 bulan setelah terapi periodontal non
C. Lebih dari 1% bedah pada pasien dengan diabetes
mellitus. Antibiotik tambahan sistemik
tidak menghasilkan perbaikan tambahan
dalam penurunan hemoglobin A1c.
2 Apakah antibiotik yang diberikan secara lokal dalam Jawaban: B
kombinasi dengan terapi periodontal nonsurgical Penjelasan: Data terkini menunjukkan
menyebabkan peningkatan dalam hal kedalaman peningkatan parameter periodontal klinis
poket periodontal pada pasien dengan periodontitis (kedalaman pemeriksaan poket dan tingkat
kronis dan diabetes? perlekatan klinis), terutama pada pasien
A. Ya, terlepas dari kontrol glikemik, akan ada dengan diabetes yang terkontrol dengan
peningkatan kedalaman probing periodontal. baik.
B. Ya, terutama pasien diabetes yang terkontrol
dengan baik mendapat manfaat dari
antibiotik yang diberikan secara lokal.
C. Tidak, parameter periodontal tidak akan
membaik setelah penggunaan antibiotik yang
diberikan secara lokal pada pasien diabetes.
3 Apakah pasien diabetes dengan periodontitis kronis Jawaban: A
mendapat manfaat dari antibiotik sistemik tambahan? Penjelasan: Penggunaan tambahan
A. Ya antibiotik sistemik pada pasien diabetes
B. Tidak memberikan manfaat tambahan yang kecil
tapi terukur dalam hal penurunan rata-rata
kedalaman poket periodontal dan rata-rata
persentase perdarahan saat probing.

REFERENSI 3. Santos CM, et al: Systemic antibiotics in


1. Teshone A, Yitayaeh A: The effect of periodontal treatment of diabetic patients: a
periodontal therapy on glycemic control and systematic review, PLoS ONE 10:e0145262, 2015.
fasting plasma glucose level in type 2 diabetic
patients: systematic review and meta-analysis,
BMC Oral Health 17:31, 2016.
2. Rovai ES, et al: Efficacy of local antimicrobials
in the non-surgical treatment of patients with
periodontitis and diabetes: a systematic review, J
Periodontol 87:1406–1417, 2016.
REFERENSI destruction viewpoints, J Dent Res 89:1349–1363, 2010.
27. Genco RJ, Borgnakke WS: Risk factors for periodontal disease,
1. Azarpazhooh A, Tenenbaum HC: Separating fact from fiction: Periodontol 2000 62:59–94, 2013.
Use of high-level evidence from research syntheses to identify 28. Genco RJ, Falkner KL, Grossi S, et al: Validity of self-reported
diseases and disorders associated with periodontal disease, J Can measures for surveillance of periodontal disease in two western
Dent Assoc 78:c25, 2012. New York population-based studies, J Periodontol 78:1439–1454,
2. Bartold PM, Van Dyke TE: Periodontitis: A host-mediated 2007.
disruption of microbial homeostasis. Unlearning learned concepts, 29. Gher ME, Vernino AR: Root morphology–clinical significance
Periodontol 2000 62:203–217, 2013. 3. Beaty TH, Boughman JA, in pathogenesis and treatment of periodontal disease, J Am Dent
Yang P, et al: Genetic analysis of juvenile periodontitis in families Assoc
ascertained through an affected proband, Am J Hum Genet 40:443– 101:627–633, 1980.
452, 1987. 30. Goyal S, Jajoo S, Nagappa G, et al: Estimation of relationship
4. Bergstrom J: Tobacco smoking and chronic destructive between psychosocial stress and periodontal status using serum
periodontal disease, Odontology 92:1–8, 2004. cortisol level: A clinico-biochemical study, Indian J Dent Res
5. Bergstrom J: Influence of tobacco smoking on periodontal bone 22:6–9, 2011.
height. Long-term observations and a hypothesis, J Clin 31. Graves DT, Liu R, Oates TW: Diabetes-enhanced
Periodontol 31:260–266, 2004. inflammation and apoptosis: Impact on periodontal pathosis,
6. Bochenek G, Hasler R, El Mokhtari NE, et al: The large non- Periodontol 2000 45:128–137, 2007.
coding RNA ANRIL, which is associated with atherosclerosis, 32. Gurav A, Jadhav V: Periodontitis and risk of diabetes mellitus,
periodontitis and several forms of cancer, regulates aDIPOR1, J Diabetes 3:21–28, 2011.
VAMP3 and C11ORF10, Hum Mol Genet 22:4516–4527, 2013. 33. Hajishengallis G, Darveau RP, Curtis MA: The keystone-
7. Calabrese N, D’Aiuto F, Calabrese A, et al: Effects of pathogen hypothesis, Nat Rev Microbiol 10:717–725, 2012.
periodontal therapy on glucose management in people with 34. Hajishengallis G, Lamont RJ: Beyond the red complex and into
diabetes mellitus, Diabetes Metab 37:456–459, 2011. more complexity: The polymicrobial synergy and dysbiosis (PSD)
8. Carlsson G, Andersson M, Putsep K, et al: Kostmann syndrome model of periodontal disease etiology, Mol Oral Microbiol
or infantile genetic agranulocytosis, part one: Celebrating 50 years 27:409–419, 2012.
of 35. Hajishengallis G, Lamont RJ: Breaking bad: Manipulation of
clinical and basic research on severe congenital neutropenia, Acta the host response by Porphyromonas gingivalis, Eur J Immunol
Paediatr 95:1526–1532, 2006. 44:328 338, 2014.
9. Chapple IL, Genco R, Working group 2 of the joint EFP/AAP 36. Hajishengallis G, Lamont RJ, Graves DT: The enduring
Workshop: Diabetes and periodontal diseases: Consensus report of importance of animal models in understanding periodontal disease,
the joint EFP/ AAP workshop on periodontitis and systemic Virulence 6:229–235, 2015.
diseases, J Clin Periodontol 40(Suppl 14):S106–S112, 2013. 37. Hart TC, Bowden DW, Ghaffar KA, et al: Sublocalization of
10. Chiou LJ, Yang YH, Hung HC, et al: The association of the Papillon-Lefevre syndrome locus on 11q14-q21, Am J Med
psychosocial factors and smoking with periodontal health in a Genet 79:134–139, 1998.
community population, J Periodontal Res 45:16–22, 2010. 38. Hart TC, Hart PS, Michalec MD, et al: Haim-Munk syndrome
11. Chung WO, Dommisch H, Yin L, et al: Expression of and Papillon-Lefevre syndrome are allelic mutations in cathepsin
defensins in gingiva and their role in periodontal health and C, J Med Genet 37:88–94, 2000.
disease, Curr Pharm 39. Holtfreter B, Schwahn C, Biffar R, et al: Epidemiology of
Des 13:3073–3083, 2007. periodontal diseases in the study of health in Pomerania, J Clin
12. Consortium CAD, Deloukas P, Kanoni S, et al: Large-scale Periodontol 36:114–123, 2009.
association analysis identifies new risk loci for coronary artery 40. Hou GL, Tsai CC: Cervical enamel projection and intermediate
disease, Nat Genet 45:25–33, 2013. bifurcational ridge correlated with molar furcation involvements, J
13. de Haar SF, Hiemstra PS, van Steenbergen MT, et al: Role of Periodontol 68:687–693, 1997.
polymorphonuclear leukocyte-derived serine proteinases in defense 41. Janket SJ: Scaling and root-planing (SRP) may improve
against Actinobacillus actinomycetemcomitans, Infect Immun glycemic control and lipid profile in patients with chronic
74:5284–5291, 2006. periodontitis (CP)
14. Demmer RT, Papapanou PN: Epidemiologic patterns of and type 2 diabetes (DM2) in a specific subgroup: A meta-analysis
chronic and aggressive periodontitis, Periodontol 2000 53:28–44, of randomized clinical trials, J Evid Based Dent Pract 14:31–33,
2010. 2014.
15. Deschner J, Haak T, Jepsen S, et al: [Diabetes mellitus and 42. Jepsen S, Deschner J, Braun A, et al: Calculus removal and the
periodontitis. Bidirectional relationship and clinical implications. prevention of its formation, Periodontol 2000 55:167–188, 2011.
A consensus document], Internist (Berl) 52:466–477, 2011. 43. Johnson GK, Hill M: Cigarette smoking and the periodontal
16. Divaris K, Monda KL, North KE, et al: Genome-wide patient, J Periodontol 75:196–209, 2004.
association study of periodontal pathogen colonization, J Dent Res 44. Kassebaum NJ, Bernabe E, Dahiya M, et al: Global burden of
91:21S–28S, 2012. severe periodontitis in 1990-2010: A systematic review and meta-
17. Dolic M, Bailer J, Staehle HJ, et al: Psychosocial factors as risk regression, J Dent Res 93:1045–1053, 2014.
indicators of periodontitis, J Clin Periodontol 32:1134–1140, 45. Kebschull M, Demmer RT, Papapanou PN: “Gum bug, leave
2005. my heart alone!”–epidemiologic and mechanistic evidence linking
18. Dommisch H, Chung WO, Jepsen S, et al: Phospholipase C, periodontal infections and atherosclerosis, J Dent Res 89:879–902,
p38/ MAPK, and NF-kappaB-mediated induction of MIP- 2010.
3alpha/CCL20 by Porphyromonas gingivalis, Innate Immun 46. Kebschull M, Papapanou PN: Periodontal microbial complexes
16:226–234, 2010. associated with specific cell and tissue responses, J Clin
19. Dommisch H, Chung WO, Rohani MG, et al: Protease- Periodontol 38(Suppl 11):17–27, 2011.
activated receptor 2 mediates human beta-defensin 2 and CC 47. Khader YS, Dauod AS, El-Qaderi SS, et al: Periodontal status
chemokine ligand 20 mRNA expression in response to proteases of diabetics compared with nondiabetics: A meta-analysis, J
secreted by Porphyromonas gingivalis, Infect Immun 75:4326– Diabetes Complications 20:59–68, 2006.
4333, 2007. 48. Kinane DF, Preshaw PM, Loos BG, et al: Host-response:
20. Dommisch H, Jepsen S: Diverse functions of defensins and Understanding the cellular and molecular mechanisms of host-
other antimicrobial peptides in periodontal tissues, Periodontol microbial interactions consensus of the seventh European
2000 69:96 110, 2015. workshop on periodontology, J Clin Periodontol 38(Suppl 11):44–
21. Dommisch H, Reinartz M, Backhaus T, et al: Antimicrobial 48, 2011.
responses of primary gingival cells to Porphyromonas gingivalis, J 49. Kornman KS, Crane A, Wang HY, et al: The interleukin-1
Clin Periodontol 39:913–922, 2012. genotype as a severity factor in adult periodontal disease, J Clin
22. Eke PI, Dye BA, Wei L, et al: Prevalence of periodontitis in Periodontol 24:72–77, 1997.
adults in the United States: 2009 and 2010, J Dent Res 91:914– 50. Kuonen P, Huynh-Ba G, Krummen VS, et al: Restoration
920, 2012. margins in young adolescents: A clinical and radiographic study of
23. Fischer J, Blanchet-Bardon C, Prud’homme JF, et al: Mapping Swiss army recruits, Oral Health Prev Dent 7:377–382, 2009.
of Papillon-Lefevre syndrome to the chromosome 11q14 region, 51. Laass MW, Hennies HC, Preis S, et al: Localisation of a gene
Eur J Hum Genet 5:156–160, 1997. for Papillon-Lefevre syndrome to chromosome 11q14-q21 by
24. Flemmig TF: Periodontitis, Ann Periodontol 4:32–38, 1999. homozygosity mapping, Hum Genet 101:376–382, 1997.
25. Freitag-Wolf S, Dommisch H, Graetz C, et al: Genome-wide 52. Lafon A, Pereira B, Dufour T, et al: Periodontal disease and
exploration identifies sex-specific genetic effects of alleles stroke: A meta-analysis of cohort studies, Eur J Neurol 21:1155–
upstream NPY to increase the risk of severe periodontitis in men, J 1161, e1166–e1157, 2014.
Clin Periodontol 41:1115–1121, 2014. 53. Laine ML, Crielaard W, Loos BG: Genetic susceptibility to
26. Garlet GP: Destructive and protective roles of cytokines in periodontitis, Periodontol 2000 58:37–68, 2012.
periodontitis: A re-appraisal from host defense and tissue 54. Lalla E, Papapanou PN: Diabetes mellitus and periodontitis: A
tale of two common interrelated diseases, Nat Rev Endocrinol periodontal disease for glycaemic control in people with diabetes
7:738–748, 2011. mellitus, Cochrane Database Syst Rev CD004714, 2015.
55. Lamster IB, Lalla E, Borgnakke WS, et al: The relationship 91. Socransky SS, Haffajee AD, Cugini MA, et al: Microbial
between oral health and diabetes mellitus, J Am Dent Assoc complexes in subgingival plaque, J Clin Periodontol 25:134–144,
139(Suppl):19S–24S, 2008. 1998.
56. Lang NP, Schatzle MA, Loe H: Gingivitis as a risk factor in 92. Socransky SS, Haffajee AD, Goodson JM, et al: New concepts
periodontal disease, J Clin Periodontol 36(Suppl 10):3–8, 2009. of destructive periodontal disease, J Clin Periodontol 11:21–32,
57. Liew AK, Punnanithinont N, Lee YC, et al: Effect of non- 1984.
surgical periodontal treatment on hba1c: A meta-analysis of 93. Suvan J, Petrie A, Moles DR, et al: Body mass index as a
randomized controlled trials, Aust Dent J 58:350–357, 2013. predictive factor of periodontal therapy outcomes, J Dent Res
58. Lindhe J, Okamoto H, Yoneyama T, et al: Longitudinal 93:49–54, 2014.
changes in periodontal disease in untreated subjects, J Clin 94. Taylor GW, Borgnakke WS: Self-reported periodontal disease:
Periodontol 16:662–670, 1989. Validation in an epidemiological survey, J Periodontol 78:1407–
59. Lindhe J, Okamoto H, Yoneyama T, et al: Periodontal loser 1420, 2007.
sites in untreated adult subjects, J Clin Periodontol 16:671–678, 95. Taylor JJ, Preshaw PM, Lalla E: A review of the evidence for
1989. pathogenic mechanisms that may link periodontitis and diabetes, J
60. Llorente MA, Griffiths GS: Periodontal status among relatives Clin Periodontol 40(Suppl 14):S113–S134, 2013.
of aggressive periodontitis patients and reliability of family history 96. Teeuw WJ, Slot DE, Susanto H, et al: Treatment of
report, periodontitis improves the atherosclerotic profile: A systematic
J Clin Periodontol 33:121–125, 2006. review and meta-analysis, J Clin Periodontol 41:70–79, 2014.
61. Loe H: Periodontal disease. The sixth complication of diabetes 97. Tonetti MS: Cigarette smoking and periodontal diseases:
mellitus, Diabetes Care 16:329–334, 1993. Etiology and management of disease, Ann Periodontol 3:88–101,
62. Loe H, Theilade E, Jensen SB: Experimental gingivitis in man, 1998.
J Periodontol 36:177–187, 1965. 98. Tonetti MS: Periodontitis and risk for atherosclerosis: An
63. Michalowicz BS, Aeppli D, Virag JG, et al: Periodontal update on intervention trials, J Clin Periodontol 36(Suppl 10):15–
findings in adult twins, J Periodontol 62:293–299, 1991. 19, 2009.
64. Michalowicz BS, Diehl SR, Gunsolley JC, et al: Evidence of a 99. Tonetti MS, Van Dyke TE, Working group 1 of the joint
substantial genetic basis for risk of adult periodontitis, J EFPAAP: Periodontitis and atherosclerotic cardiovascular disease:
Periodontol 71:1699–1707, 2000. Consensus
65. Moller P, Jacobsen NR, Folkmann JK, et al: Role of oxidative report of the joint EFP/AAP workshop on periodontitis and
damage systemic diseases, J Clin Periodontol 40(Suppl 14):S24–S29,
73. Preshaw PM, Alba AL, Herrera D, et al: Periodontitis and 2013.
diabetes: A two-way relationship, Diabetologia 55:21–31, 2012. 100. Tsai C, Hayes C, Taylor GW: Glycemic control of type 2
74. Preshaw PM, Foster N, Taylor JJ: Cross-susceptibility between diabetes and severe periodontal disease in the US adult population,
periodontal disease and type 2 diabetes mellitus: An Community Dent Oral Epidemiol 30:182–192, 2002.
immunobiological perspective, Periodontol 2000 45:138–157, 101. Valderhaug J: Periodontal conditions and carious lesions
2007. following the insertion of fixed prostheses: A 10-year follow-up
75. Preshaw PM, Taylor JJ: How has research into cytokine study, Int Dent J 30:296–304, 1980.
interactions and their role in driving immune responses impacted 102. Van Dyke TE, van Winkelhoff AJ: Infection and
our understanding of periodontitis?, J Clin Periodontol 38(Suppl inflammatory mechanisms, J Clin Periodontol 40(Suppl 14):S1 S7,
11):60–84, 2011. 2013.
76. Putsep K, Carlsson G, Boman HG, et al: Deficiency of 103. Yap KL, Li S, Munoz-Cabello AM, et al: Molecular interplay
antibacterial peptides in patients with morbus kostmann: An of the noncoding RNA ANRIL and methylated histone H3 lysine
observation study, 27 by polycomb CBX7 in transcriptional silencing of INK4a, Mol
Lancet 360:1144–1149, 2002. Cell 38:662–674, 2010.
77. Rai B, Kaur J, Anand SC, et al: Salivary stress markers, stress,
and periodontitis: A pilot study, J Periodontol 82:287–292, 2011.
78. Roussa E: Anatomic characteristics of the furcation and root
surfaces of molar teeth and their significance in the clinical
management of
marginal periodontitis, Clin Anat 11:177–186, 1998.
79. Saffi MA, Furtado MV, Polanczyk CA, et al: Relationship
between vascular endothelium and periodontal disease in
atherosclerotic lesions: Review article, World J Cardiol 7:26–30,
2015.
80. Salem A, Hilow H, Khraisat A, et al: Association between
intensity of smoking and periodontal pockets among young
university students, Odontostomatol Trop 31:5–10, 2008.
81. Salvi GE, Carollo-Bittel B, Lang NP: Effects of diabetes
mellitus on periodontal and peri-implant conditions: Update on
associations and risks, J Clin Periodontol 35:398–409, 2008.
82. Sanz M, van Winkelhoff AJ, Working Group 1 of Seventh
European Workshop on Periodontology: Periodontal infections:
understanding the complexity–consensus of the seventh European
workshop on periodontology, J Clin Periodontol 38(Suppl 11):3–6,
2011.
83. Saxen L: Heredity of juvenile periodontitis, J Clin Periodontol
7:276–288, 1980.
84. Schaefer AS, Bochenek G, Jochens A, et al: Genetic evidence
for plasminogen as a shared genetic risk factor of coronary artery
disease
and periodontitis, Circ Cardiovasc Genet 8:159–167, 2015.
85. Schaefer AS, Bochenek G, Manke T, et al: Validation of
reported genetic risk factors for periodontitis in a large-scale
replication study, J Clin Periodontol 40:563–572, 2013.
86. Schaefer AS, Richter GM, Dommisch H, et al: Cdkn2bas is
associated with periodontitis in different European populations and
is activated by bacterial infection, J Med Genet 48:38–47, 2011.
87. Schaefer AS, Richter GM, Groessner-Schreiber B, et al:
Identification of a shared genetic susceptibility locus for coronary
heart disease and periodontitis, PLoS Genet 5:e1000378, 2009.
88. Schaefer AS, Richter GM, Nothnagel M, et al: A genome-wide
association study identifies glt6d1 as a susceptibility locus for
periodontitis, Hum Mol Genet 19:553–562, 2010.
89. Schroeder HE: Formation and inhibition of dental calculus, J
Periodontol 40:643–646, 1969.
90. Simpson TC, Weldon JC, Worthington HV, et al: Treatment of

Anda mungkin juga menyukai