Radiogram periapikal
bertujuan melihat keseluruhan makhota dan akar gigi (crown and root), tulang alveolar
trauma yang melibatkan gigi dan tulang alveolar, gigi yang tidak erupsi, keadaan dan
letak gigi yang tidak erupsi, penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi, perawatan
endodontik, penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi
apikal, mengevaluasi kista radikular secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang
b. Radiogram bitewing
Pada teknik bitewing, film ditempatkan sejajar dengan permukaan mahkota gigi
maksila dan mandibula. Kemudian pasien disuruh menggigit bitewing tab atau
bitewing film holder dan sinar-x diarahkan diantara kontak dari gigi dengan sudut
vertikal +5º sampai +10º. Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal
c. Radografi orthopantomogram
dari struktur fasial yang meliputi lengkung gigi-geligi maksila, mandibula, dan
struktur pendukung lainnya, serta berguna untuk mendeteksi pola kehilangan
● Memberikan gambaran yang luas mengenai struktur tulang fasial dan gigi-geligi.
● Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan rontgen relatif pendek (3-4 menit).
Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi
Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida, salju
karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes dingin dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
roll maupun rubber da
Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan
dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas,
alat touch and heat dan instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik
(Grossman, dkk, 1995). Gutta perca merupakan bahan yang paling sering digunakan
dokter gigi pada tes panas. Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan
di periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca
diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan
pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi
stimulus gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak
merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital (Walton dan Torabinejad, 2008).
Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi.
Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa
sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital
jika terasa sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit (Grossman, dkk, 1995).
Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies atau tes
kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga ke
saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang
menandakan bahwa gigi sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan
Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan
yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT pada
bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak. Sebelum alat
ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes ini
dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh
dilakukan pada orang yang menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat
pemacu jantung. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan
gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi
restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau logam.
Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat karena beberapa faktor antara lain,
kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan lunak atau restorasi., akar gigi yang
belum immature, gigi yang trauma dan baterai habis (Grossman, dkk, 1995)
Menurut The International Workshop for Classification of Periodontal Disease and Conditions
(The American Academy of Periodontology pada tahun 1999) menetapkan abses periodontal
1. Abses gingiva
Abses gingiva merupakan infeksi local purulent yang terletak pada margin gingiva
atau papilla interdental dan merupakan lesi inflamasi akut yang mungkin timbul dari
berbagai faktor termasuk infeksi plak, trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran
klinisnya merah, licin, kadang-kadang sangat sakit dan terdapat pembengkakan yang
sering berfluktuasi
2. Abses periodontal
Abses periodontal secara khusus ditemukan pada pasien dengan periodontitis yang
tidak dirawat dan berhubungan dengan poket poket periodontal yang sedang dan
dalam, biasanya terletak diluar daerah mukogingiva. Gambaran klinis abses
periodontal antara lain pembengkakan gingiva disertai rasa sakit, adanya eksudat
purulent dan gingiva terlihat mengkilat dan licin, gigi menjadi sensitive apabila
perlekatan periodontal. Abses periodontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut dari
poket periodontal yang telah ada sebelumnya terutama terkait dengan penyingkiran
kalkulus yang tidak adekuat dan pasien menjalani perawatan bedah periodontal setelah
pemberian antibiotic dan pemeliharaan preventif dan akibat penyakit yang rekuren
.
Gambar 2.4 Abses Periodontal
3. Abses perikoronal
Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi jaringan lunak operculum yang
menutupi sebagian erupsi gigi. Abses perikoronal dapat disebabkan oleh retensi dari
plak mikroba dan impaksi makanan atau trauma. Biasanya terjadi pada gigi molar dua
dan tiga. Gambaran klinis berupa gingiva berwarna merah terlokalisir, bengkak, lesi
yang sakit jika disentuh dan memungkinkan terbentuknya eksudat purulent, trismus,
a. Diagnosa banding :
1. Abses gingival Ciri-ciri yang membedakan abses gingiva dari abses periodontal
adalah:
- Lokalisasi ke gingiva
- Penyakit periodontal parah yang mungkin melibatkan furkasi ii. Kehilangan tulang
yang parah di dekat apeks, menyebabkan infeksi pulpa iii. Gigi non-vital yang sehat
atau restorasi minimal LESI ENDO-PERIO Lesi endo-perio dapat dibedakan dengan:
i. Infeksi pulpa menyebar melalui saluran lateral ke dalam poket perodon tal. ii. Gigi
berdasarkan: i. Riwayat nyeri saat pengunyahan ii. Garis retakan terlihat di mahkota.
aku aku aku. Gigi vital iv. Nyeri saat lepas setelah menggigit gulungan kapas, cakram
karet atau gigi serit v. Nyeri tidak berkurang setelah perawatan endodontik
FRAKTUR AKAR Fraktur akar dapat dibedakan dengan adanya i. Mahkota yang
dipugar dengan beratii. Gigi non vital dengan mobilitas iii. Tiang mahkota dengan
tiang berulir iv. Kemungkinan garis fraktur dan radiolusensi halo di sekitar akar yang
terlihat pada radiografi periapikal v. Kantong dalam yang terlokalisir, biasanya hanya
satu tempat vi. Mungkin perlu eksplorasi flap terbuka untuk memastikan diagnosis
4. Periapical abcess
jaringan tulang yang disebabkan oleh infeksi dari pulpa dan atau
oleh invasi dari bakteri yang ada pada karies (Grossman 1995).
Gejala dari abses periapikal berupa sakit saat mengunyah, sensitive saat
servikal gigi.
awal pada kista ini biasanya terjadi pada tulang keras, terjadi
dapat muncul pada kasus kista radikuler. Kista radikuler tidak akan
akar gigi pada arah vertikal menuju apeks. Fraktur vertikal akar
7. Abcess endo-periodontal
periodontal pada gigi yang sama. Lesi periodontal dan pulpa sulit
dibedakan secara akurat. Bila lesi berawal dari infeksi pulpa dan
persistensi infeksi.
Pasien yang menderita fase akut dari infeksi pulpa akan mengalami
gejala yang biasanya tidak ada pada infeksi periodontal kronis. Selama
Bila gejala berasal dari pulpitis reversibel, gejala akan hilang dengan