KEHAMILAN TRISEMESTER I
Abortus
Hiperemesis Gravidarum
Mola hidatidosa
KET
KEHAMILAN TRISEMESTER II
- Bedrest total
- Dapat diberikan derivat hormon progesteron untuk mecegah terjadi abortus komplet
- Prognosis akan membaik bila perdarahan yang tadinya merah menjadi coklat dan kemudian
berhenti
- Pasang Infus
- Dilakukan kuretase
- Pemberian uterotonika (oksitosin, misoprostol, metilergometrin)
- Pemberian SF atau transfusi bila anemia, tergantung Hb.
- Pemberian antibiotik
- Kuretase bila kondisi stabil dan minimal 6 jam setelah pemberian
antibiotik. Antibiotik dilanjut sampain 2 hari bebas demam atau minimal 3
hari
- Apabila khawatir resiko tetanus dapat diberikan ATS
- Jika sudah didapatkan kondisi sepsis dapat sampai dilakukan histerektomi
• Anemia
• DJJ negatif
• Perdarahan ─ Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan ) terjadi pada 75% kasus
yang merupakan akibat dari lepasnya sebagian desidua.
• Amenorea ─ Amenorea sekunder tidak selalu terdapat dan 50% penderita KE mengeluhkan adanya
spotting pada saat haid yang dinanti sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir tidak ada.
• Sinkope ─ Pusing, pandangan berkunang-kunang dan atau sinkope terjadi pada 1/3 sampai ½ kasus KET.
• Masa adneksa ─ Masa unilateral pada adneksa dapat diraba pada ⅓ sampai ½ kasus KE.
Kadang-kadang dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi (hematocele)
30
KULDOSINTESIS
32
Injeksi methrotexate (folic acid antagonist)
• Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil
serta kadar β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi
methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa
trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
33
KEHAMILAN TRISEMESTER II
Penyebab utama kematian ibu :
perdarahan
infeksi & sepsis
pre eklampsi/eklampsi
PRE EKLAMPSIA/EKLAMPSIA
PRE EKLAMPSIA/EKLAMPSIA
EKLAMPSIA
Suatu kondisi pre eklampsia disertai
kejang yang tercetus dari hipertensi
kehamilan
TANDA PRE EKLAMSIA RINGAN TANDA PRE EKLAMSIA BERAT
- anti hipertensi
Kriteria:
Kriteria:
• Lebih sering terjadi dalam Kasus solusio plasenta sering Penanganan ditempat pelayanan
kesehatan tingkat dasar ialah
trimester III mengalami syok yang tidak
mengatasi syok/presyok dan
• Disertai rasa nyeri/sakit sesuai dengan banyaknya mempersiapkan rujukan
perut terus menerus perdarahan pervaginam. sebaik-baiknya dan secepat-
Rahim tegang terus cepatnya.
• Perdarahan mungkin
banyak atau hanya sedikit menerus dan nyeri tekan. Komplikasi yang dapat terjadi
Pada umumnya denyut ialah perdaraha banyak dan
• Darah berwarna kehitam-
syok berat, atonia uteri,
jantung tidak terdengar
hitaman kelainan pembekuan darah
karena janin sudah mati. dan oliguria.
1) Mengatasi syok/presyok
2) Transfusi darah
3) Ketuban dipecahkan dilanjutkan dengan infus oksitosin 5 unit dalam
500 ml Dextrose 5% dimulai dengan 8 tts/mnt. Dosis tetesan dapat
dinaikkan tiap 30 mnt. Tindakan ini hanya boleh dilakukan setelah
diyakini bahwa janin dapat lahir pervaginam.
4) Apabila persalinan tidak selesai dalam 6 jam atau diharapkan tidak
akan selesai dalam 6 jam, sebaiknya dilakukan seksio sesarea.
5) Kelainan hipofibrinogenemia diatasi dengan pemberian fibrinogen, jika
tidak ada dapat diberi transfusi darah segar.
KEHAMILAN TRISEMESTER III
KETUBAN PECAH DINI