Anda di halaman 1dari 27

PERDARAHAN

Oleh

MASNIDAR
A.Perdarahan pada awal kehamilan
1. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan yang
dimana berat janin kurang dari 500
gram dengan umur kehamilan
kurang dari 20 minggu

Komplikasi abortus 
Perdarahan
Infeksi
Perforasi akibat kuretase
Syok
Definisi Menurut Jenis Abortus

Abortus imminen Abortus inkomplit


Peristiwa perdarahan uterus pada Pengeluaran sebagian hasil
kehamilan sebelum usia 20 minggu, konsepsi pada kehamilan sebelum
dimana hasil konsepsi masih 20 minggu dengan masih ada sisa
didalam uterus dan tanpa dilatasi yang tertinggal dalam uterus.
serviks. Pada kondisi seperti ini,
kehamilan masih mungkin Abortus komplit
berlanjut atau dipertahankan.
Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
Abortus insipiens sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu
Missed abortion
dengan adanya dilatasi serviks
Abortus yang ditandai dengan
uterus yang meningkat, tetapi hail
embrio atau fetius yang telah
konsepsi masih dalam uterus.
meninggal dalam kandungan
Kondisi ini menunjukan proses
sebelum kehamilan 20 minggu dan
abortus sedang berlangsung dan
hasil konsepsi seluruhnya masih
akan berlanjut menjadi abortus
dalam kandungan 
komplit atau inkomplit. 
Penanganan pada abortus
Jenis abortus.
Abortus imminens
 Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus.
  Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hub.seksual
 Bila perdarahan; berhenti;lakukan asuhan antenatal terjadwal
 Terus berlangsung;nilai kondisi janin,lakukan konfirmasi kemugkinan
adanya penyebab lain,hamil ektopik atau mola.

Abortus inkomplit
  Abortus inkomplit biasanya berbahya,oleh karena itu perlu di
perhatikan.
   Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis,ferporasi uterus
atau cedera intra-abdomen.
  Konseling untuk kontrasepsi pascakeguguran dan pemantaun lanjut
Abortus komplit
apabila pasien mengalami anemia sedang,berikan tablet Sulfas
Feresos 600 mg/hari untuk selama 2 minggu disertai dengan
anjuran mengkonsumsi makanan bergizi

Abortus infeksiosa 
 kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis,apabila fasilitas
kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai,rujuk
pasien kerumah sakit.
 sebelum merujuk pasien lakukan pemasangan infus dengan NS
atau RL melalui infus dan berikan antibiotika.

Missed abortion.
missed abortion seharusnya di tangani di rumah sakit atas
pertimbangan;
 plasenta dapat melekat sangat erat di dinding      rahim,sehingga
prosedur evakuasi(kuretase) akan lebih sulit dan resiko perforasi
lebih tinggi.
2. Kehamilan ektopik
 Kehamilan ektopik ialah kehamilan
yang tejadi bila sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar
endometrium kavum uteri Kehamilan
ektopik ialah suatu kehamilan yang
pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempal pada dinding
endometrium kavum uteri
Penanganan
 Menegakkan diagnosis kehamilan
 Segera melakukan rujukan sehingga
dapat tertolong segera
 Kalau perdarahan banyak  dan keluar
jaringan mola, atasi syok dan keadaan
umum penderita dengan pemberian
cairan dan transfusi darah.
3. molahidatidosa
 Mola hidatidosa adalah kelainan
didalam kehamilan dimana jaringan
plasenta berkembang dan
membelah terus menerus dalam
jumlah yang berlebihan.

Etiologi
 masih belum diketahui.
Diperkirakan bahwa faktor-faktor
seperti
 gangguan pada telur, kekurangan
gizi
 kelainan rahim
 Mengkonsumsi makanan rendah
protein, asam folat, dan karoten juga
meningkatkan resiko terjadinya
molla.
Tanda dan Gejala  Mola hidatidosa

Mual dan muntah yang parah


Pembesaran rahim tidak sesuai dengan usia kehamilan.
gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan,
tangan gemetar, kulit berkeringat, dan lembab.
Gejala-gejala preeklampsi seperti pembengkakan pada
kaki dan tungkai, peningkatan TD, proteinuria
Perdarahan kadang-kadang sedikit, kadang banyak.
Tidak ada tanda-tanda adanya janin
Kadar gonadotropin chorionik tinggi dalam darah dan
air kencing.
B. Perdarahan Antepartum

•Perdarahan antepartum

Definis adalah perdarahan pada


triwulan terakhir
kehamilan, yaitu usia
i kehamilan 20 minggu atau
lebih
Plasenta Previa

•Plasenta Previa adalah

Definis Plasenta yang letaknya


abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat

i menutupi sebagian atau


seluruh pembukaan jalan lahir
Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta Previa totalis Plasenta Previa Parsialis Plasenta Previa Marginalis Plasenta Letak Rendah
Gambaran klinis plasenta previa
Perdarahan tanpa nyeri
Perdarahan berulang
Warna perdarahan merah segar
Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
Timbulnya perlahan-lahan
Waktu terjadinya saat hamil
His biasanya tidak ada
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
Denyut jantung janin ada
Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
Presentasi mungkin abnormal.
Faktor •Usia lanjut
Predisp •Multiparitas
•Riwayat SC
osisi
Penatalaksanaan
Tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam
Pemeriksaan inspekulo dilakukan dengan hati-hati,
untuk menentukan jumlah perdarahan
Lakukan penilaian jumlah perdarahan
Stabilisasi
Atasi syok dengan infus NaCL 0,9% atau RL
Meminimalisir kontraksi uterus
Sebelum merujuk pastikan sudah melakukan
komunikasi dengan fasilitas rujukan
Rujuk dalam kondisi stabil
Solutio Plasenta
Solutio plasenta adalah
terlepasnya plasenta yang
letaknya normal pada korpus
uteri sebelum janin lahir.
Biasanya terjadi dalam
triwulan ketiga

Etiologi
Perdarahan dapat terjadi dari
pembuluh darah plasenta atau
uterus yang membentuk
hematoma pada desidua,
sehingga plasenta terdesak dan
akhirnya terlepas.
Lanjutan….
Gejala dan Tanda Faktor Predisposisi
Perdarahan dengan Hipertensi
nyeri menetap Trauma abdomen
Warna darah kehitaman Hidramnion
dan cair Gamelli
Syok Defisiensi besi
Gawat janin
Uterus tegang
Penanganan
pemantauan hemodinamik ibu secara cermat,
serangkaian evaluasi pemantauan janin pada
hematokrit dan kelahiran,
pemantauan urine ibu
Resusitasi cairan
Pengakhiran kelahiran secara cepat
Pemberian oksitosin untuk mempercepat
persalinan
Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas
kesehatan dasar, harus segera dirujuk ke fasilitas
yang lebih lengkap
C. Perdarahan Post Partum
Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih
dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir.
Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam
kala IV lebih dari500-600 cc dalam 24 jam setelah
anak dan plasenta lahir 
•Early Postpartum : Terjadi

klasifika 24 jam pertama setelah


bayi lahir
•Late Postpartum : Terjadi
si lebih dari 24 jam pertama
setelah bayi lahir
yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan
dengan komplikasi perdarahan post partum :
Menghentikan perdarahan.
Mencegah timbulnya syok
Mengganti darah yang hilang.

Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari


seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :
Atoni uteri (50-60%).
Retensio plasenta (16-17%).
Sisa plasenta (23-24%).
Laserasi jalan lahir (4-5%).
Kelainan darah (0,5-0,8%).
Lanjutan..
Atonia
 Uteri:
Penanganan
 Uterus tidak berkontraksi dan lembek


perdarahan segera setelah anak lahir

Resusitasi

Syok

pemijatan atau massage

Lakukan pembersihan pada sekitar
Etiologi

vagina dan lubang servik
Uterus yang teregang berlebihan.

Pembersihan pada kantong kemih
Kehamilan lewat waktu

kompresi bimanual internal atau KBI
Partus lama
 
kompresi bimanual eksternal atau BKE
Grande multipara
 
pemberian uterotonika
Ibu anemis
menderita penyakit menahun 
segera siapkan rujukan jika uters tidak
Mioma uteri yang mengganggu kontraksi berkontraksi dan lanjutkan pemberian
rahim infus RL + 20 IU oksitosin  minimal
Perdarahan antepartum 500 cc/jam hingga mencapai tempat
Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya rujukan.
Obesitas
Umur > 35 tahun
Lanjutan..
Tertinggalnya plasenta
Robekan jalan lahir (sisa plasenta)
perdarahan segera • plasenta atau sebagian selaput
darah segar mengalir segera (mengandung pembuluh darah)
setelah bayi lahir tidak lengkap
kontraksi uterus baik, plasenta • perdarahan segera. 
pucat • Uterus berkontraksi baik tetapi
lemah, menggigil. tinggi fundus tidak berkurang.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Lakukan eksplorasi untuk • Jika plasenta masih dalam uterus
mengindentifikasi sumber dan perdarahan minimal,berikan
perdarahan dan besarnya oksitosin 10 unit IM, pasang infus
robekan RL
Lakukan penjahitan dengan • Segera rujuk
menggunakan anastesi lidokain • Dampingi ibu ketempat rujukan
Retensio plasenta
plasenta belum lahir setelah 30 menit
perdarahan segera, kontraksi uterus baik
 tali pusat putus akibat traksi berlebihan

Penanganan:
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCL
0,9%/RL 60 tetes/menit
Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCL
0,9%/RL 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
Lakukan penegangan tali pusat terkendali
Bila ptt tidak berhasil,lakukan manual plasenta secara hati-hati
Segera atasi atau rujuk bila perdarahan hebat
Jangan lakukan manual plasenta jika tidak terjadi perdarahan
Segera rujuk
Inversio uterus
Inversio uterus
uterus tidak teraba
lumen vagina terisi massa
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir),
perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Syok neurogenik dan pucat.

Penyebab inversion uteri ;


grande multipara
atoni uteri
kelemahan alat kandungan
tekanan intra abdominal yang tinggi
( mengejan dan batuk ).

Faktor – faktor yang memudahkan terjadinya


inversion uteri :
Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
Tarikan tali pusat yang berlebihan.
Perdarahan intra peritoneum seperti pada ruptura.
 Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia.
Shok bakteremia.
Penanganan inversio uteri
Atasi syok dengan resusitasi cairan
Relaksasi uterus dengan anestesi
Reposisi uterus ke posisi normal secara manual tanpa
melahirkan plac lebih dulu → jika gagal, lakukan denga
tekanan hidrostatis
Setelah koreksi uterus, beri uterotonika
Jika reposisi manual & hidrostatistis gagal → laparotomi
Jika terjadi nekrosis → histerektomi vaginal
Kelainan pembekuan darah.
Kelainan pembekuan darah adalah suatu kegagalan pada
mekanisme pembekuan, menyebabkan perdarahan yang
tidak dapat dihentikan dengan tindakan yang biasanya
dipakai untuk mengendalikan perdarahan.

Penatalaksanaan :
Rujuk ibu untuk mendapatkan transfusi darah
Kunci keberhasilan terapi adalah transfusi darah. Jumlah
darah yang diberikan harus cukup untuk menggantikan
jumlah darah yang hilang.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai