Anda di halaman 1dari 20

Curriculum Vitae

Nama : dr. Henny Kartika H, Sp.OG, M.Kes


Tempat / Tgl Lahir : B. Lampung / 20 April 1980
Alamat Rumah : Jl. Sitara no. 82, Natar
Email : h.handayani@gmail.com
Pendidikan:
S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2013
Pelatihan/seminar/simposium:
Road show “Ovulation Induction”, Surakarta 12 Juli 2008
Infertilit Clinical Assessment and Holistic Management Symposium, Surakarta 30
November 2008
Seminar deteksi dini dan vaksinasi kanker serviks, Surakarta 21 Februari 2009
Kursus Basic Surgical Skill in Gynecologic Laparoscopy (BSS II), Tabanan – Bali 23-26
Oktober 2010
Pekerjaan:
Dokter fungsional RS. NATAR MEDIKA 2013 - sekarang
Dokter fungsional RS. URIP SUMOHARJO 2013 - sekarang
ABORTUS

dr. Henny K.H, Sp.OG, M.Kes


DIVISI OBGIN
RS. NATAR MEDIKA
2015
Klasifikasi
 Berdasarkan Jenis:
Abortus spontan
Abortus provocatus ( buatan )
 Berdasarkan derajat:
Abortus Imminens
Abortus Insipiens
Abortus Incompletus
Abortus Completus
Missed abortion
Diagnosa Perdarahan Serviks Besar Gejala
uterus lain
Abortus Sedikit - sedang tertutup Sesuai dengan Tes kehamilan +
imminens usia kehamilan Kram
Uterus lunak
Abortus insipiens Sedang - banyak terbuka Sesuai atau lebih Tes kehamilan +
kecil Kram
Uterus lunak
Abortus Sedikit - banyak terbuka Lebih kecil dari Tes kehamilan +
incompletus usia kehamilan Kram
Keluar jaringan
Uterus lunak
Abortus Sedikit atau tidak ada Lunak Lebih kecil dari Sedikit atau tidak
completus (terbuka) - usia kehamilan ada kram
tertutup Keluar massa
kehamilan uterus
kenyal
Missed abortion Sedikit, warna Agak kenyal Lebih kecil dari Sebagian gejala
kehitaman dan tertutup usia kehamilan kehamilan hilang
Patofisologi
 Terjadi perdarahan ke dalam decidua basalis,
yang diikuti nekrosis jaringan yang berdekatan
dengan area perdarahan → secara perlahan
embrio dilepaskan dari tempat implantasi →
benda asing → memicu kontraksi uterus untuk
mengeluarkannya dari dalam cavum uteri.
 UK < 8 minggu → keluar seluruhnya
 UK 8 – 14 minggu → chorion (plasenta) tidak
dilepaskan secara sempurna → perdarahan
 UK > 14 minggu → ketuban pecah, keluar
janin yang disusul plasenta.
Etiologi
 Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama
kehamilan.
 Paling sedikit 50% akibat kelainan kromosom
 Setelah trimester pertama, tingkat kejadian abortus maupun
insidensi kelainan kromosom menurun.
 Resiko abortus spontan meningkat sesuai dengan
bertambahnya paritas, umur maternal dan paternal.
 Frekuensi abortus meningkat dari 12% pada wanita < 20 th
sampai dengan 26% pada wanita > 40 th.
 Frekuensi abortus juga meningkat dari 12% pada usia paternal
< 20 sampai dengan 20% pada usia paternal > 40 th.
 Insidensi meningkat pada kehamilan yang terjadi setelah 3
bulan persalinan aterm.
Etiologi
 Mekanisme pasti terjadinya abortus tak selalu terlihat, namun
dalam 3 bulan pertama kehamilan, kematian embrio atau
fetus mendahului ekspulsi spontan.
 Perlu mencari kausa abortus sekaligus memastikan penyebab
fetal death.
 Pada bulan berikutnya, fetus seringkali tak meninggal
sebelum terjadi ekspulsi.
Etiologi
 FAKTOR FETAL
perkembangan zigot abnormal
aneuploidi
euploidi
 FAKTOR MATERNAL
infeksi
penyakit kronis
kelainan endokrin: hipotiroidisme, DM, defisiensi progesteron
nutrisi
penggunaan obat dan lingkungan (tembakau, alkohol, kafein,
radiasi, kontrasepsi & enviromental toxin)
faktor imunologi (autoimun & alloimun)
trombofilia
Etiologi
 FAKTOR MATERNAL
Laparotomi
Trauma fisik
Defek uterus (defek uterus dapatan & defek
perkembangan uterus)
Cervix incompeten
 FAKTOR PATERNAL
Abortus Imminens
 Kehamilan ektopik selalu dipikirkan sebagai
diagnosis banding abortus imminens.
 Perdarahan dari uterus sebelum uk 20 mg di mana hasil
konsepsi masih berada dalam cavum uteri dan tanpa
adanya dilatasi cervix.
 Klinis: keluar discharge berdarah atau perdarahan melalui
orificium uteri → vaginal spotting bahkan perdarahan
yang lebih berat.
 Berlangsung dalam beberapa hari s/d minggu.
 Awalnya keluar darah diikuti nyeri perut bawah hilang
timbul.
 Nyeri perut bawah (anterior) ritmik yang jelas;
Abortus Imminens
 Nyeri punggung bawah yang menetap yang
berhubungan dengan perasaan penuh pada
panggul, atau nyeri bersifat tumpul di linea
mediana.
 Pengelolaan:
bed rest total s/d bebas perdarahan 2 - 3 hari.
tokolitik, progesteron & prostaglandin sintetase
inhibitor.
bila dalam 3 - 5 hari perdarahan tidak berkurang
atau bertambah → evaluasi diagnosis.
Abortus insipiens
 Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi cervix yang
meningkat namun hasil konsepsi masih berada
dalam cavum uteri.
 Pengelolaan:
UK < 16 minggu → evakuasi AVM / kuretase
UK > 16 minggu → tunggu ekspulsi spontan
hasil konsepsi, dilanjutkan evakuasi sisa hasil
konsepsi.
Abortus Incompletus
 Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum UK 20 minggu dengan
masih terdapat sisa hasil konsepsi tertinggal
dalam cavum uteri.
 Pengelolaan:
kuretase terencana → keadaan umum baik &
sedikit perdarahan.
kuretase emergensi → bila perdarahan banyak
sambil perbaikan keadaan umum.
Abortus Completus
 Pengeluaran seluruh hasil konsepsi sebelum umur
kehamilan 20 minggu.
 Pengelolaan:
tidak ada terapi khusus
kontrol 1 minggu kemudian
Missed Abortion
 Kematian janin yang tertahan dalam cavum uteri selama
8 minggu atau lebih pada umur kehamilan < 20 minggu.
 Pengelolaan:
pemeriksaan lab: Hb, AL, AT, PT, APTT, fibrinogen
bila hemostasis normal:
kehamilan < 12 minggu → evakuasi cavum uteri.
kehamilan > 12 minggu → pasang laminaria 24 jam
dilanjutkan oksitosin drip, atau pemakaian preparat
prostaglandin.
bila hemostasis tak normal:
Transfusi darah segar atau fibrinogen perinfus sampai
fibrinogen > 140 mg%
dilatasi cervix dan kuretase cavum uteri dilakukan
setelah hemostasis diperbaiki.
Komplikasi abortus
 Perdarahan → syok
 Infeksi → Sepsis
Abortus infeksiosa
 Abortus yang disertai infeksi pada organ genitalia
 Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi
pada setiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada
abotur incompletus dan lebih sering pada abortus
provocatus kriminalis (unsafe abortion).
 Infeksi terbatas hingga lapisan desidua
 Didapatkan tanda infeksi alat genital: demam,
takikardi, perdarahan pervaginam berbau, uterus
membesar, lembek, nyeri tekan dan terdapat
lekositosis.
Pengelolaan abortus infeksiosa
 Perdarahan akut dan masif → resusitasi cairan:
infus & transfusi darah.
 Antibiotika (triple drugs)
 Kuretase dilakukan dalam 6 jam setelah
perbaikan keadaan umum
 Tujuan pengeluaran sisa-sisa abortus &
menghilangkan jaringan nekrotik → mencegah
perdarahan lebih lanjut & menghilangkan
media pertumbuhan kuman (fokal infeksi)
Abortus septik
 Abortus infeksiosa berat yang disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredarah darah
(sirkulasi sistemik)
 Tanda sepsis (kriteria Bone et al)

 Pengelolaan:

Terapi suportif tergantung keadaan umum pasien


Kultur & sensitivitas tes sebelum antibiotika diberikan
Antibiotika: Ampicilin, Metronidazole, Gentamisin
Kuretase dilakukan bila telah bebas demam
Bila dalam 7 hari suhu belum turun → tetap kuretase
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai