Anda di halaman 1dari 4

Gangguan Elektrolit

1. Pengertian/ definisi Gangguan elektrolit adalah dimana adanya ketidakseimbangan


antara air yang masuk ke dalam dan keluar tubuh dan juga
ketidakseimbangan antara cairan intrasel dan ekstrasel serta
intrastistinum dan intravaskuler. Ketidakseimbangan ini juga
dipengaruhi oleh osmolalitas defektif yang terdiri dari Natrium,
Kalium, dan Glukosa yang berfungsi sebagai tekanan osmotic
pada perpindahan cairan di membrane sel.

2. Anamnesis Pasien datang dapat dengan keluhan:


1. Riwayat muntah, BAB cair/ diare, defisit cairan yang
berlebihan, poliuria.
2. Lemas, penurunan kesadaran, sesak napas.
3. Kram otot, kelemahan anggota gerak.
4. Penggunaan obat-obatan: Manitol, diuretik, penghambat Beta
Adrenergic, penggunaan obat Siklosporin, penggunaan obat
pencahar, insulin, intoksikasi kloroquin, penggunaan mineral
kortikoid, Amphotericin B.
5. Riwayat penyakit: Diabetis Insipidus, tumor dan gangguan
vascular, asidosis metabolik, asidosis laktat, gagal ginjal,
hipoaldosteronisme, Sindrom Bartier atau Gitelman, gangguan
fungsi hati, gangguan sekresi gaster, gagal jantung, Sirosis
Hepatis, SIADH (Syndrome of Inappropriate ADH-secretion).
6. Riwayat berolahraga berat dan berlebihan.
7. Riwayat dialysis dan plasmapherisis.
8. Hipotermi, hipomagnesuium.
9. Penggunaan selang lambung (NGT).

3. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum:


- Hipernatremia: adanya gejala dimulai dari kram otot, letargi,
lemas, twitching, kejang dan dapat mengalami perburukan
hingga koma.
- Hiponatremia: lemas, mengantuk, kejang, bahkan hingga
penurunan kesadaran.
- Hiperkalemia: kelemahan otot, paralisis, hingga sesak napas,
perubahan pada EKG; Tall T.
- Hipokalemia: kelemahan otot, nyeri otot, Restless Leg
Syndrom, kelumpuhan, tekanan darah meningkat, Atrial
Fibrilasi yang terdeteksi dengan EKG.

4. Criteria Diagnosis  Hiponatremia: kadar Natrium Serum < 135 mEq/L.


 Hipernatremia: kadar Natrium > 150 mEq/L.
 Hipokalemia: kadar Kalium darah < 3,5 mEq/L.
 Hiperkalemia:kadar Kalium darah > 5 mEq/L.

5. Diagnosis Kerja 1. Diagnosis Gangguan Elektrolit.


2. Diagnosis Penyakit Penyerta.

6. Diagnosis Banding -
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium
Penunjang a. Cek Elektrolit.
b. Pemeriksaan Gula Darah.
c. Pemeriksaan Lipid Darah.
d. Pemeriksaan Darah Lengkap, fungsi ginjal.
2. Elektrokardiogram (EKG).
8. Tata Laksana A. Koreksi Hipokalemia
Indikasi koreksi Kalium dapat dibagi dalam:
1. Indikasi Mutlak, pemberian kalium mutlak segera diberikan
yaitu pada keadaan:
- Pasien sedang dalam pengobatan digitalis.
- Pasien dengan Ketoasidosis Diabetik.
- Pasien dengan kelemahan otot pernapasan.
- Pasien dengan Hipokalemia berat (K < 2 mEq/L).
2. Indikasi Kuat, Kalium harus diberikan dalam waktu tidak
terlalu lama yaitu pada keadaan:
- Insufisiensi kooroner/ iskemia otot jantung.
- Ensefalopati Hepatikum.
- Pasien memakai obat yang dapat menyebabkan …

Tatalaksana Hipokalemia
1. Penurunan Kalium plasma 1 mEq/L sama dengan kehilangan
200 mEq dari total tubuh.
2. Pengobatan penyebab dasar.
3. Terapi hipomagnesemia (jik ada).
4. Penggantian Kalium secara oral (slow correction) pada
hipokalemia ringan. KSR 600mg 1-3 kali per hari.
5. Penggantian Kalium secara intravena dalam bentuk larutan
KCl (rapid correction):
a. Jika hipokalemia berat atau pasien tidak mampu
menggunakan Kalium per oral.
b. Pemberian melalui vena besar dengan kecepatan maksimal
10 mEq/jam atau konsentrasi maksimal 30-40 mEq/L
karena dapat menyebabkan hiperkalemia yang mengancam
hidup.
c. Jika melalui vena perifer, KCl maksimal 60 mEq dilarutkan
dalam NaCl isotonic 1000 cc dengan kecepatan dikurangi
untuk mencegah iritasi pembuluh darah.
d. Dosis untuk berat badan:
< 40 kg: 0,25 mEq/L x BB x jamx 2 jam.
> 40 kg: 10 – 20 mEq/L x 2 jam.
6. Pada kasus Aritmia berat atau kelumpuhan otot pernapasan:
KCl diberikan dengan kecepatan 40 – 100 meq/L.
7. Pasien yang menerima 10 – 20 mEq/jam harus pada
pemantauan jantung yang kontinyu. Jika terdapat gelombang T
datar menunjukkan adanya hiperkalemia dan memerlukan
perhatian segera.
B. Koreksi Hiperkalemia
Kadar Kalium > 5,5 mEq/L.
 Ringan: 5,5 – 6,0 mEq/L.
 Sedang: 6,1 – 7,0 mEq/L.
 Berat : > 7,0 mEq/L.

Koreksi dilakukan dengan beberapa cara seperti:


1. Pemberian Kalsium Glukonat 10 ml diberikan secara
intravena dalam waktu 2 – 3 menit dengan memonitor
EKG, bila perubahan EKG akibat hiperkalemia masih ada
maka pemberian Kalsium Glukonat dapat diulang setelah 5
menit.
2. Pemberian Insulin Rapid acting 10 unit dalam Glukosa
40% sebanyak 50 ml bolus intravena, lalu diikuti dengan
pemberian infuse Dextrose 5% untuk mencegah
hipoglikemia.
3. Pemberian Natrium Bikarbonat 50 mEq IV selama 10
menit.
4. Pemberian Beta-2-agonis baik secara inhalasi maupun
intravena.
5. Pemberian diuretic-loop seperti Furosemide dan Tiazid.
6. Hemodialisis.

Terapi Hiperkalemia:
a. Antagonism of Membrane Actions of Potasium: Calcium.
b. Drive extracellular potassium into the Cell:
o Insulin & Glucose.
o Sodium Bicarbonat, primary if Metabolic
Acidsosis.
o Beta-2-adrenergiz agonists.
c. Removal of Potassium from body:
o Loop or Thiazide Diuretic.
o Cation Exchange Resin.
o Dialysis,preferably hemodyalisis if severe.

C. Koreksi Hiponatremia
Na deficit= 0,6 x berat badan (kg) x (Na yang diinginkan – Na
awal).
Koreksi dibagi menjadi hiponatremia kronik dan hiponatremia
akut. Koreksi menggunakan Natrium Hipertonik seperti NaCl
3%.
 Hiponatremia akut adalah kondisi bila terjadi kurang
dari 48 jam. Koreksi dengan 5 mEq/L dari kadar
Natrium awal dalam satu jam dan dinaikkan sebesar 1
mEq/l setiap 1 jam hingga 130 mEq/L.
 Hiponatremia kronik; maka koreksi sebesar 0,5 mEq/L
setiap 1 jam, maksimal 10 mEq/L dalam 24 jam.

D. Koreksi Hipernatremia
Pada kondisi berat disertai syok maka cairan yang diberikan
dengan mempertimbangkan defisit cairan untuk koreksi cairan.
Koreksi dapat dilakukan dengan cairan Dextrose isotonik
ditambah volume urine per 24 jam + (Insensible Water Loss 40
ml/jam) dapat diberikan secara intravena atau oral bila pasien
dalam kondisi sadar.
Deficit cairan; 0,5 x BB (Na Plasma/140-1).

9. Edukasi (Hospital Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang


Health Promotion) gangguan elektrolit yang terjadi berserta tentang gejala klinis yang
timbul apabila adanya gangguan elektrolit dan penanganan terapi
yang diberikan berkaitan dengan gangguan elektrolit.

10. Prognosis Dubia.


11. Tingkat Evidens I/ II/ III/ IV
12. Tingkat A/ B/ C
rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Komite Medis
2. KSM Non Bedah
14. Kepustakaan Sudoyo W, Setiyohadi B, Alwi I, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. interna Pubishing. Jakarta. 2014.

Anda mungkin juga menyukai