TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Riwayat medik perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan
diagnosis treatment, dan prognosis. Beberapa hal yang penting ditanyakan
adalah :
1. Gejala umum, seperti demam, penurunan berat badan, serta gejala
umum yang lainnya.
2. Gejala yang dikaitkan dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk
dengan respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan lesi
kulit, kecemasan depresi dengan kelainan kejiwaan
3. Perawatan bedah dan radioterapi yang pernah dilakukan
4. Alergi makanan dan obat
5. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya
6. Riwayat rawat inap
7. Anastesi
8. Prolem medis spesifik seperti terapi kortikosteroid, diabetes,
kecenderungan perdarahan, penyakit jantung, dan resiko endokarditis
yang dapat mempengaruhi prosedur operasi.
1. Pemeriksaan Limfonodi
Pemeriksaan limfonodi dengan palpasi dapat dilakukan pada
bagian kepala leher dengan area seperti terlihat pada gambar 1.2.
Submental
Submaxilary
Parotid
Preauriculer
Subdigastric
Nodi lymphaticy cervicales
Nodi lymphaticy supra claviculares
Nodi lymphatici post auriculares
7
(Sumber : buku Oral And Maxilofacial Medicine, The Basis Of Diagnosis And
Treatment, Second Edition, Elsevier Churchill Livingstone,Scullly. C, 2008 ")
Tabel 1.3. Gambaran Tiap Bagian pada pemeriksaan intra oral yang diperiksa
Radiografi Periapikal
Ada dua teknik dalam radiografi periapikal, yaitu :
1. Teknik kesejajaran (Paralleling Technique)
2. Teknik Bidang Bagi (Bisecting Angle Technique)
12
3. Proyeksi Oklusal
Teknik ini menunjukkan bagian lengkung gigi relatif luas, di
antaranya adalah palatum, dasar mulut dan sebagian struktur lateral.
Berguna pula untuk pasien yang tidak dapat membuka mulut cukup
lebar. Digunakan film ukuran besar (7,7 x 5,8 cm = 3 x 2,3 inci)
Indikasi :
1. Mencari dengan tepat letak akar, gigi supernumerary, gigi tidak
tumbuh dan impaksi,
2. Mencari benda asing dalam rahang, batu dalam duktus glandula
sublingualis dan submandibularis,
3. Memperlihatkan dan mengevaluasi keutuhan sinus maksilaris
bagian anterior, medial dan lateral,
4. Membantu pemeriksaan pasien dengan kasus trismus,
5. Menyediakan informasi tentang lokasi, sifat, perluasan dan
perpindahan mandibula atau maksila yang fraktur, dan
6. Menentukan perluasan penyakit kearah media dan lateral (misalnya
osteomyelitis, kista dan keganasan) dan untuk mendeteksi penyakit
pada palatum dan dasar mulut.
13
Posisi Pasien
Untuk pengambilan radiograf lengkung maksila, kepala pasien
ditegakkan dengan bidang sagital arah vertikal dan bidang oklusal
horisontal. Untuk mandibula, kepala pasien sedikit menengadah untuk
mengimbangi perubahan bidang oklusal pada saat mulut dibuka.
Tabel 1.6. Alasan dan Kemungkinan Penyebab Ronsen Foto Terlihat Sangat Gelap
Tabel 1.7. Alasan dan Kemungkinan Penyebab Ronsen Foto Terlihat Sangat Terang
Intepretasi Radiograf
Dalam melakukan intepretasi lesi pada radiograf ada 7 hal yang
perlu diperhatikan yaitu :
2. Pemeriksaan Biopsi
Dalam rongga mulut, pemeriksaan biopsi digunakan untuk
mengukuhkan suatu diagnosis dari keganasan kelainan klinis yang
dicurigai dan sebagai penunjang diagnosa dalam mengevaluasi
kelainan non-neoplastik, seperti misalnya nodul mukosa dan papiloma,
lichen planus erosive, eritema multiformis, lupus eritematosus,
pemfigus, serta gingivitis deskuamatika.
Macam-macam pemeriksaan biopsi dalam rongga mulut yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Eksisi/Eksisional Biopsi
Eksisi dilakukan dengan mengambil seluruh lesi yang dicurigai.
Dilakukan untuk lesi-lesi yang kecil (diameter <1 cm) dan mudah
dilakukan, serta harus melibatkan jaringan sehat di sekitarnya, baik
lesi superficial ata profunda, lunak atau keras.
2. Insisi
Insisi dilakukan dengan mengambil sebagian kecil jaringan lesi,
biasanya untuk lesi-lesi yang luas atau melibatkan jaringan lain
atau pada kasus potensial ganas atau untuk menghindari struktur
penting di sekitarnya (arteri atau saraf).
3. Aspirasi Jarum Halus
Aspirasi jarum halus dilakukan untuk mengambil jaringan di
daerah yang tertutup dimaksud untuk melihat sel-sel jaringan lesi
yang dicurigai.
4. Usapan
Usapan dilakukan untuk mengambil sel-sel jaringan lesi terutama
yang diduga adanya keganasan.
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis adalah cara-cara menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala
(simptom) dan tanda (sign) yang ada. Macam-macam diagnosis :
18
2.1.5 Prognosis
Prognosis adalah prakiraan/ramalan tentang jalannya penyakit (termasuk
sesudah diberikan pengobatan/perawatan tertentu). Jenis prognosis :
1. Prognosis Bona(m) : ramalan baik
2. Prognosis dubia ad bona (m) : ramalan ragu-ragu tapi condong ke baik
3. Prognosis dubia ad mala (m) : ramalan ragu-ragu tapi condong ke buruk
4. Prognosis mala (m) : ramalan buruk
2.1.6 Assessment
Assessment (penilaian) terhadap status yang diperlukan pasien, baik itu
dalam hal status gigi dan jaringan mulut apakah masih bisa dirawat atau
tidak, ataupun status pasien yang berhubungan dengan kondisi sistemik
sehingga memengaruhi rencana perawatan yang akan dilakukan.
Klasifikasi assessment yang telah ditentukan oleh ASA (American Society of
Anesthesiology) dapat dilihat pada Tabel 1.9 di bawah ini.
Klasifikasi Tekanan Darah Kondisi Fisik Pasien
Kelas 1 < 140/90 Pasien dengan kesehatan baik
Kelas 2 140-160/90-95 Pasien dengan penyakit sistemik ringan
sampai sedang, masih dapat melakukan
aktivitas rutin
Kelas 3 160-200/95-115 Pasien dengan penyakit sistemik yang
berat, dan terbatas melakukan aktivitas,
masih dapat diramalkan untuk anestesi dan
operasi (predictable risk)
Kelas 4 >200/>115 Pasien dengan penyakit sistemik yang
mengancam kehidupannya, dan tidak
mampu melakukan aktivitas fisik, perlu
perawatan intensif sebelum dilakukan
19
b. Karies Media
Karies Media yaitu karies sudah mengenai
dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin
(Mansjoer, 2000).
c. Karies Profunda
21
b). Karies pada permukaan halus yang terjadi pada 2/3 oklusal atau incisal
semua gigi (Kidd, 1992).
22
gambar: 1.1
2). Karies kelas II
Karies pada permukaan proksimal gigi posterior (sela antar gigi
geraham) (Kidd, 1992).
gambar : 1.2
3). Karies kelas III.
Karies pada permukaan proksimal incicivus dan caninus (sela antar
gigi depan), belum melibatkan sudut atau tepi incisal (Kidd, 1992).
Gambar 1.3
23
Gambar 1.4
5). Karies kelas V
Karies pada 1/3 gusi (gingival third) permukaan labial (dekat bibir),
lingual (dekat lidah) atau permukaan bukal (dekat pipi) semua gigi
(Kidd, 1992).
Gambar 1.5
3. Berdasarkan permukaan yang terkena
24
1. Simple Caries
Karies yang mengenai satu permukaan gigi, misal karies mengenai
bagian lingual saja (bagian gigi dekat lidah) (Manson, 1993)
2. Compound Caries
Karies yang mengenai / melibatkan dua permukaan gigi, misalnya
karies mesio oklusal, karies disto oklusal (Manson, 1993)
3. Complex Caries
Karies yang mengenai / melibatkan tiga permukaan atau lebih,
misalnya karies mesio oklusal distal atau karies distal oklusal bukal
(Manson, 1993)
2.3 Abrasi
Didefinisikan sebagai pelepasan suatu bahan atau struktur melalui suatu
proses mekanik seperti grinding, penggosokan, atau pengikisan.(Annusavice,
2003).
Menurut kamus kedokteran gigi (Harty,1991) Abrasi adalah keausan yang
ditimbulkan akibat gesekan antar gigi atau mengunyah makanan yang kasar
atau sikat gigi yang salah.
Faktor-faktor yang menyebabkan abrasi :
1. Penggunaan bahan abrasif yang berlebihan pada pada pasta gigi.
Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk bubuk
pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk
dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah
kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara lain silica atau
hydrated silica, sodium bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan
kalsium karbonat.( Herdiyati dan sasmita, 2010)
2. Kekerasan partikel abrasif
3. Bentuk partikel bahan abrasif
4. Besar partikel bahan abrasif
5. Sifat-sifat mekanis bahan abrasif
6. Kecepatan gerakan menggosok
7.Tekanan yang diberikan sewaktu menggosok
8. Sifat-sifat bahan yang akan digosok
2.4 Restorasi Estetik
2.4.1 Syarat Bahan Restorasi Estetik
1. Biokompatibilitas
3. Memiliki estetik seperti struktur gigi dan jaringan lainnya yang tampak.
4. Memiliki sifat yang sama dengan email, dentin, dan jaringan lainnya
Keuntungan GIC:
29
· Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies harus
dimasukkan dalam outline form
· Tonjol – tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form.
· Harus diusahakan jangan samapi ada dinding enamel yang tipis.
Pedodonsia Terapan 8
· Extention for prevention dari Black menyatakan bahwa tepi – tepi
kavitas harus ditempatkan pada daerah – daerah gigi yang imun
terhadap karies, yaitu pada tempat – tempat di mana kemungkinan
terjadinya karies kecil.
Perluasan preparasi dapat dilakukan ke arah :
a. Oklusal.
b. Mesial, distal
c. Bukal, lingual, palatinal
d. Servikal, gingival.
Pelebaran ke arah oklusal dalam prinsipnya harus dimasukkan pit
dan fisur.
· Jangan membiarkan overhanging enamel yang tidak didukung oleh
dentin yang sehat karena enamel yang demikian sangat rapuh.
· Bila ada dua kavitas pada fisur dipisahkan oleh lapisan enamel yang
tipis, maka lapisan enamel itu sebaiknya dipreparasi juga.
· Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat dibuang. Bila pada
kavitas Klas II overhanging enamel sedemikian besar, enamel yang
tidak disonkong dentin sehat perlu dihilangkan. Dengan demikian
akan menyebabkan sisa jaringan gigi menjadi tipis. Dalam hal ini
perlu diisi terlebih dahulu bagian undermine (dasarnya) dengan
semen Zn fosfat.