Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penegakan Diagnosis dan Rencana Perawatan


Penegakan diagnosis dan rencana perawatan merupakan hal yang sangat
penting dilakukan oleh dokter gigi karena hal tersebut akan mempengaruhi
ketepatan dan keberhasilan perawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam
menegakkan diagnosis dan membuat rencana perawatan maka terdapat 4 tahap
yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi, disingkat dengan "SOAP", yakni S
(pemeriksaan Subyektif), O (pemeriksaan Objektif), A (Assessment), dan P
(treatment Planning) (Abu, 2002) .

2.1.1 Pemeriksaan Subyektif


Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni
identitas pasien, keluhan utama, present illness, riwayat medik, riwayat dental,
riwayat keluarga, dan riwayat social (Abu, 2002).

a. Identitas Pasien/Data Demografis


Data identitas pasien ini diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi perlu
menghubungi pasien pasca-tindakan, dapat pula sebagai data ante mortem
(dental forensic). Data identitas pasien ini meliputi:
1. Nama (nama lengkap dan nama 6. Pekerjaan
panggilan) 7. Pendidikan
2. Tempat dan tanggal lahir 8. Kewarganegaraan, serta
3. Alamat tinggal 9. Nomor telepon/handphone yang
4. Golongan darah bisa dihubungi
5. Status pernikahan

b. Keluhan Utama (Chief Complaint/CC)


Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan alasan pasien
datang ke dokter gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh
terhadap pertimbangan dokter gig dalam menentukan prioritas perawatan.

3
4

Rasa sakit ataupun ngilu, rasa


tidak nyaman, pembengkakan.
perdarahan, halitosis, rasa
malu , alasan estetis

Gambar 1.1 Keluhan Utama dan Prioritas Perawatan

c. Present illness (PI)


Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka diperlukan pula
pengembangan akar masalah yang ada dalam keluhan utama, yaitu dengan
mengidentifikasi keluhan utama. Misalnya dengan mencari tahu kapan
rasa sakit/rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul, apakah keluhan itu
bersifat intermittent (berselang) atau terus menerus, jika intermittent
seberapa sering, adakah faktor pemicunya, dan sebagainya.
Jika rasa sakit terdeskripsikan sebagai masalah utama, maka ada beberapa
hal yang dapat dikembangkan, misalnya sebagai berikut :
Rasa sakit Deskripsi
Lokasi Gigi-gigi tertentu atau menyeluruh
Faktor pemicu Panas/dingin, bertambah parah saat mengunyah
Karakter Tumpul, tajam, berdenyut
Keparahan Apakah sampai minum obat (analgesic) atau
membuat sulit tidur
Penyebaran/Radiasi Menyebar ke struktur yang dekat, sebagai referred
pain

Tabel 1.1 Rasa Sakit dan Deskripsi

d. Riwayat Medik (Medical History/MH)


5

Riwayat medik perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan
diagnosis treatment, dan prognosis. Beberapa hal yang penting ditanyakan
adalah :
1. Gejala umum, seperti demam, penurunan berat badan, serta gejala
umum yang lainnya.
2. Gejala yang dikaitkan dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk
dengan respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan lesi
kulit, kecemasan depresi dengan kelainan kejiwaan
3. Perawatan bedah dan radioterapi yang pernah dilakukan
4. Alergi makanan dan obat
5. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya
6. Riwayat rawat inap
7. Anastesi
8. Prolem medis spesifik seperti terapi kortikosteroid, diabetes,
kecenderungan perdarahan, penyakit jantung, dan resiko endokarditis
yang dapat mempengaruhi prosedur operasi.

e. Riwayat Dental (Dental History/DH)


Selain riwayat medik, riwayat dental juga perlu ditanyakan karena
akan mempengaruhi seorang dokter gigi dalam menentukan rencana dan
manajemen perawatan yang akan dilakukan. Beberapa riwayat dental yang
dapat di ditanyakan yaitu :
1. Pasien rutin ke dokter gigi atau tidak
2. Sikap pasien kepada dokter gigi saat dilakukan perawatan
3. Problem gigi terakhir yang relevan
4. Perawatan restorasi/ pencabutan gigi terakhir

f. Riwayat Keluarga (Family History/FH)


Ini berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan kondisi
keluarga, seperti kasus amelogenesis imperfekta, hemofili, angiodema
herediter, recurrent aphtous stomatitis (RAS) dan diabetes. Beberapa
penyakit yang berkaitan dengan kelompok etnik tertentu, misal pemphigus
pada orang Yahudi, dan behcet's syndrome pada orang di area mediterania.
6

g. Riwayat Sosial (Social History/SH)


Riwayat sosial yang dapat diungkap antara lain;
1. Apakah pasien masih memiliki keluarga
2. Keadaan sosio-ekonomi pasien
3. Pasien bepergian ke luar negeri (berkaitan dengan beberapa penyakit
infeksi, misalnya penyakit di daerah tropis atau wabah di negara
tertentu)
4. Riwayat seksual pasien
5. Kebiasaan merokok, minum alkohol, pengguna obat-obatan, dan
6. Informasi tentang diet makan pasien.

2.1.2 Pemeriksaan Obyektif


Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral.

a. Pemeriksaan Ekstra Oral


Pemeriksaan ekstra oral ini bertujuan untuk melihat penampakan
secara umum dari pasien misalnya, pembengkakan di muka dan leher, pola
skeletal, kompetensi bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara palpasi
limfonodi, otot-otot mastikasi dan pemeriksaan TMJ (Temporo
Mandibular Joint).

1. Pemeriksaan Limfonodi
Pemeriksaan limfonodi dengan palpasi dapat dilakukan pada
bagian kepala leher dengan area seperti terlihat pada gambar 1.2.

Limphonodi kepala dan leher

Submental
Submaxilary
Parotid
Preauriculer
Subdigastric
Nodi lymphaticy cervicales
Nodi lymphaticy supra claviculares
Nodi lymphatici post auriculares
7

Gambar 1.2. Limfonodi kepala dan leher

(Sumber : buku Oral And Maxilofacial Medicine, The Basis Of Diagnosis And
Treatment, Second Edition, Elsevier Churchill Livingstone,Scullly. C, 2008 ")

2. Pemeriksaan Otot-Otot Mastikasi


Untuk melakukan palpasi pada otot/musculus, maka teknik
palpasi yang dilakukan tergantung dengan otot mastikasi
(pengunyahan) (tabel 3).
Otot /Musculus Palpasi
Masseter Palpasi dilakukan secara
bimanual, tangan yang satu
(dengan satu jari) dibagian
intraoral
Temporalis Palpasi langsung pada regio
temporal, dan meminta pasien
untuk mengoklusikan gigi-
geliginya
Pterygoid lateral Dengan menempatkan sedikit jari
di belakang tuberositas maksila
Pterygoid Medial Palpasi secara intra oral pada
bagian lingual pada ramus
mandibula

Tabel 1.2. Pemeriksaan Otot-Otot Pengunyahan

3. Pemeriksaan Temporo Mandibular Joint (TMJ)


Dalam melakukan pemeriksaan TMJ, seorang dokter gigi dapat
melakukan palpasi pada bagian pre aurikuler pasien dengan
menggunakan jari telunjuk atau menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan adanya kliking atau krepitasi.
8

Gambar 1.3. Penggunaan Gambar 1.4. Palpasi TMJ. Respon pasien


Stetoskop dalam mendeteksi untuk palpasi, Skor 0-tidak adanya nyeri
suara artikular pada palpasi, 1-nyeri ringan, 2- nyeri
(kliking,krepitasi) sedang, 3- sakit parah, refelks palpebral

Sumber gambar 1.3 dan 1.4


Examination of Temporomandibular Disorders In The Orthodintic Patient : A Clinical Guide Conti,
Oltramari, Navarro, Almeida J Appl Oral Sci. 2007;15(1) : 77-82

b. Pemeriksaan Intra Oral


Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan dalam
rongga mulut. Pemeriksaan intra oral berkaitan dengan gigi dan jaringan
sekitar (jaringan lunak maupun jaringan keras). Beberapa gambaran yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan intraoral ada dalam tabel berikut :
Bagian yang Gambaran yang dapat ditemukan
diperiksa
Bibir Sianosis (pada pasien dengan penyakit respirasi
atau jantung), angular cheilitis, fordyce spots,
mucocele
Mukosa labial Normalnya tampak lembab dan prominent.
Mukosa bukal Kaca mulut dapat digunakan untuk melihat mukosa
bukal dalam keadaan normal kaca mulut licin bila
ditempelkan dan diangkat. Bila menempel di
mukosa, maka bisa disimpulkan adanya xerostomia
Dasar mulut dan Bila terdapat adanya benjolan, maka kemungkinan
bagian ventral lidah permulaan penyakit tumor
Bagian Dorsal Lidah Tes indra pengecap dapat dilakukan
dengan mengaplikasikan gula, garam, dilusi asam
asetat asam dan 5% asam sitrat pada lidah dengan
menggunakan cotton bud atau cotton swab. Dengan
menggunakan kaca mulut dapat dilihat keadaan
posterior lidah, orofaring, tonsil
Palatum (palatum Rugae terletak pada papila incisivus. Bisa dilihat
keras dan palatum pula adanya benjolan atau tidak. Pada palatum
lunak) dapat dilihat adanya tidaknya torus palatina.
Gingiva Gingiva sehat tampak datar, pink pucat, permukaan
stipling.
Gigi Geligi Dilihat adanya ekstra teeth (supernumary teeth),
9

kurang gigi (hypodontia, oligodontia), atau tidak


ada gigi sama sekali (anodontia), karies, penyakit
periodontal, polip, impaksi, malformasi, hipoplasi,
staining, kalkulus, dan kelainan gigi lainnya

Tabel 1.3. Gambaran Tiap Bagian pada pemeriksaan intra oral yang diperiksa

Pada kasus dengan adanya pembengkakan, sebaiknya diperiksa lebih


teliti dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Batas-batas pembengkakan : Jelas atau tidak jelas
b. Konsistensi : Keras, Kenyal, Lunak
c. Fluktuasi : Positif atau Negatif
d. Warna : Sama atau beda dengan jaringan sekitar
e. Mobilitas : Bergerak atau tidak bergerak
f. Bentuk Permukaan : Rata atau tidak rata
g. Mudah Berdarah : Positif atau negatif
h. Tangkai : Sessile atau pedinculated
i. Palpasi : Sakit atau tidak sakit
j. Supurasi : Positif atau negatif

Pemeriksaan obyektif pada gigi dapat ditempuh dengan beberapa cara,


antara lain berikut :
1. Inspeksi : Memeriksa dengan mengamati obyek (gigi) bagaimana
dengan warna, ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan,
permukaan jaringan, permukaan, karies, abrasi, dan resesi
2. Sondasi : Dengan menggunakan sonde atau eksplorer dapat diketahui
kedalaman kavitas dan reaksi pasien. Rasa sakit yang menetap atau
sebentar dan adanya rasa ngilu.

Gambar alat diagnostik:


Kaca mulut untuk melakukan inspeksi
Sonde/eksplorer untuk melakukan sondasi
Ekskavator, untuk membersihkan jaringan
karies
Pinset
10

Gambar 1.5. Alat Diagnostik (dokumentasi pribadi)

3. Perkusi : Dilakukan dengan cara mengetukkan jari atau instrumen ke


arah jaringan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya
peradangan pada jaringan periodontal atau tidak.
4. Palpasi : Dilakukan dengan cara menekan jaringan ke arah tulang atau
jaringan sekitarnya. Untuk mengetahui adanya peradangan pada
jaringan periosteal tulang rahang, adanya pembengkakan dengan
fluktuasi atau tanpa fluktuasi.
5. Tes mobilitas : Gigi dimobilisasi untuk memeriksa ada tidaknya
luksasi
6. Tes Suhu : Tes yang dilakukan dengan iritan dingin ataupun panas,
untuk mengetahui vitalitas gigi. Lazim digunakan chlor ethyl,
disemprotkan pada kapas kemudian ditempelkan pada bagian servikal
gigi.
7. Tes Elekrik : Pemakaian alat pulp tester untuk mengetahui vitalitas
gigi.
8. Transiluminasi : Menggunakan iluminator dari arah palatal atau
lingual. Untuk mengetahui adanya karies di lingual palatal,
membedakan gigi nekrosis dan gigi vital, serta membantu
mendetekasi fraktur yang tidak terlihat.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Radiografi
Dental radiografi memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosis, merencanakan perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan
untuk melihat keadaan gigi secara utuh. Dalam mempelajari radiologi oral
ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yakni :
11

1. Teknik atau cara untuk mendapatkan hasil yang optimal, dan


2. Interpretasi atau menafsirkan radiogram yang telah dibuat.
Ada dua macam radiografi yang digunakan dalam kedokteran gigi,
yaitu:
1. Radiografi intraoral ; teknik periapikal, teknik bite wing atau sayap
gigit, teknik oklusal.
2. Radiografi ekstra oral ; panoramic, oblique lateral, posteroanterior
(PA) jaw, reverse town’s projection.

Radiografi Intra Oral


Radiografi intra oral dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu :
1. Proyeksi Periapikal
Proyeksi ini akan memperlihatkan gambaran suatu gigi berikut tulang
sekitarnya.

Gambar 1.6 Ronsen Periapikal (memperlihatkan lesi di periapikal )

Radiografi Periapikal
Ada dua teknik dalam radiografi periapikal, yaitu :
1. Teknik kesejajaran (Paralleling Technique)
2. Teknik Bidang Bagi (Bisecting Angle Technique)
12

Gambar 1.7. Teknik Parallel dan Bidang Bagi

2. Proyeksi Sayap Gigit (Bitewing)


Proyeksi ini akan memperlihatkan beberapa mahkota gigi dan
mahkota gigi-gigi antagonis krista alveolarnya. Selain itu, teknik ini
juga berguna untuk mendeteksi karies interproksimal dini sebelum
terlihat secara klinis,mendeteksi karies sekunder di bawah tumpatan,
untuk evaluasi jaringan periodontal, perubahan tulang krista alveolaris
dibandingkan gigi sebelahnya, dan dapat mendeteksi kalkulus
interproksimal.

3. Proyeksi Oklusal
Teknik ini menunjukkan bagian lengkung gigi relatif luas, di
antaranya adalah palatum, dasar mulut dan sebagian struktur lateral.
Berguna pula untuk pasien yang tidak dapat membuka mulut cukup
lebar. Digunakan film ukuran besar (7,7 x 5,8 cm = 3 x 2,3 inci)
Indikasi :
1. Mencari dengan tepat letak akar, gigi supernumerary, gigi tidak
tumbuh dan impaksi,
2. Mencari benda asing dalam rahang, batu dalam duktus glandula
sublingualis dan submandibularis,
3. Memperlihatkan dan mengevaluasi keutuhan sinus maksilaris
bagian anterior, medial dan lateral,
4. Membantu pemeriksaan pasien dengan kasus trismus,
5. Menyediakan informasi tentang lokasi, sifat, perluasan dan
perpindahan mandibula atau maksila yang fraktur, dan
6. Menentukan perluasan penyakit kearah media dan lateral (misalnya
osteomyelitis, kista dan keganasan) dan untuk mendeteksi penyakit
pada palatum dan dasar mulut.
13

Radiografi Ektra Oral


Salah satunya adalah ronsen panoramik yang dapat
memperlihatkan mandibula dan maksila secara lebih luas.
Diindikasikan pada pasien dengan trismus dan keterbatasan membuka
mulut, perkembangan dan pola erupsi gigi desidui dan permanen.
Prosedur ronsen, panoramik lebih mudah dan cepat serta radiasi yang
ditimbulkan kecil.

Gambar 1.8 Hasil Ronsen Panoramik

Posisi Pasien
Untuk pengambilan radiograf lengkung maksila, kepala pasien
ditegakkan dengan bidang sagital arah vertikal dan bidang oklusal
horisontal. Untuk mandibula, kepala pasien sedikit menengadah untuk
mengimbangi perubahan bidang oklusal pada saat mulut dibuka.

Radiogram yang terlihat di rahang atas dan rahang bawah


Ada beberapa gambaran radiogram anatomis yang dapat
terlihat, baik pada rahang atas dan bawah. Radiogram tersebut akan
membantu seorang dokter gigi dalam menentukan diagnosis penyakita
dan kelainan dental yang telah menyebar atau melibatkan tulang
rahang.

1. Radiogram rahang atas gigi belakang


14

1. Trabekula; dapat horizontal maupun vertikal, bentuknya seperti


renda
2. Tulang zygomatikus; jika terlihat merupakan gambaran
radiopak yang berbentuk huruf U,
3. Keadaan sinus maksilaris
4. Bentuk anatomi; terutama bentuk anatomi molar pertama,
akarnya adalah 3
5. Terlihat prosesus koronoideus; apabila radiografi dilakukan
pada region molar ke tiga.
6. Terlihat tuber maksilaris apabila radiografi dilakukan pada
region molar ke dua atau ke tiga.
2. Radiogram rahang bawah gigi belakang:
1. Trabekula ; jalannya horizontal,
2. Foramen mentalis; apabila terlihat, maka berada di antara pre
molar kedua dan pertama, atau premolar pertama dan premolar
kedua,
3. Terlihat adanya kanalis mandibularis,
4. Bentuk anatomi, terutama molar pertama akarnya adalah dua,
5. Linea oblique interna dan eksterna kadang akan terlihat.

Kesalahan dalam Pengambilan Radiografi


Seorang dokter gigi terkadang menemukan hasil ronsen foto yang
tidak dapat dibaca atau menimbulkan intepretasi yang salah dalam
membaca hasil ronsen. Hal tersebut dapat berakibat fatal karena akan
mempengaruhi diagnosis dari suatu perawatan. Oleh karena itu, penting
bagi seorang dokter gigi untuk memahami beberapa kesalahan yang terjadi
dalam pengambilan radiografi yang menyebabkan hasil ronsen bisa terlihat
sangat gelap maupun sangat terang. Sebuah foto ronsen dapat terlihat
sangat gelap karena tiga alasan, dengan beberapa penjelasan kemungkinan
dapat dilihat pada tabel 1.6.
Alasan Kemungkinan penyebab
Over Exposure Biasanya waktu expose terlalu lama, karena waktu yang
disetting oleh operator tidak tepat atau mungkin terjadi
15

kesalahan pada x-ray set timer


Over Development Cairan developer terlalu panas atau konsentrasi terlalu
tinggi, karena fota ronsen terlalu lama ditinggal didalam
cairan developper
Fogged Film Kebocoran cahaya di ruang gelap, kegagalan safe
lighting atau buruknya penyimpanan foto ronsen

Tabel 1.6. Alasan dan Kemungkinan Penyebab Ronsen Foto Terlihat Sangat Gelap

Sebaliknya, sebuah ronsen foto dapat terlihat sangat terang karena


dua alasan. Masing-masing alasan memiliki beberapa penjelasan
kemungkinan (lihat tabel 7).

Alasan Kemungkinan Penyebab


Under Exposure Biasanya waktu ekspose lebih singkat karena
kesalahan operator dalam memilih exposure
setting atau mungkin terjadi kesalahan pada x-ray
set timer
Under Development Larutan developer mungkin terlalu dingin atau
terlalu encer. Atau foto ronsen ditinggal terlalu
cepat di letakkan di dalam larutan developer.

Tabel 1.7. Alasan dan Kemungkinan Penyebab Ronsen Foto Terlihat Sangat Terang

Intepretasi Radiograf
Dalam melakukan intepretasi lesi pada radiograf ada 7 hal yang
perlu diperhatikan yaitu :

1. Jumlah : Single atau Multiple


2. Densitas : Radiopak atau Radiolusen
3. Tempat : Posisi Anatomis
16

4. Ukuran : Diameter Besar, Sedang Kecil


5. Lobus : Satu Lobus (Unilokuler) atau berlobus-lobus (multilokuler)
6. Batas Sepi : Jelas atau Tidak Jelas

Proses melakukan intepretasi gambaran diagnostik ronsen foto baik


dengan ekstra oral maupun intra oral, maka secara umum ada 2 gambaran
yang didapatkan, yaitu gambaran radiolusen dan radiopak.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk evaluasi pasien dengan
sakit atau tanda dan gejala pada orofasial yang menjurus ke arah penyakit
otorinologik, kelenjar saliva atau penyakit jaringan adneksa lainnya.
Prosedur laboratorium biasanya dikelompokkan menurut divisi dari
pelayanan laboratorium yang melakukan satu kelompok tes tertentu, yaitu
hematologi, kimia darah, urinalisis, histopatologi dan sitologi,
mikrobiologi dan imunologi.

1. Pengambilan specimen darah


Specimen darah kapiler, vena, dan arteri semuanya segera
digunakan untuk melakukan pemeriksaan hematologi dan kimia darah.
Pemilihannya tergantung pada nilai apa yang dibutuhkan. Berikut ini
adalah tabel yang menunjukkan nilai normal dari pemeriksaan yang
dilakukan:

Tes Nilai Normal


Jumlah total sel darah merah 4-5,5 juta/mm3 darah
Jumlah total sel darah putih 4-10.000/mm3 darah
Kadar hemoglobin 14-18 g/dl untuk pria
12-16 g/dl untuk wanita
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3 darah
Hematoktit 40-50%
Waktu perdarahan < 5-6 menit
Kadar gula darah Puasa 70-100 mg/dl
2 jam postprandikal < 120 mg/dl
Asam urat serum 2-8 mg/dl
Kolesterol serum < 300 mg/dl
17

2. Pemeriksaan Biopsi
Dalam rongga mulut, pemeriksaan biopsi digunakan untuk
mengukuhkan suatu diagnosis dari keganasan kelainan klinis yang
dicurigai dan sebagai penunjang diagnosa dalam mengevaluasi
kelainan non-neoplastik, seperti misalnya nodul mukosa dan papiloma,
lichen planus erosive, eritema multiformis, lupus eritematosus,
pemfigus, serta gingivitis deskuamatika.
Macam-macam pemeriksaan biopsi dalam rongga mulut yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Eksisi/Eksisional Biopsi
Eksisi dilakukan dengan mengambil seluruh lesi yang dicurigai.
Dilakukan untuk lesi-lesi yang kecil (diameter <1 cm) dan mudah
dilakukan, serta harus melibatkan jaringan sehat di sekitarnya, baik
lesi superficial ata profunda, lunak atau keras.
2. Insisi
Insisi dilakukan dengan mengambil sebagian kecil jaringan lesi,
biasanya untuk lesi-lesi yang luas atau melibatkan jaringan lain
atau pada kasus potensial ganas atau untuk menghindari struktur
penting di sekitarnya (arteri atau saraf).
3. Aspirasi Jarum Halus
Aspirasi jarum halus dilakukan untuk mengambil jaringan di
daerah yang tertutup dimaksud untuk melihat sel-sel jaringan lesi
yang dicurigai.

4. Usapan
Usapan dilakukan untuk mengambil sel-sel jaringan lesi terutama
yang diduga adanya keganasan.

2.1.4 Diagnosis
Diagnosis adalah cara-cara menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala
(simptom) dan tanda (sign) yang ada. Macam-macam diagnosis :
18

a. Diagnosis medis, yaitu proses penentuan jenis penyakit berdasarkan


tanda dan gejala menggunakan cara dan alat penunjang seperti
laboratorium, foto dan klinik.
b. Diagnosis banding/differential diagnosis (DD), yaitu diagnosis yang
dilakukan dengan membandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan
tanda klinis penyakit lain.

2.1.5 Prognosis
Prognosis adalah prakiraan/ramalan tentang jalannya penyakit (termasuk
sesudah diberikan pengobatan/perawatan tertentu). Jenis prognosis :
1. Prognosis Bona(m) : ramalan baik
2. Prognosis dubia ad bona (m) : ramalan ragu-ragu tapi condong ke baik
3. Prognosis dubia ad mala (m) : ramalan ragu-ragu tapi condong ke buruk
4. Prognosis mala (m) : ramalan buruk

2.1.6 Assessment
Assessment (penilaian) terhadap status yang diperlukan pasien, baik itu
dalam hal status gigi dan jaringan mulut apakah masih bisa dirawat atau
tidak, ataupun status pasien yang berhubungan dengan kondisi sistemik
sehingga memengaruhi rencana perawatan yang akan dilakukan.
Klasifikasi assessment yang telah ditentukan oleh ASA (American Society of
Anesthesiology) dapat dilihat pada Tabel 1.9 di bawah ini.
Klasifikasi Tekanan Darah Kondisi Fisik Pasien
Kelas 1 < 140/90 Pasien dengan kesehatan baik
Kelas 2 140-160/90-95 Pasien dengan penyakit sistemik ringan
sampai sedang, masih dapat melakukan
aktivitas rutin
Kelas 3 160-200/95-115 Pasien dengan penyakit sistemik yang
berat, dan terbatas melakukan aktivitas,
masih dapat diramalkan untuk anestesi dan
operasi (predictable risk)
Kelas 4 >200/>115 Pasien dengan penyakit sistemik yang
mengancam kehidupannya, dan tidak
mampu melakukan aktivitas fisik, perlu
perawatan intensif sebelum dilakukan
19

operasi (unpredictable risk)


Kelas 5 Pasien yang hampir meninggal yang
harapan hidupnya tidak lebih dari 24 jam
Kelas E Pasien dengan keadaan gawat darurat

Tabel 1.9 Status Fisik yang diklasifikasikan ASA

2.1.7 Rencana Perawatan


Perencanaan perawatan (treatment planning) diperlukan oleh seorang
dokter gigi untuk membuat jadwal kerja dan prioritas perawatan. Prinsip
rencana perawatan yang dapat diaplikasikan sebagai berikut :
1. Menghilangkan rasa sakit/keluhan
2. Mencabut gigi yang sudah tidak dapat dirawat
3. Memberikan edukasi
4. Meningkatkan kondisi periodontal
5. Restorasi gigi yang mengalami karies
6. Prosedur perawatan yang lebih lanjut : endodontic, prostodontik,
ortodontik, dan
7. Fase pemeliharaan (recall).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi treatment planning, yakni :
1. Pasien : riwayat kesehatan yang dapat mengalami komplikasi, kecemasan,
kooperatif,
2. Dokter gigi : kemampuan dokter gigi untuk melakukan perawatan,
3. Biaya : kemampuan pasien untuk mengeluarkan uang untuk biaya
perawatan,
4. Faktor-faktor lain seperti kesediaan alat dan bahan, ataupun gigi yang
terlibat dalam satu segmen/kuadran.
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat treatment planning,
antara lain :
1. Urgensi perawatan, dilakukan untuk mempertimbangkan seberapa penting
dan mendesak (darurat) perawatan tersebut dilakukan.
2. Urutan perawatan, dilakukan untuk menentukan prioritas dan perawatan
lanjutan.
20

3. Kemungkinan hasil perawatan, berkaitan dengan prognosis perawatan


penyakit.

2.2 Karies Gigi


Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras, yaitu email, dentin dan
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat difermentasikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya
(Abu, 2002). Beberapa etiologi karies adalah:
1. Karbohidrat : sukrosa dan glukosa, dapat difermentasikan oleh bakteri
2. Bakteri : membentuk asam
3. Waktu : penurunan ph dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi
4. Gigi : kedalaman pit dan fisur dari gigi.
Klasifikasi karies:
1. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)
a. Karies Superfisialis
Karies Superfisialis yaitu kedalaman karies baru
mengenai email saja (sampai dentino enamel junction),
sedangkan dentin belum terkena(Mansjoer, 2000).

Gbr. Karies Superficialis

b. Karies Media
Karies Media yaitu karies sudah mengenai
dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin
(Mansjoer, 2000).

Gbr. Karies Media

c. Karies Profunda
21

Di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah


dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa
(Mansjoer, 2000).

Gbr. Karies Profunda

2. Berdasarkan Letaknya ( Klasifikasi G. V Black)


Klasifikasi karies menurut Prof GV. Black. Dibagi dalam lima kelas.
1). Karies Kelas I
a). Semua karies pada Pit dan fissure yang terjadi pada :
1. Permukaan oklusal posterior (permukaan pengunyahan gigi
geraham)
2. 2/3 bagian oklusal, permukaan bukal dan lingual/palatal gigi
posterior ( bagian pengunyahan, permukaan dekat pipi dan
dekat lidah/langit-langit gigi geraham)
3. Permukaan palatal incisal insisivus rahang atas (Kidd, 1992).

b). Karies pada permukaan halus yang terjadi pada 2/3 oklusal atau incisal
semua gigi (Kidd, 1992).
22

gambar: 1.1
2). Karies kelas II
Karies pada permukaan proksimal gigi posterior (sela antar gigi
geraham) (Kidd, 1992).

gambar : 1.2
3). Karies kelas III.
Karies pada permukaan proksimal incicivus dan caninus (sela antar
gigi depan), belum melibatkan sudut atau tepi incisal (Kidd, 1992).

Gambar 1.3
23

permukaan proximal gigi anterior dengan kemungkinan perluasan ke


arah labial atau lingual.

4). Karies Kelas IV.


Karies pada permukanan proksiamal incicivus dan caninus (sela antar
gigi depan), sudah melibatkan sudut incisal (Kidd, 1992).

Gambar 1.4
5). Karies kelas V
Karies pada 1/3 gusi (gingival third) permukaan labial (dekat bibir),
lingual (dekat lidah) atau permukaan bukal (dekat pipi) semua gigi
(Kidd, 1992).

Gambar 1.5
3. Berdasarkan permukaan yang terkena
24

1. Simple Caries
Karies yang mengenai satu permukaan gigi, misal karies mengenai
bagian lingual saja (bagian gigi dekat lidah) (Manson, 1993)
2. Compound Caries
Karies yang mengenai / melibatkan dua permukaan gigi, misalnya
karies mesio oklusal, karies disto oklusal (Manson, 1993)

3. Complex Caries
Karies yang mengenai / melibatkan tiga permukaan atau lebih,
misalnya karies mesio oklusal distal atau karies distal oklusal bukal
(Manson, 1993)

4. Berdasarkan permukaan yang terkena


1) Pit dan Fissure karies
Karies yang mengenai permukaan kasar gigi yaitu pada bagian
pit dan fissure (Mansjoer, 2000).
2) Smooth Surface Cavity
Karies yang mengenai bagian halus gigi yaitu bagian lingual
(dekat lidah), palatal (dekat langit-langit), bukal (dekat pipi), dan
labial (dekat bibir) (Mansjoer, 2000).

5. Berdasarkan waktu terjadinya


a) Karies Primer
Karies yang terjadi saat serangan pertama pada gigi (Mansjoer,
2000).
b) Karies Sekunder / Recurrent Caries
Karies yang terjadi pada tepi restorasi gigi yang dikarenakan
permukaan yang kasar, tepi menggantung (overhanging margin),
pecahnya bagian-bagian gigi posterior yang mempunyai
kecenderungan karies karena sulit di bersihkan (Mansjoer, 2000).
25

2.3 Abrasi
Didefinisikan sebagai pelepasan suatu bahan atau struktur melalui suatu
proses mekanik seperti grinding, penggosokan, atau pengikisan.(Annusavice,
2003).
Menurut kamus kedokteran gigi (Harty,1991) Abrasi adalah keausan yang
ditimbulkan akibat gesekan antar gigi atau mengunyah makanan yang kasar
atau sikat gigi yang salah.
Faktor-faktor yang menyebabkan abrasi :
1. Penggunaan bahan abrasif yang berlebihan pada pada pasta gigi.
Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk bubuk
pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk
dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah
kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara lain silica atau
hydrated silica, sodium bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan
kalsium karbonat.( Herdiyati dan sasmita, 2010)
2. Kekerasan partikel abrasif
3. Bentuk partikel bahan abrasif
4. Besar partikel bahan abrasif
5. Sifat-sifat mekanis bahan abrasif
6. Kecepatan gerakan menggosok
7.Tekanan yang diberikan sewaktu menggosok
8. Sifat-sifat bahan yang akan digosok
2.4 Restorasi Estetik
2.4.1 Syarat Bahan Restorasi Estetik
1. Biokompatibilitas

2. Berikatan secara permanen pada struktur gigi dan tulang

3. Memiliki estetik seperti struktur gigi dan jaringan lainnya yang tampak.

4. Memiliki sifat yang sama dengan email, dentin, dan jaringan lainnya

5. Dapat memicu terjadinya proses regenerasi pada jaringan yang rusak


(Annusavice, 2003)
26

2.4.2 Macam Bahan Restorasi Estetik


1. Komposit
Komposit adalah suatu campuran dari dua material atau lebih, masing-
masing materialnya memberikan kontribusi pada sifat resin komposit.
Ada 3 komponen utama pada resin komposit, yaitu:
a. Matriks resin organic
b. Bahan pengisi anorganik (filler)
c. Bahan pengikat (coupling agent)

Sifat resin komposit:


a. Adaptasi tepi baik
b. Resistensi terhadap abrasi baik
c. Ekspansi termal rendah
d. Pengkerutan selama polimerisasi
e. Perlekatan secara mikromekanis
f. Tidak mengandung fluor
g. Hidrofobik

Mekanisme Perlekatan Terhadap gigi


Adhesi terjadi apabila dua substansi yang berbeda melekat
sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya Tarik menarik yang
timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan
secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara.
Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengna jaringan
gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya
porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik.
Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin
dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin
dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent) (Anusavice,
2003).

Macam Resin Komposit


a. Komposit Flowable
27

Komposit dengan viskositas rendah yang diaktivasi dengan sinar.


Komposit ini diindikasikan terutama unutk lesi servikal, restorasi
untuk gigi desidui, restorasi kecil dan bebas dari tekanan
pengunyahan (Abu, 2002).
b. Komposit Packable
Komposit ini diindikasikan untuk kavitas kelas I, II & IV (mesial,
oklusal distal) dan perlu aktivasi sinar (Abu, 2002).
Keuntungan Resin Komposit :
a. Lebih estetis
b. Mempertahankan struktur gigi (conservative approach)
c. Berikatan pada struktur gigi dengan bahan bonding, menutup
margin restorasi dan memperkuat sisa struktur gigi, dan
d. Radiopak, mengevaluasi kontur, marginal adapatasi dan
membedakan antara restorasi, lesi karies dan struktur gigi sehat
(Abu, 2002).
Kerugian Resin Komposit:
a. Terjadi pengkerutan saat polimerisasi
b. Terjadinya lesi karies sekunder
c. Dapat mengabsorbsi air (hydrolytic breakdown) (Abu, 2002).

2. Glass Ionomer Cement


Komposisi glass ionomer cement adalah serbuk (calcium
fluoroalumino glass) dan cairan (poly alkenoic acid) (Abu, 2002).
Indikasi Glass Ionomer Cement:
a. Restorasi pada lesi erosi / abrasi tanpa preparasi kavitas
b. Penutupan / penumpatan pit dan fisura oklusal
c. Restorasi gigi desidui
d. Restorasi lesi karies kelas V
e. Restorasi lesi karies kelas III, diutamakan yang pembukaanya dari
lingual atas palatinal belum melibatkan bagian labial (Abu, 2002).
Tipe Glass Ionomer Cement:
a. Tipe 1: Luting e. Tipe 6: Core build up
b. Tipe 2: Restorasi f. Tipe 7: Fluoride release
28

c. Tipe 3: Lining/base g. Tipe 8: ART


d. Tipe 4: Fissure sealant h. Tipe 9: Decidui restoration
e. Tipe 5: Orthodontic cement

Mekanisme Perlekatan GIC terhadap gigi


Semen Ionomer Kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin,
perlekatan ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi
dan ion COOH dari semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua
kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini
maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. Semen ionomer kaca
tahan terhadap suasana asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara
rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena adanya
polyanion dengan berat molekul yang tinggi. (Anusavice, 2003).
Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah
dengan membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan
kavitas yang bersih dan halus dapat menambah ikatan semen ionomer
kaca (Baum, 1997).

Gambar proses kimiawi perlekatan GIC

Keuntungan GIC:
29

a. Dapat berikatan secara kimiawi dengan gigi, dapat berikatan pula


dengan email dan dentin.
b. Dapat melepaskan fluoride
c. Memiliki stabilitas dimensi tinggi
d. Mempunyai sifat biokompatibilitas (Abu, 2002).
Kekurangan GIC:
a. Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain,
sehingga tidak disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima
beban kunyah besar seperti gigi molar (geraham)
b. Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara
jelas antara tambalan dan permukaan gigi asli
c. Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding
tambalan lain (Anusavice, 2003).

2.5 Prinsip Preparasi


Black (1924) menentukan beberapa aturan preparasi yang perlu diikuti untuk
restorasi gigi permanen yang karies. Restorasi gigi sulung masih mengikuti
prinsip preparasi Black dengan beberapa modifikasi.

Prinsip – prinsip Black untuk preparasi kavitas ada tujuh, yaitu :


1. Outline form.
2. Removal of caries (Membuang jaringan karies).
3. Resistance form (Membuat bentuk resistensi).
4. Retention form (Membuat bentuk retensi).
5. Convenience form.
6. Finishing the enamel margin (Menghaluskan dinding / tepi kavitas).
7. Toilet of the cavity (Membersihkan kavitas dari debris).
1. Outline Form
Outline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi
kavitas Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan
outline form antara lain:Tempat atau permukaan yang mudah diserang
karies harus dimasukkan dalam outline form
30

· Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies harus
dimasukkan dalam outline form
· Tonjol – tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form.
· Harus diusahakan jangan samapi ada dinding enamel yang tipis.
Pedodonsia Terapan 8
· Extention for prevention dari Black menyatakan bahwa tepi – tepi
kavitas harus ditempatkan pada daerah – daerah gigi yang imun
terhadap karies, yaitu pada tempat – tempat di mana kemungkinan
terjadinya karies kecil.
Perluasan preparasi dapat dilakukan ke arah :
a. Oklusal.
b. Mesial, distal
c. Bukal, lingual, palatinal
d. Servikal, gingival.
Pelebaran ke arah oklusal dalam prinsipnya harus dimasukkan pit
dan fisur.
· Jangan membiarkan overhanging enamel yang tidak didukung oleh
dentin yang sehat karena enamel yang demikian sangat rapuh.
· Bila ada dua kavitas pada fisur dipisahkan oleh lapisan enamel yang
tipis, maka lapisan enamel itu sebaiknya dipreparasi juga.

4.2 Removal of Caries (Membuang jaringan karies)


Membuang jaringan karies atau yang diduga akan karies
digunakan ekskavator atau bur bulat kecepatan rendah. Pada kvitas
yang dangkal dilakukan serentak karena jaringan karies sudah
terambil ketika membentuk resistance dan retention form. Karies
tidak boleh ditinggalkan dalam kavitas karena bila terjadi kebocoran
tumpatan, bakteri yang tinggal di kavitas akan menjadi aktif.

4.3 Resistance (Membuat bentuk resistensi)


Resistance form bertujuan membentuk preparasi kavitas
sedemikian rupa sehingga gigi dan tumpatan cukup kuat menerima
tekanan serta menahan daya kunyah. Berikut adalah hal – hal yang
perlu diperhatikan :
31

· Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat dibuang. Bila pada
kavitas Klas II overhanging enamel sedemikian besar, enamel yang
tidak disonkong dentin sehat perlu dihilangkan. Dengan demikian
akan menyebabkan sisa jaringan gigi menjadi tipis. Dalam hal ini
perlu diisi terlebih dahulu bagian undermine (dasarnya) dengan
semen Zn fosfat.

4.4 Retention Form


Retention form bertujuan membentuk kavitas sedemikian rupa
sehingga tumpatan tersebut memperoleh pegangan yang kuat dan
tidak mudah bergeser terhadap daya kunyah. Tumpatan tidak lepas
ketika gigi berfungsi.

4.5 Convenience Form


Convenience form adalah upaya membentuk kavitas sedemikian
rupa sehingga memudahkan untuk bekerja dengan alat – alat, baik
dalam hal preparasi maupun memasukkan bahan tumpatan ke dalam
kavitas. Pembuatan conviniece form untuk preparasi tumpatan
amalgam diperlukan juga sehingga meluaskan lapangan penglihatan
pada waktu preparasi. Misalnya :
· Pada kavitas pit dan fisur, di permukaan luar hanya terdapat kavitas
yang kecil dan sempit. Tetapi bagian dalam kavitas sudah meluas.
Sehubungan dengan ini maka kavitas perlu dilebarkan pada
permukaan luar sebelum kavitas sebelah dalam dipreparasi.
· Pada kavitas aproksimal, di mana masih ada kontak dengan gigi
tetangga yang letaknya tersembunyi dan tidak terlihat dari luarnya.
Untuk preparasi kavitas tersebut sebelumnya harus dipreparasi
dahulu jaringan gigi sebelah oklusal, bukal, lingual / palatal sekitar
aproksimal kavitas yang baik.
· Memilih alat – alat yang kecil ukurannya.
Pedodonsia Terapan 11

4.6 Finishing the Enamel Margin (Menghaluskan dinding / tepi


kavitas)
32

Finishing the enamel margin adlah tindakan untuk membuat


dinding yang halus dan rata dengan tujuan mendapatkan kontak
marginal yang baik.

4.7 Toilet of Cavity (Membersihkan kavitas debris / sisa – sisa


preparasi)
Toilet of cavity yaitu bertujuan membersihkan kavitas dari debris /
sisa – sisa preparasi.
Tingkatan pekerjaan preparasi kavitas yang terakhir ini ialah :
· Kavitas dibersihkan dari debris dengan air.
· Kavitas diperiksa lagi pada kavitas, mungkin masih terdapat
jaringan karies yang harus segera dikeluarkan.
· Kemudian dinding – dinding kavitas, diulas dengan alkohol atau
stelirizing agent lain, dan dikeringkan dengan semprotan udara.
· Kavitas yang telah memenuhi syarat tersebut di atas harus tetap
dijaga terhadap semua kotoran – kotoran, kuman – kuman dan
saliva dengan memblokir kelenjar ludah dengan cotton roll
sebelum pemberian basis dan mengisi tumpatan.

Anda mungkin juga menyukai