Anda di halaman 1dari 58

Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

MODUL PEMBELAJARAN

Semester VIII

MEDICALLY COMPROMISED DISEASES

20 April 2021 – 03 Juni 2021

Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan


Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2021

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 1


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SARJANA dan PROFESI DOKTER GIGI

Jalan Panglima Besar Sudirman Denpasar Bali

Kode : F-PRO-005.01
Revisi : 0
KONTRAK PERKULIAHAN

1. Identitas Mata Kuliah


Nama Mata Kuliah : Medically Compromised Diseases
Kode Mata Kuliah : PDG86502
Jumlah SKS :5
Semester : VIII
Tempat Pertemuan : Gedung 4 Rumah Sakit Universitas Udayana Jl. Rumah
Sakit Unud, Jimbaran, Kec.Kuta Selatan, Kabupaten
Badung Bali
2. Manfaat Mata Kuliah : Setelah menyelesaikan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa
telah memahami penyakit-penyakit kompromi medis yang berhubungan dengan
kedokteran gigi
3. Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini dirancang untuk mahasiswa PSSKGPDG
yang membahas tentang penyakit-penyakit kompromi medis
4. Standar Kompetensi : Memahami prinsip dan penatalaksanaan penyakit-penyakit
kompromi medis
5. Kompetensi Dasar : Mahasiswa mengetahui penyakit kompromi medis, gejala
klinis, penatalaksanaan, serta kaitan dengan bidang kedokteran gigi
6. Strategi Perkuliahan :
1. Kuliah
2. Diskusi
3. Tugas Mandiri
4. Student Project
5. Kuis

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 2


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

7. Bahan Bacaan :
1. Advanced Trauma Life Support 10th edition
2. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental practice
3. Dental Management of The Medically Compromised Patient 9th edition
4. Medical Emergencies in The Dental Office 6th edition
5. Medical Problems in Dentistry 6th edition
6. Principles of Surgery 10th edition
8. Tugas-Tugas :
1. Learning Task SGD (diupload ke OASE per individu)
2. Student Project (diupload ke OASE per individu)
9. Tata tertib :
1. Mahasiswa hadir tepat waktu sesuai dengan jadwal kegiatan pembelajaran
yang telah disampaikan dengan berpakaian sopan dan rapi disertai kartu
identitas (Daring/Luring)
2. Setiap mahasiswa wajib melakukan presensi di setiap kegiatan
pembelajaran.
3. Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit, maka mahasiswa tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan belajar mengajar dan dianggap absen.
4. Jika mahasiswa berhalangan hadir, harus menyertakan surat keterangan
dokter untuk alasan sakit atau surat keterangan dispensasi dari institusi
untuk keterangan mengikuti kegiatan yang menyangkut institusi, dan
harus disampaikan paling lambat 2 (dua) hari setelah mahasiswa yang
bersangkutan kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar.
5. Mahasiswa berhak mengikuti ujian akhir blok atau sejenisnya dengan
syarat kehadiran minimal 70 % dari seluruh kegiatan blok (tutorial/kuliah,
SGD, Pleno, Presentasi Student Project), dan bila mahasiswa tidak
mengikuti ujian utama maka mahasiswa yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti ujian remidial.
6. Sistem penilaian SGD dibagi sesuai dengan jumlah total kegiatan SGD
dalam blok, kecuali ada surat keterangan sakit atau dispensasi.
7. Presentase nilai akhir blok SGD 20%, Student Project 25%, Kuis 15% dan
CBT 40%
8. Nilai akhir blok di publikasikan selambat-lambatnya 14 hari setelah ujian
akhir blok.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 3


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

9. Jika mahasiswa tidak lulus ujian utama blok, bisa mengikuti ujian remidi
1 (R1) sesuai jadwal di semester yang bersangkutan.
10. Jika hasil ujian R1 tidak lulus, mahasiswa berhak mengikuti ujian remidi 2
(R2) sesuai jadwal di semester yang bersangkutan.
11. Nilai maksimal remidi blok adalah B.
12. Jika hasil remidi 2 (R2) D dan E, mahasiswa wajib mengambil ulang blok
perkuliahan yang bersangkutan sesuai dengan semesternya.

13. Jika ada permasalahan mengenai nilai akhir blok, harap menghubungi
Pengelola Blok pada jam kerja di institusi yang bersangkutan.
14. Jika point 13 tidak bisa teratasi, maka mahasiswa dapat menghubungi
Koordinator Pendidikan fase sarjana.
15. Jika point 14 tidak bisa teratasi, maka mahasiswa dapat menghubungi
Kepala Departemen atau Koordinator Program Studi pada jam kerja di
institusi yang bersangkutan.
10. Kriteria Penilaian : Ujian tertulis
Hasil uji skor Nilai
80 – 100 = A
70 – 79 = B+
65 – 69 = B
60 – 64 = C+
55 – 59 = C
50 – 54 = D+
40 – 49 = D
0-39 = E

11. Jadwal Kuliah :

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 4


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

JADWAL PEMBELAJARAN
BLOK MEDICALLY COMPROMISED DISEASES
SEMESTER VIII TAHUN 2021

HARI /
WAKTU KEGIATAN NARASUMBER RUANGAN
TANGGAL

I
Selasa 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
20 April
2021 09.00 - 10.00 Topik 1 : PSIKOLOGI 1 L.M. Karisma Sukmayanti Menyesuaikan
10.00 - 11.00 Topik 2 : PSIKOLOGI 2 Dewi Puri Astiti
11.00 - 12.00 Istirahat
12.00 - 13.00 SGD Topik 1 Fasilitator
13.00 - 14.00 SGD Topik 2 Fasilitator
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

II
Rabu 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
21 April dr. Luh Oliva Saraswati Suastika, Sp.JP,
2021 09.00 - 10.00 Topik 3 : KARDIOLOGI FIHA Menyesuaikan
10.00 - 11.00 Topik 4 : PULMONOLOGI dr. Ni Luh Putu Eka Arisanti, Sp.P
11.00 - 12.00 Istirahat
12.00 - 13.00 Pleno Topik 1 L.M. Karisma Sukmayanti
13.00 - 14.00 Pleno Topik 2 Dewi Puri Astiti
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

III
Kamis 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
22 April dr. Sari Wulan Dwi Sutanegara, Sp.THT-KL
2021 09.00 - 10.00 Topik 5 : THT 1 (K), FICS Menyesuaikan
dr. IDG Arta Eka Putra, Sp.THT-KL (K),
10.00 - 11.00 Topik 6 : THT 2 FICS
dr. I Gde Ardika Nuaba, Sp. THT-KL (K),
11.00 - 12.00 Topik 7 : THT 3 FICS
12.00 - 13.00 Istirahat
13.00 - 14.00 Tugas Kelompok
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

IV
Senin 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
26 April
2021 09.00 - 10.00 SGD Topik 3 Fasilitator Menyesuaikan
10.00 - 11.00 SGD Topik 4 Fasilitator
11.00 - 12.00 Istirahat
dr. Luh Oliva Saraswati Suastika, Sp.JP,
12.00 - 13.00 Pleno Topik 3 FIHA
13.00 - 14.00 Pleno Topik 4 dr. Ni Luh Putu Eka Arisanti, Sp.P
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 5


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

V
Selasa 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
27 April
2021 09.00 - 10.00 SGD Topik 5 Fasilitator Menyesuaikan
10.00 - 11.00 SGD Topik 6 Fasilitator
11.00 - 12.00 SGD Topik 7 Fasilitator
12.00 - 13.00 Istirahat
dr. Sari Wulan Dwi Sutanegara, Sp.THT-KL
13.00 - 14.00 Pleno Topik 5 (K), FICS
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

VI
Rabu 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
28 April
2021 09.00 - 10.00 Topik 8 : INTERNA 1 dr. Ni Ketut Rai Purnami, Sp.PD-KGer Menyesuaikan
10.00 - 11.00 Topik 9 : INTERNA 2 dr. Pande Ketut Kurniari, Sp.PD-KR
11.00 - 12.00 Istirahat
dr. IDG Arta Eka Putra, Sp.THT-KL (K),
12.00 - 13.00 Pleno Topik 6 FICS
dr. I Gde Ardika Nuaba, Sp. THT-KL (K),
13.00 - 14.00 Pleno Topik 7 FICS
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

VII
Kamis 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
29 April dr. Tjok Istri Anom Saturti, Sp.PD,
2021 09.00 - 10.00 Topik 10 : INTERNA 3 FINASIM, MARS Menyesuaikan
10.00 - 11.00 SGD Topik 8 Fasilitator
11.00 - 12.00 SGD Topik 9 Fasilitator
12.00 - 13.00 SGD Topik 10 Fasilitator
13.00 - 14.00 Kuis : Topik 1-6 PJ Blok
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

VIII
Jum’at 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
30 April
2021 09.00 - 10.00 Pleno Topik 8 dr. Ni Ketut Rai Purnami, Sp.PD-KGer Menyesuaikan
10.00 - 11.00 Pleno Topik 9 dr. Pande Ketut Kurniari, Sp.PD-KR
dr. Tjok Istri Anom Saturti, Sp.PD,
11.00 - 12.00 Pleno Topik 10 FINASIM, MARS
12.00 - 13.00 Istirahat
13.00 - 14.00 Tugas Kelompok
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

IX
Senin 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
03 Mei dr. Cokorda Agung Wahyu Purnamasidhi,
2021 09.00 - 10.00 Topik 11 : INTERNA 4 M.Biomed, Sp.PD Menyesuaikan
10.00 - 11.00 Topik 12 : PSIKIATRI 1 Dr. dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, Sp.KJ
11.00 - 12.00 Istirahat
12.00 - 13.00 Kuis: Topik 7-10 Pj Blok
13.00 - 14.00 Tugas Kelompok
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 6


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

X
Selasa 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
04 Mei
2021 09.00 - 10.00 SGD Topik 11 Fasilitator Menyesuaikan
10.00 - 11.00 SGD Topik 12 Fasilitator
11.00 - 12.00 Istirahat
dr. Cokorda Agung Wahyu Purnamasidhi,
12.00 - 13.00 Pleno Topik 11 M.Biomed, Sp.PD
13.00 - 14.00 Pleno Topik 12 Dr. dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, Sp.KJ
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XI
Rabu 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
05 Mei
2021 09.00 - 10.00 Topik 13 : PSIKIATRI 2 dr. N.K.Sri Diniari, Sp.KJ Menyesuaikan
Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ
10.00 - 11.00 Topik 14 : PSIKIATRI 3 (K)
11.00 - 12.00 Istirahat
12.00 - 13.00 SGD Topik 13 Fasilitator
13.00 - 14.00 SGD Topik 14 Fasilitator
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XII
Kamis 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
06 Mei dr. Ni Gusti Ayu Agung Manik Yuniawaty
2021 09.00 - 10.00 Topik 15-16 : BEDAH 1,2 Wetan, Sp.B (K) Onk Menyesuaikan
10.00 - 11.00
11.00 - 12.00 Istirahat
12.00 - 13.00 Pleno Topik 13 dr. N.K.Sri Diniari, Sp.KJ
Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ
13.00 - 14.00 Pleno Topik 14 (K)
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XIII
Jum'at 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
07 Mei dr. I Gusti Putu Hendra Sanjaya, Sp.B, Sp.BP-
2021 09.00 - 10.00 Topik 17 : BEDAH 3 RE(K) Menyesuaikan
dr. I Gusti Putu Hendra Sanjaya, Sp.B, Sp.BP-
10.00 - 11.00 Topik 18 : BEDAH 4 RE(K)
11.00 - 12.00 Istirahat
12.00 - 13.00 SGD Topik 15-16 Fasilitator
13.00 - 14.00
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XIV
Senin 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
17 Mei dr. Ni Gusti Ayu Agung Manik Yuniawaty
2021 09.00 - 10.00 Pleno Topik 15-16 Wetan, Sp.B (K) Onk Menyesuaikan
10.00 - 11.00
11.00 - 12.00 SGD Topik 17 Fasilitator
12.00 - 13.00 SGD Topik 18 Fasilitator
13.00 - 14.00 Istirahat
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 7


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

XV
Selasa 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
18 Mei dr. I Gusti Putu Hendra Sanjaya, Sp.B, Sp.BP-
2021 09.00 - 10.00 Pleno Topik 17 RE(K) Menyesuaikan
dr. I Gusti Putu Hendra Sanjaya, Sp.B, Sp.BP-
10.00 - 11.00 Pleno Topik 18 RE(K)
11.00 - 12.00 Istirahat
12.00 - 14.00 Kuis: Topik 11-14 Pj Blok
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XVI
Rabu 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
19 Mei
2021 09.00 - 10.00 Topik 19 : BEDAH 5 Dr. dr. I Wayan Niryana, M.Kes, Sp. BS (K) Menyesuaikan
dr. Putu Feryawan Meregawa, M.Biomed,
10.00 - 11.00 Topik 20 : BEDAH 6 Sp.OT
11.00 - 12.00 Istirahat
12.00 - 13.00 SGD Topik 19 Fasilitator
13.00 - 14.00 SGD Topik 20 Fasilitator
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XVII
Kamis 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
20 Mei
2021 09.00 - 10.00 Pleno Topik 19 Dr. dr. I Wayan Niryana, M.Kes, Sp. BS (K) Menyesuaikan
dr. Putu Feryawan Meregawa, M.Biomed,
10.00 - 11.00 Pleno Topik 20 Sp.OT
11.00 - 12.00 Istirahat
12.00 - 13.00 Kuis : Topik 15-18 PJ Blok
13.00 - 14.00 Tugas Kelompok
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XVIII
Jum'at 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
21 Mei Topik 21-22 : KULIT dr. Prima Sanjiwani Saraswati Sudarsa,
2021 09.00 - 10.00 KELAMIN M.Biomed, Sp.KK Menyesuaikan
10.00 - 11.00
11.00 - 12.00 Topik 23 : NEUROLOGI 1 dr. Ida Ayu Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp.S
12.00 - 13.00 Istirahat
13.00 - 14.00 Tugas Kelompok
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XIX
Senin 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
24 Mei
2021 09.00 - 10.00 SGD Topik 21-22 Fasilitator Menyesuaikan
10.00 - 11.00
11.00 - 12.00 SGD Topik 23 Fasilitator
12.00 - 13.00 Istirahat
13.00 - 14.00 Tugas Kelompok
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 8


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

XX
Selasa 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
25 Mei
2021 09.00 - 10.00 Topik 24 : NEUROLOGI 2 Dr. dr. Kumara Tini, Sp.S (K), FINS, FINA Menyesuaikan
dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M.Biomed,
10.00 - 11.00 Topik 25 : MATA 1 Sp.M (K)
11.00 - 12.00 Istirahat
dr. Prima Sanjiwani Saraswati Sudarsa,
12.00 - 13.00 Pleno Topik 21-22 M.Biomed, Sp.KK
13.00 - 14.00
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XXI
Kamis 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
27 Mei
2021 09.00 - 10.00 Pleno Topik 23 dr. Ida Ayu Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp.S Menyesuaikan
10.00 - 11.00 Istirahat
11.00 - 12.00 SGD Topik 24 Fasilitator
12.00 - 13.00 SGD Topik 25 Fasilitator
13.00 - 14.00 Istirahat
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XXII
Jum’at 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
28 Mei dr. Ni Made Laksmi Utari, M.Biomed, Sp.M
2021 09.00 - 10.00 Topik 26 : MATA 2 (K) Menyesuaikan
drg. Nyoman Ayu Anggayanti, M.Biomed,
10.00 - 11.00 Topik 27 : GIGI Sp.BM
11.00 - 12.00 Istirahat
12.00 - 13.00 Pleno Topik 24 Dr. dr. Kumara Tini, Sp.S (K), FINS, FINA
dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M.Biomed,
13.00 - 14.00 Pleno Topik 25 Sp.M (K)
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XXIII
Senin 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
31 Mei
2021 09.00 - 10.00 SGD Topik 26 Fasilitator Menyesuaikan
dr. Ni Made Laksmi Utari, M.Biomed, Sp.M
10.00 - 12.00 Pleno Topik 26 (K)
12.00 - 13.00 Istirahat
13.00 - 14.00 Kuis 19-26
14.00 - 15.00 Tugas Kelompok

XXIV
Rabu 08.00 - 09.00 Belajar Mandiri
02 Juni
2021 09.00 - 10.00 Presentasi SP 1 Penguji SP Menyesuaikan
10.00 - 11.00 Presentasi SP 2 Penguji SP
11.00 - 12.00 Presentasi SP 3 Penguji SP
12.00 - 13.00 Presentasi SP 4 Penguji SP
13.00 - 14.00 Presentasi SP 5 Penguji SP

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 9


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

XXV
Kamis
03 Juni
2021 09.00 - selesai UJIAN CBT

Denpasar, April 2021


Wakil Mahasiswa Pengelola Blok

Ni Putu Diva Candra Dewi drg. Nyoman Ayu Anggayanti, M.Biomed, Sp.BM
NIM. 1702551039 NIP. 1986112520110122007

Mengetahui,
Koordinator PS. Pendidikan Sarjana dan Profesi Dokter Gigi
Fakultas kedokteran
Universitas Udayana

Dr. dr. Ni Made Linawati, M.Si


NIP. 197902172005012012

Visi :
Visi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
adalah menjadi lembaga pendidikan kedokteran gigi yang menghasilkan lulusan sarjana
kedokteran gigi dan profesi dokter gigi yang profesional, mandiri dan berbudaya serta
mempunyai daya saing di tingkat nasional dan internasional yang unggul di bidang
manajemen dan pelayanan kedokteran gigi pariwisata pada tahun 2030.

Misi :
Memperdayakan PSSKGPDG FK Unud sebagai perguruan tinggi yang melaksanakan Tri
Dharma perguruan tinggi yang berlandaskan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang bernilai budaya.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 10


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

PENGELOLA BLOK
No Nama Bagian No.HP
drg. Nyoman Ayu Anggayanti, M.Biomed.,
1 Gigi 08113853707
Sp.BM

FASILITATOR / PEMBIMBING STUDENT PROJECT

No Nama Klp. No.HP


1 drg. Ni Kadek Eka Widiadnyani, Sp. KG 1 08123888942
2 drg. Gede Indra Sucipta Maker, Sp.Prost 2 085230500023
3 drg. I Gusti Ayu Kade Ira Purbasari, Sp.Prost 3 0817551930
drg. Eka Pramudita Ramadhany, Sp. Perio,
4 4 081805585151
FISID
5 drg. Dik Megaputri Handayani, SKG 5 081936126104

STUDENT PROJECT
• Student Project berupa laporan kasus (case report).
• Topik Student Project akan diundi (hubungi pengelola blok) dan bimbingan akan
diberikan oleh pembimbing SP masing-masing.
• Mahasiswa wajib mencari beberapa jurnal laporan kasus (case report) sesuai topik
untuk kemudian didiskusikan dan dipilih oleh dosen pembimbing.
• Ketentuan jurnal internasional maksimal terbitan 5 tahun terakhir, berupa laporan
kasus/case report.
• Presentasi dan diskusi Student Project akan dinilai oleh dosen penguji dari bidang
bersangkutan.
• Soft copy makalah untuk penguji diberikan paling lambat H – 3 sebelum jadwal presentasi
dengan melampirkan jurnal aslinya.
• Format makalah adalah sebagai berikut :
Cover : Judul, lambang Universitas Udayana, nama kelompok, nama anggota
kelompok, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, Tahun
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Laporan Kasus (yang disampaikan di jurnal)
Bab III ; Pembahasan (yang disampaikan di jurnal)
Bab IV ; Kaitan dengan teori (tinjauan pustaka yang bersangkutan )
Bab V ; Simpulan
Daftar Pustaka (minimal 5, dengan referensi dapat berupa text book dan e-book 10
tahun terakhir; jurnal minimal 5 tahun terakhir)
Format penulisan (isi) minimal 35 halaman; spasi 1,5, Times New Roman 12

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 11


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

NARASUMBER
No. Nama Bagian No. HP
1. L.M. Karisma Sukmayanti Psikologi 085101446634
2. Dewi Puri Astiti Psikologi 081328070074
3. dr. Luh Oliva Saraswati Suastika, Sp.JP, FIHA Kardiologi 081330530247
4. dr. Ni Luh Putu Eka Arisanti, Sp.P Pulmonologi 081916433115
dr. Sari Wulan Dwi Sutanegara, Sp.THT-KL
5. THT-KL 081338466039
(K), FICS
6. dr. IDG Arta Eka Putra, Sp.THT-KL (K), FICS THT-KL 081337826317
dr. I Gde Ardika Nuaba, Sp. THT-KL (K),
7. THT-KL 0811389489
FICS
8. dr. Ni Ketut Rai Purnami, Sp.PD-KGer Interna 082144202483
9. dr. Pande Ketut Kurniari, Sp.PD-KR Interna 082146179796
10. dr. Tjok Istri Anom Saturti, Sp.PD, FINASIM, Interna 082145854167
MARS
11. dr. Cokorda Agung Wahyu Purnamasidhi, Interna 081337189997
M.Biomed, Sp.PD
12. Dr. dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, Sp.KJ Psikiatri 085100814010
13. dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp.KJ (K) Psikiatri 081338748051

14. Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ Psikiatri 0816295779
(K)
dr. Ni Gusti Ayu Agung Manik Yuniawaty
15. Bedah Onkologi 08123214075
Wetan, Sp.B (K) Onk
dr. I Gusti Putu Hendra Sanjaya, Sp.B, Sp.BP-
16. Bedah Plastik 0811388595
RE (K)
17. Dr. dr. I Wayan Niryana, M.Kes, Sp.BS (K) Bedah Saraf 081337786745
dr. Putu Feryawan Meregawa, M.Biomed, Bedah Orthopaedi dan
18 082187747777
Sp.OT Traumatologi
19. dr. Ni Luh Putu Ratih Vibriyanti Karna, Sp.KK Kulit Kelamin 081337808844
20. dr. Ida Ayu Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp.S Neurologi 081337667939
21. dr. Kumara Tini, Sp.S (K), FINS, FINA Neurologi 081238701081
22. dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M.Biomed, Sp.M Mata 081338341860
(K)
dr. Ni Made Laksmi Utari, M.Biomed, Sp.M
23. Mata 082340393727
(K)
drg. Nyoman Ayu Anggayanti, M.Biomed.,
24. Gigi 08113853707
Sp.BM

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 12


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 1

PSIKOLOGI
(PENGANTAR PSIKOLOGI KESEHATAN)

L.M. Karisma Sukmayanti

ABSTRAK

Pengantar psikologi kesehatan mencakup informasi mengenai pengertian dan peran


psikologi kesehatan dalam membahas kondisi sehat dan sakit yang dialami individu.
Pendekatan biopsikososial dalam kajian psikologi kesehatan, kaitan antara proses mental dan
fisik juga menjadi bahasan dalam topik pengantar psikologi kesehatan. Setelah
menyelesaikan mendapat topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat menunjukkan,
menerapkan, dan melaksanakan informasi mengenai kesehatan dari sudut pandang psikologi,
dan peran psikologi dalam kesehatan, sebagai program preventif maupun intervensi.
Kata kunci: psikologi kesehatan, biopsikososial

LEARNING TASK

1. Jelaskan peran penting psikologi kesehatan dalam kesehatan manusia!


2. Beri atau carilah contoh mengenai keterkaitan bidang psikologi kesehatan dengan
bidang keilmuan Saudara!
3. Jelaskan manfaat mempelajari psikologi kesehatan bagi keilmuan Saudara!

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 13


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

PERSEPSI, ATENSI, MOTIVASI, EMOSI

L.M Karisma Sukmayanti

ABSTRAK

Persepsi, atensi, emosi, dan emosi merupakan bahasan mengenai proses mental baik
yang bersifat covert (tak nampak) maupun overt (nampak) dalam perilaku manusia dalam
kehidupannya. Persepsi manusia dijelaskan sebagai pengertian dan berkaitan erat dengan
sensasi, karakteristiknya, hukum Gestalt dalam persepsi manusia, termasuk faktor-faktor
yang berperan dalam persepsi manusia. Atensi atau perhatian manusia, erat pula kaitannya
dengan persepsi. Atensi memiliki pengertian dan karakteristik tersendiri, sehingga dapat
berdampak bagi manusia dalam mempersepsi suatu objek. Selanjutnya emosi dan motivasi
juga dijelaskan dalam pengertian, jenis-jenisnya, beberapa teori dalam mengkaji emosi dan
motivasi manusia, serta kaitan atau perwujudan emosi dan motivasi dalam perilaku manusia
di dalam kehidupan.
Kata kunci: persepsi, atensi, motivasi, emosi, perilaku manusia

LEARNING TASK

1. Bagaimanakah persepsi manusia terjadi? Jelaskan.


2. Jelaskan bagimana peran atensi atau perhatian dalam proses persepsi manusia!
3. Jelaskan emosi berdasarkan salah satu teori emosi yang Saudara pahami!
Bagaimanakah individu yang dapat dikatakan cerdas secara emosi?
4. Bagaimana kaitan antara motivasi dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-
hari? Jelaskan.
5. Jelaskan motivasi manusia berdasarkan salah satu teori motivasi yang Saudara
pahami, serta berikan contoh.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 14


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 2

PSIKOLOGI
(LEARNING & INTELEGENSI; INDIVIDUALITAS & INTERPERSONALITAS)

Dewi Puri Astiti, S. Fil, M.Si

ABSTRAK

Psikologi Umum merupakan mata kuliah yang berisi materi terkait aspek psikologis
yang mempengaruhi aspek fisik dari manusia dan bagaimana perilaku manusia dijelaskan.
Aspek psikologis yang akan dibahas dalam materi psikologi umum ini antara lain aspek
learning dan intelegensi serta aspek individualitas dan aspek interpersonalitas. Mata kuliah
psikologi umum diberikan pada mahasiswa dengan tujuan mahasiswa dapat menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan serta materi yang disajikan agar mahasiswa dapat memahami,
menunjukkan, dan menerangkan aspek psikologis yang telah dipelajari dan memahami
hubungan antara aspek psikologis dengan perilaku individu serta kesehatan fisik individu.
Kata kunci: Learning dan Intelegensi, individualitas dan interpersonalitas

LEARNING TASK

Topik: Learning dan Intelegensi

1. Sebutkan beberapa teori learning behavior serta tokoh dari teori tersebut serta
jelaskan dalam contoh?
2. Jelaskan sifat dasar intelegensi pada individu?
3. Bagaimana Pengaruh lingkungan terhadap intelegensi individu?
4. Bagaimana hubungan intelegensi dengan learning behavior?

Topik: Individualitas dan Interpersonalitas

1. Jelaskan pengertian individu menurut beberapa tokoh?


2. Sebutkan ciri dan sifat individu dalam masyarakat?
3. Jelaskan pengertian interpersonalitas dan kepribadian?
4. Sebutkan dan jelaskan karakteristik kemampuan interpersonal individu?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 15


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 3

KARDIOLOGI
(PENYAKIT KARDIOVASKULER)

dr. Luh Oliva Saraswati Suastika, Sp.JP, FIHA

ABSTRAK

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang menyebabkan kematian nomer


satu di dunia. Selain morbiditas yang tinggi, pasien dengan penyakit kardiovaskuler juga
memiliki risiko lebih tinggi terkait tatalaksana penyakit gigi dan mulut. Beberapa jenis
penyakit jantung yang memerlukan atensi khusus adalah hipertensi, gagal jantung, penyakit
jantung koroner, endokarditis infeksiosa dan aritmia.
Hipertensi ditegakkan melalui pengukuran tekanan darah yaitu tekanan darah sistolik
>140 mmHg dan/atau diastolik >90 mmHg. Pada pasien dengan riwayat hipertensi,
dianjurkan untuk mengkonsumsi obat anti hipertensinya seperti biasa sebelum dilakukan
tindakan gigi. Pada saat akan tindakan, tekanan darah harus diukur. Jika ditemukan kondisi
krisis hipertensi maka tindakan gigi harus ditunda dan krisis hipertensi segera ditangani.
Berbagai kelainan jantung dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal jantung,
dimana ini merupakan suatu sindroma klinis yang diakibatkan jantung tidak dapat
memompakan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tindakan gigi
sebaiknya hanya dilakukan pada pasien dengan gagal jantung yang stabil dengan posisi
pasien semi-supinasi.
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit kardiovaskuler terbanyak, dimana
didapatkan penyempitan atau oklusi total pembuluh darah koroner yang menyebabkan
iskemia atau infark miokard dengan gejala klinis utama berupa nyeri dada khas atau angina
tipikal. Pasien dengan penyakit ini rutin mendapatkan obat anti agregasi platelet seperti
aspirin dan clopidogrel yang meningkatkan risiko perdarahan durante dan paska tindakan
gigi. Kondisi kecemasan atau stress akibat tindakan gigi juga dikhawatirkan dapat memicu
timbulnya angina. Selain obat antiplatelet, pasien dengan infark miokard apalagi yang
disertai dengan aritmia jantung juga bisa mendapat terapi antikoagulan. Sehingga diperlukan
persiapan khusus seperti penundaan obat antikoagulan atau antiplatelet untuk jangka waktu
tertentu sebelum dilakukan tindakan gigi.
Walaupun tidak banyak ditemukan, endokarditis infeksiosa dapat terjadi pada pasien
dengan kelainan struktur jantung yang mengalami bakteremia. Tindakan gigi atau oral yang
melukai mukosa dapat menimbulkan transient bakteremia yang kemudian dapat
menimbulkan endokarditis. Sehingga pada pasien dengan kelainan struktur jantung tertentu
wajib diberikan antibiotik profilaksis sebelum tindakan gigi dilakukan.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 16


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

LEARNING TASK
Case 1
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke klinik gigi untuk melakukan pencabutan gigi.
Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan pernah pasang ring jantung.
Learning tasks:
a. Anamnesa apakah yang perlu ditanyakan untuk melengkapi informasi sebelum
tindakan cabut gigi?
b. Pemeriksaan sederhana apakah yang penting dilakukan di klinik gigi sebelum
tindakan dilakukan?
c. Bagaimana edukasi anda terkait efek samping dari obat-obatan yang mungkin
dikonsumsi pasien terhadap tindakan cabut gigi?

Case 2
Seorang pasien wanita usia 24 tahun datang ke klinik gigi dirujuk oleh dokter jantung untuk
tindakan scaling dan pencabutan gigi untuk persiapan operasi penggantian katup jantung.
Pasien dikatakan memiliki katup jantung bocor.
Learning tasks:
a. Anamnesa apakah yang harus ditanyakan terkait tatalaksana paien ini?
b. Jika pasien memilki irama jantung yang ireguler dan mengkonsumsi warfarin
secara rutin, bagaimana persiapan tindakan gigi pasien ini?
c. Apakah pada pasien ini perlu diberikan antibiotik profilaksis? Jelaskan alasannya.
Jika perlu, antibiotik apa yang anda pilih?

Referensi:
1. Little and Falace’s Dental Management of the Medically Compromised Patient, 9th
edition
2. Mann, DL et all. Braunwald’s Heart Disease, 10th ed. Philadelphia, Elsevier
Saunders, 2015.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 17


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 4

PULMONOLOGI
(INFEKSI TUBERKULOSIS)

dr. Ni Luh Putu Eka Arisanti, Sp.P

ABSTRAK

Penyakit tuberkulosis saat ini masih merupakan masalah kesehatan dunia.


Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh inkesi kuman
Micobakterium tuberculosis. Penyakit ini sebagian besar menyerang organ paru disamping
juga dapat mengenai organ lain. Di seluruh dunia terdapat sekitar 9-10 juta orang yang
menderita penyakit tuberkulosis. Penyakit MTB terus meningkat jumlahnya seiring dengan
bertambahnya penderita HIV/ AIDS serta penyakit penurunan kekebalan tubuh lainnya
seperti diabetes mellitus, penyakit autoimun serta keganasan. Penyakit ini menular melalui
percikan droplet dan airborne dengan masa inkubasi sekitar 2-8 minggu.
Patofisiologi penyakit diawali dengan masuknya kuman ke dalam alveoli dan
ditangkap oleh makrofag. Dalam keadaan makrofag tidak mampu mengeliminasi kuman
maka dapat terjadi penyebaran ke saluran limfa lokal membentuk fokus gohn. Fokus gohn
sendiri dapat mengalami beberapa nasib yaitu dapat sembuh sendiri atau menyebar ke organ
sekitarnya bahkan ke organ lain melalui jalur hematogen dan limfogen. Gejala klinis yang
terjadi jika pasien terinfeksi tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari dua minggu, bisa
terjadi batuk darah, sesak napas, atau nyeri dada. Gejala sistemik yang terjadi dapat berupa
malaise, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, demam subfebris, dan keringat
malam.
Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan sputum baik dengan metode gene x
pert (TCM) atau pemeriksaan BTA sputum. Pengobatan tuberkulosis menggunaan obat
antituberkulosis OAT yang diminum secara teratur minimal 6 selama bulan. Tahap
pengobatan terdiri dari fase intensif dan fase lanjutan. Manajemen dental pada pasien
tuberkulosis sebaiknya dilakukan saat pemeriksaan evaluasi sputum BTA pasca pengobatan
sudah negatif. Tindakan emergensi dapat dilakukan dengan pemakaian APD yang memadai.
Disarankan terlebih dahulu berkonsultasi dengan spesialisasi terkait untuk diagnosis dan
terapi tuberkulosis sebelum melakukan dental manajemen.

LEARNING TASK

1. Jelaskan mekanisme dan patifisiologi terjadinya infeksi tuberkulosis hingga


menimbulkan penyakit tuberkulosis.
2. Sebutkan gejala klinis infeksi tuberkulosis
3. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru
4. Jelaskan terapi penyakit tuberkulosis paru
5. Jelaskan bagaimana dental manajemen pada pasien yang memiliki penyakit
tuberkulosis

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 18


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 5

THT-KL
(SINUSITIS DENTOGEN)

dr. Sari Wulan Dwi Sutanegara, Sp.THT-KL (K), FICS

ABSTRAK

Sinusitis adalah inflamasi pada mukosa hidung dan sinus paranasal, yang ditandai
dengan gejala hidung tersumbat/obstruksi/kongesti, adanya sekret hidung (baik dari anterior
maupun posterior nasal drip); disertai gejala nyeri wajah baik spontan/pada penekanan di
daerah sinus dan berkurangnya/hilangnya penciuman.
Penyebabnya multifactor, bisa infeksi bakteri, virus, jamur, vasomotor dan alergi.
Namun secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu penyebab rinogen dan dentogen.
Untuk penyebab dentogen, sering didahului infeksi pada gigi premolar dan molar. Symptom:
Pilek disertai ingus / rinore, ingus mengalir ke tenggorok (PND), hidung buntu, nyeri wajah,
demam, batuk, nyeri telinga.

Referensi:
1. Lore John M. An Atlas of Head and Neck Surgery. Fourth Edition. Elsevier Inc,
Saunders. Copyright 2005
2. Byron J. Bailey. Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Third Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Copyright 2006
3. Soetjipto D., Wardhani RS. Guideline Penyakit THT di Indonesia, PP. PERHATI-
KL, 2007

LEARNING TASK

1. Anak laki, 9 th, ditemani ibunya, sejak 1 mgg pilek disertai hidung bau sisi kanan
Pertanyaan:
a. Apa kemungkinan yang dialami anak ini?
b. Anamnesa apa yang diperlukan untuk memperjelas diagnosa?
c. Apakah kemungkinan diagnosanya?

2. Ibu, sering mencium bau tak sedap. Riwayat batuk, pilek, ingus ke tenggorok di sangkal
Pertanyaan:
a. Anamnesa apa lagi yang diperlukan?
b. Pemeriksaan penunjang apakah yang diperlukan?
c. Apakah kemungkinan diagnosanya?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 19


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 6

THT-KL
(ABSES LEHER DALAM)

dr. IDG Arta Eka Putra, Sp.THT-KL (K), FICS

ABSTRAK

Abses yang terbentuk dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai
akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber. Penjalaran infeksi dari gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah, leher. Penyebab paling sering infeksi gigi (43%).
Kumannya aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob streptococcus, staphylococcus ataupun
bacterioides.
Infeksi gigi mengenai pulpa dan periodental -> penyebaran infeksi meluas melalui
foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya apex gigi M1 berada diatas myoloid, penjalaran
infeksi akan masuk lebih dahulu ke daerah sublingual. M2 dan M3 apexnya berada dibawah
myoloid sehingga infeksi langsung ke daerah submaksila. Penyebaran infeksi melalui
beberapa jalan, yaitu: hematogen, limfogen dan celah antar ruang leher dalam.
Abses Peritonsil (Quinsy): komplikasi dari tonsillitis akut, infeksi yang bersumber
dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil. Gejala: demam, odinofagia, otalgia, sakit
kepala, nyeri leher, trismus, ‘hot potato voice’, hipersalivasi, foetor ex ore. Penatalaksanaan:
stad infiltrative: antibiotik, analgetik-antipiretik, obat kumur & kompres dingin leher. Stad
supuratif: insisi abses. Dianjurkan untuk operasi tonsilektomi, bersamaan dengan tindakan
drenase abses (a’chaud), setelah 3-4 hari drainase abses (a’ tiede), 4-6 minggu setelah
drenase abses (a’froid).
Abses Retrofaring: abses leher dalam terbanyak pada anak. Gejala: rasa nyeri dan
sukar menelan (odinofagia+disfagia), demam, pergerakan leher terbatas, sesak—stridor,
perubahan suara, riwayat infeksi saluran nafas atas, trauma. Penatalaksanaan: antibiotik,
analgetik, antipiretik, dan tindakan bedah. Insisi abses dilakukan via laringoskopi dalam
posisi trendelenburg.
Abses Parafaring: penjalaran infeksi faring, tonsil, adenoid, gigi. Gejala: demam,
trismus, nyeri tenggorok, odinofagi, disfagia. Tatalaksana: antibiotika parenteral, high dose,
broad spektrum, drainase
Abses Submandibula: gejala: demam dan nyeri leher, trismus. Tatalaksana: antibiotik
parenteral dosis tinggi, evakuasi abses, eksplorasi dalam narkose, insisi pada tempat paling
fluktuatif atau setinggi os hyoid.
Angina Ludovici (ludwig’s angina): selulitis ruang submandibular. Gejala: riwayat
nyeri tenggorok & leher, pembengkakan regio submandibular, hiperemis dan keras pada
perabaan, gejala obstruksi jalan napas—sesak, stridor. Terapi: antibiotika spektrum luas,
parenteral. eksplorasi untuk dekompresi
Pemeriksaan penunjang: rontgen servikal lateral, rontgen panoramiks, rontgen toraks,
tomografi computer (CT Scan), pemeriksaan bakteriologi.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 20


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

Referensi:
1. Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third Edition, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia,2001,702 -715
2. Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery, Fourth Edition, Elsevier
Inc, W.B Saunders, Philadelpia,2005,854 -855
3. Gordon W. Pederson. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC.1996

LEARNING TASK

1. Mampu menjelaskan tentang anatomi leher dalam


2. Mengetahui etiologi abses leher dalam
3. Mampu menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 21


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 7

THT-KL
(NEOPLASMA HIDUNG DAN SINUS PARANASAL)

dr. I Gde Ardika Nuaba, Sp.THT-KL (K), FICS

TUJUAN PEMBELAJARAN

a. Tujuan Pembelajaran Umum


Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi dan
keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan melakukan tindakan yang tepat terhadap
penderita neoplasma hidung dan sinus paranasal,

b. Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Menguasai anatomi, histologi dan fisiologi hidung dan sinus paranasal
2. Mampu menjelaskan etiologi dan jenis kelainan yang berhubungan dengan neoplasma
hidung dan sinus paranasal
3. Menjelaskan patofisiologi dan gambaran klinis neoplasma hidung dan sinus paranasal
4. Membuat diagnosis neoplasma hidung dan sinus paranasal berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan histopatologi
5. Menentukan dan melakukan pemeriksaan penunjang (nasal endoskopi, sinuskopi dan CT
scan hidung dan sinus paranasal)
6. Melakukan tatalaksana neoplasma hidung dan sinus paranasal dan rehabilitasi pasca
operasi maksilektomi
7. Melakukan penjajakan dan memutuskan terapi pendahuluan serta merujuk ke spesialis
yang relevan.

KOMPETENSI

1. Pengetahun
Mampu membuat diagnosis neoplasma hidung dan sinus paranasal berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan histopatologi dan beberapa pemeriksaan
penunjang (foto polos kepala posisi Water’s dan AP - lateral, nasal endoskopi, sinuskopi dan
CT scan hidung dan sinus paranasal). Dokter dapat memutuskan dan melakukan terapi
pendahuluan serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).

2. Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi hidung dan sinus paranasal
2. Menjelaskan etiologi dan jenis kelainan yang berhubungan dengan neoplasma hidung
dan sinus paranasal
3. Menjelaskan patofisiologi dan gambaran klinis neoplasma hidung dan sinus paranasal

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 22


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

4. Menjelaskan dan melakukan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


histopatologi pada neoplasma hidung dan sinus paranasal
5. Melakukan keputusan untuk perlu tidaknya pemeriksaan penunjang seperti nasal
endoskopi, sinuskopi dan CT scan hidung dan sinus paranasal
6. Menjelaskan tentang tatalaksana operasi reseksi neoplasma hidung dan sinus paranasal,
pemberian kemoterapi dan radiasi serta menjelaskan rehabilitasi pasca operasi reseksi
neoplasma hidung dan sinus paranasal
7. Memutuskan terapi pendahuluan serta merujuk ke spesialis yang relevan.

Referensi:
1. Byron J. Bailey. 2014. Head and Neck Surgery - Otolaryngology. Fifth Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
2. Cummings W. Charles. 2005. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Fourth
Edition. Mosby Inc. Philadelphia.
3. K. J. Lee. 2012. Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery. Tenth Edition.
McGraw-Hill Medical Publishing Division CO New York Chicago.
4. Lore John M. 2005. An Atlas of Head and Neck Surgery. Fourth Edition. Elsevier
Inc, Saunders. Philadelphia.
5. Moore U. J. 2011. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery. Sixth Edition.
Balckwell Publishing. Oxford.
6. Myers E.N. 2008. Operative Otolaryngology: Head and Neck Surgery. Second
Edition. Saunders Elsevier, Pennsylvania.

ABSTRAK

Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan, baik yang jinak
maupun yang ganas. Dimana dijumpai 0,2 - 0,8% dari keganasan seluruh tubuh atau 3% dari
seluruh keganasan dikepala leher. Angka kejadiannya pada laki-laki ditemukan lebih banyak
dari perempuan dengan rasio 2:1. Etiologi tumor ganas sinonasal belum diketahui, tetapi
diduga akibat paparan dengan bahan industri antara lain nikel, debu kayu, formaldehid,
kromium, minyak isopropil. Pekerja di bidang ini mendapatkan kemungkinan terjadi
keganasan hidung dan sinus jauh lebih besar. Merokok juga mempunyai peran penting dalam
perkembangan tumor sinonasal. Insidensi lebih sering terjadi pada ras kulit putih dan pria
dua kali lebih sering dibandingkan wanita. Gejala neoplasma hidung dan sinus paranasal
pada umumnya hampir sama dengan gejala infeksi sinus paranasal, seperti hidung tersumbat,
epistaksis, sakit kepala, nyeri wajah dan hidung berair serta sering tanpa gejala pada 9 - 12%
pasien, sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dan penyakit
telah berada pada stadium lanjut.
Reseksi neoplasma hidung dan sinus paranasal adalah tindakan pembedahan
pengangkatan neoplasma hidung dan sinus paranasal, yaitu maksilektomi medial - rinotomi
lateral, reseksi radikal maksila dengan eksenterasi orbita dan sebagian etmoid, reseksi
maksila termasuk dasar orbita dengan mempertahankan bola mata dan maksilektomi parsial
(maksilektomi infrastruktur dan maksilektomi suprastruktur).

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 23


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

LEARNING TASK

1. Mampu menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi hidung dan sinus paranasal
2. Mampu menjelaskan etiologi dan patofisiologi neoplasma hidung dan sinus paranasal
3. Mampu menjelaskan dan melakukan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 24


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 8

ILMU PENYAKIT DALAM


(PENGANTAR ILMU PENYAKIT DALAM, DIABETES MELITUS,
TUBERKULOSIS PARU, GAGAL GINJAL, HIPERTENSI, SIROSIS HATI)

dr. Ni Ketut Rai Purnami, Sp.PD-KGer

LEARNING TASK

1. Pasien, laki-laki umur 56 tahun, tiba-tiba mengeluh nyeri pinggang kanan, disertai
kencing kemerahan. Pasien juga mengeluh sakit gigi yang oleh dokter gigi dievaluasi,
diberikan obat, dan akan diekstraksi gigi yang gangrene. Semenjak 4 bulan yang lalu
kencing pasien menjadi sedikit-sedikit dan pernah mengalami kencing keluar batu 5
bulan lalu. Tekanan darah pasien 160/110 mmHg. Sebutkan masalah pasien saat ini, dan
kapan pasien akan optimal cabut gigi?
2. Pasien perempuan 80 tahun dengan DM lebih dari 20 tahun, saat ini mengalami demam
dengan suhu 38°C. Lakukan pengkajian pasien ini, dan pemeriksaan apa yang perlu
dilakukan?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 25


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 9

ILMU PENYAKIT DALAM


(RHEUMATOID ARTHRITIS, SLE)

dr. Pande Ketut Kurniari, Sp.PD-KR

RHEUMATOID ARTHRITIS

ABSTRACT

Definition
Rheumatoid Arthritis (RA) is a chronic multisystem disease of unknown cause. The
characteristic feature of RA is persistent inflammatory synovitis, involving peripheral joints
in a symmetric distribution.

Etiology
The cause of RA remains unknown. RA might be a manifestation of the response to an
infectious agent in a genetically susceptible host. Causative agents is involved; Mycoplasma,
Epstein-Barr Virus (EBV), Cytomegalovirus, parvovirus, and rubella virus.

Pathology and pathogenesis


Microvascular injury and an increase the number of synovial lining cells. Histology of
rheumatoid synovitis; the characteristic feature of RA inflammation with hyperplasia of
lining layer, a higher CD4+ T cell infiltrate around postcapillary venules. Immunoglobulin
and the autoantibody rheumatoid factor are produced within the synovial tissue, which leads
to the local formation of immune complexes. Autoantibodies to synovial tissue components
contribute to inflammation.

Clinical manifestation
Onset of RA; Polyarthritis which begins insidiously with fatigue, anorexia, and generalized
weakness. Specific symptoms usually appear gradually as several joints, especially those of
the hands, wrists, knees, and feet, become affected in a symmetric fashion. Signs and
symptoms of articular disease; pain, swelling, and tenderness may initially localized to the
joints.

Laboratory findings
- Increasing of Acute phase reactan (CRP) and erythrocyte sedimentation Rate
- Rheumatoid factors; are autoantibodies reactive with the Fc portion of IgG, are found in
more than two-thirds of adults with the disease.
- Anti CCP (Antibodies to citrulline-containing proteins); are found in most patients with
RA

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 26


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

Radiographic evaluation
Loss of articular cartilage and existence of bone erosions.

Diagnosis
American College of Rheumatology/European League Against Rheumatism 2010 diagnostic
criteria for rheumatoid arthritis (RA). A score of six or more is required for a diagnosis of
RA

LEARNING TASK

Case
A female 35 years old, married, has 4 children. She is a cleaning service. She came to Health
Centre with chief complaint, problem on her wrist, fingers both side. She feels pain, swelling
and tenderness, morning stiffness since a month.

1. Could you complete the anamnesis!


2. Describe the physical diagnostic!
3. Base on the anamnesis and physical diagnostic, the working diagnosis of this patient?
4. Describe the differential diagnosis!
5. Describe other laboratory test
6. Where should you reffer this patient?

Self assessment
1. Describe the definition of rheumatoid arthritis
2. Describe the etiopathogenesis of RA
3. Describe the pathological aspect of RA
4. Describe the clinical manifestation of RA

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 27


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

5. Describe the laboratory test for RA


6. Describe the diagnostic criteria of RA

SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSIS (SLE)

ABSTRACT

Definition
SLE is an autoimmune disease which involves multiorgan / multisystem damage, mediated
by tissue-binding autoantibodies and immune complexes.

Etiology and Pathogenesis


SLE is caused by interactions between susceptibility genes and environmental factors,
resulting in abnormal immune responses. It is characterized by a global loss of self-tolerance
with activation of autoreactive T and B cells leading to production of pathogenic
autoantibodies and tissue injury.

Clinical manifestation
The patients with SLE may present with various systemic manifestations. The general symptoms
include: fever, malaise, arthralgias, myalgias, headache, and loss of appetite and weight. Spesific
symptom due to target organ damage. Some symptom are joint pain, hair lose (alopesia), mallar rash,
cutaneus lupus, nephritis lupus, neuropsychiatry lupus, hematologic disorder, endocarditis,
pericarditis, etc.

Laboratory test
It due to organ damage. Complete blood count can find anemia, trombocytopeni and
leucopenia. Abnormality on urinalisis test. Increasing of acute phase reactan (CRP and ESR)
abnormality on kidney function. Imunology test show ANA test positive. Or Anti ds-DNA or
antibody anti Smith, anti Cardiolipin antibodies, Lupus anticoagulant, anti β2 GP1
antibodies. Low C3 and C4 complement.

Diagnosis
2019 European League Against Rheumatism/American College of Rheumatology
classification criteria for systemic lupus erythematosus

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 28


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

LEARNING TASK

A 17 years old female came to Health Centre with chief complaint; facial rash since 3
days ago. She had the rash since a year ago, and reduced after treatment. The rash is
triggered by the UV. The patient also feels fatique since 3 months ago.

1. Please you complete the anamnesis!


2. Describe the physical examination!
3. Describe the diagnosis and possible differential diagnosis!
4. Where should you reffer this patient?

Self assessment

1. Describe the definition of SLE.


2. Describe the etiopathophysiology of SLE.
3. Describe the clinical manifestation of SLE.
4. Describe the laboratory test for this patient.
5. Describe diagnosis criteria of SLE

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 29


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 10

ILMU PENYAKIT DALAM


(ANAFILAKSIS, ALERGI OBAT, AIDS, ANEMIA APLASTIK, LEUKIMIA)

dr. Tjok Istri Anom Saturti, Sp.PD, FINASIM, MARS

ANAFILAKSIS

ABSTRAK

Definition: Anaphilaxis is an acute severe, life-threatening, generalized or systemic


hypersensitivity reactions.

Pathophysiology:
1. Tipe I reaction (IgE mediated)
2. Anaphylactoid reaction (Non IgE mediated): complement activation, physical factors,
substance for histamine release, idiopathic, arachidonic acid modulation

Clinical Criteria for Diagnosing Anaphylaxis (Sampson HA, et al. JACL 2006):
1. Acute onset of an illness (minutes to several hours) with involvement of the skin,
mucosal tissues, or both (eg. generalized hives, pruritus or flushing, swollen lips-
tongue-uvula) AND AT LEAST ONE OF THE FOLLOWING:
a. Respiratory compromise (eg. dyspnea, wheeze-brochospasm, strodir, reduced
PEF, hypoxemia)
b. Reduced BP or associated symptoms of end-organ dysfunction (eg.
hypotonia/collapse, syncope, incontinence)
2. Two or more of the following that occur rapidly after exposure to a likely allergen for
that patient (minutes to several hour):
a. Involvement of the skin-mucosal tissue (eg. generalized hives, pruritus or
flushing, swollen lips-tongue-uvula)
b. Respiratory compromise (eg. dyspnea, wheeze-brochospasm, strodir, reduced
PEF, hypoxemia)
c. Reduced BP or associated symptoms (eg. hypotonia/collapse, syncope,
incontinence)
d. Persistent gastrointestinal symptoms (eg. cramp abdominal pain, vomiting)
3. Reduced BP after exposure to known allergen for that patient (minutes to several
hours):
a. Infant and children: low systolic BP (age specific) or greater than 30% decrease
in systolic BP
b. Adults: systolic BP of less than 90 mmHg or grater than 30% decrease from that
person’s baseline

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 30


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

LEARNING TASK

Female 30 years old, came to Emergency Unit with chief complaint, edema on palpebra,
itchy redness on the whole body skin after taking metampirone 500 mg tab as a treatment for
headache. She also complain shortness of breath, fatique, and warmth on the lower
extremity.

1. What should you do for the first?


2. Could you complete your anamnesis?
3. What do you find on physical examination?
4. The laboratory plan? Or the diagnostic procedure?

Self Assessment
1. What are the differential diagnoses?
2. Could you describe the pathophysiology of anaphylaxis?
3. Could you describe the clinical manifestation?
4. The management in this case!
5. Describe the prevention!
6. Comprehend any prognostic factors!

ADVERSE DRUGS REACTION (ADR)

ABSTRAK

Introduction: Drug allergy or hypersensitivity is a form of Adverse Drug Reaction (ADR)

Definition: An ADR is any undesirable effect of drug that is administered in standard doses
by the proper route for the purpose of prophylaxis, diagnosis, or treatment. Drug allergy is an
immunologically mediated reaction, occurs in a susceptible populations, characterized by
specificity, transferability by antibodies or lymphocytes, and recurrence on re-exposure.
Pathophysiology
Allergic drug reactions are usually defined as:
1. Reaction caused by suspected immunologic mechanism
2. Result from the production of antibodies and / or cytotoxic T cells directed against
the drug
3. Its metabolite, a soluble / cell-bound carrier protein as a responses to prior or
continues exposure to a drug

Risk factors
1. Patient related: age, sex, genetics, atopy, AIDS
2. Drug related: macromolecular size, bivalency, haptens, route, dose, duration of
treatment
3. Aggravating factors: β blockers, asthma, pregnancy

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 31


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

Diagnosis
Diagnosis of drug allergy based on:
1. Clinical history
2. Clinical manifestations
3. Diagnosis test

Diagnostic tests
1. SPT may be helpful for diagnosing IgE mediated drug reactions (in vivo)
2. RAST may detect serum IgE antibodies to certain drugs (eg. penicillin and succinyl
choline) (in vitro)
3. Provocation test; oral provocation test, may be as a gold standard. They must be
performed under strict medical supervision with resuscitative equipment available

Management
1. Avoidance
2. Premedication
3. Desensitization

LEARNING TASK

Male 20 years old, was diagnosed with Pulmonary TB and taking the anti TB regimen
(category 1). On the second day treatment he felt an itchy – swollen redness on whole body.
He has previous history of drug allergy but the allergen is unknown, his mother also had
history of drug allergy. The patient was full alert, T 110/70 mmHg, pulse rate 92x per minute
regular, RR 18x per minute.

1. Could you explore more to complete the anamnesis?


2. Describe any sign that you find on physical examination.
3. How to manage this patient?

Self assessment
1. Could you describe the ADR?
2. Describe the immunopathophysiology of drugs allergy (due to Gell & Coombs
Criteria).
3. Comprehend the diagnostic approach of the drugs allergy.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 32


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 11

ILMU PENYAKIT DALAM


(ORAL MANIFESTATIONS OF SEXUALLY TRANSMITTED DISEASES)

dr. Cokorda Agung Wahyu Purnamasidhi, M.Biomed, Sp.PD

ABSTRACT

Sexually transmitted diseases frequently affect the mucous membranes producing


characteristic and potentially diagnostic lesions on the oral mucosa. This article reviews the
classic route of transmission and the corresponding clinical presentation of several of the
sexually transmitted viruses, including herpes virus types I and II, Epstein Barr virus,
cytomegalovirus, human papilloma virus, molluscum contagiosum, as well as the human
immunodeficiency virus. Bacterial infections such as syphilis, gonorrhea, as well as the
fungus candida are reviewed under the umbrella of STDs with potential oral involvement
encountered in the sexually active patient.
Nearly 20 million new cases of sexually transmitted diseases affect people in the
United States each year, according to the Centers for Disease Control and Prevention. With
these highly preventable diseases often come symptoms that affect your entire body –
including your mouth. Not all people who are infected will go on to have symptoms. If a
person with a sexually transmitted infection (STI) develops symptoms, they are then
considered to have a sexually transmitted disease (STD).

LEARNING TASK

1. What are signs of STDs in your mouth? Explain your answer!


2. Can you get an STD in your throat? Explain your answer!
3. How long does it take for an STD to show up in your mouth? Explain your answer!
4. Can dentists detect STDs? Give some examples!

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 33


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 12

PSIKIATRI
(PENGANTAR ILMU KEDOKTERAN JIWA)

Dr. dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, Sp.KJ

ABSTRAK

Menurut Undang-undang RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa


kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan
kesehatan jiwa menurut Undang-undang No 18 tahun 2014 adalah kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Untuk itu sehat jiwa merupakan hak asasi dari setiap orang sejak usia berapapun dan
dalam keadaan fisik sehat atau sakit. Bermanfaat sebagai acuan akhir dari upaya peningkatan
kualitas kehidupan manusia, baik dalam konteks: kehidupan pribadi, hubungan antar
manusia (pendidikan anak/remaja, orang tua-anak, guru-siswa), antar kelompok/golongan,
hubungan dokter-pasien, bahkan dalam keadaan menghadapi kematian/maut sekalipun.
Landasan pendekatan psikiatri adalah Eklektik, meliputi semua cabang ilmu kedokteran
dasar, semua cabang spesialistik dalam kedokteran, dan semua cabang Humaniora. Bersifat
holistik dengan melihat manusia secara keseluruhan/komprehensif dengan tujuan akhir
meningkatkan kesehatan Jiwa dan kualitas hidup (jadi bukan sekedar mendiagnosis dan
menterapi gangguan mental saja).
Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah
ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya
adalah kehilangan kontak dengan realitas. Sehat atau tidak adanya seseorang secara mental,
belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat digolongkan
sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai
tidak sehat mental.
Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan
lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau
sakit mental bisa jadi dianggap senagat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan
sehat atau sehat mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan
sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang
yang menampilkan perilaku diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan
perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain.
Pengendalian utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal
pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukkan
adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran,
bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 34


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak
matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan kesehatan mental adalah
mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau
menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukkan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat
mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan
perseorangan sekaligus.

LEARNING TASK

Penderita anak laki-laki umur 9 tahun, rujukan dari sejawat dokter gigi praktek swasta.
Penderita datang dengan dipangku orang tuanya. Terlihat keempat anggota tubuhnya tidak
normal. Wrest joint dan ankle joint tidak normal seperti tertekuk. Kepala selalu bergerak,
bicara dan juga pendengaran terganggu. Penderita datang dengan maksud mencabutkan gigi-
giginya yang dirasakan sakit oleh penderita. Menurut orangtuanya, penderita memang
demikian sejak lahir. Penderita tersebut adalah anak pertama, anak-anak berikutnya normal.
Penderita dipangku orangtuanya yang duduk di kursi gigi. Penderita dengan bantuan asisten
perawat gigi dan ibunya dapat dengan susah payah menjaga gerakan spontan penderita.
Dengan susah payah, sepintas pemeriksaan intra oral banyak sisa akar gigi, gigi yang karies,
dan oral hygiene jelek. Tekanan waktu pemeriksaan intra oral menyebabkan penderita masuk
pada keadaan epilepsi.

Pertanyaan:
1. Jelaskan pilihan pengobatan untuk kondisi di atas
2. Jelaskan peran terapis
3. Jelaskan gangguan jiwa apa yang terjadi?
4. Jelaskan bagaimana penanganan secara holistik yang harus dilakukan?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 35


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 13

PSIKIATRI
(ANXIETAS PADA PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI)

dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp.KJ (K)

ABSTRAK

Anxietas (kecemasan) adalah hal yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Sekitar 15% di populasi umum mengalami kecemasan seperti Fobia 10%; Gangguan Cemas
Menyeluruh 5%; Gangguan Panik 1-3%, dan lain-lain. Etiologi gangguan anxietas adalah
multifaktor, dan ada beberapa teori seperti Teori Psikodinamik, Teori Belajar (Learning
Theory), Teori kognitif, Teori Biologi termasuk genetik dapat menjelaskan. Gejala-gejala
kecemasan meliputi 3 (tiga) kelompok besar yaitu 1). Ada rasa cemas/khawatir/was-
was/takut, atau bahkan takut mati dan takut hilang kendali; 2). Ketegangan Motorik seperti
otot-otot terasa kaku, kedutan otot, gemetaran, mudah kaget, sulit tidur, dll.; 3).
Hiperaktivitas Otonomik seperti dada terasa berdebar, nafas berat/sesak, gangguan
lambung/saluran cerna, berkeringat, mulut kering, dll.
Anxietas sering dikaitkan dengan kondisi medis lain seperti dalam penyakit
Kedokteran Gigi, dan dimasukkan dalam katagori diagnosis Gangguan Anxietas karena
Kondisi Medis Umum. Pemeriksaan penunjang seperti tes-tes psikologi, laboratorium,
neuroimaging, dilakukan bila perlu untuk membantu menegakkan diagnosis. Prinsip
penanganannya adalah dengan terapi Non-Farmakologis dan terapi Farmakologis.

LEARNING TASK

1. Jelaskan etiologi gangguan anxietas?


2. Jelaskan tanda dan gejala-gejala anxietas?
3. Jelaskan jenis-jenis gangguan anxietas yang sering terjadi dalam praktek kedokteran
Gigi?
4. Bagaimana berkomunikasi yang baik pada pasien Gangguan anxietas?
5. Bagaimana penanganan Farmakologis dan Non-Farmakologis pada gangguan
Anxietas?

Daftar Pustaka
1. Ebert M.H; Loose PT. Current Diagnosis & Treatment Psychiatry. Second edition.
International Edition, McGraw Hill Medical Lange. 2008. Pp. 351-365.
2. Sadock BJ; Sadock VA; Ruiz P. Synopsis of Psychiatry Sciences/Clinical Psychiatry.
11th edition. Philadelphia Baltimore. 2015. Pp. 580-588.
3. Kaplan dan Sadock’s. Pocket Handbook of Clinical Psychiatry. Fifth Edition. Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia Baltimore. 2010. Pp. 201-217.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 36


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 14

PSIKIATRI
(HYPNOSIS FOR PAIN IN DENTISTRY)

Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ (K)

ABSTRAK

Hipnosis adalah cara memanfaatkan imajinasi untuk strategi terapeutik yang


dirancang membantu orang merasa dan hidup lebih baik, mengurangi nyeri dan kecemasan
guna mengendalikan kebiasaan dan keadaan disosiasi. Hipnosis telah menduduki posisi
terapi utama dan komplementer, lebih sering disebut sebagai Kedokteran Integratif. Hipnosis
memiliki sejarah panjang digunakan sebagai terapi di luar obat. Hipnosis dapat diidentifikasi
dan digunakan sebagai terapi tambahan yang berharga untuk berbagai strategi psikoterapi.
Hipnosis adalah sekumpulan teknik yang dirancang untuk meningkatkan konsentrasi,
meminimalkan gangguan dan meningkatkan responsivitas untuk saran dalam mengubah
pikiran, perasaan, perilaku, atau kondisi fisiologis. Hipnosis juga dikatakan lebih sebagai
prosedur daripada terapi. Hipnosis efektif untuk orang yang menderita beragam bentuk nyeri,
dengan pengecualian pada mereka yang menolak intervensi hipnosis.
Dalam beberapa tahun terakhir, bukti-bukti anekdotal dan efektivitas hipnosis untuk
mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit dikenal sebagai hypno-analgesia sudah dilengkapi
oleh eksperimen terkontrol yang baik. Banyak dokter gigi telah menemukan bahwa hipnotis
medis tidak hanya membantu kasus-kasus rumit tertentu seperti bruxism atau refleks muntah
terlalu aktif, tetapi juga dapat membuat pengalaman ke dokter gigi menjadi menyenangkan.
Hipnosis dapat digunakan sebagai analgesik, juga dapat digunakan dalam kombinasi dengan
obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi dosis yang biasanya diberikan. Hal ini menjadi
pilihan pasien dan dokter gigi untuk menentukan jalan terbaik dari suatu tindakan. Bahkan
hipnosis dapat digunakan untuk mempromosikan penyembuhan dan meningkatkan
kenyamanan.
Selama hipnosis, alam sadar dari otak sementara berfokus pada relaksasi agar tidak
mengganggu pikiran. Seperti halnya menggunakan kaca pembesar, fokus sinar matahari
membuat sinar lebih kuat. Ketika pikiran berkonsentrasi dan fokus, dapat digunakan untuk
proses yang lebih kuat. Ketika terhipnotis, seseorang dapat mengalami perubahan fisiologis,
seperti memperlambat denyut nadi dan respirasi, dan peningkatan gelombang alpha di otak.
Orang mungkin juga menjadi lebih terbuka terhadap saran spesifik dan tujuan, seperti
mengurangi rasa sakit. Pada fase pasca sugesti, terapis memperkuat perubahan menggunakan
perilaku baru.
Terapis harus meyakinkan subjek bahwa dia tidak akan malu atau dipermalukan,
tidak akan diminta untuk melakukan apa-apa yang tidak ingin lakukan dalam keadaan sadar.
Hanya subyek yang kuat yang dapat memusatkan perhatian mereka dan terhipnosis.
Hipnoterapi membawa pasien ke kesadaran tentang perasaan dan keinginan dari pikiran
bawah sadar mereka. Hipnosis juga dianjurkan untuk mengelola kecemasan gigi yang ringan.
Ini menggabungkan unsur hipnosis, meditasi dan cara pendampingan dasar yang baik. Non-

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 37


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

invasif, dibutuhkan sedikit waktu tambahan, dan memberdayakan pasien dengan


menyediakan alternatif menarik.

LEARNING TASK

Seorang perempuan, janda berusia 52 tahun datang ke dokter gigi, karena tidak
mampu memakai gigi palsu tanpa mengalami sakit parah dan sensasi kesemutan yang sangat
tidak nyaman di wajahnya dan wilayah temporomandibular. Sensasi yang tidak
menyenangkan berubah menjadi rasa sakit dan kesemutan yang menyebar ke bagian dalam
mulutnya, daerah TMJ dan sisi berlawanan wajahnya. Akhirnya, dia mengalami rasa sakit di
saat-saat ketika dia bahkan tidak mengenakan gigi palsunya. Dia dirujuk ke neurolog dan
psikiater untuk tes investigatif dan sampai pada kesimpulan ada aspek psikologis untuk
masalahnya.

Pertanyaan:
1. Jelaskan pilihan pengobatan untuk kondisi di atas
2. Jelaskan peran terapis
3. Jelaskan restrukturisasi masalah
4. Jelaskan bagaimana terapi yang diberikan dapat membantu

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 38


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 15-16

DASAR ILMU BEDAH


dr. Ni Gusti Ayu Agung Manik Yuniawaty Wetan, Sp.B (K) Onk

a. Dasar ilmu bedah serta pemeriksaan fisik dasar pada kelainan bedah
b. Shock karena perdarahan
c. Sterilisasi serta tindakan asepsis dan antisepsis
d. Operasi minor
e. Kanker secara umum
f. Kanker mulut

ABSTRAK
Ilmu bedah adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang mengembalikan fungsi
dan anatomi normal dengan cara pembedahan. (Inggris; surgery; Yunani; cheirourgia
“pekerjaan tangan”). Jenis pembedahan dapat dibedakan berdasarkan waktu, tujuan, organ,
jenis sayatan, dan lain-lain. Prosedur pembedahan itu sendiri merupakan serangkaian
prosedur yang dimulai dengan prosedur pre operatif, prosedur kamar bedah, dan prosedur
paska operasi. Keseluruhan prosedur ini merupakan kerjasama tim antara dokter bedah
sebagai ketua (leader), dengan anestesi, perawat asisten bedah, cssd, farmasi, dan bagian lain
yang terkait.
Berdasarkan waktu, pembedahan dapat dibedakan menjadi cito, urgent, atau elektif.
Penanganan pasien bedah pada prinsipnya sama dengan penanganan pasien lainnya, yakni
dimulai dari anamnesa (basic 7, fundamental 4), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang bila diperlukan. Akan tetapi pada kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan
cepat, khususnya pasien trauma, penanganannya menggunakan prinsip Advanced for Trauma
Life Support (ATLS), dimulai dengan primary survey menilai airway, breathing, circulation
dan disability secara silmultan. Setelah primary survey dinilai aman dan stabil, dilanjutkan
dengan secondary survey yang memeriksa pasien dari head to toe, yakni menilai setiap organ
secara keseluruhan dan seksama. Pada kasus life threatening, seringkali diperlukan tindakan
bedah langsung pada saat primary survey, sehingga secondary survey dilakukan berikutnya
dikamar operasi atau diruang ICU setelah kondisi pasien stabil.
Salah satu kegawatdaruratan bedah adalah syok akibat perdarahan baik oleh karena
trauma (contoh: patah tulang pelvis, rupture lien) maupun nontrauma (contoh: ruptur
aneurisma aorta). Syok karena perdarahan termasuk syok hipovolemik, dimana terjadi
kehilangan cairan/darah secara cepat menyebabkan volume sirkulasi tidak adekuat dan
berakibat terganggunya perfusi, dan bila tidak ditangani segera dapat menimbulkan
kegagalan multi organ. Oleh karena itu syok perdaahan harus dapat dikenali dan diterapi
sedini mungkin untuk menghindari terjainya morbiditas dan mortalitas.
Tindakan bedah atau operasi erat kaitannya infeksi karena tindakan bedah membuka
kompartemen di dalam tubuh sehingga terjadi hubungan/kontak dengan lingkungan luar
Untuk mencegah itu tenaga kesehatan yang berkerja dibidang bedah harus memahami
prinsip sterilisasi, antisepsis, dan asepsis.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 39


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

Selain penyakit infeksi, yang menjadi masalah kesehatan sekarang adalah penyakit
degeneratif, penyakit metabolime. Pengguna dana BJPS tertingi sampai saat ini antara lain
penyakit kardiovaskular, stroke, dan kanker. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di
dunia dan akan meningkat seiring bertambahnya angka harapan hidup manusia yang disertai
perubahan gaya hidup dan pola makan. Kanker yang terbanyak sampai saat ini masih kanker
payudara (wanita) dan kanker paru (laki- laki).
Penanganan pasien kanker merupakan penanganan multidisciplinaryteam (MDT),
dimana dokter gigi merupakan bagian dari tim tersebut. Dokter gigi memiliki peran yang
penting dalam penanganan kanker, baik pada kanker oral pada khususnya, mulai dari
pengenalan awal kanker oral, maupun kanker lainnya, contoh penanganan hygienis pasien
yang akan menjalani radioterapi, protesa pada pasien pasca maksilektomi, penanganan
osteonecrosis of the jaw, dll.
Kanker mulut meskipun tidak merupakan kanker terbanyak, tetapi merupakan kanker
yang agresif. Seringkali pasien datang terlambat akibat kelambatan diagnosis, baik karena
pasien maupun karena delayed diagnose. Oleh karena itu diperlukan pemahaman tentang
prinsip kanker, faktor risiko kanker, terapi standar kanker mulai dari preventif, terapeutik
dan rehabilitasi. Penyuluhan kesehatan, pemeriksaan berkala, skrining yang benar dapat
mengurangi mortalitas, ditemukannya kanker pada stadium dini akan meningkatkan
kesembuhan sampai mendekati 100%.

SELF ASSESSMENT

1. Pelajari Anatomi kepala leher


2. Pelajari Fisilogi kepala leher
3. Pelajari Hemostasis dan koagulasi
4. Latih cara cuci tangan
5. Latih cara memasang sarung tangan steril
6. Latih cara memeriksa rongga mulut, dan kelenjar getah bening leher

LEARNING TASK

1. Jelaskan derajat syok perdarahan


2. Jelaskan peranan dokter gigi dalam penanganan kanker
3. Kasus 1 : Tn H, L, 18 tahun datang ke unit gawat darurat setelah kecelakaan lalu
lintas, os datang tidak sadar, perdarahan aktif dari paha kanan. Os adalah pengendara
sepeda motor, tidak memakai helm. N 145 TD 70/40, RR25x/m, SaO2 95%.
Jelaskan penanganan awal untuk pasien tersebut.
4. Kasus 2 : Pasien laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan sariawan yang tidak
sembuh2 kemudian menjadi ulkus yang mudah berdarah.
a. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini.
b. Diagnosis kerja
c. pemeriksaan penunjang yang anda usulkan
d. Tatalaksana pada pasien tersebut.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 40


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

Reference
1. Chapter 3, Shock, Advance Trauma Life Support (ATLS), ed.10th, 2018, American
college of surgeons, p 42-55
2. Cancer and oral care of patient with cancer, Part VIII hematologic and oncologic
disease, Dental management of medically compromised patient, ed.9th, p480-510
3. Global cancer statistic 2018, Globocan estimates of incidence and mortality
worldwide for 36 cancers in 185 countries
4. Kanker Rongga Mulut, Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010 edisi 1
5. Head and neck cancer NCCN clinical practice guidelines in oncology (NCCN
Guideline), 12 February 2020
6. Surgical infections, Schwartz’ Principles of surgery, ed 11th

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 41


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 17

BEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN ESTETIK


(LUKA BAKAR)

dr. I Gusti Putu Hendra Sanjaya, Sp.B, Sp.BP-RE(K)

ABSTRAK
Luka bakar merupakan suatu trauma panas yang disebabkan oleh api, air / uap panas,
arus listrik, bahan kimia, radiasi dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam sehingga mengakibatkan kerusakan/ kehilangan kulit atau jaringan yang lebih
dalam. Menurut derajat kedalamannya luka bakar dibedakan menjadi 3 derajat yaitu derajat
1, 2, dan 3.
Pertolongan pertama yang dilakukan pada saat luka bakar adalah segera hindari
sumber api dan mematikan api pada tubuh korban, misalnya dengan menyelimuti dan
menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala.
Setelah sumber panas dihilangkan siram daerah yang terbakar dengan air mengalir selama
sekurang-kurangnya lima belas menit. Adapun prinsip penanganan pada luka bakar sama
seperti penanganan pada luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing
Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar
pada survey sekunder.

LEARNING TASK

1. Jelaskan apa itu luka bakar dan penyebab dari luka bakar.
2. Sebutkan dan jelaskan tentang derajat luka bakar serta gejala klinis dari setiap derajat
luka bakar.
3. Jelaskan prinsip penanganan yang dilakukan pada luka bakar.
4. Perempuan 26 tahun, datang ke UGD setelah terkena luka bakar api. Luka bakar
mengenai kedua tangan dan sebagian dari kaki kiri, Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah 110/ 80 mmHg, N 120 x/ menit, RR 18 x / menit, Tx 36 C.
Pada evaluasi luka di daerah tangan didapatkan adanya kulit yang melepuh serta tidak
dirasakan sensasi nyeri, sedangkan pada kaki terdapat kulit yang menggelembung, serta
tidak didapatkan sensasi rasa nyeri.
a. Jelaskan tindakan awal yang dilakukan pada pasien.
b. Tentukan luas dan derajat luka bakar pada pasien tersebut.
5. Laki-laki, 55 tahun, datang ke UGD setelah mengalami kebakaran di ruangan tertutup.
Terdapat luka bakar pada wajah, dada dan kedua tangan Didapatkan bulu hidung dan
alis terbakar, dan saat diperiksa suara pasien serak.
a. Apa diagnosa dari pasien ini dan jelaskan alasannya.
b. Jelaskan tindakan emergency yang akan dilakukan pada pasien tersebut.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 42


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 18

BEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN ESTETIK


(LUKA DAN PENYEMBUHAN LUKA)

dr. I Gusti Putu Hendra Sanjaya, Sp.B, Sp.BP-RE(K)

ABSTRAK

Luka merupakan suatu diskontinuitas jaringan pada kulit yang disebabkan karena
trauma maupun non trauma. Luka menyebabkan gangguan pada fungsi dan struktur anatomi
tubuh. Berdasarkan waktu dan proses penyembuhannya, luka dapat diklasifikasikan
menjadi luka akut dan luka kronik. Patofisiologi penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu
inflamasi, proliferasi dan remodelling (maturasi).

LEARNING TASK

1. Jelaskan perbedaan antara luka akut dan luka kronis dan berikan contohnya.
2. Sebutkan cara penilaian luka.
3. Jelaskan patofisiologi dari penyembuhan luka.
4. Jelaskan cara preparasi bed luka.
5. Jelaskan macam – macam metode penutupan luka.
6. Laki-laki, 58 tahun, datang ke poliklinik mengeluh luka pada kaki kiri yang tidak
menyembuh sejak 1 bulan yang lalu. Luka dikatakan timbul nanah dan berbau.
Termasuk luka apakah yang diderita oleh pasien? Berikan alasannya.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 43


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 19

BEDAH SARAF
(TRAUMATIC BRAIN INJURY)

Dr. dr. I Wayan Niryana, M.Kes, Sp. BS (K)

The students understand what is the initial assessment and management, established tentative
diagnosis, proposed definitive management, and prognosis patient with brain Injury.

Abstract

Brain Injury or Head Injury or Traumatic brain injury (TBI), also known as intracranial
injury, occurs when an external force injures the brain. TBI is a major cause of death and
disability worldwide, especially in children and young adults. Males sustain traumatic brain
injuries more frequently than do females. The 20th century saw developments in diagnosis
and treatment that decreased death rates and improved outcomes. Traumatic brain injury is
defined as damage to the brain resulting from external mechanical force, such as rapid
acceleration or deceleration, impact, blast waves, or penetration by a projectile. TBI is
usually classified based on severity, anatomical features of the injury, and the mechanism
(the causative forces). Mechanism-related classification divides TBI into closed and
penetrating head injury. Brain injuries can be classified into mild, moderate, and severe
categories. The Glasgow Coma Scale (GCS), the most commonly used system for classifying
TBI severity, grades a person’s level of consciousness on a scale of 3–15 based on verbal,
motor, and eye-opening reactions to stimuli. Systems also exist to classify TBI by its
pathological features. Lesions can be extra- axial, (occurring within the skull but outside of
the brain) or intra-axial (occurring within the brain tissue). Damage from TBI can be focal or
diffuse, confined to specific areas or distributed in a more general manner, respectively. The
preferred radiologic test in the emergency setting is computed tomography (CT): it is quick,
accurate, and widely available.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 44


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

Learning Tasks

A 45 years old male was referred to the Emergency room on a face mask oxygenation, with
infusion lines at right arm with large caliber of needle. Warmed crystalloids has been
administered. The blood pressure was 180/100 mmHg, heart rate 60x bpm, respiration rate
20x/min. Pupils were unequally sized (right side 5 mm, left side 3 mm), with left
hemiparesis. His GCS was E2V2M4. He was riding a motorcycle when he got traffic
accident 4 hours before admission. He lost his consciousness after the accident. He has no
prior history of hypertension.

1. What is the clinical diagnosis?


2. What is the investigation needed for this case?
3. Explain what is initial management for this patient?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 45


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 20

BEDAH ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI


(DENTAL CLEARANCE (OSTEOMYELITIS) IN ARTHROPLASTY)

dr. Putu Feryawan Meregawa, M.Biomed, Sp.OT

AIMS:
Establish prepare dental clearance in pre operative planning for arthroplasty.

LEARNING OUTCOMES:
Establish diagnosis, provide initial management and treatment infection
(osteomyelitis) in dental problem before arthroplasty surgery.

CURRICULUM CONTENTS:
Osteomyelitis

ABSTRACTS

One of the most serious inflammatory disorders of the musculoskeletal system is


acute hematogenous osteomyelitis, a rapidly developing blood – borne bacterial infection of
bone and its marrow.
The first and most significant symptom afflicted especially in child experiences is
severe and constant pain near the end of the involved long bone. It’s extremely important to
appreciate that the early diagnosis of acute hematogenous osteomyelitis must be made on
clinical ground alone, because during at least the first week of illness, there is absolutely no
concrete radiographic evidence of bone infection
Acute hematogenous osteomyelitis represents an extremely serious infection that
demands urgent and vigorous treatment. As soon as the clinical diagnosis strongly
suspected, the patient should be admitted to hospital for intensive treatment. In general, the
most effective treatment is bed rest and pain killer administration, supportive measures
immobilization, and antibacterial therapy.
When pyogenic bacteria are invading a synovial joint, the result is acute septic
(pyogenic) arthritis. The most common source of septic arthritis spreading of pyogenic
bacteria from hematogenous osteomyelitis. The general features and general principles
treatment of septic arthritis is similar to acute hematogenous osteomyelitis

SELF DIRECTING LEARNING

Basic knowledge that must be known:


1. Screening and finding source of osteomyelitis (dental clearance)
2. Diagnosis of osteomyelitis
3. Management of osteomyelitis

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 46


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

SCENARIO
Sixty five years old female, came to the hospital with pain and varus deformity on her
right knee since 2 years ago. The orthopaedic surgeon has diagnosed her with osteoarthritis
right Knee Kellgren Lawrence Grade 4. The Orthopaedic surgeon suggest her to do Total
Knee Arthroplasty, but the patient has to check to the dentist for dental clearance
(elimination source of infection : osteomyelitis).

Learning task:
1. Please describe the portal of entry of the osteomyelitis infection in our body!
2. Please describe the pathogenesis of the osteomyelitis infection in our body!
3. Please explain etiology of Osteomyelitis!
4. What is the treatment Acute Hematogenous Osteomyelitis and Chronic
Hematogenous Osteomyelitis ? Please explain superficially!
5. Explain the complication of Acute Hematogenous Osteomyelitis and Chronic
Hematogenous Osteomyelitis ?

Self Assessment I:
1. Please explain the definition of Osteomyelitis
2. Please explain the sign and symptoms Acute Hematogenous Osteomyelitis
3. Please explain the sign and symptoms Chronic Hematogenous Osteomyelitis

Reference
1. Solomon Louis, Warwick David, Nayagam Sevadurai. Apley’s System of
Orthopaedics & Fractures, 9th Ed. Hodder Arnold, UK, 2010. Page 30-41.
2. Salter Robert Bruce. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System, 3rd Edition. Lippincott Williams and Wilkins, USA, 1999. Page 209-218.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 47


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 21-22

ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


(KELAINAN VESIKO-BULOSA DAN LESI ULSERATIF PADA RONGGA MULUT)

dr. Ni Luh Putu Ratih Vibriyanti Karna, Sp.KK

ABSTRAK

Kelainan yang berupa vesikel, bula serta lesi ulseratif pada rongga mulut merupakan
kondisi yang cukup sering ditemukan dan perlu menjadi perhatian baik oleh seorang Ahli
Dermatologi maupun seorang Dokter Gigi. Kelainan pada rongga mulut ini dapat merupakan
suatu manifestasi dari berbagai kondisi yang berbeda, mencakup infeksi virus dan bakteri,
penyakit autoimun, reaksi hipersensitivitas, serta proses keganasan.
Dalam mendeskripsikan lesi pada rongga mulut perlu dipahami terlebih dahulu istilah
yang digunakan dalam kesepakatan internasional. Istilah vesikel didefinisikan sebagai
peninggian kulit/membran mukosa yang berisi cairan jernih dengan diameter < 1 cm.
Sedangkan, lesi bula didefinisikan sebagai peninggian kulit/membran mukosa berisi cairan
jernih dengan diameter > 1 cm. Istilah erosi didefinisikan sebagai hilangnya jaringan
kulit/membran mukosa yang mengenai epidermis, tetapi tidak melebihi perbatasan antara
epidermis dan dermis. Biasanya lesi erosi akan sembuh tanpa jaringan parut. Sedangkan,
ulkus didefinisikan sebagai hilangnya jaringan kulit/membran mukosa yang mengenai
seluruh ketebalan epidermis bahkan mencapai dermis dan umumnya sembuh dengan jaringan
parut.
Pada materi ini kelainan vesiko-bulosa dan lesi ulseratif pada rongga mulut yang
akan dibahas adalah infeksi virus berupa herpes simpleks labialis, varisela dan herpes zoster,
herpangina, dan HFMD (hand, foot, and mouth disease). Infeksi bakteri yang akan dibahas
adalah sifilis dan tuberkulosis kutis. Infeksi jamur yang akan dibahas adalah kandidiasis.
Penyakit autoimun yang akan dibahas adalah pemfigus vulgaris, liken planus dan penyakit
Behcet. Reaksi hipersensitivitas yang akan dibahas adalah spektrum nekrolisis epidermal
SJS/TEN (Steven’s Johnson Syndrome/Toxic Epidermal Necrolysis) serta Eritema
Multiforme (EM) dan dari keganasan adalah karsinoma sel skuamosa.

LEARNING TASK

1. Seorang laki-laki, usia 45 tahun datang kontrol dengan lepuh pada bibir disertai mata
merah dan bercak-bercak pada kulit. Lima hari sebelumnya pasien datang untuk
cabut gigi dan mendapat antibiotik dan antinyeri. Pasien juga mengeluh panas badan.
a. Apa anamnesis tambahan yang diperlukan pada kasus di atas?
b. Apa tindakan awal yang dapat dilakukan?
c. Apa KIE yang dapat diberikan?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 48


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

2. Seorang wanita usia 23 tahun datang untuk perawatan kawat gigi. Pada pemeriksaan
didapatkan adanya vesikel bergerombol pada bibir bawah sebelah kiri yang terasa
perih. Keluhan ini merupakan ketiga kalinya pasien mengalami kondisi yang serupa.
a. Apa anamnesis tambahan yang diperlukan pada kasus di atas?
b. Apa tindakan awal yang dapat dilakukan?
c. Apa KIE yang dapat diberikan?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 49


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 23

NEUROLOGI
(PENDEKATAN NYERI KEPALA AKUT PADA USIA DEWASA)

dr. Ida Ayu Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp.S

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mampu memahami definisi nyeri kepala


2. Mampu memahami patofisiologi nyeri kepala secara umum
3. mampu membedakan nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder

ABSTRAK

Nyeri kepala sangat sering dikeluhkan oleh sebagian besar populasi usia dewasa di
seluruh dunia dan merupakan keluhan yang membuat penderitanya mengunjungi pusat
pelayanan kesehatan. Nyeri kepala merupakan keluhan yang bersifat subyektif sehingga
sangat penting melakukan anamnesis secara menyeluruh dan melakukan pemeriksaan fisik
dengan baik. Nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di bagian kepala atau disebut juga
sefalgia. Berdasarkan gambaran anatomi, nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di atas
garis orbitomeatal dan belakang kepala, tidak termasuk nyeri di area orofasial, seperti
hidung, sinus, rahang, sendi temporomandibular, dan telinga. Umumnya keluhan ini lebih
banyak menimpa kaum wanita. Jenis nyeri kepala yang paling umum terjadi adalah nyeri
kepala tipe tegang, migren, dan klaster dengan perkiraan angka kejadian masing-masing
mencapai 40, 10, dan 1% dari total populasi orang dewasa di seluruh dunia.
Klasifikasi International Headache Society dan kriteria diagnostik untuk nyeri kepala
dapat membantu para dokter untuk membedakan nyeri kepala primer dengan nyeri kepala
sekunder. Nyeri kepala primer mencakup nyeri kepala tipe tegang, migren, dan klaster.
Pemahaman mengenai ciri khas nyeri kepala primer, dapat mengurangi kebutuhan untuk
melakukan pemeriksaan neuroimaging, pungsi lumbal, atau pemeriksaan penunjang lainnya.
Sedangkan, nyeri kepala sekunder merupakan kondisi yang diakibatkan oleh penyebab lain,
seperti trauma kepala dan leher, gangguan vaskularisasi kranial dan servikal, gangguan
intrakranial non-vaskular, penggunaan obat maupun putus obat, infeksi, gangguan
homeostasis, ataupun gangguan psikiatrik. Nyeri kepala ini dapat disebabkan oleh gangguan
di tengkorak, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, ataupun struktur wajah dan
kranial lainnya. Kedua kelompok ini penting untuk dibedakan agar kondisi penyebab yang
lebih serius dapat dikenali dan dengan segera dapat diberikan penanganan yang tepat. Nyeri
kepala tanpa adanya tanda bahaya (red flags) merupakan nyeri kepala dengan risiko rendah.
Nyeri kepala jenis ini tidak membutuhkan pencitraan neurologis dan umumnya mengarah
kepada nyeri kepala primer. Tanda bahaya (red flags) yang dimaksud meliputi nyeri kepala
yang berkepanjangan atau progresif; nyeri kepala baru atau yang dirasakan berbeda dari
biasanya; nyeri kepala terberat yang pernah dialami seumur hidup; nyeri kepala yang
langsung terasa berat ketika pertama muncul; adanya gejala sistemik yang menyertai; kejang;

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 50


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

ataupun adanya gejala neurologis. Jika salah satu saja dari tanda bahaya tersebut muncul,
maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan baik berupa pencitraan maupun laboratorium
untuk mengetahui penyebab nyeri kepala tersebut.

Pustaka:
1. Becker WJ, Findlay T, Moga C, Scott NA, Harstall C, Taenzer P. Guideline for primary
care management of headache in adults. Can Fam Physician. 2015;61:670–679.
2. Beithon J, Gallenberg M, Johnson K. Diagnosis and treatment of headache. Inst Clin Syst
Improv. 11th ed. 2013.
3. Hainer BL, Matheson EM. Approach to acute headache in adults. Am Fam Physician.
2013;87(10):682–687.
4. Rizzoli P, Mullally W. Headache. The American Journal of Medicine.2018; 131: 17–24
5. Singh G, Gupta P, Gupta A, Khanal M. Clinical approach to a patient with headache. In:
Medicine Update. India: API India, 2013; p. 514–518

LEARNING TASK

1. Seorang penderita wanita umur 17 tahun, datang ke poliklinik saraf dengan keluhan nyeri
kepala, terasa berat seperti ada yang mengikat diseluruh kepala. Sehari sebelumnya
penderita mengerjakan tugas didepan komputer selama hampir 6 jam. Intensitas nyeri
kepala ringan sampai sedang, dalam sehari mengalami serangan nyeri sebanyak 3-4 kali.

2. Seorang wanita, 35 tahun datang mengeluhkan nyeri pada kepala sisi kanan, terasa nyeri
apabila tersentuh, nyeri juga dirasakan pada daerah wajah, terutama rahang bawah kanan.
Keluhan sudah dialami sejak 1 bulan yang lalu dan cenderung memberat.
a. Berdasarkan kedua skenario kasus di atas, apa yang harus dilengkapi pada
anamnesis? (basic 7, fundamental 4)
b. Pemeriksaan klinis apa yang harus dikerjakan pada pasien tersebut?
c. Bagaimana pendapat kalian mengenai kedua kasus tersebut?
d. Apa yang kalian simpulkan dari dua kasus tersebut?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 51


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 24

NEUROLOGI
(OVERVIEW OF ISCHEMIC STROKE AND HEMORRHAGE STROKE)

Dr. dr. Kumara Tini, Sp.S (K), FINS, FINA

ABSTRAK

Stroke is a syndrome characterized by rapidly developing clinical symptoms and/or signs


of focal, and at times global, loss of cerebral function, with symptoms lasting more than 24
hours or leading to death, with no apparent cause other than that of vascular origin. There are
two major categories of brain damage in stroke patients: (1) ischemia, which is lack of blood
flow depriving brain tissue of needed fuel and oxygen, and (2) hemorrhage, which is the
release of blood into the brain and into extravascular spaces within the cranium or skull
contents. The first pathology is ischemic stroke and the latter is called hemorrhage stroke.

Ischemic Stroke
Ischemic stroke is characterized by the sudden loss of blood circulation to an area of
the brain. The brain depends on its arteries to bring fresh blood from the heart and lungs.
Ischemic stroke can be divided into three different mechanisms: thrombosis, embolism, and
decreased perfusion or blood flow in a region of the brain.
A thrombotic stroke is caused by obstruction of blood flow due to a localized
occlusive process within one or more the brain blood vessels. The lumen of the blood vessels
is narrowed or occluded by an alteration in the vessel wall, mostly due to atherosclerotic
plaque or by superimposed clot formation. An embolic stroke is caused by a clot within
artery which is formed elsewhere within the vascular system. The material may arise from
the heart; from major arteries such as aorta, carotid or vertebral arteries; or from systemic
veins. In the last mechanism of ischemic stroke, diminished flow to brain tissue is caused by
low systemic perfusion pressure. The most common causes are cardiac pump failure and
systemic hypotension.
Signs and symptoms of patient with ischemic stroke are depended on wiich artery is
occluded. There are two main brain vascular supplies. The anterior circulation was supplied
by 2 internal carotid arteries posterior circulation is supplied by 2 vertebral arteries by wich
united at pontomedullary junction to become basilar artery. Both of these will create
different sugn and symptoms of stroke.

Hemorrhage Stroke
Hemorrhage stroke can be further divided into three subtypes: subarachnoid, intracerebral,
subdural, and epidural.
In subarachnoid hemorrhage, blood leaks out of the vascular bed onto the brain
surface and is disseminated via the spinal fluid pathways into the space around the brain. The
major sources of the subarachnoid hemorrhage are from the rupture of aneurysms or

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 52


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

arteriovenous malformations. Bleeding diatheses or trauma can also produce this kind of
hemorrhage.
Intracerebral hemorrhage means that bleeding occurs into an area of brain tissue. The
cause of primary intracerebral hemorrhage is most often hypertension, with leakage of blood
from small intracerebral arterioles damaged by the elevated blood pressure. It also can be
caused by bleeding diatheses, vascular malformations and vasculopathies. The blood leakage
to the brain parenchymal can be sometimes draining to ventricular system causing
intraventricular hemorrhage.
Subdural and epidural hemorrhage are typically related to head trauma. Injuries or
torn to bridging veins that are located between the dura mater and the arachnoid membrane
causing subdural hemorrhage. The hemorrhage is slow and accumulates during days, weeks
and even a few months before causing neurological deficit. Epidural hemorrhage is caused
by tear of meningeal arteries, mostly the middle meningeal artery. In this type of
hemorrhage, blood accumulates rapidly over minutes to hours between the skull and the dura
mater.

Risk Factors and Management of Stroke


There are modifiable and unmodifiable risk factors of stroke. Unmodifiable risk
factors are including family history, age, sex, prior transient ischemic attack, sickle cell
disease and race. There are factors that can be controlled to prevent and stroke such as high
blood pressure, high cholesterol, cardiovascular disease, carotid artery disease, peripheral
artery disease (PAD), diabetes, high levels of homocysteine, excess weight, cigarette
smoking, physical inactivity, poor nutrition, and alcohol consumption. People with those risk
factors should be recommended to control the modifiable risk factors to primary prevent
them from stroke. However, once a stroke occur, patients should routinely take specific
medicines to prevent them of another stroke which usually result in higher mortality rate.
Secondary stroke prevention depends on the underlying mechanism of primary stroke.
General strategies of stroke treatment including hyperacute and acute management of stroke,
risk factors control, prevention of stroke complications (decubitus ulcer, urinary infections,
phlebo-thrombosis and pulmonary embolism), treat specific pathologies and
pathophysiology, facilitate recovery and improve neurological function. Stroke should be
managed as soon as possible to save as much as functional brain from further damage. Stroke
patients should be referred to hospital for neurological specialty management.
The most accessible, affordable and fast imaging modality to differentiate the two
types of stroke is Computed Tomography scan (CT-scan). Stroke patients should be
examined with CT scan in emergency department to determine the brain pathology as basic
management of the two types of stroke is different. In the setting where CT scan was not
readily available, Siriraj stroke score can be use to diagnosing acute stroke. The Siriraj stroke
score is calculated as (2,5 x level of consciousness) + (2x vomiting) + (2 x headache) + (0,1
x blood diastole pressure) – (3 x atheroma markers) – 12 (see table below). A score above 1
indicates supratentorial hemorrhage, while a score below -1 indicates ischemic stroke. The
score between 1 and -1 represent an equivocal result needing a CT scan confirmation. The
diagnostic sensitivity of the score for cerebral hemorrhage and cerebral infarction were
89,3% and 93,2 respectively.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 53


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

Patients of ischemic stroke must take medicines to prvent stroke in daily basis even
for life long such as antithrombotic susch as antiplatelet (ascetosal, clopidogrel, cilostazole)
or anticoagulant (warfarin, coumarin etc.). Other than this medicine for their risk factor must
be taken such as for diabetes and high blood pressure drugs.
Patient with hemorrhagic stroke must do regular blood pressure checking and medicine as
well in order to prevent reccurency of hemorrhage

LEARNING TASK

Scenario I
A 60-year-old woman came to dentist because of tooth ache. She has history of diabetes and
stroke, and has been on medication for stroke for 3 years without any further stroke
eversince. She came with spactic hemiparesis, she can walked into the consultation room
unassisted. With no history of dizziness or vertigo.

1. Which artery seemed to be involved with her stroke?


2. How would you manage the patient if she need a dental procedure?

Scenario 2
A 45-year-old man with a history of hypertension and hyperlipidemia, presented to a dental
care with tooth problem he has history of sudden weakness of the right side while he was
doing his job as construction worker and history of decrease of consciouness. On
examination, he His blood pressure is 180/110 mmHg, hearth rate 80/minutes.

1. What was the possible type of the stroke?


2. What would you manage the patient if this patient needs dental treatment?
3. What was the risk factors of stroke of this patient?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 54


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 25

MATA
OFTALMOLOGI DASAR (BASIC OPHTALMOLOGY)
dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M.Biomed, Sp.M

ABSTRAK

The eyes as our organ of vision placed inside the orbital cavity consists of 7 orbital
bone. There are 6 extra ocular muscles all around the eye, 4 of those are rectus muscles and
the other 2 are oblique muscles. There 6 out of 12 central nervous (cranial nerve II-VII)
which directly innervate the eyes and the tissues around it. The main artery supplying the eye
is Ophthalmic Artery which is the first branch of Internal Carotid Artery
The anterior segment examination of the eye consist of eyelid, conjunctiva, cornea,
anterior chamber, iris, pupil and lens. The posterior segment of the eye, evaluated with
special designed tools called ophthalmoscope, consist of optic nerve, retina, retinal blood
vessels and foveal/macula reflect

LEARNING TASK

1. Mention 7 orbital bones that form the orbital cavity


2. Describe vascularization of the eye
3. Describe about the eye innervation
4. Draw the eyeball in Sagital view

LEARNING RESOURSES

1. Vaughan: General Ophthalmology


2. Ilyas S: Ilmu Penyakit Mata. FK UI

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 55


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 26

MATA
(PENYAKIT MATA YANG DISEBABKAN OLEH INFEKSI GIGI DAN MULUT)

dr. Ni Made Laksmi Utari, M.Biomed, Sp.M (K)

ABSTRAK

Infeksi gigi dan mulut dapat meluas ke bagian tubuh lain, termasuk mata. Beberapa
manifestasi kelainan mata akibat penyebaran infeksi gigi dan mulut antara lain:

1. Episkleritis dan Skleritis


Episkleritis merupakan suatu inflamasi terlokalisir dari jaringan episklera yang cukup
sering terjadi. Gejala-gejala episkleritis meliputi iritasi ringan, rasa tidak nyaman dan
kemerahan pada konjungtiva dan episklera. Kondisi ini biasanya ringan dan self-limited
dalam 1-2 minggu.
Skleritis merupakan suatu kelainan yang jarang terjadi, ditandai dengan infiltrasi seluler,
destruksi kolagen dan vascular remodeling. Perubahan-perubahan yang terjadi ini dapat
disebabkan oleh mediator sel imun maupun akibat infeksi. Pemeriksaan laboratorium akan
membantu dalam mengidentifikasi penyakit sistemik yang mendasari. Terdapat 2 tipe
skleritis yaitu anterior dan posterior. Penanganan awal dari skleritis adalah dengan obat
nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID) sistemik.

2. Uveitis Anterior (Iritis & Iridocyclitis)


Uveitis anterior adalah suatu inflamasi akut pada sistem uvea anterior dan biasanya
terjadi unilateral. Tanda dan gejala pada uveitis anterior meliputi nyeri, photophobia (sensitif
terhadap cahaya) dan penglihatan kabur. Pemeriksaan fisik akan tampak kemerahan
sirkumkorneal dengan injeksi minimal pada konjungtiva palpebra. Pupil bisa miosis atau
irregular akibat terjadinya perlengketan iris ke lensa atau kornea. Peradangan yang hanya
terbatas pada bilik mata depan disebut “iritis”, sedangkan jika peradangan meliputi bilik
mata depan dan vitreus anterior disebut “iridosiklitis”. Tatalaksana pada kasus uveitis
anterior adalah dengan pemberian steroid.

3. Selulitis Orbita
Selulitis orbita merupakan suatu infeksi jaringan lunak orbita yang meliputi lemak dan
otot, di posterior dari septum orbita. Selulitis orbita merupakan kondisi yang jarang terjadi
namun merupakan infeksi yang serius dengan risiko tinggi terjadinya kehilangan
penglihatan. Tanda dan gejala selulitis yaitu penglihatan kabur, pembengkakan dan
kemerahan kelopak mata, nyeri serta penglihatan ganda. Managemen selulitis orbita
merupakan rawat inap dan pemberian antibiotik sistemik.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 56


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

4. Endophthalmitis
Endophthalmitis adalah suatu peradangan intraokular parah yang meliputi ruang anterior
dan posterior, yang dapat disebabkan oleh infeksi eksogen maupun endogen. Tanda dan
gejala pada endophthalmitis meliputi nyeri parah, hilangnya penglihatan, kemerahan pada
konjungtiva dan pus di intraokular. Tatalaksana endophthalmitis adalah dengan pemberian
antibiotik sistemik dan intravitreal.

LEARNING RESOURCES

1. Vaughan: General Ophthalmology


2. Ilyas S: Ilmu Penyakit Mata. FK UI
3. Deborah PL: Manual Diagnostic & Ocular Treatment.
4. PERDAMI: Panduan Ketrampiilan dan Klinis Penyakit Mata, Jakarta, 2006

LEARNING TASK

1. Pasien wanita 45 tahun datang dengan keluhan mata kiri fotofobia, nyeri, berair dan
penglihatan kabur sejak tiga hari yang lalu. Kondisi ini telah terjadi beberapa kali
sebelumnya dan membaik dengan menggunakan tetes mata. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan visus mata kanan 20/20, dan mata kiri 20/50. Pada mata kiri didapatkan
injeksi difus terutama di limbus, pupil miosis dan reflex menurun. Bilik mata depan
dalam, terdapat cell dan flare serta keratik presipitat
a. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
b. Sebutkan kemungkinan penyebab terjadinya
c. Sebutkan perbedaan antara uveitis anterior non granulomatosa dan granulomatosa
d. Apakah komplikasi yang bisa terjadi pada pasien ini?
e. Bagaimana tatalaksana pasien ini?

2. Pasien laki-laki 50 tahun datang ke UGD dengan keluhan kelopak mata kanan bengkak,
nyeri dan penglihatan menurun sejak 1 hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan riwayat
sakit gigi di maxilla kanan sejak 3 hari sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
visus mata kanan 20/80, diplopia, hambatan dan nyeri gerak bola mata, proptosis,
kelopak mata edema dan hiperemis serta kemosis konjungtiva. Mata kiri dalam batas
normal
a. Apakah kemungkinan diagnosis pasien ini?
b. Sebutkan bagaimana mekanisme penyebaran infeksi gigi bs menyebabkan kondisi ini
c. Bagaimana tatalaksana pasien ini?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 57


Modul Pembelajaran : Blok Medically Compromised Diseases – 2021

TOPIK 27

GIGI DAN MULUT


(FREY’S SYNDROME)

drg. Nyoman Ayu Anggayanti, M.Biomed, Sp.BM

Frey syndrome usually occurs with auriculotemporal nerve injury secondary to surgical
intervention or trauma in the parotid region. Prevention of this common complication is the
first line, followed by prompt diagnosis and treatment. This activity reviews the evaluation
and treatment of Frey syndrome and highlights the role of the interprofessional team in the
care of patients with this condition.

Objectives:

• Identify the etiology of Frey syndrome.


• Review the critical elements of the evaluation of the patient with Frey syndrome.
• Outline the management options available for Frey syndrome.
• Describe the interprofessional team strategies for improving care coordination and
communication in the management of Frey syndrome to improve outcomes.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 58

Anda mungkin juga menyukai