Anda di halaman 1dari 8

TUTORIAL MODUL 3

KELOMPOK 1

I. Skenario
Seorang wanita berusia 40 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi Mulut Unhas
dengan keluhan nyeri pada otot wajah kanan atas sekitar telinga, keluhan nyeri
dirasakan tumpul terkadang tajam seperti tertusuk, keluhan kadang terasa saat makan
atau menguap. Pembukaan mulut terbatas dan tampak deviasi rahang bawah kearah
kanan saat membuka dan atau menutup mulut serta kadang berbunyi. Keluhan dapat
juga dirasakan sakit pada kepala, otot leher maupun otot bahu. Pasien pernah sakit
gigi 37 dan dilakukan perawatan saluran akar hingga tumpatan permanen. Keluhan
nyeri dan dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.

II. Kata Kunci


1. Seorang wanita (Adeline)
2. Berusia 40 tahun (A.Athalia)
3. Keluhan nyeri pada otot wajah kanan atas sekitar telinga (A.Fadhila)
4. Keluhan Nyeri Dirasakan Tumpul Terkadang Tajam Seperti Tertusuk (Amel)
5. Keluhan Kadang Terasa Saat Makan Atau Menguap (Herodion)
6. Pembukaan Mulut Terbatas (Balqis)
7. Deviasi Rahang Bawah Kearah Kanan Saat Membuka Dan Atau Menutup
Mulut Serta Kadang Berbunyi (Febby)
8. Sakit Pada Kepala, Otot Leher Maupun Otot Bahu (Ariva)
9. Pasien pernah sakit gigi 37 (Herdini)
10. dilakukan perawatan saluran akar hingga tumpatan permanen (Thami)
11. Keluhan nyeri dan dirasakan sejak 4 bulan yang lalu (Nurul Prima)

III. Pertanyaan Penting


1. Apa yang dimaksud dengan nyeri orofasial? ( Ariva)
2. Bagaimana pemeriksaan kasus pada skenario? ( Adeline)
3. Apa yang menyebabkan terbatasnya mulut terbuka dengan lebar ?
(A.Fadhila)
4. Bagaimana perbedaan nyeri odontogenik dengan nyeri non odontogenik
? (Herdini)
5. Apa diagnosis kasus pada skenario? (Herodion)
6. Apa etiologi kasus pada skenario? (Febby)
7. Bagaimana penatalaksanaan dari nyeri orofasial? (A.Athalia)
8. Apa patofisiologi dari odontogenik orofasial dan non odontogenik
orofasial? (Balqis)
9. Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri? (Thami)
10. Apa diagnosis banding kasus pada skenario? (Amel)
11. Apa saja klasifikasi nyeri orofasial? (Nurul Prima)

IV. Menyusun Pertanyaan Penting


1. Apa yang dimaksud dengan nyeri orofasial? ( Ariva)
2. Apa saja klasifikasi nyeri orofasial? (Nurul Prima)
3. Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri? (Thami)
4. Apa yang menyebabkan terbatasnya mulut terbuka dengan lebar ?
(A.Fadhila)
5. Bagaimana perbedaan nyeri odontogenik dengan nyeri non odontogenik
? (Herdini)
6. Apa patofisiologi dari odontogenik orofasial dan non odontogenik
orofasial? (Balqis)
7. Apa etiologi kasus pada skenario? (Febby)
8. Bagaimana pemeriksaan kasus pada skenario? ( Adeline)
9. Apa diagnosis kasus pada skenario? (Herodion)
10. Apa diagnosis banding kasus pada skenario? (Amel)
11. Bagaimana penatalaksanaan dari nyeri orofasial? (A.Athalia)

V. Brainstorming
1. (Balqis)
Nyeri orofasial dapat didefinisikan sebagai rasa sakit dan disfungsi yang
mempengaruhi transmisi motorik dan sensorik dalam sistem saraf trigeminal.
Nyeri orofasial merupakan rasa nyeri yang lebih kompleks dibandingkan
dengan rasa nyeri pada bagian tubuh lainnya karena menyangkut banyaknya
struktur anatomi dan fisiologi di dalamnya
2. (Herdini)
Klasifikasi nyeri orofasial dapat didasarkan pada beberapa kriteria, seperti
penyebab utama, durasi nyeri orofasial, ataupun lokasi nyeri orofasial. Untuk
lokasi nyeri orofasial, keluhan nyeri orofasial dapat berasal dari beberapa
lokasi di wajah, antara lain keluhan karena adanya kerusakan pada gigi,
adanya trauma pada wajah, ataupun nyeri yang dihasilkan karena adanya
kanker rongga mulut. Sedangkan untuk durasi, keluhan nyeri orofasial dapat
diklasifikasikan menjadi nyeri orofasial akut dan nyeri orofasial kronis.

3. (A.Athalia)
1. Transduksi : merupakan perubahan rangsang nyeri menjadi aktivitas listrik
yang diterima oleh ujung saraf sensosris
2. Transmisi : merupakan perambatan rangsan nyeri melalui serabut aferen dan
serabut c setelah proses transduksi. Serat tersebut merupakan nyeri ke
medulla spinalis dan ke sel neuron di kornum dorsalis
3. Modulasi : proses interaksi antara impuls nyeri yang masuk ke kornea posterior
medulla spinalis dengan system analgesic endogen. Pada proses ini tidak
semua impuls diteruskan ke sentral. System analgesic endogen dapat menekan
impuls nyeri yang masuk
4. Persepsi : interaksi yang kompleks mulai dari proses transduksi, transmisi,
modulasi akan diteruskan ke korteks sensorik. Proses persepsi di korteks akan
menghasilkan interpretasi nyeri

4. (Febby)
Membuka mulut secara lebar atau yang sering disebut sebagai trismus
dalam bahasa medis dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti adanya cedera
pada wajah atau leher, operasi gigi, Selain itu penyebabnya yaitu adanya
gangguan sendi rahang. Gangguan sendi rahang dapat disebabkan oleh
berbagai hal, seperti trauma pada wajah, kebiasaan mengerot-ngerot gigi,
menggemeretakan gigi atas dengan bawah, gigitan rahang atas dan bawah
yang tidak harmonis, adanya penyakit sistemik (misalnya rheumatoid), dan
sering dilanda kecemasan atau stres.
5. (A.Fadhila)
Perbedaan nyeri odontogenik dan non odontogenik : nyeri odontogenik
adalah nyeri pada gigi yang disebabkan oleh masalah yang terjadi pada gigi itu
sendiri atau pada struktur periodontal (ex : pericoronitis, dentine
hypersensitivity, periodontal disease) sedangkan nyeri non odontogenik adalah
nyeri pada gigi yang bukan disebabkan oleh masalah yang terjadi pada gigi
melainkan masalah pada bagian orofasial yang lain (ex : temporomandibular
joint dysfunction, trigeminal neuralgia)

6. (Amel Diandra)
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya
kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh
stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini
berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan
korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem
nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang
membantu perbaikan jaringan yang rusak. Nyeri inflamasi merupakan salah
satu bentuk untuk mempercepat perbaikan kerusakan jaringan. Sensitifitas
akan meningkat, sehingga stimulus non noksius atau noksius ringan yang
mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan nyeri. Nyeri inflamasi
akan menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan respon inflamasi.

7. (Thami)
Etiologi
Etiologi Temporomandibular Joint Disorder (TMD) masih
diperdebatkan, tetapi teori yang diterima saat ini adalah multifaktorial dan
biopsikososial. Terdiri dari faktor inisiasi, predisposisi, riwayat trauma, hingga
studi terbaru yang mengungkap peran faktor genetik
Faktor yang dianggap sebagai penyebab TMD adalah bruxism, trauma,
parafungsi, oklusi yang tidak stabil, kelebihan beban fungsional, maloklusi
gigi, dan peningkatan gesekan sendi.
8. (Ariva)
Screening evaluation
Semua pasien gangguan nyeri orofasial discreening sebagai bagian dari
pemeriksaan awal dan rutin. Hasil screening akan membantu dokter
menentukan apakah evaluasi yang lebih komprehensif diperlukan. Screening
dapat terdiri dari kuesioner singkat seperti
a. Apakah Anda mengalami kesulitan, nyeri, atau keduanya saat mengunyah,
berbicara, atau menggunakan rahang?
b. Apakah rahang Anda sering terasa kaku, kencang, atau lelah?
c. Apakah Anda mengalami nyeri di dalam atau di dekat telinga, pelipis, atau
pipi?
d. Apakah Anda sering mengalami sakit kepala, sakit leher, atau sakit gigi?
e. Apakah Anda baru-baru ini mengalami cedera di kepala, leher, atau rahang?

Comprehensive evaluation
Evaluasi komprehensif dilakukan jika hasil evaluasi screening pasien
positif untuk gangguan nyeri orofasial. Terdiri dari :
a. Anamnesis
1) Keluhan utama; biasanya mencakup tanggal dan kejadian onset, lokasi,
kualitas, intensitas, durasi, frekuensi nyeri, faktor-faktor yang dimodifikasi
(memicu atau memberatkan), dan riwayat pengobatan sebelumnya.
2) Riwayat medis; Mencakup gangguan fisik atau penyakit yang relevan saat
ini atau yang sudah ada sebelumnya, gangguan tidur dan gangguan pernapasan
saat tidur, perawatan sebelumnya (operasi atau rawat inap), trauma pada
kepala dan wajah, pengobatan.
3) Riwayat dental; Mencakup penyakut yang relevan saat ini atau yang sudah
ada sebelumnya, perawatan sebelumnya termasuk sikap pasien terhadap
pengobatan, trauma pada kepala dan leher.
4) Riwayat psikososial; Untuk beberapa pasien, masalah psikologis dan
perilaku dapat menyebabkan nyeri orofasial. Oleh karena itu, disarankan agar
bagian pengumpulan riwayat dari evaluasi komprehensif mencakup evaluasi
faktor perilaku, sosial, emosional, dan kognitif yang mungkin dapat memicu,
menopang, atau diakibatkan oleh keluhan nyeri pasien.
b. Pemeriksaan fisik
- pemeriksaan ekstraoral
1) tanda tanda vital
2) neurologic screening
Sebagai bagian dari pemeriksaan nyeri orofasial,
screening saraf kranial dilakukan bertujuan untuk menilai
fungsi kekuatan, sensasi saraf di sisi kanan dan kiri. Disfungsi
saraf kranial dapat bermanifestasi sebagai perubahan fungsi
motorik atau sensorik. Gerakan otot yang tidak normal yang
dirangsang oleh salah satu saraf kranial dapat mengindikasikan
patosis di sepanjang jalur motorik.
3) General inspection
4) Palpasi
5) Pemeriksaan THT
- pemeriksaan intraoral
Harus selalu diingat bahwa sebagian besar nyeri orofasial
berasal dari odontogenik atau terkait dengan struktur terkait. Penilaian
kemungkinan nyeri odontogenik memerlukan pemeriksaan yang
cermat untuk karies gigi, gigi retak, dan penggunaan prosedur
pengujian vitalitas pulpa
c. Pemeriksaan penunjang
- neurosensory testing
- tes lab

9. (Adeline)
Berdasarkan dari skenario keluhan yang dialami oleh pasien
merupakan tanda dan gejala dari Temporomandibular disorder (TMD) adalah
suatu gangguan sendi rahang atau ketidakberfungsian sendi temporomandibula
dengan tanda dan gejala berbeda. Gejalanya berupa gangguan fungsi seperti
bunyi pada sendi, kelelahan atau kekakuan pada rahang, nyeri serta rahang
terkunci, dan pada skenario juga tampak deviasi pada rahang bawah kearah
kanan saat membuka dan menutup mulut, dimana deviasi didefinisikan
sebagai displacement mandibula dari garis vertikal imajiner saat mandibula
membuka kurang lebih setengah dari pembukaan maksimal. Garis vertikal
imajiner ini teletak pada garis tengah rahang saat mulut tertutup.

10. (Herodion)
1. Trigeminal Neuralgia
Trigeminal neuralgia sebagai nyeri yang tiba-tiba, biasanya unilateral,
tajam, hebat, singkat, dan berulang yang berdistribusi pada satu atau lebih
cabang dari saraf trigeminal atau saraf kranial kelima. Sementara menurut
International Headache Society (IHS), trigeminal neuralgia adalah nyeri wajah
yang tajam seperti tersengat listrik, terbatas pada satu atau lebih cabang nervus
trigeminus.

2. Cluster headache
Cluster headache merupakan sakit kepala yang biasanya terjadi pada
bagian temporal atau periorbital yang terjadi selama 15 – 180 menit dan
disertai dengan gejala otonom pada hidung, mata dan wajah. Sakit kepala
sering kambuh pada waktu yang sama setiap hari selama periode cluster, dan
terjadi selama beberapa minggu sampai berbulan-bulan. Patofisiologis dari
penyakit ini tidak diketahui secara pasti namun dipercaya ada kaitannya
dengan faktor genetik.

3. Migrain
Migrain adalah sakit kepala yang umum, intens dan melemahkan. Inilah
yang disebut masyarakat umum setiap kali seseorang mengalami "sakit kepala
yang sangat buruk." Ini adalah sakit kepala primer dengan etiologi sentral.
International Headache Society memiliki dua sebutan utama untuk migrain:
migrain dengan aura dan migrain tanpa aura.

4. Nyeri Neuropatik Episodik


Nyeri yang timbul dari kelainan pada struktur saraf disebut "nyeri
neuropatik." Nyeri neuropatik episodik ditandai dengan pola nyeri terus
menerus. Nyeri neuropatik episodik ditandai dengan periode nyeri yang sangat
singkat, tetapi intens, seperti sengatan listrik yang diikuti dengan remisi total.
Biasanya, individu mampu melokalisasi lokasi nyeri dengan cukup baik.
Namun, daerah nyeri tidak dapat mengidentifikasi sumber nyeri yang benar
karena banyak yang diproyeksikan dari nyeri heterotopik.

5. Tension-type Headache
Sakit kepala tipe tegang adalah sakit kepala primer yang dirasakan
sebagai nyeri tumpul bilateral yang biasanya terasa dalam bentuk pita ketat di
sekitar kepala. Diperkirakan sebanyak 74% populasi umum mengalami sakit
kepala jenis ini setidaknya setahun sekali

11. (Nurul Prima)


Penatalaksanaan Temporomandibular disorder (TMD) dapat dilakukan dua jenis
perawatan:
● Perawatan defenitif Salah satu terapi definitif berupa terapi faktor oklusal,
yaitu perawatan untuk mengubah posisi mandibula dan pola kontak oklusi
gigi. Terapi ini dapat dibagi menjadi reversible dan irreversible
● Perawatan suportif Terapi suportif dilakukan untuk mengurangi nyeri dan
disfungsi. Dua tipe umum terapi suportif yakni terapi farmakologi dan terapi
fisik. Terapi farmakologi merupakan terapi yang efektif dalam menangani
gejala yang berhubungan dengan GTSM. Terapi ini umumnya menggunakan
obat-obatan seperti analgesik, anti-inflamasi non steroid, kortikosteroid,
anxiolytic, muscle relaxant, antidepresan dan anestesi lokal

VI. Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi nyeri orofasial.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi nyeri orofasial.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi kasus pada skenario
4. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis kasus pada skenario.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan farmakologi dan non
farmakologi kasus di skenario.

Anda mungkin juga menyukai