Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan Subjektif1

Pemeriksaan subjektif meliputi anamnesis yang bertujuan untuk mengetahui riwayat sakit
sebelumnya dan yang sedang dialami sekarang1
 Anamnesis Pasien
Tujuan pengambilan riwayat adalah untuk mendapatkan akun yang benar tentang
masalah pasien, dengan mempertimbangkan gejala, kondisi umum, gaya hidup, dan latar
belakang sosial ekonominya
 Informasi Umum
Langkah pertama dalam History Taking adalah untuk mendapatkan informasi
umum tentang pasien mengenai nama, usia, jenis kelamin, status perkawinan,
alamat, ras dan pekerjaan.
 Keluhan utama Pasien
Mencari tahu keluhan pasien mengapa pasien butuh penanganan medis. Riwayat
sebelumnya gejala dan pengobatan serupa yang diambil untuk hal yang sama.
 Riwayat Medis
Gambaran rinci tentang Status medis umum pasien diperoleh, yang mungkin
berhubungan atau tidak berhubungan dengan keluhan utama, manajemen pasien
dan hasil pengobatan.
 Riwayat keluarga:
Riwayat ini memberikan gambaran gaya hidup pasien. Berdasarkan kasus, riwayat
keluarga pasien menderita hipertensi, penyakit sistem pernapasan, kondisi
neurologis, penyakit sistem endokrin (kasus: diabetes melitus), penyakit
hematologi, infeksi, dan reproduksi, dan sebagainya. Salah satu dari kondisi yang
disebutkan di atas dapat mengubah respons pasien terhadap pembedahan dan
mempengaruhi manajemen anestesi dan pembedahan pasien serta pemulihan
pasca operasi dan penyembuhan luka.
Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan objektif terbagi menjadi atas :
1. Pemeriksaan Ekstraoral2
 Inspeksi : wajah asimetris; pembengkakan regio submandibula; warna merah
mengkilat pada area pembengkakan
 Palpasi : palpasi akan membantu menetapkan diagnosis primer. Pembengkakan
pada regio submandibula kanan ketika dipalpasi terasa keras dan nyeri, tidak ada
fluktuasi
 Auskultasi : auskultasi utamanya digunakan untuk dua kondisi pada regio
orofasial, yaitu lesi vaskular dan mendengar perpindahan sendi.
2. Pemeriksaan intraoral:2
 Inspeksi : ditemukan gangren pada gigi 46
 Palpasi : untuk mengetahui konsistensi dan keberadaan pembengkakan
3. Pemeriksaan tanda vital:2,4
Tekanan darah: 180/100 mmHg (Hipertensi stage 2)
Suhu tubuh : subfebril; 37,5oC-38oC (pra-demam)
Respirasi : 20x/menit (normal)
Denyut nadi : 80x/menit (normal)

Selama pemeriksaan, pembengkakan dan kemerahan pada daerah yang terkena


diamati. Status gigi, periodontal, dan perioral pasien harus dinilai. Tiga tahap yang dapat
ditentukan selama pemeriksaan pasien dengan IO, yaitu inokulasi, selulitis, dan abses. 5
Tanda dan gejala klasik ketika terbukti terjadi inflamasi, yaitu nyeri, kemerahan, panas,
edema, dan hilangnya fungsi. Ketika tergantung pada tingkat keparahan infeksi, terdapat
kenaikan termal, diaforesis, malaise umum, odynophagia, dyspnea, disfagiam dan trismus;
beberapa tanda dan gejala ini merupakan indikator adanya infeksi yang memerlukan
penanganan di rumah sakit oleh spesialis.5
Seperti semua infeksi, tanda dan gejala klinisnya adalah sakit/nyeri tekan, kemerahan,
dan bengkak. Pasien dengan infeksi gigi superfisial datang dengan nyeri lokal, selulitis, dan
sensitivitas terhadap perkusi gigi dan suhu. Namun, pasien dengan infeksi dalam atau abses
yang menyebar di sepanjang bidang facial dapat mengalami pembengkakan, demam, dan
terkadang kesulitan menelan, membuka mulut atau bernafas.6

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiografi2,5
Pengambilan foto ini memiliki berbagai macam pilihan, seperti radiografi panoramik,
computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), dan ultrasound.
Foto panoramik menjadi pilihan pertama dalam protokol manajemen IO karena
memperlihatkan tanda destruksi tulang dan gigi yang dapat membawa kepada asal
infeksi. Penggunaan CT scan sebagai pemeriksaan penunjang digunakan untuk
evaluasi infeksi leher dalam, hal ini didasarkan pada tanda dan gejala yang
memungkinkan terjadinya peningkatan risiko penyebaran infeksi hingga komplikasi,
seperti trismus, dispnea, disfagia, dan takikardia.
2. Studi laboratorium2,5
Studi lab yang dilakukan adalah hitung darah lengkap (Complete blood count/CBC)
yang membantu menentukan status nutrisi, mendeteksi keberadaan infeksi, deteksi
perdarahan, dan membantu memutuskan apakah respon imun pasien memadai untuk
memfasilitasi pemulihan pasca operasi.
1. Hitung RBC
Normal:
 Perempuan: 4,5-5,5 juta sel/mm3
 Laki-laki: 4,5-6,2 juta sel/mm3
Jika kekurangan: anemia, pellagra, hemoragik, dan penyakit liver
Jika kelebihan: polisitemia/eritrositosis, dehidrasi ekstrem
2. Hitung WBC
Normal:
 Perempuan: 5.000-10.000 sel/mm3
 Laki-laki: 5.000-10.000 sel/mm3
Meningkat (leukositosis): infeksi akut, uremia, leukemia, terapi steroid
Menurun (leukopenia): anemia aplastik, terapi radiasi, mononukleosis infeksi,
malaria, AIDS, demam enterik, keracunan obat
3. Hitung trombosit:
Normal: 150.000-400.000 sel/mm3
Meningkat: malignansi, post operasi atau post splenektomi, arthritis rheumatoid,
anemia kekurangan zat besi, trauma, dan hemoragik akut.
Menurun: purpura, aplasia atau invasi sumsum, hipersplenisme, koagulasi
intravaskular diseminata, sirosis liver, transfusi masif, infeksi virus, dan
mononukleosis menular.
4. Laju sedimentasi eritrosit dan tes koagulasi
3. Pemeriksaan gula darah2
Pemeriksaan glukosa darah dan nilai normalnya, yaitu:
1. Nilai gula darah sewaktu (GDS) normal: <200 mg/100 mL darah
2. Nilai gula darah puasa (GDP) normal: 65-110 mg/100 mL darah
3. Nilai gula darah postprandial normal: 120-160 mg/100 mL darah
Nilai yang meningkat dapat mengindikasikan diabetes mellitus, sindrom Cushing,
pankreatitis, dan pheochromocytoma, sedangkan jika menurun dapat mengindikasikan
hipoglikemia. Berdasarkan skenario, nilai GDS 240 mg/dL menandakan peningkatan
yang dapat merujuk pada adanya diabetes melitus.
4. Pemeriksaan darah rutin.
Pemeriksaan darah atau pemeriksaan hematologi secara umum dapat dibedakan
menjadi dua yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan he matologi lengkap.
Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari hemoglobin/Hb, hematokrit (HCT), hitung
jumlah sel darah merah/eritrosit, hitung jumlah sel darah putih/leukosit, hitung
jumlah trombosit dan indeks eritrosit. Pemeriksaan he matologi lengkap (complete
blood count) terdiri dari pemeriksaan darah rutin ditambah hitung jenis leukosit dan
pemeriksaan morfologi sel/sediaan apus darah tepi (SADT)/Gambaran da rah tepi
(GDT)/morfologi darah tepi (MDT) yaitu ukuran, kandungan hemoglobin,
anisositosis, poikilositosis, polikromasi.3
5. Kultur dan tes sensitivitas bakteri5
Kultur dan tes sensitivitas bakteri dilakukan ketika infeksi telah menjalar ke spasia
dengan risiko sedang atau berat, infeksi rekuren, pasien dengan
immunocompromised, serta infeksi yang tidak kunjung membaik selama 2 x 24 jam
setelah pemberian antibiotik.

Referensi:
1) Mardiyantoro F. Nyeri. Dalam : Ruslin M, Poedjiastoeti W, editor. Buku

ajar bedah mulut dan maksilofasial : teori dan praktik dasar. 1 st ed. Jakarta
: EGC ; 2019. pp. 165-6, 169-70, 173-4, 176-7
2) Malik NA. Textbook Of Oral And Maxillofacial Surgery. 4th. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publisher; 2016. Pp 7-12
3) Wahdaniah, Tumpuk S. Perbedaan Penggunaan Antikoagulan K2edta dan
K3edta
Terhadap Hasil Pemeriksaan Indeks Eritrosit.Jurnal Laboratorium
Khatulistiwa2.2(2018):114-118
4) Sapra A, Malik A, Bhandari P. Vital Sign Assessment. StatPearls
Publishing. 2022
5) Ortiz R, Espinoza V. Odontogenic Infection: Review of the Pathogenesis,
Diagnosis, Complications and Treatment. Res Rep Oral Maxillofac Surg.
2021; 5(2): 1-3, 5, 7.
6) Ogle OE. Odontogenic infections. Dent Clin N Am. 2017; 61: 235-6

Anda mungkin juga menyukai