Anda di halaman 1dari 14

ANAMNESIS

SECARA UMUM

1. Menanyakan data pribadi (nama, umur, pekerjaan, tempat tinggal)


2. Data kesehatan umum
 Penyakit yang pernah/ sedang diterima
 Obat yang dikonsumsi
 Kebiasaan pasien untuk mengontrol kesehatannya
3. Data kesehatan gigi dan mulut
 Riwayat kehilangan gigi
 Riwayat perawatan gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi
 Riwayat penggunaan gigi tiruan
 Tujuan ingin dibuat gigi tiruan
 Kebiasaan buru

A. Pengisian Data Pribadi


1. Nama
Hal ini perlu diketahui untuk dapat membedakan seorang penderita dari yang lainnya, di samping
mengetahui asal suku dan rasnya. Hal yang terakhir ini penting, karena ras antara lain berhubungan
dengan penyusunan gigi depan. Contohnya, orang Eropa (ras Kaukasian) mempunyai profil yang lurus,
sedangkan orang Asia (ras Mongoloid) cembung (Haryanto dkk, 1995). Selain itu, mengetahui nama
pasien juga akan membangun hubungan yang baik antara pasien dan dokter (George, 2006).

2. Umur
Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi bahan pertimbangan.
Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot, mengalirnya saliva,
ukuran pulpa gigi serta panjang mahkota klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi
seseorang (Haryanto dkk, 1995). Semakin tua seseorang, maka berbagai macam masalah akan timbul
yang dapat diantisipasi seperti adaptasi terhadap gigi tiruan, koordinasi, resorpsi tulang, sensitivitas
jaringan, penyembuhan, dan keseimbangan nutrisi (George, 2006).

Pada orang yang lanjut usia, lebih sering pula dijumpai berbagai penyakit seperti hipertensi,
jantung, dan diabetes mellitus. Bila pada orang usia muda lebih sering dijumpai karies, maka pada
kelompok usia lanjut penyakit periodontal lebih mudah dijumpai (Haryanto dkk, 1995).

Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhada geligi tiruan biasanya lebih tinggi
dibandingkan penderita usia lanjut. Pada usia dia tas empat puluh tahun, adaptasi biasanya mulai
berkurang dan akan menjadi lebih sulit setelah usia enampuluhan (Haryanto dkk, 1995).

3. Jenis Kelamin
Belum terdapat karakteristik yang membedakan pria dan wanita secara jelas. Namun demikian
hal-hal berikut ini sebaiknya tetap diperhatikan. Wanita cenderung lebih memperhatikan faktor estetik
dibandingkan pria. Sebaliknya, pria membutuhkan protesa yang kuat, sebab mereka kekuatan mastikasi
pada pria lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman, disamping faktor fungsional geligi
tiruan yang dipakainya (Haryanto dkk, 1995). Wanita dalam menopause dapat lebih sulit untuk dirawat
karena masalah psikologis, mulut kering, rasa terbakar pada mulut, dan nyeri umum yang samar (George,
2006).

4. Alamat dan Nomor Telepon


Dengan mengetahui alamat dan nomor telepon, pasien dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu
yang tidak diharapkan. Pemanggilan kembali pasien juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga
dapat membantu kita mengetahui latar belakang lingkungan hidup pasien, sehingga dapat pula diketahui
status sosialnya (Haryanto dkk, 1995).

5. Pekerjaan
Dengan memahami pekerjaann pasien, keadaan sosial ekonomi dari pasien dapat diketahui. Pada
umumnya lebih tinggi kedudukan sosial seseorang, lebih besar tuntutannya terhadap faktor estetik
(Haryanto dkk, 1995).

6. Keluhan Utama
Pada bagian ini, dilakukan anamnesis terhadap pasien atas keluhan utamanya. Anamnesis adalah
riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan pengalaman dari pasien pada waktu
dilakukan pemeriksaan gigi. Anamnesis bertujuan untuk mengetahui masalah yang dirasakan dan
diharapkan pasien, sehingga perawatan akan disesuaikan dengan harapan pasien tersebut (Haryanto dkk,
1995).

Pada bagian ini dokter gigi diharapkan untuk dapat mengekstrasi informasi dari pasien mengenai
keluhan yang dirasakan dengan kehilangan gigi tersebut, berapa lama gigi telah hilang, kapan terakhir
dilakukan pencabutan gigi dan sebab dilakukan pencabutan gigi, pengalaman perdarahan setelah
pencabutan gigi, pengalaman memakai gigi tiruan bila pernah memakai, lamanya pemakaian gigi tiruan
sebelumnya, kebiasaan membersihkan gigi, dan harapan pasien akan perawatan yang akan dilakukan
(Haryanto dkk, 1995).

Waktu dan gigi di bagian mana yang dibuat terakhir perlu diketahui. Apakah gigi tersebut sengaja
dicabut atau tanggal dengan sendirinya. Bila tanggal dengan densirinya, kemungkinan masih ada sisa akar
yang tertinggal. Lama jangka waktu antara pencabutan terakhir dengan saat dimulainya pembuatan gigi
tiruan akan mempengaruhi hasil perawatan. Sebab pencabutan gigi juga perlu diketahui karena akan
menentukan prognosa dari pembuatan gigi tiruan. Kehilangan gigi yang dikarenakan oleh kerusakan
jaringan periodontal akan memberikan prognosa yang buruk (Haryanto dkk, 1995).

Seorang pasien yang pernah memakai geligi tiruan sudah mempunyai pengalaman, sehingga
adaptasi terhadap gigi tiruan baru akan lebih mudah dan cepat. Pasien juga sudah memahami prosedur
perawatannya. Sebaliknya, pasien semacam ini juga sering membanding-bandingkan protesa barunya
dengan yang pernah dipakai sebelumnya. Sedangkan pada pasien yang belum pernah memakai gigi
tiruan, biasanya akan lebih membutuhkan masa adaptasi yang lebih panjang karna kesulitan
meneyesuaikan diri. Pasien semacam ini juga belum berpengalaman dalam prosedur pembuatan protesa
sehingga perlu diberikan penjelasan yang menyeluruh sebelum dilakukan pembuatan gigi tiruan
(Haryanto dkk, 1995).

B. Pemeriksaan Kesahatan Umum


Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya diketahui oleh pemeriksa, pasien
sebaiknya ditanyakan apakah pasien sedang berada dalam perawatan seorang dokter umum/lain dan bila
demikian, obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini perlu diketahui karena penyakit dan
pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental, seperti diabetes
mellitus, penyakit kardiovaskular, tuberkulosis, anemia, depresi mental, kecanduan alkohol, dan lain-lain
(Haryanto dkk, 1995). Pasien dengan penyakit seperti diabetes, hipervitaminosis, atau diskrasiasis darah
dapat mempengaruhi respons jaringan mukosa terhadap gigi tiruan. Perawatan prostodontik harus ditunda
hingga penyakit telah terkontrol (George, 2006).

C. Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut


Pasien ditanyakan mengenai riwayat gigi yang hilang, riwayat perawatan dan frekuensi
kunjungan ke dokter gigi, riwayat penggunaan gigi tiruan, serta kebiasaan buruk yang sering dilakukan.
Pemeriksaan Ekstraoral
1. Pemeriksaan Wajah
- Bentuk wajah berhubungan dengan bantuk gigi insisivus sentral rahang atas yang mana
permukaan labial gigi ini sesuai dengan bentuk muka jika dilihat dari depan dalam arah
terbalik. Bentuk terdiri dari persegi, lancip, atau lonjong

- Bentuk wajah dapat digunakan sebagai pertimbangan memilih gigi yang terlihat secara
frontal
- Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan memperhatikan bagian outline wajah
- Diperhatikan juga apakah ada bentuk abnormalitas seperti asimetri, pembengkakan,
hemiatropi (atropi pada salah satu sisi hemisfer selebral), hemihipertropi (kelainan bawaan
langka yang menyebabkan salah satu sisi tubuh berkembang secara abnormal dibandingkan
dengan sisi lain), dll.
- Asimteri wajah dapat disebabkan karena faktor genetik, patologis, atau adanya
penyimpangan fungsi rahang.
2. Profil Wajah
- Pemeriksaan profil wajah dilhat dari arah samping (sagital) yang mana berhubungan dengan
hubungan rahang atas dan bawah. Cara pemeriksaan sebagai berikut
1) Tentukan tiga buah titik pada wajah yaitu pada dahi (glabella), Lip contour atas (Lca), dan
puncak dagu Pogonoin (Pog)
2) Jika ketiga titik ini berada pada satu garis maka profill muka lurus
3) Jika titik glabella dan Pogonoin (Pog) berada lebih depan dari ujung bibir makan profil
menjadi cekung
4) Jika titik glabella dan Pogonoin (Pog) berada lebih belakang dari titik ujung bibir
makaprofil menjadi cembung
- Profil terdiri dari lurus, cembung, atau cekung
Bentuk profil ini berfungsi untuk menyesuaikan bentuk labial gigi depan yang dilihat dari
arah proksimal:
1) Profil lurus : permukaan labial gigi anterior agak datar
2) Profil cembung : permukaan labial gigi anterior sebaiknya cembung
3) Profil cekung : permukaan labial gigi anterior datar
3. Bibir
- Pemeriksaan kesimetrisan bibir dilakukan dengan pengamatan visual. Bentuk bibir yang
tidak simteris akan mempengaruhi faktor estetik dalam pembuatan gigi tiruan.
- Ketebalan bibir akan mempengaruhi inklinasi labio-lingual gigi anterior. Bibir tebal
memberikan kesan dukungan yang cukup meskipun gigi depan sudah hilang, sementara bibir
tipis dengan hilangnya gigi depan akan menyebabkan hilangnya dukungan terhadap bibir
sehingga bibir terlihat masuk.
- Panjang/pendeknya bibir berfungsi untuk menentukan letak bidang insisial dan garis
tertawa. Bibir yang panjang sulit untuk menujukkan cukupnya struktur gigi, sedangkan bibir
pendek memberikan penampilan seolah didalam mulut pasien terlalu banyak strukur gigi.
- Tonus bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual gigi anterior. Tonus otot bibir saat
mandibula berada pada posisi istirahat seharusnya menghasilkan kontak antara bibir atas dan
bawah yang ringan dan konstan (kompeten). Jika keadaan bibir saling terpisah, tidak mampu
berkontak ringan maka bibir dikatan inkompeten. Pasien dengan bibir inkompeten memiliki
bibir bawah yang terletak di belakang gigi insisivus atas, sementara bibir atas tampak
pendek;hipotonus;dan hampir tidak berfungsi. Inkompetensi bibir mempengaruhi sistem
mastikasi, terjadi gangguan dalam pengunyahan makanan dengan bibir yang tidak berkontak,
dan umumnya mengeluarkan bunyi. Otot tonus bibir dari pasien akan mempengaruhi penentuan
garis-garis orientasi. Tonus bibir yang kuat akan mempengaruhi kestabilan gigi tiruan. Cara
pemeriksaan tonus bibir adalah dengan palpasi dan inspeksi dari bibir pasien
- Bibir digunakan sebagai pedoman untuk:
1) Menentukan panjang/tinggi tanggul gigit rahang atas, yaitu kurang dua mm di bawah tepi
bawah bibir atas dalam keadaan istriahat
2) Menentukan ukuran/lebar gigi depan atas. Lebar kedua gigi insisif sentral atas sesuai
dengan lebar philtrum
4. Lebar bukaan mulut
- Pasien dapat membuka mulut atau tidak minimal sebesar 3 jari
- Pembukaan mulut penting diketahui untuk mengetahui apakah terdapat keterbatasan
dalam pembukaan mulut. Keterbatasaan pembukaan mulut menunjukkan bahwa pasien
memiliki gangguan sendi TMJ dan hal ini akan mempengaruhi pemilihan sendok etak.
Sama seperti bukaan mulut ke arah vertikal, keterbatasan gerakan mulut ke atrah protrusif
dan lateral juga menunjukkan adanya gangguan sendi TMJ.
5. TMJ
Sendi rahang diperiksa untuk mengetahui adanya pergerakan sendi yang mulus (smooth),
kasar (unsmooth), clicking, dan krepitasi.
- Cara pemeriksaan:
1) Digital, dengan menempatkan jari pada kondilus dan membiarkan pasien untuk membuka
mulut. Perhatikan ada/tidak deviasi dan trismus
2) Auskulatasi, dengan mendengarkan ketika pasien melakukan pembukaan mulut. Pasien
terkadang mengeluhkan terdapat bunyi 'clicking' atau krepitasi saat membuka mulut Hal
ini menunjukkan adanya masalah pada diskus atau ligamen sendi.
3) Visual, dengan memperhatikan/mengawasi kondilus saat pembukaan mulut. Bila terdapat
pengangkatan kulit saat pasien melakukan gerakan membuka mulut, biasanya
menunjukkan adanya abnormalitas.
- Gerakan normal sendi pada saat pembukaan mulut:
1) Rotasi kecil : gerak putar terjadi antara capitulum dan diskus sendi untuk kompenasi
overbite
2) Gerak luncur (gliding) : gerakan meluncur yang berlangsung antara capitulum dan fossa,
untuk gerakan ke depan
3) Rotasi besar : gerak putar antara capitulum dan diskus sendi, yang memungkinkan
gerakan membuka mulut
- Kelainan pada TMJ terjadi karena tidak sesuainya DV, Interferensi oklusal (kontak oklusi
premature), disfungsi karena perubahan neuromaskular otot yang terkait, atau arthritis
(peradangan yang terjadi pada satu atau beberapa sendi, sehingga menyebabkan sendri
menjadi kaku dan sulit untuk digerakkan) dalam sendi.
Pemeriksaan Intraoral
1. Ukuran lengkung
Diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1) Lengkung rahang besar (ketinggian yang cukup untuk memberikan dukungan dan
menahan pergerakan lateral pada gigi tiruan)
2) Lengkung rahang medium (terdapat beberapa area yang mengalami resorpsi)
3) Lengkung rahang kecil (telah terjadi resorpsi yang luas)
2. Bentuk lengkung rahang
- Pemeriksaan dilihat menggunakan kaca mulut
- Klasifikasi bentuk rahang terbagi menjadi kotak /square, mengerucut/ tapering,
membulat/ ovoid.
1) Lonjong, lengkung terlihat membulat di daerah anterior
2) Lancip, lengkung menyempit di anterior dan melebar ke posterior
3) Persegi, lengkung memiliki lebar yang sama di anterior maupun di posterior
- Bentuk lengkung rahang antara rahang atas dan rahang bawah bisa berbeda.
- Bentuk lengkung rahang kotak akan memberikan stabilitasi pada gigi tiruan dari gerakan
rotasi. Sementara bentuk mengerucut dan membulat memberikan efek stabilitasi terhadap
gerakan rotasional yang lebih sedikit.

3. Bentuk linggir
- Pemeriksaan menggunakan kaca mulut
- Untuk rahang atas klasifikasi terbagi :
1) Kelas I, linggir rahang berbentuk kotak dan sedikit membulat
2) Kelas II, linggir mengerucut berbetuk seperti huruf V
3) Kelas III, linggir datar
- Untuk rahang bawah klasifikasi dibagi :
1) Kelas I, linggir dengan dinding yang sejajar dan puncak yang luas
2) Kelas II, linggir dengan bentuk huruf U terbalik dengan puncak yang datar dan
pendek
3) Kelas III , linggir dengan bentuk seperti huruf V terbalik dan lingir yang memiliki
area gerong / undercut.

- Linggir yang ideal adalah linggir dengan dinding yang sejajar dan puncak yang rata yang
diklasifikasikan dalam linggir kelas I. Linggir kelas I akan memberikan dukungan dan
stabilitasi yang maksimum.
- Linggir yang tajam memiliki prognosis yang buruk untuk keberhasilan pembuatan gigi
tiruan karena tidak sanggup untuk menahan beban kunyah yang besar.
- Linggir datar akan memperburuk prognosis karena kurangnya ketinggian vertikal akan
memberikan tahanan terhadap pergerakan horizontal yang minimal.
4. Kesejajaran linggir
- Proses evaluasi kesejajaran linggir dilakukan melalui pengamatan visual.
- Parameter:
1) Linggir dapat dikatakan sejajar apabila linggir rahang bawah dan rahang atas
mempunyai jarak di anterior dan di posterior sama.
2) linggir dapat dikatakan konvergen apabila linggir rahang bawah dan rahang atas
mempunyai jarak di anterior lebih besar daripada di posterior
3) Linggir divergen apabila linggir rahang bawah dan rahang atas mempunyai jarak di
anterior lebih kecil daripada di posterior
- Pada kondisi kehilangan gigi yang banyak, terdapat kecenderungan linggir untuk menjadi
divergen satu dengan yang lain. Ketika linggir tidak sejajar dengan bidang oklusal, gigi
tiruan dapat bergeser diatas jaringan basal gusi, ketika menerima beban kunyah. Linggir
dapat saling sejajar, salah satu linggir bersifat lebih membuka secara anterior, kedua
linggir saling membuka secara anterior.
5. Jarak antar lengkung rahang
- Pemeriksaan dengan kaca mulut
- Hubungan antar lengkung rahang diklasifikasikan menjadi:
1) Kelas I, jarak lengkung rahang yang ideal untuk penempatan anasir
2) Kelas II, jarak lengkung rahang yang berlebih yang akan mengakibatkan
meningkatnya efek ungkitan
3) Kelas III, jarak lengkung rahang yang tidak cukup untuk penempatan anasir / gigi
buatan

- Jarak antar lengkung rahang memengaruhi kestabilan dan retensi gigi tiruan dengan
mukosa, dan juga retensi anasir / gigi buatan dengan plat landasan
- Ruang antarmaksila adalah jarak dari permukaan oklusal gigi asli salah satu rahang terhadap
linggir pada rahang lawannya. Jarak ini menentukan panjang gigi buatan dan pemilihan jenis gigi
buatan. Jarak yang pendek tidak memungkinkan untuk memilih gigi porselen
- Pemeriksaan ini berguna untuk penempatan gigi tiruan. Makin besar ruang makin besar daya
ungkitnya, makin sempit akan menimbulkan masalah dalam penempatan gigi tiruan
6. Hubungan horisontal RA-RB
- Cara pemeriksaan:
1) Pasien dalam kondisi istirahat, dilihat puncak RA dan RB baik anterior maupun
posterior
2) Pada bagian anterior terdapat kelas I, kelas II, dan kelas III; sedangkan di posterior
dapat bervariasi : puncak linggir RA tepat di atasnya, berada lebih ke bukal, atau
leboh ke palatal (jarang)
- Hubungan horizontal rahang atas dan rahang bawah diklasifikasikan mengikuti
klasifikasi Angle:
1) klasifikasi Kelas I, menggambarkan hubungan segmen anterior rahang bawah tepat
dibawah atau sedikit ke posterior dari segmen anterior linggir rahang atas
2) Kelas II, menggambarkan kondisi mandibula retrognatik dimana segmen anterior
rahang bawah terletak lebih ke posterior dari rahang atas
3) Kelas III, menggambarkan segmen anterior mandibula terletak lebih ke anterior dari
segmen anterior rahang atas.
7. Tuberositas maksilaris
- Cara pemeriksaan tuberositas maksila adalah dengan menggunakan kaca mulut no. 3
yang diletakkan tegak lurus pada bagian vestibulum:
1) Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, maka tuberositas maksila besar
2) Bila kaca mulut hanya setengahnya terbenam, maka tuberositas maksila sedang
3) Bila kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya, maka tuberositas maksila kecil
- Tuberositas maksila besar : melabar/menonjol ke oklusal/lateral. Besar berguna untuk
mendapatkan retensi gigi tiruan karena ada undercut dan dapat diatasi dengan mencari arah
pemasangan yang tepat pada gigi tiruannya. Pada tuberositas maksilaris yang besar dan bilateral
akan menyebabkan kesulitan dalam memasang dan melepaskan gigi tiruan, biasanya dapat
dikoreksi dengan tindakan bedah.
- Tuberositas maksila kecil : < prosesus alveolaris, dapat diatasi dengan mengubah-ubah arah
pemasangan protesa.
8. Retromylohyoid
- Pemeriksaan dilakukan pada daerah lingual di belakang gigi molar 2/3 dengan kaca
mulut nomor 3 dan meminta pasien mengangkat lidah
- Parameter:
1) Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, maka retromylohyoid besar
2) Bila kaca mulut hanya setengahnya terbenam, maka retromylohyoid sedang
3) Bila kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya, maka retromylohyoid kecil
9. Torus
- Pemeriksaan dilihat menggunakan kaca mulut.
- Torus adalah hiperplasia jaringan tulang. Torus dapat terjadi di rahang atas maupun
rahang bawah. Torus yang terjadi di rahang atas biasanya terjadi pada area bergabungnya
prosesus paltinus di midline palatal. Keberatan torus di palatal akan memberikan efek
fulkrum bagi gigi tiruan dan menyebabkan ketidakstabilan gigi tiruan.
- Torus palatinus pada rongga mulut ini biasanya terdiri dari tulang kanselous (cancellouse
bone) yang matur dan padat dikelilingi tulang kortikal dengan ketebalan bervariasi.Torus
palatinus, mempunyai ukuran dan bentuk sangat bervariasi, bisa berupa tonjol kecil
tunggal atau berupa tonjol multilobuler yang luas.1 Pemeriksaan intraoral harus dapat
mengidentifikasi ada tidaknya torus baik di rahang atas dan rahang bawah, yang dapat
mengganggu keberhasilan perawatan.

10. Bentuk palatum


- Klasifikasi bentuk palatal dibagi menjadi tiga:
1) Bentuk palatal seperti huruf U : Bentuk ini memberikan stabilitas dalam bidang
vertikal maupun horizontal.
2) Bentuk palatal seperti huruf V : memiliki retensi buruk
3) Bentuk palatal datar : memiliki retensi buruk

- Bentuk palatum yang datar akan mampu melawan gaya pelepasan pada arah vertikal
tetapi dapat dengan mudah terlepas pada gaya arah lateral. Bentuk seperti huruf U dan
membulat memberikan resistensi yang lebih baik pada arah vertikal dan horizontal.
Bentuk yang paling menyulitkan untuk pembuatan protesa adalah bentuk seperti huruf V
yang cenderung bergerak ketika ada gaya arah vertikal maupun horizontal.
11. Palatum lunak
- Pemeriksaan : Pasien diminta untuk mengucapkan huruf “A”
- Bentuk palatum lunak diklasifikasikan menjadi tiga macam
1) Kelas I, menggambarkan terdapat 5-12 mm jaringan bergerak yang dapat dilakukan
pembuatan Post dam
2) Kelas II, menggambarkan terdapat ketebalan jaringan sebesar 3-5 mm jaringan
bergerak yang dapat dilakukan pembuatan postdam.
3) Kelas III, terdapat kurang dari 1 mm jaringan bergerak yang dapat digunakan untuk
pembuatan postdam

.
- Hubungan palatum lunak dan palatum keras
1) Klasifikasi kelas I yaitu palatum lunak membentuk sudut 0-10 derajat ketika
bergerak, merupakan kondisi ideal untuk embentuk posterior palatal seal
2) Klasifikasi kelas II yaitu palatum lunak membentuk sudut 45 derajat terhadap
palatum keras ketika bergerak
3) Klasifikasi kelas III yaitu palatum lunak membentuk sudut 70 derajat terhadap
palatum keras

- Getaran waktu bergerak dikategorikan aktif, pasif atau sedang. Untuk menentukan batas posterior
gigi tiruan, bila terlalu panjang akan mudah lepas.
12. Frenulum
- Dicatat :
1) tinggi (bila mendekati puncak prosesus alveolaris)
2) sedang (berada di antara puncak prosesus alveolaris dan dasar vesitibulum) :
menganggu sayap GT sehingga akan mengurangi retensi
3) rendah (mendekati dasar vestibulum)
13. Kebersihan mulut
- Melakukan klasifikasi pasien kedalam; excellent, fair, dan poor.
- Hal yang perlu dievaluasi adalah adanya sisa debris makanan, plak, dan kalkulus.
14. Ludah
- Ludah diklasifikasi kedalam tiga kelas sebagai berikut:
1) Kelas I, kondisi saliva yang normal secara kualitas dan kuantitas. Memberikan sifat
kohesif dan adhesif yang ideal.
2) Kelas II, kondisi saliva yang terlalu banyak, bersifat lebih mukous.
3) Kelas III, kondisi saliva yang kurang atau xerostomia.
- Konsistensi dan volume ludah penting untuk menentukan retensi gigi tiruan. Ludah yang
encer dan dalam jumlah yang cukup akan mempertinggi tegangan permukaan yang akan
memperbesar retensi gigi tiruan
15. Reflex muntah
- Pemeriksaan menempatkan kaca mulut di daerah posterior palatum keras (trigger area)
pasien yang memiliki refleks tinggi akan langsung bereaksi
- Refleks muntah pasien diklasifikasikan menjadi;
1) Kelas I, refleks muntah normal
2) Kelas II, refleks muntah subnormal atau hiposensitif,
3) Kelas III, refleks muntah supernormal atau hipersensitif.
16. Overjet
- Overjet adalah jarak horizontal antara gigi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi
yang diukur pada ujung insisal insisivus rahang atas.
- Overjet tergantung pada inklinasi dari gigi-gigi insisvus dan hubungan antero-posterior
dari lengkung gigi. Jika gigi rahang atas berada pada lingual gigi insisivus rahang bawah,
hubungan tersebut digambarkan sebagai underjet.
- Ukuran Overjet normal berkisar 0 - 4,0 mm
17. Overbite
- Overbite adalah jarak vertikal antara ujung gigi-gigi insisivus atas dan bawah.
- Overbite dipengaruhi oleh derajat perkembangan vertikal dari segmen dento-alveolar
anterior. Idealnya, gigi-gigi insisivus bawah harus berkontak dengan sepertiga permukaan
palatal dari insisivus atas, pada keadaan oklusi, namun bisa juga terjadi overbite yang
berlebihan atau tidak ada kontak insisal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiograf
- Kegunaan:
1) Melihat struktur tulang yang akan dijadikan pendukung. Tulang padat akan memberikan
dukungan yg baik
2) Melihat bentuk, panjang, dan jumlah akar gigi
3) Melihat kelainan bentuk pada “residual ridge”, jika terdapat tonjolan pada prosesus
alveolaris
4) Melihat adanya sisa akar gigi
5) Melihat keadaan vitalitas gigi
6) Memeriksa adanya kelainan periapikal

Anda mungkin juga menyukai