Anda di halaman 1dari 10

MODUL MAHASISWA

EARLY CLINICAL EXPOSURE

HIPERSENSITIF DENTIN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2021

0
Instruksi Bagi Mahasiswa
Skenario Pasien Simulasi

Skenario :
Ny Hipi usia 45 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gusi pada gigi belakang kanan
rahang atas dan rahang bawah, serta pada gigi depan rahang bawah terasa ngilu yang singkat
dan tajam pada saat mengkonsumsi makanan dan minuman yang dingin, panas, manis, dan
asam, sejak 1 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan Ekstra Oral tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaaan Intra Oral:
Gusi pada area fasial gigi 16 sd 14, 33 sd 46 terlihat turun ke arah apikal, sehingga permukaan
akar terlihat 1-3 mm; Interdental papilla normal; Warna gusi merah muda; Konsistensi gusi
kenyal; Kedalaman probing normal; BOP (-); OH baik. Kondisi umum pasien baik.
Dokter gigi yang bertugas, mendiagnosa sebagai Kelainan Mukogingiva. Dokter gigi
menyusun rencana perawatan yang terdiri dari OHI, skeling, dan aplikasi “desensitizing agent”
10 % Stronsium Chloride dan Sodium Fluoride pada servikal akar area fasial gigi 16 sd 14, 33
sd 46 selama 1 menit, kemudian memberikan instruksi paska aplikasi desensitizing agent.

• Nama : Ny. Hipi


• Usia : 45 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : sesuai dengan pasien
• Pekerjaan : sesuai dengan pasien
• Keluhan Utama saat ini (chief complaint) : gigi terasa ngilu yang pendek dan tajam
• Lokasi keluhan : gigi 16 sd 14, 33 sd 46
• Kapan keluhan terjadi (onset) : sejak 1 tahun yang lalu
• Lamanya keluhan berlangsung (duration) selama beberapa detik

1
• Kronologis : Faktor yang memperberat : Saat makan / minum dingin, asam, panas, manis
• Faktor yang memperingan : tidak ada
• Perawatan yang telah diterima : tidak ada
• Riwayat dental dan medis terdahulu : tidak ada
• Riwayat medis terdahulu : tidak ada
• Riwayat penyakit yang sama pada keluarga : tidak ada
• Riwayat sosiokultural : tidak ada kebiasaan buruk.
• Harapan pasien : hilangnya rasa ngilu pada giginya

Kegunaan Kasus :
Kasus ini digunakan agar mahasiswa mampu melakukan keterampilan klinik aplikasi
desensitizing agent pada terapi hipersensitif dentin.

Catatan :
• Contoh skenario ini wajib dipelajari dan dipahami oleh setiap mahasiswa untuk
digunakan sebagai persiapan pada simulasi antar teman.
• Mahasiswa yang bertindak sebagai pasien simulasi tidak diperkenankan
memberitahukan atau mengarahkan pertanyaan, menjawab yang tidak ditanyakan oleh
operator atau menjelaskan hal-hal yang tidak tercantum dalam skenario.

2
Early Clinical Exposure
Tema : Hipersensitif Dentin
Semester : 8 (delapan)

Kompetensi Utama :
1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik dengan mencatat
informasi klinis, laboratoris, radiologis, psikologis dan sosial guna mengevaluasi
kondisi medis pasien.
2. Mampu menganalisis rencana perawatan yang didasarkan pada kondisi, kepentingan
dan kemampuan pasien.

Kompetensi Penunjang :
1. Mampu mengidentifikasikan keluhan utama penyakit serta kelainan jaringan
periodontal
2. Menerapkan pemeriksaan komprehensif sistem stomatognatik dengan memperhatikan
kondisi umum
3. Menjelaskan tanggung jawab pasien, waktu, langkah perawatan dan biaya perawatan

Bahan Kajian :
1. Identifikasi keluhan pasien /penegakan anamnesis
2. Pemeriksaan sistem stomatognatik
3. Rencana perawatan
4. Tindakan perawatan

Muatan Pelatihan Keterampilan pada modul ini :


1. Pengumpulan dan penyusunan data pasien (komunikasi interpersonal)
2. Pemeriksaan Subjektif (anamnesis), EO dan IO (Pemeriksaan sensitifitas gigi).
3. Keterampilan mendiagnosis hipersensitif dentin
4. Keterampilan prosedur aplikasi desensitizing agent

Tujuan Umum :
Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan klinik ini mahasiswa harus mampu
mengumpulkan dan menyusun data dan keluhan pasien, pemeriksaa subjektif, EO dan IO,
Interpretasi pemeriksaan penunjang radiografi periapikal (jika ada), keterampilan
mendiagnosis dan melakukan terapi hipersensitif dentin.

Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan klinik inimahasiswa harus:
Mampu melakukan prosedur terapi hipersensitif dentin dengan benar.

Metode Pelatihan : Demonstrasi, Simulasi pada panthoom


Tempat Pelatihan : Laboratorium SPKKT Kampus FKG Unpad Jatinangor
Peserta Pelatihan : Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi semester 8.
Sistem Assessment : Rubrik Formatif

3
Sistem Evaluasi : Rubrik Somatif pada OSCE
Rencana alokasi waktu pelatihan :
Durasi: 2,5 jam (3 x 50 menit)
Sistematika:
1. Melakukan interpretasi data kesehatan pada kasus: Dosen pelatih memberikan data
sekunder kasus lalu melakukan pembimbingan dan diskusi interaktif dalam
menginterpretasi sumber informasi tersebut dengan tujuan mendapatkan masalah-
masalah sesuai kasus (10 menit).
2. Melakukan identifikasi kelainan/penyakit pada kasus: Dosen pelatih memimpin diskusi
untuk menentukan berbagai alternatif kelainan/penyakit sesuai kasus (10 menit).
3. Menentukan diagnosis dan diagnosis banding kasus: dosen pelatih memimpin diskusi
untuk menentukan diagnosis dan DD kasus (5 menit).
4. Melakukan prosedur terapi hipersensitif dentin: mahasiswa menulis resep untuk
selanjutnya dikoreksi oleh dosen pelatih. Dapat dilakukan parallel beberapa mahasiswa
bersama-sama (15 menit).
Kegiatan 1 – 4 @ kasus selama 40 menit.
5. Dosen pelatih menyampaikan feedback (30 menit).

Penyusun Modul:
Drg. Ina Hendiani, Sp. Perio (K)
Drg. Nunung Rusminah, Sp. Perio (K)
Drg. Siti Sopiatin, Sp. Perio
Drg. Chandra Andi Bawono, Sp. Perio

Kontributor Materi Ajar:


Dr. Amaliya, drg., M.Sc., PhD
Drg. Indra Mustika Setia Pribadi (K)

Pemilik Kasus:
Drg. Ina Hendiani, Sp. Perio (K)
Drg. Siti Sopiatin, Sp. Perio

4
HIPERSENSITIF DENTIN

Hipersensitif Dentin adalah rasa nyeri pendek dan tajam pada dentin yang terbuka
sebagai respon dari rangsang suhu, uap, sentuhan, kimia, yang tidak dapat di samakan dengan
bentuk kelainan atau patogenesis lainnya. Hipersensitif dentin harus di diagnosis setelah
tindakan eliminasi dari berbagai kemungkinan penyebabnya seperti karies, fraktur gigi, trauma
oklusi dan restorasi yang bocor.
Prevalensi hipersensitif dentin berkisar antara 4 – 57%, dan sering dihubungkan
dengan resesi gusi. Faktor penyebab resesi gusi terdiri dari faktor non inflamasi dan faktor
inflamasi (periodontitis). Orchandion R & Gillam, (2006) menyatakan bahwa prevalensi
hipersensitif dentin pada pasien periodontitis berkisar antara 60 – 90%. Penelitian lain
menyatakan bahwa hampir 50% siswa SMA I Bandung mempunyai sekurang-kurangnya 1 gigi
yang mengalami resesi (Papindar S. N, 2010).
Penyebab hipersensitif dentin yang non inflamasi adalah terbukanya akar gigi karena
menyikat gigi (pembersihan gigi) yang salah, tindakan skeling dan root planing, bahan etching
waktu melakukan restorasi bagian margin, saat finishing/ polishing restorasi berlebih pada
permukaan akar gigi dan pengunaan elevator saat prosedur pencabutan.
Pada umumnya pasien tidak berusaha memeriksakan giginya karena menganggap
bahwa hipersensitif dentin bukan merupakan penyakit mulut yang parah. Hipersensitif dentin
dapat terjadi pada semua umur, laki-laki maupun perempuan pada satu atau semua gigi, pada
umumnya terjadi gigi C, P rahang atas bagian bukal serta gigi M bagian palatal.
1. Mekanisme Hipersensitif Dentin

Gb. 1 Terjadinya hipersensitif dentin (Rateitschak, 2005)


Secara alami, dentin mempunyai sifat sensitif karena struktur dan hubungan fungsional
yang dekat dengan pulpa. Pemeriksaaan mikroskopis menunjukkan bahwa pola tubulus
dentin lebih lebar pada gigi hipersensitif daripada gigi yang tidak sensitif. Observasi ini
konsisten dengan hipotesis bahwa rasa nyeri dentin di picu oleh mekanisme hidrodinamis yaitu
rangsang pemicu rasa sakit yang di aplikasikan pada dentin akan meningkatkan arus aliran

5
cairan tubulus dentin sehingga mengaktifkan syaraf pada bagian ujung terbuka/ lapisan luar
dari pulpa (gb. 1)
Rangsang dingin dan senyawa kimia akan memicu cairan keluar dari pulpa dan lebih
mengaktifkan saraf intradental dari pada rangsang yang di sebabkan oleh panas/ saat probing.
Tidak semua dentin yang terbuka mengalami sensitif. Lesi hipersensitif dentin timbul akibat
hilangnya smear layer/ sumbat tubular yang mengakibatkan ujung tubular dari tubulus dentin
terbuka.
Dentin adalah jaringan hidup yang terdiri dari berjuta-juta tubulus yang berisi cairan,
odontoblast, kolagen dan saraf (Occasional non myelinated pulpal nerve). Diameter tubulus
pada dento enamel junction adalah 0,06 µm, sedangkan diameter pada dinding pulpa adalah
3,0 µm. Diameter tubulus pada gigi yang hipersensitif dentin akan mengalami pembesaran,
kecepatan aliran fluid 100x lebih cepat.

2. Gejala
Hipersensitif dentin adalah kondisi klinis yang sering terjadi pada gigi permanen,
diakibatkan adanya dentin yang terpapar langsung pada lingkungan oral karena kehilangan
enamel dan atau sementum. Stimulus yang dapat menyebabkan onset nyeri dapat berasal dari
thermal (khususnya dingin), kimia, atau mekanis. Gejala umum yang dirasakan pasien adalah
nyeri tajam dengan durasi singkat dan menghilang segera setelah stimulus dihilangkan. Rasa
nyeri yang dirasakan bervariasi dari ketidaknyamanan sampai parah. Rasa nyeri ini
berhubungan dengan toleransi nyeri individu. Pada kasus yang parah, nyeri bertahan dengan
durasi singkat atau lama, dan nyeri yang dirasakan dapat tumpul atau berdenyut saat terkena
stimulus. Bahkan kontak ringan dengan sikat gigi dapat menimbulkan nyeri yang parah
sehingga individu tersebut kesulitan menjaga kebersihan mulutnya. Hipersensitif dentindapat
melibatkan satu atau dua gigi (localized) atau pada beberapa gigi dalam satu waktu
(generalized) dan dalam beberapa kasus dapat terjadi di semua kuadran.

3. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis harus mencakup penilaian gigi sensitif, seperti stimulus
taktil/mekanis dengan menyusuri area dentin yang terekspos dengan sonde tajam dan atau
stimulus thermal/evaporatif berupa semprotan udara dingin melalui syringe dental chair.
Semprotan udara melalui syringe memberikan contoh stimulasi dalam kehidupan sehari-hari
yang dialami pasien. Namun stimulus thermal dianggap lebih efektif dalam mendeteksi
hipersensitif dentin. Aplikasi stimulus terkontrol diharapkan menimbulkan nyeri tajam dan
singkat yang bertahan selama beberapa detik setelah stimulus diberikan jika pasien mengalami
hipersensitif dentin.

4. Pengukuran Hipersensitif Dentin


Umumnya, hipersensitif dentindiukur dengan stimulus taktil (tekanan) atau stimulus
thermal/evaporatif (semprotan udara dingin). Pengukuran dengan semprotan udara dingin
sederhana dan merupakan teknik yang sering digunakan untuk mengukur dentin hipersensitif.
Gigi yang sensitif diisolasi dari gigi sebelahnya lalu semprotan udara singkat dari syringe
dental chair diarahkan pada permukaan dentin yang terekspos. Respon subjek terhadap
semprotan tersebut diukur menggunakan skala analog seperti Schiff scale pada Tabel 1.

6
Tabel 1. Schiff Ordinal Scale
Nilai Respon pasien terhadap stimulus semprotan udara
3 Merespon, terasa sakit dan stimulus ingin dihentikan
2 Merespon, pasien tidak nyaman dan ingin stimulus dihentikan
1 Merespon
0 Tidak merespon

Metode lain untuk menentukan dan mengukur respon nyeri terhadap stimulus adalah
dengan mengurutkan respon pasien dengan skala terbuka, seperti Visual Analog Scale (VAS).
Langkah-langkah penggunaan VAS yaitu sebagai berikut :
- Pasien menandakan tingkat nyeri pada suatu garis lurus berukuran 10 cm
- Jarak dari ‘Tidak nyeri’ sampai tanda dari pasien diukur
- Pengukuran dicatat

5. Prinsip Perawatan

Gb. 2. Penghilangan hipersensitif dentin. (Rateitschak, 2005)


- Menyumbat tubulus
- Menutup tubulus
- Mencegah transmisi dari iritasi

Prinsip perawatan dasar yang digunakan adalah dengan melakukan desensitisasi saraf
untuk mengurangi respon terhadap stimulus serta oklusi pada tubulus yang terpapar untuk
menghalangi mekanisme hidrodinamik. Ada sejumlah besar perawatan pilihan untuk
penatalaksanaan dentin hipersensitif. Agen kimia ataupun fisika dapat digunakan untuk
desensitisasi saraf atau menutup tubulus dentin yang terpapar. Bentuk penatalaksanaan yang
paling umum adalah penempatan agen yang diterapkan secara topikal diaplikasikan baik oleh
dokter gigi atau oleh pasien di rumah. Semua perawatan yang tersedia saat ini tampak bekerja.
Beberapa kriteria yang harus dimiliki agar dapat dikatakan sebagai agen desensitisasi
yang ideal, yaitu antara lain tidak mengiritasi pulpa, yang relatif tidak menimbulkan rasa sakit

7
ketika diaplikasikan, mudah dipakai, tindakan cepat, efektif secara permanen dan seharusnya
tidak mengubah warna gigi secara keseluruhan, tanggapan pasien adalah sangat subjektif dan
dengan demikian hasil pengobatan sebagian besar tergantung pada ambang nyeri individu.

6. Sistematika Terapi Hipersensitif Dentin:

A. Tahap Persiapan Daerah Kerja


1. Daerah kerja harus bersih dan rapi
2. Alat dasar : kaca mulut,sonde, pinset, probe.
3. Bahan: Desensitizing agent atau 10% Stronsium chloride dan Sodium fluoride,
Microbrush, cotton roll dan cotton pellet.
4. Persiapan pasien : dalam hal ini model phantom RA dan RB dengan gusi buatan dari
karet dengan gusi pada fasial gigi posterior RA dan RB kanan, serta anterior RB
terdapat resesi gingiva
5. Persiapan operator : memakai masker, mencuci tangan dan memakai handscoon.

B. Tahap Prosedur Aplikasi Desensitizing agent pada Terapi Hipersensitif Dentin


1) Konseling
a. DHE dan OHI
b. faktor diet (menjaga diet sehari-hari). Untuk mencegah hipersensitif dentin dapat juga
dengan cara menghindari penggunaan bahan erosif dalam pola diet karena bahan ini
mempunyai peran dalam perkembangan hipersensitif dentin. Sumber diet secara eksogen
adalah buah-buahan, jus buah dan anggur dapat menghilangkan smear layer dan membuka
tubulus dentin. Sumber endogen adalah peningkatan asam yang berasal dari tubuh seperti
penyakit gastritis/ regurgitasi.
c. Menghilangkan faktor resiko melalui edukasi (teknik, sikat gigi)
2) Perawatan di klinik
- Perawatan Inisial (Skeling dan pemolesan)
- Siapkan bahan desensitizing agent:
• Fluoride → dapat menurunkan tingkat permeabilitas in vitro dentin, kemungkinan
dengan presipitasi dari calcium fluoride yang tidak dapat larut di dalam tubulus.
Contohnya : sodium fluoride 0,221%.
• Pottasium nitrate 5% → biasanya dicampur ke dalam pasta gigi, tetapi dapat di
aplikasikan secara topikal dalam bentuk larutan air/ gel dan adhesive. Pottasium nitrate
ini dapat mengurangi sensasi saraf.
• Strontium Chloride Hexahydrate 10% berfungsi dapat menutupi tubuli.
• Oxalate : dapat mengurangi permeabilitas dentin, menutup tubulus secara konsisten,
serta pada penelitian laboratorium dapat mengurangi sensitifitas.
• Calsium phosphate, dapat menutupi tubulus dentin secara invitro dan mengurangi
permeabilitas dentin.
• Adhesive dan Resin : penggunaan resin pada bahan desensitasi. Contoh : varnish, bahan
bonding, bahan restorasi lain.
• Stronsium asetat
- Keringkan area yang terlibat dengan syringe
- Aplikasikan desensitizing agent pada area akar yang terbuka selama 1 menit

8
- Setelah aplikasi, bersihkan sisa desensitizing agent dengan cotton pellet.

3) Instruksi paska aplikasi desensitizing agent:


- Tidak makan / minum / berkumur setelah 1 jam
- Hindari sikat gigi yang terlalu keras dan tekanan yang kuat, teknik menyikat gigi
yang digunakan adalah teknik Roll. Tekanan ringan, dengan bulu sikat gigi lembut,
menggunakan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif antara lain mengandung garam
potassium, sodium bicarbonate, strontium chloride, stronsium asetat, sodium
fluoride. Lama menyikat gigi minimal 2 menit, mencapai seluruh permukaan gigi
dan dilakukan 2 kali sehari selama minimal 2 minggu. Efektifitas maksimal dapat
dilihat setelah pemakaian selama 8 – 12 minggu. Setelah menyikat gigi tidak
diperkenankan berkumur dengan keras agar bahan aktif pasta gigi tidak langsung
hilang. Selain dalam bentuk pasta gigi, bahan aktif ini dapat diberikan dalam bentuk
obat kumur atau permen karet.
- Hindari makan/ minum yang dingin, panas, asam (yang merangsang terjadnya
ngilu)
- Pasien diminta datang kontrol 1 minggu

REFFERENSI
1. Bartold, P. 2006. Dentinal hypersensitivity: a review. Australian Dental Journal, 51: 212–
218.
2. Lang, N. P., and J. Lindhe. 2015. Clinical Periodontology and Implant Dentistry, 2
Volume Set. John Wiley & Sons.
3. Porto, I., A. Andrade, and M. Montes. 2009. Diagnosis and treatment of dentinal
hypersensitivity. Journal of Oral Science. 51(3):323-332.
4. Cummins D. 2009. Dentin hypersensitivity: from diagnosis to a breakthrough therapy for
everyday sensitivity relief. J Clint Dent 20:1-9.
5. Davari, A., Ataei, E., & Assarzadeh, H. (2013). Dentin Hypersensitivity: Etiology,
Diagnosis and Treatment; A Literature Review. Journal of Dentistry, 14(3), 136–145.
6. Gillam, D.G. and Orchardson, R. 2006. Advances in the treatment of root dentine
sensitivity: mechanisms and treatment principles. Endodontic Topics, 13: 13–33.
7. Diane, C. 2009. Dentin Hypersensitivity: From Diagnosis to a Breakthrough Therapy for
Everyday Sensitivity Relief. J Clin Dent 20 (Spec Iss):1–9.
8. Chivu-Garip, I.L. 2012. Dentine Hypersensitivity Recommendations for the Management
of a Common Oral Health Problem. 1:1-5.
9. Cummins, D. 2010. Recent advances in dentin hypersensitivity: clinically
proventreatments for instant and lasting sensitivity relief. American journal of dentistry.
2:3-13.
10. Garg, N.; A. Garg. 2013. Textbook of Endodontics. JP Medical Ltd. 450-78.

Anda mungkin juga menyukai