Anda di halaman 1dari 16

TELAAH KASUS

HIPERSENSITIVITAS DENTIN

OLEH :
Ummu Hanifah Amri
1210342019

DOSEN PEMBIMBING :
drg. Kosno S, MDSc, Sp. Perio

DEPARTEMEN PERIODONSIA
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
HIPERSENSITIVITAS DENTIN

Hipersensitif dentin digambarkan sebagai rasa nyeri yang berlangsung singkat dan tajam
yang timbul akibat dentin yang terpapar terkena rangsangan seperti panas, dingin, uap, sentuhan,
atau kimiawi, yang tidak dapat dianggap berasal dari kerusakan gigi atau keadaan patologis

gigi lainnya (Karies, fraktur, atau trauma karena oklusi). Secara klinis, didefinisikan
sebagai rasa nyeri yang akut, terlokalisir, cepat menyebar, dan berdurasi singkat.
Walaupun rangsangan yang memicu rasa nyeri tersebut bisa bermacam-macam, tetapi
rangsangan dingin merupakan pemicu yang paling sering dikeluhkan. Hipersensitif dentin bisa
terjadi pada daerah gigi manapun, tetapi daerah yang paling sensitif adalah daerah servikal dan
permukaan akar gigi. Secara makroskopis, tidak terlihat adanya perbedaan antara dentin
hipersensitif dengan dentin tidak hipersensitif. Secara histologi, dentin yang hipersensitif
menunjukkan adanya pelebaran tubulus dentin 2 kali lebih lebar dibandingkan tubulus dentin
yang normal.

Gambar 1. (A) tubulus dentin gigi normal (B) tubulus dentin hipoersensitif
Etiologi
Penyebab utama hipersensitivitas dentin adalah tubulus dentin yang terbuka. Dentin dapat
terbuka terjadi karena dua proses yaitu hilangnya struktur periodontium yang melindunginya
(resesi gingiva) atau melalui hilangnya email.
Alasan utama terjadinya resesi gingiva
 Penyebab umum adalah resesi gingiva
 Akar yang menonjol
 Abrasi akibat penyikatan gigi
 Kebiasaan mulut yang menyebabkan luka gingiva yaitu mengorek-ngorek (picking) gigi
trauma, memakan
 makanan keras
 Pembersihan gigi berlebihan
 Flossing berlebihan
 Resesi gingiva yang diseababkan penyakit tertentu, yaitu NUG, periodontitis, dan
gingivostomatitis
 herpetika
Preparasi mahkota gigi

Penyebab hilangnya email


 Atrisi yang disebabkan fungsi oklusal yang berlebihan seperti bruksisme
 Abrasi dari komponen makanan atau teknik menyikat gigi yang buruk.
 Erosi yang terkait dengan lingkungan atau partikel asam dalam komponen makanan

Mekanisme potensial aksi pada saraf dan hipersensitivitas dentin


Beberapa hipotesis telah dipaparkan untuk menjelaskan mekanisme terjadinya dentin
hipersensitif, namun teori hidrodinamika yang disampaikan Brannstrom dan Astron pada
tahun 1964 merupakan teori yang paling diyakini untuk menjelaskna mekanisme
terjadinya hipersensitifitas dentin.
Berdasarkan teori hidrodinamika, rasa nyeri terjadi akibat pergerakan cairan di dalam

tubulus dentin. Pergerakan cairan di dalam tubulus dentin diakibatkan adanya rangsangan
yang mengakibatkan perubahan tekanan di dalam dentin dan mengaktifkan serabut syaraf tipe
A (bermyelin) yang ada disekeliling odontoblas atau syaraf di dalam tubulus dentin, yang
kemudian direspon sebagai rasa nyeri. Aliran hidrodinamik ini akan meningkat bila ada
pemicu seperti perubahan temperatur (panas atau dingin), kelembaban, tekanan udara dan
tekanan osmotik atau tekanan yang terjadi di gigi.
Timbulnya rasa nyeri disebabkan oleh pergerakan cairan dalam tubulus
dentin (Chu CH,Lo EC. Hong Kong Dent 2010;7: 18)

Faktor Pemicu
1. Rangsangan dingin
Rangsangan dingin merupakan pemicu utama terjadinya hipersensitivitas dentin.
Berdasarkan teori hidrodinamik, aliran cairan tubulus dentin akan meningkat keluar menjauhi
pulpa sebagai respon dari rangsangan dingin dan menstimulus rasa nyeri. Perangsangan
tersebut terjadi melalui respon mekanoreseptor yang mengubah syaraf pulpa.
2. Rangsangan panas
Rangsangan panas akan menyebabkan pergerakan cairan ke dalam menuju pulpa.
Meskipun demikian, rangsangan panas sebagai pemicu hipersensitif dentin lebih jarang
dilaporkan, kemungkinan karena pergerakan cairan tubulus dentin akibat rangsangan panas
relatif lebih lambat dibandingkan dengan rangsangan dingin.

3. Rangsangan kimiawi
Rasa nyeri juga dapat dipicu oleh rangsangan kimiawi seperti mengkonsumsi makanan
yang mengandung asam yaitu buah-buahan terutama buah jeruk; minuman bersoda yang
mengandung asam karbonat dan asam sitrat; saus salad; teh herbal; dan alkohol. Bahan-bahan
dengan pH rendah tersebut dapat menyebabkan hilangnya jaringan keras gigi (enamel dan
dentin) melalui reaksi kimia tanpa melibatkan aktivitas bakteri, yang disebut erosi. Lingkungan
rongga mulut yang asam juga akan menyebabkan terbukanya tubulus dentin lebih banyak
lagi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sensitivitas gigi.
4. Rangsangan taktil atau sentuhan
Rasa nyeri biasanya terjadi ketika pasien menyentuh daerah sensitif dengan kuku jari
atau bulu sikat selama penyikatan gigi. Selain itu, pemeriksaan gigi dengan alat-alat tertentu
yang terbuat dari logam, seperti sonde dan eksplorer, juga dapat meningkatkan sensitivitas pada
gigi.
5. Rangsangan udara
Terhirupnya udara bebas pada pasien dengan kebiasaan bernapas melalui mulut,
terutama pada cuaca dingin, atau semprotan udara dari syringe atau kompresor ketika
prosedur pengeringan permukaan gigi, juga dapat memicu timbulnya rasa nyeri pada
kasus hipersensitif dentin. Dehidrasi menyebabkan pergerakan udara di sekeliling permukaan
dentin yang terbuka yang menghasilkan pergerakan cairan ke luar permukaan dehidrasi, di
mana akan menggerakkan serabut saraf dan memberikan sensasi rasa sakit
6. Tekanan
Kontak oklusal dengan kekuatan berlebihan dan prematur kontak.
Perawatan Hipersensitivitas Dentin
Pasien harus diberi tahu tentang kemungkinan hipersensitifitas dentin sebelum perawatan
dilakukan. Informasi berikut tentang cara mengatasi masalah juga harus diberikan kepada
pasien:1
 Hipersensitivitas muncul sebagai akibat dari pemaparan dentin yang disebabkan oleh
berbagai factor.
 Hipersensitivitas perlahan menghilang selama beberapa minggu.
 Kontrol plak penting untuk mengurangi hipersensitivitas.
 Agen desensitisasi tidak menghasilkan bantuan segera dan harus digunakan selama
beberapa hari atau bahkan minggu untuk menghasilkan hasil.
Ada dua cara utama perawatan hipersensitif dentin yaitu pertama menghalangi syaraf
merespon rasa nyeri dan yang kedua menutup tubulus dentin untuk mencegah terjadinya
mekanisme hidrodinamik. Perawatan tersebut juga harus dapat menghilangkan faktor-faktor
predisposisi penyebab hipersensitif dentin, sekaligus mencegah terjadinya rekurensi. Perawatan
hipersensitif dentin bisa bersifat invasif dan non-invasif.

Ion-ion potassium menghalangi syaraf untuk merespon rasa nyeri (Chu CH. Dental Bulletin
2010;15(3):22)

Himbauan untuk menghindari terjadinya Hipersensitif Dentin


• Hindari menyikat gigi dengan arah horizontal.
•Hindari resesi gingiva dengan kontrol plak yang baik ( menggunakan teknik pembersih
mulut yang baik)
• Hindari penggunaan dentifrice yang banyak
• Hindari penggunaan sikat yang berbulu keras
• Hindari penyikatan gigi setelah konsumsi makanan/ minuman yang asam
• Hindari penyikatan dengan tekanan yang terlalu besar
• Hindari flossing yang berlebihan dan dengan cara yang salah
• Hindari picking pada gusi atau penggunaan toothpick yang berlebihan Himbauan untuk
dokter gigi
• Hindari penggunaan instrument yang berlebihan pada permuakaan akar selama
penyingkiran kalkulus(pada skeling dan root planning)
• Hindari pemolishan yang berlebihan pada permukaan gigi yang telah tersingkap akarnya
• Hindari cauterisasi (pembakaran) jaringan gingiva selama proses bleaching
• Prinsip utama perawatan thd hipersensitif dentin: menutup tubulus dentin yang terbuka dan
mencegah respon saraf pada pulpa
1. Perawatan yang Bersifat Non-Invasif
Berdasarkan teori hidrodinamik yang telah dipaparkan di atas, rata-rata kasus
hipersensitif dentin bersifat reversible dan dapat ditangani dengan perawatan non- invasif yang
sederhana. Perawatan non-invasif tersebut bisa dilakukan sendiri oleh pasien di rumah, dan

bisa pula dilakukan oleh dokter gigi. Perawatan yang dilakukan yang dirumah meliputi
penggunaan pasta gigi desensitisasi, obat kumur dan permen karet. Pasta gigi desensitisasi
mengandung potassium nitrate, potassium chloride atau potassium citrate. Ion potassium
dipercaya dapat berdifusi sepanjang tubulus dentin dan akan mengurangi rangsangan terhadap
syaraf-syaraf intradental dengan cara mengubah potensial membran syaraf-syaraf tersebut.
Perawatan hipersensitif dentin yang dilakukan di klinik dokter gigi meliputi topikal aplikasi
bahan desensitisasi seperti fluoride, potassium nitrate, calcium phosphates, dan oxalate,
penambalan permukaan akar yang menyebabkan sensitivitas serta memberikan rekomendasi
untuk menggunakan night guard atau retainer jika pasien mempunyai kebiasaan buruk
seperti bruksism.
2. Perawatan yang Bersifat Invasif
Karena resesi gingiva dan terpaparnya permukaan akar gigi merupakan faktor utama
terjadinya hipersensitif dentin, maka perlu dilakukan cangkok gingiva sebagai rencana
perawatan, terutama pada resesi yang progresif. Ketika terpaparnya permukaan akar yang
sensitif juga diikuti dengan kehilangan permukaan akibat abrasi, erosi, dan abfraksi, maka
dipertimbangkan pula pemberian bahan restorasi resin atau ionomer kaca (glass ionomer).
Restorasi tersebut akan mengembalikan kontur gigi dan menutup tubulus dentin yang terbuka.
Perawatan invasif lainnya adalah dengan laser.
Tabel 1: perawatan untuk hipersensitif dentin
Cara aplikasi larutan fluor:
 Gosok gigi dari sisa-sisa makanan sebelum aplikasi fluor. Gigi dibersihkan dengan pasta
pumice dan rubber cup.
 Isolasi gigi geligi, bisa dengan menggunakan saliva ejektor atau gulungan kapas agar
saliva terserap oleh kapas sehingga nantinya fluor tidak larut dalam saliva.
 Gigi dikeringkan dengan semprotan udara.
 Oleskan larutan sodium fluoride dengan menggunakan kapas (cotton pellet)atau
disemprotkan. Biarkan kering selama 4 menit.
 Kemudian setelah 4 menit, bersihkan larutan dari permukaan gigi.
 Setelah perawatan dianjurkan kepada pasien agar tidak makan dan minum selama 30
menit.
REKAM MEDIK KASUS PERIODONSIA

Nama Operator : Ummu Hanifah Amri


No. Pokok : 1210342019
Pembimbing : drg. Kosno S, MDSc, Sp. Perio

A. Data Pasien
Nama : Farid Yuristiawan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 26 Tahun
Pekerjaan : Coass FKG
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
No RM : 001415

B. Hasil Pemeriksaan
- Pemeriksaan Subjektif
1. CC
Pasien datang ke klinik gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas dengan
keluhan gigi kiri depan atas sakit berdenyut pada saat makan/ minum dingin/panas.
2. PI
Gigi kiri depan atas terlihat berwarna putih di dekat gusi sejak sekitar 2 bulan yang lalu.
Sakit berdenyut terasa pada saat makan minum yang panas/dingin dan berkumur. Dengan
rasa intensitas kadang – kadang dengan durasi sekitar 2-4 menit. Pasien tidak pergi ke
dokter gigi untuk melakukan perawatan.
3. PDH
Pasien pernah melakukan penambalan dan pembersihan karang gigi sebelumnya, pasien
biasa menyikat gigi 2 kali sehari pagi dan sore.
4. FH
Ayah : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Ibu : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Saudara : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik

5. SH
Pasien merupakan seorang coass kedokteran gigi, mempunyai kebiasaan merokok ± 1
bungkus sehari dan sering mengonsumsi kopi.
6. PMH
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Saat ini pasien dalam keadaan
sehat dan tidak sedang mengonsumsi obat jangka panjang.
- Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
- Mata : Normal, isokhor, Sklera non ikterik, Konjungtiva non anemis
- Leher : Normal
- Kelenjar Limfe
kiri : tidak teraba, tidak sakit
kanan : tidak teraba, tidak sakit
- Bibir : kompeten
- TMJ : normal
2. Pemeriksaan Intra Oral

Mukosa : Normal
Gingiva
- Bentuk : normal
- Warna : coral pink kecoklatan
- Konsistensi : kenyal
- Stippling :+
- Pitting test :+
- Permukaan : licin
- Resesi :-
- Interdental papil : normal
- Stilman’s cleft :-
- MC Call’s Festoon : -
Gigi Geligi : - Tes Sondasi (+) = 21
- Tes Udara/ syringe (+) = 21
Frenulum : sedang
Perkusi :-
Mobility :-
Oklusi
- Kontak Prematur : -
- Atrisi :-
- Abrasi :
- Erosi :-

Odontogram
Evaluasi oral hygiene
Rekam Kontrol Plak
Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan III
Tanggal : 07-10-2019 Tanggal : 05-10-19 Tanggal :
Persentase : 30% Persentase : Persentase :
- Kalkulus : Supragingiva dan subgingiva
- OHI : 3 (sedang)
- GI : 0,54 (gingivitis ringan)
Catatan Keadaan Intraoral
Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Fasial miss 223 333 322 222 322 211 111 222 122 323 211 332 323 333 miss
Palata miss 222 222 211 111 111 111 112 111 111 111 111 212 211 212 miss
l
Mob - - - - - - - - - - - - - - - -
BOP - + - + - - - - - - - - - - + -
Resesi - - - - - - - - - - - - - - - -
-
Gigi 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Fasial PE 111 111 111 122 222 222 111 111 111 211 211 111 112 222 PE
Lingl PE 222 222 222 212 111 111 111 111 111 212 111 111 222 222 PE
Mob - - - - - - - - - - - - - - - -
BOP - - - - - - - - - - - - - - - -
Resesi - - - - - - - - - - - - - - - -

C. Diagnosa  Hipersensitif dentin pada gigi 21


Etiologi  Hilangnya email
Sikap Pasien  Kooperatif

D. Rencana Perawatan  Desensitisasi

E. Alat dan Bahan


Alat Bahan
Diagnostic set Fluoride gel
Saliva Ejector Cotton palette
Low speed handpiece Microbrush
Brush Cotton roll
Probe

F. Tahapan Pekerjaan
1. Menjelaskan semua prosedur dan hasil perawatan serta pengisian informed consent
2. Bersihkan daerah kerja dengan brush yang dihubungkan dengan low speed handpiece
3. Keringkan daerah kerja
4. Isolasi gigi dengan menggunakan cotton roll. Isolasi bertujuan untuk mencegah
kontaminasi fluor dengan saliva
5. Keringkan gigi dengan air way syringe
6. Oleskan larutan fluoride gel menggunakan cotton pellet/microbrush ke bagian
permukaan gigi yang mengalami hipersensitiv. Biarkan gigi tertutup larutan selama 1
menit. Ulangi prosedur sampai dengan 3 kali.
7. Setelah 3 kali pengulangan bersihkan larutan fluoride dari permukaan gigi
menggunakan cotton pellete
8. Instruksi pasca perawatan desensitasi :
- Jaga kebersihan rongga mulut, menyikat gigi dengan teknik bass
- Jangan makan/minum selama 30 menit pasca tindakan
- Berkumur tidak boleh terlalu keras
- Hindari makanan dingin atau panas
- Instruksikan kontrol kembali
9. Kontrol 2 minggu :
- Tanya keluhan pasien
- Cek RKP pasien
REFERENSI
Carranza, Jr., and Newman, G.M., 2012, Clinical Periodontology, 11th edition, W.BSaunders
Company, Philadelphia.
Petersson, Lars G. 2013. The role of fluoride in the preventive management of dentin
hypersensitivity and root caries. Clinical Oral Investigation. Mar; 17(Suppl 1): 63–71.
Http://www.ada.org/~/media/ADA/Member%20Center/FIles/patient_72.ashx diakses tanggal 7
Agustus 2018 pukul 20.25
Orchardson Robin and G. Gillam David . Managing dentin hypersensitivity. JADA, Vol. 137
http://jada.ada.org July 2006
Waltres Praticia A. Dentinal Hypersensitivity: A Review. J Contemp Dent Pract 2005 May;
(6)2:107-117

Anda mungkin juga menyukai