Anda di halaman 1dari 15

DENTAL SIDE TEACHING

PULPEKTOMI NONVITAL GIGI 74 & 75 DENGAN


DIAGNOSA NEKROSIS PULPA

Oleh :

Hilmiy Mefida Darfi

1210341009

Dosen Pembimbing :

Drg. Sri Ramayanti, Sp.KGA

DEPARTEMEN PEDODONSIA
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
A. Data Identitas Sosial Pasien

Nama : Muhammad Ilham


No. Rekam Medik : 11825
Tempat/ Tgl lahir : Padang/ 10-5-2010
Umur : 7,5 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kampung Alai Parak Kopi Padang
Golongan Darah :-
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar
Nama Penanggung Jawab : Reni Tati
Alamat Penanggung Jawab : Kampung Alai Parak Kopi Padang
No tlp/Hp Penanggung Jawab : 0813 72
Elemen Gigi : 74 dan 75

B. Data Medik Umum

Penyakit Jantung : Tidak Ada


Diabetes : Tidak Ada
Hemophilia : Tidak Ada
Penyakit Lainnya : Tidak Ada
Alergi Obat : Tidak Ada
Alergi Makanan : Tidak Ada
C. Pemeriksaan Subjektif

1. Chief Complain
Pasien mengeluhkan gigi belakang kanan bawah berlubang dan ingin ditambal.
2. Present Illness
Pasien merasakan giginya berlubang sudah sejak yang lama. Gigi tersebut pernah terasa
sakit 1 tahun yang lalu dan sekarang sudah tidak sakit lagi. Apabila sakit, pasien diberi
obat syurup penghilang rasa nyeri oleh orang tua pasien. Pasien pernah merasakan sakit
spontan pada giginya. Pasien merasakan makanan sering masuk pada gigi berlobang
tersebut yang membuat tidak nyaman.
3. Post Dental History
Pasien pernah ke Puskesmas untuk mencabut gigi sulung, pasien menyikat gigi dua kali
sehari pagi dan sore dengan gerakan vertical dan horizontal menggunankan sikat gigi
soft.
4. Post Medical History
Pasien tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, pasien tidak pernah minum obat jangka
panjang maupun berkala. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat atau
makanan.
5. Family History
Ayah dan Ibu : Tidak memilik riwayat penyakit sistemik
Nenek dari Ibu : Stroke
Saudara sedarah : Tidak memilik riwayat penyakit sistemik
6. Social History
Pasien siswa sekolah dasar kelas 1, sehari-hari pasien tinggal bersama orang tua. Pasien
rajin mengkonsumi buah dan sayur
D. Pemeriksaan Objektif
a. Jaringan Lunak dan Mukosa Rongga Mulut

 Mukosa Bibir : Tidak Ada Kelainan


 Mukosa Pipi : Linea Alba ( kanan dan kiri : 2 dan 4 )
 Dasar Mulut : Tidak Ada Kelainan
 Lidah : Tidak Ada Kelainan
 Gingiva : Tidak Ada Kelainan
 Palatum : Tidak Ada Kelainan
 Orofaring : Tidak Ada Kelainan
 TMJ : Normal, TAK
 Kelenjar Submandibularis : Normal, TAK
 Kelenjar Sublingual : Normal, TAK
 Kelenjar Submental : Normal, TAK
b. Jaringan Keras
Odontogram

18 : unerupted 28 : unerupted
17 : unerupted 27 : unerupted
16 : o-car sup 26 : sou
55 : o-car sup 65 : o-car sup
54 : rrx 64 : rrx
53 : att 63 : att
52 : rrx 22 : ue
11 : pe 61 : persistensi 21 : ue

ue ue ue ue ue ue pe pe ue ue ue ue ue ue

ue ue ue ue ue ue pe ue ue ue ue ue

41 : sou 31 : sou
82 : mob grade 32 : pe
83 : dis-car profunda 73 : MD-car profunda
84 : MO-car media 74 : MO-car profunda
85 : rrx 75 : DO-car profunda
46 : o-buccal car sup 36 : sou
47 : unerupted 37 : unerupted
48 : unerupted 38 : unerupted
Gambaran klinis gigi 74 dan 75

75

74

Elemen gigi : karies profunda pada gigi 75


Sondasi :(-)
Perkusi :(-)
Palpasi :(-)
Termal :(-)
Tidak ada terdapat pembengkakan di sekitar gigi

E. Pemeriksaan Penunjang (Radiografi)

Pada gigi 74 dan 75 tidak terdapat gambaran radiolusen pada bagian periapikal,
yang menandakan tidak ada kerusakan pada jaringan periapikal. Belum terjadi resorpsi
akar pada gigi 74 dan adanya resorbsi akar kuran dari 1/3 akar pada gigi 75.
F. Diagnosis
Berdasarkan keluhan subjektif, pasien pernah merasakan sakit spontan 1 tahun
yang lalu dan sekarang tidak pernah merasakan sakit pada gigi tersebut, dari pemeriksaan
objektif terlihat adanya perubahan gigi bewarna abu-abu kehitam-hitaman, terdapat karies
mencapai pulpa, tidak adanya respon pulpa saat tes sondasi, perkusi dan tes thermal
menggunakan chlorethyl dan berdasarkan rontgen foto terlihat adanya karies mencapai
pulpa dan tidak adanya kelainan pada periapikal gigi. Sehingga dapat ditegakan diagnosa
yaitu nekrosis pulpa

G. Rencana Perawatan
1. Pulpektomi Non vital
2. Restorasi pasca endodonti : SSC

H. Prognosis
Good prognosis, tidak terdapat fraktur horizontal maupun vertikal pada akar gigi
dan dari rontgen benih gigi permanen masih jauh untuk erupsi. Pasien kooperatif untuk
datang berulang dan oral hygine pasien cukup baik
I. Studi Literatur
Nekrosis pulpa adalah keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mati sebagai
sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel
pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa.
Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar
pulpa yang masih hidup. Ada dua alternatif pilihan perawatan pada gigi desidui dengan
nekrosis pulpa, yaitu ekstraksi atau pulpektomi. Perawatan pulpektomi adalah suatu
teknik perawatan saluran akar dengan mengambil seluruh jaringan pulpa dalam saluran
akar yang terinfeksi. Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan
pasien dewasa, yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan
jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat
diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi
symptom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang lain.
Indikasi pulpektomi gigi desidui adalah :
1. Saluran akar mengalami inflamasi kronis, rasa sakit spontan
2. Gigi masih dapat direstorasi
3. Tidak ada internal resorbsi
4. Mobilitas atau kerusakan intraradikuler minimal
5. Ada abses atau fistula
6. Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal
Kontra indikasi pulpektomi gigi desidui adalah :
1. Kerusakan jaringan periapikal dan mobilitas gigi yang banyak
2. Resorbsi akar yang banyak
3. Adanya internal resorbsi
4. Kesehatan pasien yang jelek
5. Dipredeksi timbulnya gangguan perkembangan gigi permanen karena proses infeksi
gigi desidui yang berjalan lama
6. Behavior pasien tidak dapat dikuasai
Bahan yang digunakan sebagai bahan irigasi adalah larutan chlorhexidin gluconat
2%. Klorheksidin dengan dasar natrosol telah membuktikan kemampuan mekanik yang
sangat baik sebagai bahan irigasi saluran akar untuk menghilangkan lapisan smear dan
merupakan bahan irigasi saluran akar berspektrum luas dan rendah toksik serta dapat
digunakan sebagai medikamen intrakanal serta dapat menghambat aktivitas antimikroba
setelah berkontak cukup lama pada permukaan dentin dalam saluran akar. Klorheksidin
glukonat bertindak mengadsorpsi dinding sel bakteri sehingga menyebabkan kebocoran
komponen intraseluler. Klorheksidin dengan konsentrasi rendah memiliki efek
bakteriostatik sehingga menyebabkan pelarutan bahan mikroorganisme dengan berat
molekul rendah. Klorheksidin dengan konsentrasi tinggi memiliki efek bakterisid yang
mengakibatkan presipitasi sitoplasma dan/atau koagulasi, mungkin disebabkan oleh
protein cross-linking.
Keberhasilan perawatan endodontik tergantung dari reduksi atau eliminasi bakteri
pada saluran akar dan dapat ditingkatkan dengan penggunaan bahan pengisi saluran akar
yang bersifat antimikroba. ZOE (zinc oxide eugenol) adalah bahan pengisi yang sudah
banyak digunakan. Zinc Oxide Eugenol merupakan bahan yang paling umum digunakan
dalam pengisian saluran akar pada geligi desidui. Keuntungan dan kerugian pemakaian
bahan ini adalah sebagai berikut:
a. Keuntungan:
1. Secara umum tidak berbahaya.
2. Bersifat antiseptik.
3. Memiliki sifat analgesic ringan.
4. Memiliki perlekatan yang baik dengan dinding saluran akar.
5. Bersifat radiopaque.
6. Tidak menyebabkan diskolorasi pada gigi yang dirawat.
b. Kerugian:
1. Adanya resiko dapat melukai benih gigi permanen pengganti yang sedang berada
dalam proses erupsi akibat kekerasan bahan pengisi ini.
2. Hanya memiliki spektrum anti bakteri yang kecil.
3. Aplikasi bahan sulit sehingga sering terjadi kekurangan pengisian.
4. Adanya perbedaan kecepatan resorpsi bahan pengisi dengan akar geligi desidui yang
dirawat, dimana akar geligi desidui resorpsinya lebih cepat daripada pasta Zinc Oxide
Eugenol ini, sehingga partikel pasta akan tertinggal dalam tulang alveolar saat akar
sudah teresorpsi. hal tersebut dapat mengganggu erupsi geligi permanen pengganti.
5. Bila terjadi kelebihan pengisian saluran akar, menimbulkan reaksi tubuh yang tidak
diinginkan seperti misalnya terjadi keradangan. Selain itu kandungan bahan eugenol
juga dapat merusak sel.
6. Zinc Oxide eugenol dapat mengiritasi jaringan periapikal dan dapat mengakibatkan
nekrosis pada tulang dan sementum.
7. Dapat menimbulkan sitotoksik bila terjadi kontak dengan jaringan yang masih vital

Bahan sterilisasi saluran akar adalah obat atau medikamen intrasaluran akar
sebagai tindakan pelengkap pada tindakan desinfeksi saluran akar. Desinfeksi saluran
akar merupakan tindakan untuk menghilangkan mikroorganisme patogenik yang harus
didahului oleh pembersihan pada jaringan pulpa dan debris yang memadai, dilanjutkan
pembersihan dan pelebaran saluran dengan cara biokimiawi, dan pembersihan isinya
dengan irigasi. Bahan medikamen yang digunakan dalam perawatan ini adalah ChKM
(Chlorofenol Kamfer Menthol). Bahan ini memiliki kemampuan desinfeksi dan sifat
mengiritasi yang kecil dan mempunyai spektrum antibakteri yang luas sehingga dapat
digunakan dalam semua perawatan saluran akar gigi yang mempunyai kelainan apikal.
Sifat lainnya adalah :

1. Tidak mengiritasi pulpa


2. Tidak merubah warna gigi
3. Mempunyai daya anestesi pada pulpa yang meradang
4. Dapat menembus jaringan vital atau non-vital sehingga dapat mencapai kuman-
kuman yang terletak jauh dalam dentin
Indikasi bahan medikamen ChKM
1. Disinfektan pada dentin setelah preparasi kavitas
2. Disinfektan setelah pulpectomy dan pupl dressing
3. Perawatan untuk radang / luka
4. Disinfektan root canal

Kelebihan ChKM
1. Sifat mengiritasi jaringannya lebih kecil daripada formokresol
2. Mempunyai spektrum antibakteri yang luas dan efektif terhadap jamur
3. Mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam saluran akar.
4. Disinfektan yang kuat untuk infeksi root canal
5. Efektif untuk infeksi periapikal
6. Komposisi oilnya membantu untuk tetap aktif dalam jangka waktu lama
7. Dalam bentuk gas, ia mampu menembus tubuli dentinalis dan kanal meduler, mencapai
periapex, kemudian mensterilkan jaringan dan permukaan yang terkontaminasi.

Kekurangan ChKM
Memiliki efek sitotoksisitas jika digunakan untuk jangka panjang

Komposisi Bahan :

1. para-klorophenol
Mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam saluran akar dan untuk
memperbesar khasiat phenol.
2. Kamfer
Di saluran akar dipisahkan dalam bentuk kristal halus yang menempel pada dinding
saluran akar dan memperlama efek desinfektan karna tidak larut dalam air. Kamfer
digunakan sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi daripada
klorophenol murni. Selain itu juga memperpanjang efek antimikrobial.
3. Menthol
Bersifat vasokontriksi sehingga memperkecil hiperemia yang disebabkan oleh kamfer.
Menthol dapat mengurangi sifat iritasi chlorfenol dan mengurangi rasa sakit
J. Penatalaksanaan

Alat Bahan

Diagnostic set Paper Point

Bur Set Cotton Roll

Endometer Cotton Pelet

Jarum Miller Spuit

Jarum Ekstirpasi Chorhexidine glukonat 2%

File Kapas, alkohol

Plastis instrument ChKM

Spuit irigasi ZOE ( Zink Oxide Eugenol)/


Lentulo, spreader Fletcher + eugenol
Semen spatel Caviton

Glass lab GIC Linning

Foto rontgen digunakan untuk melihat kondisi gigi dan menghitung panjang kerja.

Panjang gigi sebenarnya : panjang gigi pada RO foto( ) X panjang mahkota klinis ( )

Panjang mahkota pada RO foto ( )

Panjang gigi 74 : Mesial : 10,4 mm Panjang gigi 75 : Mesial : 14,3 mm


Distal : 8,25 mm Distal : 10 mm

Panjang kerja gigi 74 :Mesial : 7 mm Panjang kerja gigi 7 :Mesial : 10 mm


Distal : 6 mm Distal : 7 mm

Panjang kerja = 2/3 panjang gigi sebenarnya untuk mencegah terjadinya perforasi
foramen apical dan merusak benih gigi permanen.
KunjunganKe I

1. Isolasi daerah kerja


2. Preparasi kamar pulpa
a. Outline form, akses preparasi dari oklusal dengan menggunakan bur bulat
b. Buang semua jaringan karies dan email yang tidak didukung dentin
c. Buka kamar pulpa danbuang atap kamar pulpadengan bur bulat
d. Haluskan dinding kavitas dengan bur silindris
e. Buang isi kamar pulpa dengan ekscavator
f. Cari orifis dengan jarum miller (smooth broach)
g. Semua tahapan preparasi kamar pulpa akan mempengaruhi preparasi pada saluran
akar. Irigasi sesering mungkin dengan chlorheksidine.
h. Preparasi kamar pulpa selesai.
3. Preparasi saluran akar
a. Pasang stopper sesuai panjang kerja
b. Pakai alat yang terkecil terlebih dahulu (jarum miller) untuk mengetahui arah dan
keadaan saluran akar
c. Gunakan jarum ekstirpasi untuk mengeluarkan isi pulpa dari kamar pulpa dan saluran
akar dengan diputar 360 derajat kemudian ditarik keluar.
d. Irigasi sesering mungkin setiap pergantian alat dengan clorheksidin. Jangan
menyemprotkan udara kedalam kavitas karena akan mendorong debris ke apeks
e. Preparasi aluran akar dengan file. Mulai dari ukuran 6 dan diakhiri no 20. Pada gigi
sulung, preparasi dilakukan hanya untuk mengangkat jaringan pulpa dan
menghaluskan dinding saluran akar, bukan memperluas saluran akar.
f. Irigasi dengan clorheksidin, keringkandengan cotton pellet dan paper point
4. Sterilisasi saluran akar
a. Keringkan saluran akar dengan paper point
b. Basahi cotton pellet yang ukurannya kira-kira 1/3 kamar pulpa dengan ChKM,
keringkan dengan cotton roll, karena yang diperlukan hanya uapChKM
c. Letakan cotton pellet pada kamar pulpa, tutup dengan kapas kering
d. Tutup dengan tambalan sementara
e. Cek oklusi dengan articulating paper
Kunjungan Ke II
1. Bongkar tambalan sementara
2. Keluarkan kapas kering dan cotton pellet
3. Periksa apakah dari kavitas sudah tercium bau obat, hal tersebut menandakan bahwa
saluran akar sudah bersih dan steril dan dapat dilakukan obturasi. Jika belum periksa
kembali saluran akar dan lakukan sterilisasi dengan ChKM
4. Jika sudah, irigasi saluran akar dengan chorheksidin
5. Keringkan dengan paper point
6. Lakukan obturasi dengan zink oxide eugenol, lakukan obturasi hingga orifis sampai
pada 1/3 kamar pulpa
7. Aduk GIC linning dan aplikasikan diatas bahan obturasi
8. Tutup dengan cotton pellet kering dan steril
9. Tutup dengan tambalan sementara
10. Cek oklusi dengan articulating paper
11. Lakukan poto rontgen untuk melihat hasil obturasi

KunjunganKe III
1. Cek hasil obturasi sudah hermetic melalui rontgen foto
2. Tanyakan apakah ada keluhan dari pasien, lakukan tes perkusi, palpasi
3. Jika tidak ada keluhan, bongkar tambalan sementara
4. Lakukan restorasi akhir dengan SSC

Kunjungan Ke IV
1. Kunjungan keempat dilakukan 1 minggu setelah obturasi.
2. Cek kembali perkusi.
3. Lakukan rontgen foto kembali sebagai rontgen control.
REFERENSI

1. Endodontic treatment for children. British dental journal 2005; 198(1): 9-15.
2. Amalia, Zulfi. 2016. Perawatan Saluran Akar pada gigi anak Jurnal PDGI 65 (2)
Hal.60-67
3. Rahaswanti, Ayu. 2016. Evaluasi Keberhasilan Pengisian Saluran Akar Dengan Sediaan
Zink Oxide Eugenol Dan Campuran Calcium Hydroxide Dengan Pasta Iodoform.
Original Article. 8(1): 1-7
4. Damanti, Asri. 2017. Perawatan Pulpektomi Non Vital Pada Gigi Desidui Anterior
Maksila. Laporan Kasus. Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi. Fakultas Kedokteran
Muhamadiya Surakarta. Vol 1(1)
5. Ferraz C, dkk. 2007. Perbandingan Efektivitas Antimikroba Khlorheksidin (Gel),
Khlorheksidin ( Larutan ) Dan Sodium Hipoklorit Sebagai Bahan Irigasi Endodontic.
Jurnal Endodontic. 18(4): 294-298

Anda mungkin juga menyukai