Anda di halaman 1dari 6

eISSN 2338-199X e-GiGi.

2021;9(2):133-138
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/eg.9.2.2021.33885
KemenRistekdikti RI No. 30/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi

Penatalaksanaan Hipersensitivitas Dentin

Novia D. P. Rasni, Johanna A. Khoman

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas KedokteranUniversitas Sam Ratulangi,


Manado, Indonesia
Email: vivirasni27@gmail.com

Abstract: Dentin hypersensitivity is one of the most common dental problems. It can be found
in both sexes, especially in the elderly. The discomfort or pain experienced in cases of dentin
hypersensitivity occurs due to the unprotected surface by enamel in the crown or by cementum
in the tooth root area. The characteristic of dentin hypersensitivity is that the pain suffered is
acute, sharp but short in the unprotected dentin. This review was aimed to discuss about the
etiology, stimulatory transmission mechanisms, and management of dentine hypersensitivity.
Keywords: dentin hypersensitivity; pain

Abstrak: Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering
dijumpai, dapat ditemui pada laki-laki maupun perempuan utamanya pada orang yang sudah
lanjut usia. Ketidaknyamanan atau rasa ngilu yang dialami pada kasus hipersensitif dentin
terjadi karena adanya permukaan yang tidak terlindungi oleh email di mahkota atau sementum
di daerah akar gigi. Ciri khas hipersensitivitas dentin yaitu rasa sakit yang diderita bersifat
akut, tajam tapi singkat pada dentin yang tidak terlindungi. Penulisan ini bertujuan untuk
membahas mengenai etiologi, mekanisme penjalaran rangsang dan tata kelola kasus
hipersensitivitas dentin.
Kata kunci: hipersensitivitas dentin; rasa ngilu

Pendahuluan si hipersensitivitas dentin masih jarang dan


Hipersensitivitas dentin merupakan kontradiktif dengan rentang persentase
masalah yang dapat ditemukan sehari-hari yang lebar. Prevalensi hipersentivitas den-
baik pada laki-laki maupun perempuan tin yang dilaporkan sebesar 3,8-74,0%,
terutama yang beranjak lanjut usia. Keluh- tergantung dari populasi serta bentuk dan
an ngilu, nyeri, atau sakit dirasakan tidak desain studi.3 Cunha-Cruz et al3 melakukan
hanya karena gigi berkontak dengan mi- suatu penelitian survei dengan desain
numan atau makanan yang dingin maupun potong lintang pada dokter gigi praktek
panas, menyikat gigi, makan makanan yang sejak September 2010 sampai dengan Mei
manis tetapi juga oleh penyebab yang tera- 2011 dalam the Northwest Practice-based
sa tidak mungkin misalnya udara/angin Research Collaborative in Evidence-based
pada saat membuka mulut. Kadang-kadang DENTistry (PRECEDENT) untuk menda-
sulit untuk menggambarkan rasa ngilu atau patkan prevalensi hipersensitivitas dentin.
nyeri yang dialami, tetapi umumnya dila- Penelitian tersebut dilakukan terhadap 787
porkan sebagai rasa ngilu/nyeri tajam de- pasien dewasa dari 37 dokter gigi praktek
ngan durasi singkat yang terjadi sebagai yang tergabung dalam PRECEDENT. Hasil
respons terhadap stimuli, tersering ialah penelitian tersebut mendapatkan prevalensi
stimuli termal, evaporatif, taktil, osmotik, hipersensitivitas dentin sebesar 12,3%,
atau kimiawi.1-3 yang lebih sering pada usia 18-44 tahun,
Laporan penelitian mengenai prevalen- jenis kelamin perempuan, adanya resesi

133
134 e-GiGi, Volume 9 Nomor 2, Juli-Desember 2021, hlm. 133-138

gingival, dan riwayat penggunaan pemutih lama. Aktivitas tersebut menyebabkan de-
gigi sendiri. Splieth et al4 juga melakukan mineralisasi lokal dan mengakibatkan ada-
suatu systematic review dan melaporkan nya struktur gigi yang hilang. Deminera-
prevalensi hipersensitivitas dentin dengan lisasi fase inorganik dan denaturasi serta
rentang yang lebar yaitu sebesar 3-98%. degradasi fase organik menyebabkan ter-
Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan bentuknya kavitas di dentin.6 Pulpa yang
kriteria sampel penelitian dan pendekatan mengalami iritasi menimbulkan rasa tidak
diagnostik atau waktu penelitian. Jenis nyaman/ngilu tetapi cepat pulih setelah
kelamin perempuan sedikit lebih sering iritannya dihilangkan dan didiagnosis
terkena dengan rentang usia 30-40 tahun. sebagai pulpitis reversibel. Penyebabnya
Penelitian systematic review dan meta antara lain karies, dentin yang terbuka,
analisis oleh Zeola et al5 mengenai preva- serta perawatan dental dan restorasi yang
lensi hipersensitivitas dentin pada berbagai cacat.7
populasi dilakukan dengan menggunakan Abrasi adalah keausan di permukaan
beberapa database elektronik. Hasil peneli- gigi, yang umumnya di bagian servikal
tiannya mendapatkan prevalensi hipersensi- permukaan bukal/fasial disebabkan adanya
tivitas dentin yang paling rendah ialah gesekan benda-benda asing, misalnya sikat
1,3% dan yang paling tinggi ialah 92,1%. gigi yang kasar, pasta gigi yang abrasif,
Hipersensitivitas dentin masih merupa- dan lain-lain.6,8 Abfraksi secara klinis
kan masalah klinis yang persisten dan mirip abrasi, merupakan kerusakan di
tantangan tersendiri bagi para klinisi yang bagian servikal gigi yang disebabkan oleh
sangat memengaruhi kualitas hidup pasien. kekuatan oklusi eksentrik yang menyebab-
Selain itu data epidemiologi mengenai kan terjadi cekungan yang tajam, biasanya
hipersensitivitas dentin masih kurang dan karena pasien mengalami bruksisma atau
kontradiktif.4,5 Berdasarkan latar belakang maloklusi.6,9 Atrisi adalah keausan di per-
yang telah diuraikan maka penulis tertarik mukaan insisal atau oklusal gigi karena
untuk membahas mengenai masalah hiper- faktor mekanis sebagai akibat terjadi
sensitivitas dentin agar mendapatkan pema- pergerakan fungsional atau parafungsional
haman yang baik mengenai patogenesis dan dari mandibula.6,8 Erosi adalah hilangnya
hal-hal terkait yang dapat membantu dalam struktur permukaan gigi karena faktor ki-
menentukan tindak lanjut pada penanganan mia, misalnya konsumsi makanan/ minum-
pasien dengan hi[ersensitibitas dentin. an asam yang menyebabkan penurunan pH
saliva dalam rongga mulut sehingga terjadi
Etiologi demineralisasi email yang menyebabkan
Penyebab nyeri/ngilu gigi dapat dikla- terpaparnya dentin.6,10 Erosi dapat pula
sifikasikan sebagai nyeri/ngilu dengan dikatakan sebagai demineralisasi sebagian
kavitas karena adanya kavitas atau karies, email atau dentin akibat asam yang berasal
misalnya karena abrasi, atrisi, erosi atau dari ekstrinsik maupun intrinsik, dan secara
abfraksi; dan nyeri/ngilu tanpa kavitas, klinis dapat berkombinasi dengan abrasi
umumnya karena terjadi resesi gingiva atau abfraksi.10
yang menyebabkan permukaan akar ter- Abrasi, abfraksi, atrisi maupun erosi
buka, dan ngilu setelah perawatan bleach- tidak melibatkan bakteri namun pada kasus
ing, scaling dan root planing, restorasi yang cukup parah maka respon pulpa
yang cacat, sindroma gigi retak, pengguna- memberi reaksi serupa pulpitis reversibel.
an bur tanpa air pendingin. dan lain-lain.6,7 Hipersensitivitas dentin dikatakan sebagai
Karies gigi merupakan penyakit infek- nyeri/ngilu pada gigi yang menyebabkan
si mulut multifaktorial yang dapat ditrans- respon pulpa vital berlebihan terhadap
misi karena adanya interaksi antara flora berbagai stimulasi. Hal ini terjadi karena
mulut/bakteri kariogenik (biofilm) dengan dentin terbuka terhadap lingkungan mulut
diet karbohidrat yang terfermentasi di yang menyebabkan rasa tidak nyaman.11
permukaan gigi dalam jangka waktu yang Pada kasus demikian tidak terdapat kavitas
Rasni, Khoman: Penatalaksanaan hipersensitivitas dentin 135

sebagaimana halnya lesi dengan kavitas mengeluarkan plak dan tartar yang terle-
karies atau non karies. tak di bawah gingiva. Akibatnya dapat
Hipersensitivitas dentin terutama dite- menyebabkan rasa ngilu setelah perawat-
mukan pada kasus resesi gingiva yang an karena hilangnya sementum yang
menyebabkan terpaparnya permukaan akar melindungi akar gigi.12
terhadap berbagai rangsangan panas,
dingin, asam, manis, maupun udara.11 Per- Mekanisme Penjalaran Rasa Nyeri
mukaan akar aspek fasial dari gigi Berbagai teori dikembangkan untuk
kaninus, premolar dan molar merupakan memahami bagaimana perjalanan rang-
area yang paling sering kehilangan perle- sangan dikirim ke otak sehingga diterima
katan periodontal dan dapat meningkat sebagai rasa ngilu atau nyeri, misalnya
setelah menjalani perawatan scaling serta teori transdusi, teori modulasi, teori
root planing. Hipersensitivitas dentin ter- vibrasi, kontrol “pintu gerbang,” serta teori
jadi akibat berkurangnya perlindungan hidrodinamik.13
sementum, smear layer dan pergerakan Transmisi rangsang dari dentin yang
hidrodinamik cairan dalam tubulus denti- terbuka ke ujung akhir saraf yang berlokasi
nalis. Gejala inflamasi pulpa dalam hal ini di dalam pulpa gigi melalui prosesus odon-
tidak spesifik tetapi pada kasus dentin toblas merupakan dasar teori mekanisme
sudah terbuka maka keluhannya dapat hidrodinamik. Dikatakan bahwa ketika
dianggap sebagai inflamasi reversibel yang terjadi kehilangan email atau sementum
terlokalisasi. Terdapat dua hal yang perlu maka tubulus dentinalis terbuka ke rongga
mendapat perhatian untuk mendiagnosis mulut. Adanya rangsang tertentu menye-
hipersensitivitas dentin, yaitu adanya den- babkan pergerakan cairan di dalam tubulus,
tin yang terpapar dan tubulus dentinalis secara tidak langsung akan merangsang
yang terbuka. Perlu diketahui bahwa tidak ujung akhir saraf di dalam pulpa yang akan
selalu dentin yang terpapar akan meng- diteruskan ke otak dan dipersepsi sebagai
alami hipersensitivitas.2 rasa ngilu, nyeri, atau sakit.13
Resesi gingiva adalah kondisi permu-
kaan akar terbuka karena hilang atau Tatalaksana Hipersensitivitas Dentin
tertariknya atau retraksi gingiva ke arah Berdasarkan teori hidrodinamik, maka
akar yang mengakibatkan permukaan akar dasar pemikiran dari perawatan dentin
tidak terlindung. Resesi gingiva umumnya hipersensitivitas ialah menghalangi menja-
terjadi di usia 40 tahun ke atas, tetapi bisa larnya rangsang dengan cara menutup
juga ditemukan pada usia yang lebih tubulus dentinalis yang terbuka. Hiper-
muda.12 sensitivitas dentin karena adanya kavitas,
Bleaching adalah tindakan untuk me- baik yang disebabkan karies atau non
mutihkan gigi yang mengalami perubahan karies memerlukan restorasi yang sesuai
warna, dapat disebabkan secara ekstrinsik yaitu melapisi dengan semen ionomer
maupun intrinsik dari gigi. Terdapat dua kaca, bahan adesif, atau komposit. Pada
cara untuk perawatan bleaching, yaitu kasus tanpa kavitas, berbagai bahan dan
bleaching vital yang dilakukan pada gigi teknik dikembangkan untuk mengatasi
dengan pulpa vital dan bleaching non-vital keluhan hipersensitivitas dentin, misalnya
yang dilakukan pada gigi yang telah pasta gigi khusus, iradiasi laser dengan
dirawat endodontik. Perawatan bleaching karbon dioksida, dentin adesif, agen
vital pada gigi berpotensi meng-iritasi antibakteri, aldehida, suspensi resin, mem-
pulpa sehingga menyebabkan hipersensi- bilas dengan fluorid, varnish fluoride,
tivitas dentin, namun pulpa tetap vital.2 kalsium fosfat, potasium nitrat, dan oksa-
Scaling dan root planing merupakan lat. Agen desensitisasi dibedakan atas
tindakan untuk menghilangkan kalkulus klasifikasi cara pemberian, yaitu at home
baik supra dan sub gingival Perawatan ini atau in-office, dan klasifikasi berdasar
merupakan tindakan non-bedah untuk mekanisme aksi.14,15
136 e-GiGi, Volume 9 Nomor 2, Juli-Desember 2021, hlm. 133-138

Klasifikasi berdasarkan mekanisme miller kelas 3 dan 4; gigi dengan adanya


aksi dibedakan atas mekanisme kerjanya, karies, abrasi, abfraksi, atau atrisi; dan gigi
yaitu mengganggu respon neural terhadap dengan adanya kerusakan tulang.12
stimulus sakit (desensitisasi saraf dengan
menggunakan potasium nitrat) dan mem- Resesi Gingiva
blok aliran cairan tubuler sehingga menu- Salah satu penyebab utama terjadinya
tup tubulus dentinalis. Sebagai contoh ialah hipersensitivitas dentin ialah resesi gingiva,
presipitasi protein dengan glutaraldehida, yaitu terbukanya permukaan akar gigi aki-
silver nitrate, zinc chloride, dan strontium bat migrasi gingival margin dan junctional-
chloride hexahydrate; menghambat tubulus epithelium ke apikal. Secara klinis ditandai
dentinalis dengan sodium fluoride, stannous dengan gingival margin berada apikal dari
fluoride, strontium chloride, potassium cemento-enamel junction (CEJ). Kondisi ini
oxalate, calcium phosphate, calcium carbo- dapat terjadi pada satu maupun sekelompok
nate, dan bioactive glasses (SiO2–P2O5– gigi, baik pada rahang atas maupun rahang
CaO– Na2O); serta pelapis (sealer) dentin bawah.16
adesif dengan fluoride varnishes, oxalic Resesi gingiva juga dapat menyebab-
acid and resin, glass ionomer cement, kan hipersensitivitas dentin akibat ter-
komposit, dan dentin bonding agent; laser bukanya permukaan akar yang semula
dengan neodymium: yttrium aluminum tertutup oleh gingiva. Permukaan akar
garnet (Nd-YAG) laser, GaAlAs (galium- yang terbuka juga memudahkan terjadinya
aluminium-arsenide laser), dan Erbium- erosi maupun abrasi pada sementum mau-
YAG laser; medikasi homeopathic dengan pun dentin akibat lingkungan rongga mulut
propolis.14,15 Terdapat berbagai teknik apli- maupun akibat aktivitas menyikat gigi.
kasi agen desensitisasi dentin dalam ber- Kondisi ini cenderung menimbulkan rasa
macam-macam bentuk, misalnya krim topi- nyeri/ngilu jika terkena rangsangan ter-
kal, varnish, pasta gigi, bubuk polis, single utama akibat perubahan suhu. Selain itu,
dose applicator, campuran bubuk/cairan, permukaan akar yang terbuka menyebab-
dan modifikasi resin. kan gigi rentan terhadap karies servikal.16
Strategi perawatan dentin hipersensi-
tivitas ialah diagnosis dan rencana pera- Faktor Etiologi Resesi Gingiva
watan yang tepat serta dental health Etiologi resesi gingiva dapat disebab-
education (DHE) mengenai faktor etiologi. kan oleh beberapa faktor, antara lain:
Pada kasus sensitivitas ringan sampai anatomi, fisiologik, maupun patologik.
sedang, diberikan DHE mengenai metode Faktor anatomi yang dapat menyebabkan
penyikatan gigi yang benar dan pemilihan resesi gingiva ialah fenestration dan
pasta gigi yang sesuai dan dapat dilakukan dehiscence yang terjadi pada tulang
di rumah (therapy at home). Bila masih alveolar, posisi gigi di luar lengkung yang
tetap merasa ngilu dapat dilanjutkan dengan normal, serta morfologi akar yang promi-
perawatan di ruang dokter (inoffice therapy) nen. Semua kondisi tersebut menyebabkan
menggunakan sistem iontophoresis dengan tulang alveolar maupun gingiva yang
alat khusus, yaitu desensitron. Apabila ke- melapisinya menjadi lebih tipis, sehingga
dua cara tersebut belum efektif, maka memudahkan terjadinya resesi gingiva.
dipertimbangkan perawatan endodontik Selain itu, perlekatan frenum dan frenulum
sebagai langkah terakhir.14,15 yang terlalu koronal, perlekatam gingiva
Sebagai indikasi penatalaksanaan yang sempit, serta faktor keturunan, misal-
hipersensitivitas dentin ialah gigi dengan nya epitel gingiva yang tipis dan mudah
resesi gingiva 1 dan 2 miller; gigi tanpa rusak, cenderung mengakibatkan resesi
abrasi, abfraksi, atau atrisi; gigi tanpa gingiva.12,16
karies; dan gigi tanpa kerusakan tulang. Resesi gingiva secara fisiologik dapat
Kontraindikasi penatalaksanaan hipersensi- terjadi akibat pergerakan gigi secara
tivitas dentin ialah gigi dengan resesi ortodontik, baik ke arah lingual maupun
Rasni, Khoman: Penatalaksanaan hipersensitivitas dentin 137

labial, yang cenderung mengakibatkan terdapat kehilangan tulang atau jaringan


terjadinya dehiscence. Bertambahnya usia lunak di daerah interdental. Resesi gingiva
juga menjadi salah satu penyebab timbul- kelas II merupakan resesi jaringan marginal
nya resesi gingiva secara fisiologik.16 meluas ke atau melampaui mucogingival
Resesi gingiva secara patologik junction, namun tidak terdapat kehilangan
antara lain dapat terjadi karena pera- tulang atau jaringan lunak di daerah
dangan gingiva akibat oral hygiene buruk interdental. Resesi gingiva kelas III meru-
sehingga terjadi akumulasi plak dan pakan resesi jaringan marginal yang meluas
kalkulus, trauma oklusi, trauma sikat gigi, ke atau melampaui mucogingival junction
merokok, mengonsumsi alkohol, tepi disertai kehilangan tulang atau jaringan
restorasi yang tidak baik, faktor hormonal, lunak di daerah interdental dengan atau
serta akibat prosedur operasi peri- tanpa malposisi gigi. Resesi gingiva kelas
odontal.12,16 IV merupakan resesi jaringan marginal
Faktor etiologi resesi gingiva yang yang meluas ke atau melampaui muco-
berhubungan dengan penyakit periodontal gingival junction, disertai hilangnya tulang
cenderung bersifat ireversibel. Sebalik- atau jaringan lunak di daerah interdental
nya, resesi gingiva yang diakibatkan oleh dengan atau tanpa malposisi gigi yang
trauma oklusi maupun trauma akibat sangat parah.12
kesalahan menyikat gigi bersifat rever-
sibel, artinya gingival margin dapat Simpulan
dikembalikan ke posisi normalnya dengan Hipersensitivitas dentin merupakan
prosedur rekonstruksi periodontal disertai keluhan ngilu/nyeri tanpa kavitas, melain-
eliminasi penyebabnya.16 kan karena terbukanya tubulus dentinalis.
Hipersensitivitas dentin umumnya
Klasifikasi Resesi Gingiva disebabkan akibat adanya resesi gingiva di
Menurut Miller, resesi gingiva dibagi daerah akar gigi, permukaan akar yang
atas empat kelas (Gambar 1). terbuka sebagai dampak perawatan scaling
dan root planing atau setelah perawatan
bleaching. Tindakan yang dilakukan untuk
Kelas Resesi gingiva mengatasi keluhan pada kasus ringan dapat
I dilakukan sendiri di rumah menggunakan
pasta gigi khusus untuk gigi sensitif
sedangkan untuk kasus berat dilaksanakan
oleh dokter gigi di klinik gigi.
II
Konflik Kepentingan
Penulis menyatakan tidak terdapat
III konflik kepentingan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
IV 1. Barlow APS, Mason SC. Overview of the
clinical evidence for the use of
novamin in providing relief from the
Gingiva pain of dentin hypersensitive. J Clin
Jaringan mukosa Dent 2011;22 (Spec Iss):90-5.
2. Fouad AF, Levin L. Pulpal reaction to caries
Gambar 1. Resesi gingiva menurut Miller. and dental procedures. In: Hargreaves
Sumber: Chrysanthakopoulos NA, 2010.12 KM, Cohen S, editors. Cohen’s Path-
ways of the Pulp (10th ed). Missouri:
Pada resesi gingiva kelas I, resesi Mosby Elsevier, 2011; p. 504-10.
meliputi jaringan marginal yang tidak 3. Cunha-Cruz J, Wataha JC, Heaton LJ, Rothen
meluas ke mucogingival junction dan tidak M, Sobieraj M, Scott J, et al. The
138 e-GiGi, Volume 9 Nomor 2, Juli-Desember 2021, hlm. 133-138

prevalence of dentin hypersensitivity in 10. Huysmans MC, Chew HP, Ellwood RP.
general dental practices in the north- Clinical studies of dental erosion and
west United States. J Am Dent Assoc. erosive wear. Caries Res. 2011;45
2013;144(3):288-96. (Suppl1):60-8. Doi: 10.1159/00032
4. Splieth CH, Tachou A. Epidemiology of dentin 5947.
hypersensitivity. Clin Oral Investig. 11. Camilotti V, Zilly J, Monte Ribeiro Busato P,
2013;17(Suppl1):3-8. Doi: 10.1007/s00 Nassar CA, Nassar PO. Desensitizing
784-012-0889-8 treatment for dentin hypersensitiveity:
5. Zeola LF, Soares PV, Cunha-Cruz J. Prevalence a randomized, split-mouth clinical trial.
of dentin hypersensitivity: Systematic Braz Oral Res 2012;26(3):263-8.
review and meta-analysis. J Dentistry. 12. Chrysanthakopoulos NA. Occurrence, exten-
2019;81(Feb):106. sion and severity of the gingival
6. Ritter AV, Eidson RS, Donovan TE. Dental recession in a Greek adult population
caries: etiology, clinical character- sample. J Periodontol Implant Dent.
ristics, risk assessment and manage- 2010;2(1):37-42.
ment. In: Heymann HO, Swift Jr EI, 13. Perdigão J, Swift EJ, Walter R. Fundamental
Ritter AV, editors. Sturdevant’s Art concept of enamel and dentin
and Science of Operative Dentistry adhesion. In: Heymann HO, Swift Jr
(6th ed). St Louis: Elsevier, 2013; p. EI, Ritter AV, editors. Sturdevant’s
41. art and science of operative dentistry
7. Berman LH, Hartwell GR. Diagnosis. In: (6th ed). St Louis: Elsevier, 2013;
Hargreaves KM, Cohen S, editors. p.133-4
Cohen’s Pathways of the Pulp (10th 14. Miglani S, Aggarwal V, Ahuja B. Dentin
ed). Missouri: Mosby Elsevier, 2011; hypersensitivity: recent trends in
p. 30. management. J Conserv Dent. 2010;
8. Eidson RS, Shugars DA. Patient assessment, 13(4): 218-24.
examination and diagnosis, and treat- 15. Layer TM. Development of a fluoridated,
ment planning. In: Heymann HO, daily-use toothpaste containing nova-
Swift Jr EI, Ritter AV, editors. min technology for the treatment of
Sturdevant’s Art and Science of Ope- dentin hypersensitivity. J Clin Dent.
rative Dentistry (6th ed). St Louis: 2011;22 (Spec Iss):59-61.
Elsevier, 2013; p. 99-100. 16. Krismariono A. Prinsip dan dasar perawatan
9. Sarode GS, Sarode SC. Abfraction: a review. resesi gingiva. Jurnal Dentika Dental.
J Oral Maxillofac Pathol. 2013; 2014;18(1):96-100.
17(2):222-7.

Anda mungkin juga menyukai