Anda di halaman 1dari 6

Penggunaan Gel APF 1.

23% Sebagai Bahan Desensitasi Paska Perawatan


Periodontal : Laporan Kasus
Application Of APF Gel 1.23% As Desensitizing Agent After Periodontal
Treatment : Case Report
Dita Eka Nugraheni1 dan Afina Hasnasari Heningtyas2
1
Student, School of Dentistry, Faculty of Medical Health Sciences,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Lecturer, School of Dentistry, Faculty of Medical Health Sciences,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Korespondensi : dita.eka.fkik19@mail.umy.ac.id

ABSTRAK
Dentin hipersensitivitas adalah respon nyeri berlebih yang ditandai dengan adanya
rasa sakit singkat, tajam dengan durasi yang sering yang disebabkan adanya stimulus thermal,
kemikal dan mekanikal. Etiologi hipersensitivitas dentin merupakan multifactorial dengan
dipicu beberapa factor berupa scaling, gingivitis dan lesi non karies berupa abrasi, erosi,
abfraksi, dan atrisi. Penegakan diagnosis dimulai dari medical history dan pemeriksaan
rongga mulut. Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan gel APF
pada kasus hipersensitivitas dentin paska scaling dan mengalami atrisi. Seorang pasien
perempuan berusia 23 tahun datang ke RSGM UMY dengan keluhan bawah terasa ngilu
dengan skala 4 tepat setelah dilakukan scaling, rasa sakit terasa saat meminum es dan
langsung hilang ketika rangsangan dihilangkan. Pemilihan bahan desensitasi yang ideal harus
memiliki efek yang lama, tidak mengiritasi pulpa, tidak sakit, mudah untuk diaplikasikan,
bekerja cepat dan tidak meninggalkan stain di gigi. Bahan desensitasi dengan kandungan
fluoride dipilih karena ketika fluoride diaplikasikan akan terjadi evaporasi sehingga
meninggalkan lapisan tipis menutupi permukaan gigi yang diaplikasikan serta mampu
mengurangi hipersensitivitas dentin
Kata Kunci : hipersensitivitas, desensitasi, fluoride, gel apf
ABSTACT
Dentin hypersensitivity is an exaggerated response that is characterized by sharp,
frequent pains of frequent duration caused by the presence of thermal, chemical, and
mechanical stimuli. The etiology of dentin hypersensitivity is multifactorial, triggered by
several factors such as scaling, gingivitis, and non-carious lesions such as abrasion, erosion,
abfraction, and attrition. Enforcement of the diagnosis starts from the history and examination
of the oral cavity. This case report aims to determine the effectiveness of using APF gel in
cases of dentin hypersensitivity after scaling and attrition. A 23-year-old female patient came
to RSGM UMY with complaints of pain on a scale of 4 right after scaling, pain when
drinking ice and immediately disappeared when the stimulus was removed. The selection of
the ideal desensitizing agent should have a long-lasting effect, be non-irritating to the pulp, be
painless, easy to apply, work quickly and leave no stains on the teeth. A desensitizing
material with fluoride content was chosen because when fluoride is applied to the evaporation
that occurs so that a thin layer covers the surface of the applied tooth and can reduce dentin
hypersensitivity.
Keywords: hypersensitivity, desensitization, fluoride, apf gel
PENDAHULUAN Atrisi merupakan keausan
permukaan gigi yang disebabkan kekuatan
Dentin hipersensitivitas adalah
mekanis gigi atas dan bawah selama
respon nyeri berlebih yang ditandai dengan
mastikasi dan pergerakan parafungsional.
adanya rasa sakit singkat, tajam dengan
Ditandai dengan permukaan yang datar,
durasi yang sering yang disebabkan
membulat, atau bersudut tajam, biasanya
adanya stimulus thermal, kemikal dan
terlihat di incisal edge gigi anterior dan
mekanikal. Thermal stimulus berupa
permukaan oklusal gigi posterior.
makanan dingin maupun panas, kemikal
Penyebab dari atrisi dapat berupa
dapat berupa perubahan pH serta
congenital anatomi, bruxism, factor
mekanikal stimulus dapat berupa tekanan
psikologi, parafungsional habit6.
yang berlebih pada gigi seperti
penggunaan sikat gigi1 Penentuan dentin hipersensitifas
dapat dilakukan melalui dua metode yaitu
Hipersensitivitas dentin dapat
keluhan subjektif dari pasien dan
berupa lesi non karies berupa abrasi, erosi,
pemeriksaan oral.
abfraksi, dan atrisi. Etiologi
hipersensitivitas dentin merupakan Penegakan diagnosis dimulai dari
multifactorial dengan dipicu beberapa medical history dan pemeriksaan rongga
factor berupa scaling, gingivitis, resesi mulut. Medical history mengenai kapan
gingiva, nausea, sering muntah, bleaching, mulai muncul, intensitas, stabilitas rasa
perawatan orthodontic, konsumsi sakit, factor yang mengurangi dan
minuman asam dan dingin2,3. menambah intensitas rasa sakit. Derajat
rasa sakit harus dideskripsikan
Menurut Lin & Gillam (2012)
menggunakan kualitatif parameter (slight,
dentin hipersensitif pada pasien yang
medium, severe) atau menggunakan
menerima perawatan periodontal berupa
kuantitatif berupa scoring rasa sakit.
scaling dan root planning memiliki
prevalensi yang tinggi yaitu 60-98% Pemeriksaan rongga mulut dapat
dengan prevalensi tertinggi terjadi pada menggunakan stimulasi rangsang taktil
usia 30-60 tahun4. menggunakan air blasts dan probe yang
tajam5.
Dentin hipersensitifitas biasanya
terjadi di kaninus dan premolar dibanding Perawatan hipersensitivitas dentin
gigi yang lainnya dan bagian bukal lebih bertujuan untuk menutup tubulus
banyak trlibat daripada bagian yang lain5. dentinalis yang menghubungkan
permukaan dentin dengan syaraf pada pernah memeriksakan keluhannya tersebut
dentin terluar dan blokade respon syaraf ke dokter gigi sebelumnya.
pada pulpa2. Tujuan dari desensitasi adalah
Pasien terakhir kali melakukan
untuk mengurangi diameter tubulus
perawatan gigi sekitar 1 minggu yang lalu
dentinalis untuk membatasi pergerakan
untuk melakukan scaling di RSGM UMY.
cairan di tubulus dentinalis7. Salah satu
Pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi
pilihan perawatan hipersensitivitas dentin
2x sehari saat pagi sebelum sarapan dan
adalah menggunakan gel acidulated
malam sebelum tidur dengan gerakan
phosphate fluoride (APF).
horizontal. Pasien mengaku hampir setiap
Studi kasus ini bertujuan untuk hari mengkonsumsi makanan manis dan
membahas efektifitas APF gel dalam minuman dingin.
menurunkan level sensitifitas dentin pada
Pemeriksaan objektif menunjukkan
pasien paska dilakukan scaling dan
terdapat lesi non karies atrisi pada gigi
mengalami atrisi.
31,32,33 (Gambar 1) disertai resesi
LAPORAN KASUS gingiva bagian lingual pada gigi
31,32,33,34 dengan pemeriksaan
Seorang pasien perempuan berusia
sebelumnya pada bagian lingual terdapat
23 tahun datang ke RSGM UMY dengan
kalkulus subgingiva (Gambar 2). Saat
keluhan gigi depan rahang bawah sebelah
diberikan rangsangan angin dengan three
kiri terasa ngilu. Keluhan tersebut sudah
way syringe, pasien merasa ngilu pada
dirasakan sejak satu minggu yang lalu
skala 4 dari 10 pada gigi 31,32,33.
tepat setelah dilakukan scaling. Rasa ngilu
tersebut hilang dan timbul, terasa hanya Berdasarkan hasil anamnesa dan
saat pasien meminum es, dan langsung pemeriksaan objektif maka didapatkan
hilang ketika rangsangan dihilangkan. diagnosa hipersensitivitas dentin. Rencana
Sebelumnya rasa ngilu sering muncul perawatan kasus ini adalah KIE
sebelum dilakukan scaling, namun (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi),
bertambah intensitasnya setelah dilakukan desensitasi dengan APF gel, kontrol dan
scaling. evaluasi.

Skala VAS (Virtual Analogue


Scale) dari 1-10, pasien mendeskripsikan
rasa ngilu yang dirasakannya pada skala 4
dengan skala sebelumnya 2. Pasien belum
31,32,33 diulang kembali hingga 3x. Cek
kembali menggunakan rangsangan angin
dengan three way syringe apakah rasa sakit
yang muncul berkurang atau dengan skala
yang sama.
Gambar 1 Gigi 31,32,33 mengalami atrisi Pasien diinstruksikan untuk tidak
berkumur, makan, dan minum selama
minimal 30 menit pasca aplikasi bahan.
Kunjungan kedua dilakukan kontrol
dengan dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan objektif. Pasien saat ini sudah
tidak mengeluhkan rasa ngilu, bahkan saat
minum es. Pemeriksaan objektif dengan
Gambar 2 Permukaan labial paska scaling
memberikan rangsang angin dengan three
PENATALAKSANAAN KASUS way syringe, pasien juga tidak merasakan
adanya rasa ngilu.
Kunjungan pertama tatalaksana
kasus dimulai dengan persiapan operator PEMBAHASAN
dengan melakukan cuci tangan 6 langkah
Dentin merupakan jaringan vital
WHO dan menggunakan APD level 3.
yang mampu merespon fisiologi dan
Persiapan pasien dimulai dengan memakai
patologi stimulus. Dentin dilapisi oleh
baju disposable dan kumur larutan
enamel pada bagian mahkota dan selapis
antiseptik. Tahapan pertama gigi diisolasi
sementum pada bagian servikal5.
menggunakan cotton palate yang diganti
secara berkala jika sudah cukup basah dan Scaling dan root planning

dibantu dengan saliva ejector. Dimulai menyebabkan pengurangan protektif

pada bagian labial gigi 33 tepat pada barrier area servikal dengan pengurangan

incisal gigi 33 dioleskan bahan desensitasi cementum sebesar 20-50 micrometer yang

APF gel 1.23% menggunakan microbrush menyebabkan terbukanya tubulus

kemudian didiamkan selama 1 menit. dentinalis. Rasa sensitive muncul segera

Dilanjutkan isolasi pada bagian lingual gig setalah Tindakan dilakukan hingga

31 dan 32 dan diolesakan bahan puncaknya 2.8 jam setelah Tindakan

desensitasi APF gel 1.23% menggunakan hingga 1-3 minggu4.

mikrobrush. Pengolesan pada gigi


Fase dalam dentin hipersensitif dirumah. Sedangkan menururt mekanisme
dibagi menjadi dua yaitu lesion kerjanya dibagi menjadi dua yaitu
localization dan lesion initiation. Pada fase menghalangi respon saraf untuk
pertama, kehilangan email yang menghasilkan stimulus rasa sakit serta
disebabkan oleh atrisi, abrasi, erosi dan menutup tubulus dentinalis sehingga
abraksi menyebabkan dentin terexpose menyebabkan pergerakan cairan di tubulus
yang menyebabkan respon sensitive. Pada dentinalis berkurang9.
fase kedua dengan adanya dentin yang
Topikal fluoride yang dapat
terexpose, tubular plugs dan smear layer
digunakan sebagai agen desensitasi dapat
yang berfungsi sebagai protesi dentinal
berupa larutan, gel, varnish. Fluoride dapat
tubulus hilang dan menyebabkan tubular
digunakan dalam pasta gigi dan obat
dentinalis terepose sehingga muncul
kumur untuk penggunaan setiap hari
response nyeri. Tubular plug dan smear
dengan konsentrasi rendah, sedangkan
layer dapat disebabkan factor mekanikal
fluoride dengan konsentrasi tinggi berupa
dan kemikal5. Kemikal stimulus berupa
fluoride gel atau varnish10.
minuman dan makanan asam, manis.
Mekanikal stimulus berupa penggunaan Prinsip mekanisme fluoride untuk

sikat gigi yang kaku dan stimulus dingin8. mengurangi hipersensitivitas dentin adalah

Mekanisme serupa juga disebut dengan kemampuan kimiawi untuk

hydrodynamic theory yang dikemukakan mengurangi dan menututp tubulus

oleh Brannstorm. dentinalis sehingga tidak terjadi


pergerakan cairan di tubulus dentinalis
Setelah diagnosis hipersensitivitas
dengan pembentukan calcium-
dentin ditegakkan dan identifikasi factor
phosphorous precipitates atau lebih dikenal
etiologic, perawatan dan pencegahan dapat
dengan calcium fluoride (CaF2) dan
disesuaikan. Pemilihan bahan desensitasi
fluorapatite (Fap)11. Ukuran calcium
yang ideal harus memiliki efek yang lama,
fluoride (CaF2) hanya sebesar 50 A
tidak mengiritasi pulpa, tidak sakit, mudah
sehingga sesuai dengan tubulus
untuk diaplikasikan, bekerja cepat dan
dentinalis10.
5
tidak meninggalkan stain di gigi .
Flouride mampu melarutkan
Bahan desensitasi diklasifikasikan
solvent organik, ketika fluoride
menurut cara aplikasi terdiri dari dua yaitu
diaplikasikan akan terjadi evaporasi
yang dapat diaplikasikan oleh dokter gigi
sehingga meninggalkan lapisan tipis
dan diaplikasikan oleh pasien sendiri
menutupi permukaan gigi yang
diaplikasikan12.

KESIMPULAN

Beberapa etiologi dan factor


predisposisi yang mampu menyebabkan
terjadinya hipersensitivitas dentin seperti
atrisi dan paska dilakukan perawatan
periodontal berupa scaling dapat diatasi
dengan penggunaan desensitasi dengan
kandungan fluoride. APF gel 1.23%
terbukti mampu mengurangi
hipersensitivitas dentin.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai