Anda di halaman 1dari 4

Penanganan Abrasi, Atrisi, Erosi

No Dokumen :
No Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman : 1/4
UPT BLUD
H.Sahruji,SE,SKM,MM
PUSKESMAS
NIP. 196712311989031130
KEDIRI

1. Pengertian  Pengertian secara umum :


 Ausnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh karena fungsinya,
karena kebiasaan buruk, cara menyikat gigi yang salah atau karena asam
dan karena trauma oklusi.
 Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang bukan disebabkan oleh
karies atau trauma dan merupakan akibat alamiah dari proses penuaan.
 Atrisi :
Hilangnya permukaan jaringan keras gigi pada bagian incisal dan oklusal yang
disebabkan oleh proses mekanis yang terjadi pada gigi yang saling
berantagonis (sebab fisiologis pengunyahan ataupun kebiasaan buruk seperti
bruxism)
 Abrasi :
Hilangnya permukaan jaringan keras gigi disebabkan oleh faktor mekanis dan
kebiasaan buruk seperti mengunyah sirih, pangur/gusar.
 Erosi :
Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh proses kimia
dan tidak melibatkan bakteri.
1. Erosi karena muntah
Lebih sering pada permukaan palatal gigi rahang atas dan permukaan
oklusal dan bukal gigi posterior rahang bawah disebabkan karena
adanya asam hidroklorit yang berasal dari muntah
2. Erosi karena diet
Umumnya terjadi pada permukaan labial gigi anterior rahang atas,
disebabkan karena makanan atau minuman yang bersifat asam (pH
rendah)
3. Erosi karena pekerjaan
Keausan yang mengenai permukaan labial gigi anterior rahang atas,
disebabkan karena menghisap udara yang mengandung asam di
lingkungan kerjanya
4. Erosi idiopatik adalah erosi yang terjadi karena suatu sebab yang tidak
dikenal.
 Abfraksi :
Hilangnya jaringan keras gigi yang terjadi pada daerah servikal labial/ bukal
gigi permanen, penyebabnya biasanya karena fatique (kelelahan gigi), fraktur
dan deformasi dari struktur gigi sebagai akibat dari tekanan biomekanis

2. Tujuan  Menurunkan angka kesakitan akibat hipersensitifitas.


 Mencegah perkembangan lesi menjadi lebih parah.
 Memperbaiki penampilan estesika rongga mulut pasien.
 Meningkatkan prognosis rehabilitasi dengan menentukan etiologi lesi secara
tepat
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi.
2. Schuurs, A.H.B. 1993. Patologi Gigi Geligi Kelainan-Kelainan Jaringan Keras
Gigi. UGM Press: Yogyakarta.
3. Kidd, E.A.M dan B.G.N. Smith. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut
Pickard Edisi ke-6. Widya Medica: Jakarta.
4. Novinka, Nina dan Bambang Nursasongko. 2003. Abfraksi dan
Penatalaksanaannya (Laporan Kasus). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia Edisi Khusus 74-78: Jakarta.
5. Kristiani, drg. Anie, M.Pd., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan
Mulut. Jurusan Kesehatan Gigi Poltekes Tasikmalaya: Tasikmalaya.
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23426/3/Chapter%20II.pdf

5. Prosedur - Anamnesa
- Pemeriksaan Objektif
- Diagnosa
- Penatalaksanaan
6. Langkah- A. Anamnesa
Langkah Kadang disertai rasa ngilu oleh karena hipersensitif dentin
B. Pemeriksaan Objektif
 Hilangnya permukaan jaringan keras (email, dentin, sementum) pada
permukaan gigi
 Apabila hilangnya permukaan gigi sudah mencapai dentin maka akan
disertai dengan reaksi dentin hipersensitif pada pemeriksaan vitalitas.
 Gambaran klinis erosi secara makroskopis terlihat mengkilap, transparan,
dan licin.
 Gambaran klinis atrisi, terjadinya keausan atau bahkan hilangnya perbedaan
tinggi insisal gigi anterior dan pengikisan tonjol-tonjol gigi posterior
menyebabkan terjadinya bidangyang datar.
 Gambaran klinis abrasi :
1. Pada kasus ringan penampilan klinis tidak begitu jelas namun pada
pemeriksaan vitalitas menunjukkan reaksi hipersensitifitas.
2. Pada tahap lanjut beberapa permukaan bukal atau labial akan terlihat
berbentuk seperti V dan bentuk parit/selokan (ditch) atau irisan (wedge)
yang terlihat pada sepertiga bagian serviks gigi atau akar gigi.
 Gambaran klinis abfraksi hamper sama dengan abrasi, namun umumnya
lesi abfraksi berbentuk baji di daerah servikal dan seringkali ditemukan
faset di bagian oklusal karena adanya tekanan aksial yang jatuh tidak sejajar
dengan sumbu gigi.
C. Diagnosa
 Atrisi, Abrasi, Erosi atau Abfraksi beserta faktor penyebabnya
D. Penatalaksanaan
1. Rehabilitasi gigi tergantung lokasi dan keparahan jika perlu pada atrisi
didahului dengan peninggian gigitan.
2. Kemudian direstorasi dengan tumpatan direk/indirek.
3. Perlu diingat bahwa rehabilitasi tidak akan berhasil apabila kebiasaan
buruk tidak dihilangkan
4. DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi, pemilihan sikat gigi
dan pastanya. Edukasi pasien konsul diet, konsultasi psikologis pada pasien
Bulimia.
5. Tindakan preventif: bila masih mengenai email dengan aplikasi fluor
topikal/CPPACP untuk meningkatkan remineralisasi
6. Tindakan kuratif:
a. Bergantung lokasi dan keparahan jika perlu pada atrisi didahului dengan
peninggian gigit
b. Pada kasus abfraksi perlu dilakukan Oclusal Adjusment
c. Bergantung pada keparahan hilangnya permukaan jaringan keras dan
lokasi, bila di servikal dilakukan ART dengan bahan GIC, Bila di
oklusal direstorasi mahkota

1. Unit Terkait Poli gigi

Anda mungkin juga menyukai